Anda di halaman 1dari 10

“Analisa Pasang Surut”

Disusun Oleh :
Muhammad Akbar
1507111763

Dosen Pengampu :
Mudjiatko, S.T., M.T.

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
PASANG SURUT

1 Dasar Analisa

1.1 Pengertian Pasang Surut


Chart datum sangat erat kaitannya dengan fenomena pasang surut, dikarenakan chart
datum dapat didapatkan melallui pengamatan pasang surut. Pasang surut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan.
Pasang surut air laut adalah seuatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode
tertentu dan engaruhnya dapat diarakan samapai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai.
Pasang surut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal
adalah dorongan kearah luar pusat rotasi.
1.2 Gaya Pembangkit Pasang Surut
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi,
bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang
suatu system bumi-bulan: sedang system bumi-matahari penjelasannya adalah identic.

Gambar terjadinya pasang surut

Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda bendqa angkasa yaitu rotasi bumi
pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumim dan peredaran bulan mengelilingi
matahari. Gerakan dari benda angkasa tersebut akan mengakibatkan terjadinya beberapa
macam gaya pada setiap titik dibumi ini, yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing-
masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang
surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.
Dari semua benda angkasa yang mempengaruhi proses pembentukan pasang surut air
laut, hanya matahari dan bulan yang sangat berpengaruh melalui tiga gerakan utama yang
menentukan paras / muka air laut dibumi ini. Ketiga gerakan itu adalah :
1. Revolusi bulan terhadap bumi, dimana orbitnya berbentuk elips dan memerlukan waktu
29,5 hari untuk menyrelesaikan revolusinya.
2. revolusi bumi terhadp matahari dengan orbitnya berbentui elips juga dan periode yang
diperlukan 365,25 hari.
3. perputaran bumi terhadap sumbunya dan waktu yang diperlukan 24 jam(one solar day).
Rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut namun mempengaruhi muka air pasang
surut.

Gambar posisi bumi-bulan-matahari

Selain akibat dari rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari, pasang surut juga dapat terjadi akibat perbedaan kedalaman
dan luanya perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekaj dasar.
1.3 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,
sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan disepanjang pesisir. Ada tiga tipe pasut yang dapat
diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal, yaitu bila dalam sehari terjadi satu kli pasang dan satu kali surut.
Biasanya terjadi dilaut sekitar katulistiwa
2. Pasang surut semi diurnal, yaitu bila dalam sehari biasa terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hanpir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran, yaitu gabungan dari tipe1 dan tipe 22, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bukan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

2 Hubungan Pasang Surut Dengan Wilayah Potensi Tambak

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan lahan untuk suatu


penggunaan tertentu dalam hal ini untuk kegiatan budidaya tambak. Evaluasi kelayakan
mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif
dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi.
Oleh karena itu evaluasi kualitatif merupakan tahap penyiapan bahan untuk evaluasi
kuantitatif sedangkan Evaluasi secara kuantitatif dilaksanakan dengan melakukan klasifikasi
kemampuan lahan atau kelayakan lahan (land suitablity). Kelayakan lahan merupakan
penilaian relatif lahan bagi penggunaan tertentu. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas
lahan untuk tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian lahan dipandang sebagai
kemungkinan penyesuaian untuk tujuan pengunaan tertentu.
2.1 Jarak Jangkauan Air Laut
Salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang kelangsungan usaha tambak
adalah ketersediaan air laut, dimana jarak jangkauan air laut sangat menentukan pola
pengaturan air ke areal pertambakan. Kebutuhan terhadap suplai air laut menjadi faktor
pembatas yang menentukan kelangsungan hidup hewan kultur. Oleh karena itu jarak jangkauan
air laut juga harus masuk dalam perhitungan untuk menilai tingkat kelayakan lahan tambak.
2.2 Jarak Jangkauan Air Tawar
Jarak jangkauan air tawar adalah merupakan jarak antara sumber air tawar terdekat
(sungai, sumur bor) dengan lokasi stasiun pada tambak yang diukur. Lokasi sebaiknya dekat
dengan sumber air tawar dengan jumlah dan mutu yang memadai. Jarak dari sungai yang
memenuhi kriteria “layak” adalah 0 – 500 m. Lahan pertambakan yang memenuhi kriteria
tersebut terletak di daerah muara sungai atau dekat dengan jaringan irigasi dan sumber air tawar
lainnya.
2.3 Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan sudut antara bidang datar permukaan bumi terhadap
suatu garis atau bidang yang ditarik dari titik terendah sampai titik tertinggi pada suatu bidang
lahan tertentu. Kemiringan lereng (topografi) sangat mempengaruhi pengelolaan lahan tambak.
Memperkenalkan klasifikasi kemiringan lahan dinyatakan dalam satuan % ialah
perbedaan vertikal untuk tiap jarak horisontal 100 satuan yang sama. Klasifikasi kelerengan
dapat dilihat pada tabel berikut :

2.4 Tekstur Tanah


Tekstur tanah yang dimaksudkan adalah material fragmental yang terjadi dari
penghancuran batuan dan bahan-bahan organik yang terendapkan oleh tenaga air atau angin.
Faktor tanah memegang peranan penting dalam menentukan sesuai tidaknya suatu lahan untuk
dijadikan sebagai lahan pertambakan.Tekstur tanah dapat dibedakan menjadi berbagai tekstur
yaitu lempung liat (clay loam), lempung berpasir (sandy loam) serta lempung berlumpur (silt
loam). Setiap tekstur tanah tersebut mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda.
Tekstur tanah yang sesuai dengan lahan tembak berdasarkan paket teknologi (input)
yang dapat dilakukan adalah seperti yang tercantum pada Tabel berikut :

2.5 Jenis Tanah


Jenis tanah merupakan bagian dari klasifikasi tanah berdasarkan proses pembentukan
dan bahan penyusunnya. Mengetahui jenis tanah sangat penting untuk mengidentifikasi sifat-
sifat tanah hubungannya dengan tingkat kesuburan dan kemampuan tanah. Terdapat banyak
pengklasifikasian tanah dengan tinjauan yang berbeda; seperti sistem klasifikasi atas dasar
morfologiknya, sistem klasifikasi atas dasar geologi atau sistem klasifikasi atas dasar
genetiknya.
Klasifikasi yang umum digunakan di Indonesia adalah berdasarkan sistem FAO. Jenis
tanah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim tropika. Proses pelapukan dan perkembangan
tanah berlangsung intensif membentuk jenis tanah yang berusia lanjut, seperti Latosol. Tanah
aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya
daripada pengaruh iklim dan vegetasi.
Tanah aluvial di Indonesia pada umumnya selain dapat memberi hasil pada produksi
pertanian juga pada pemeliharaan tambak perikanan. Sedangkan jenis tanah lain seperti regosol
yang bahan induknya adalah dari tufa merupakan jenis tanah muda sehingga unsur hara yang
dikandungnya belum dapat digunakan secara optimum.
2.6 Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman suatu lapisan tanah dari permukaan hingga
ke lapisan dengan ciri fisik tanah yang lebih kasar dan padat (sampai pasir, kerikil, plintit atau
batuan induk). Kedalaman efektif tanah ini sangatlah penting karena menjadi acuan untuk
menentukan dalam atau tidaknya batuan dasar bagi pondasi areal pertambakan. Semakin dalam
suatu lapisan tanah hingga mencapai lapisan bertekstur kasar maka lahan dengan ciri tersebut
memiliki tingkat produktifitas yang lebih baik.
2.7 Reaksi Tanah
Reaksi tanah (pH tanah) merupakan parameter penting dalam menilai kelayakan suatu
lahan untuk budidaya tambak. Reaksi tanah bagi lahan tambak harus netral atau sedikit alkalis
dan tidak berpotensi masam. Di alam pyrit dapat teroksid secara kimiawi dan mikrobial yang
membebaskan ion hidrogen (H+) atau akan meningkatkan kemasaman seperti terlihat dalam
reaksi kimia berikut:
FeS2 + 7/2 O2 + H2O -----> Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+
Ion ferro (Fe2+) yang terbentuk sangat mudah teroksid oleh oksigen dari udara dan pada pH
rendah dapat teroksid oleh bakteri Thiobacillus ferroxidans dan Ferrobacillus ferroxidans,
sehingga senyawa menjadi :
FeS2 + 15/2 O2 + H2O -----> Fe3+ + 2 SO42- + 2 H+
Ion ferri (Fe3+) dalam pH rendah (pH 3 – 3.5) lebih efektif dalam mengoksid pyrit daripada
oksigen bebas, dengan reaksi sebagai berikut.
FeS2 + Fe3+ + 8H2O -----> 2Fe3+ + 2 SO42- + 16 H+
Demikian pula pada pH tinggi ion ferri (Fe3+) terhidrolisis menjadi ferri hidrosida.
Fe3+ + 3H2O -----> Fe(OH)3 + 3H+
Unsur belerang dapat teroksid menjadi asam sulfat oleh bakteri Thiobacillus thioxidans,
dengan reaksi :
2 S +3O2 + 2 H2O -----> 2 H2SO4
Berdasarkan reaksi - reaksi di atas, terlihat tanah yang mengandung pirit dapat menimbulkan
keasaman pada air tambak yang berkelanjutan.
Beberapa kendala yang dijumpai pada lahan dengan tingkat kemasaman tinggi (pH <
4) adalah disinyalir adanya kandungan pirit, toksisitas besi, alumunium dan beberapa logam
berat lainnya dan sulfat masam serta kurangnya kandungan fosfor. Selama periode musim
kemarau yang panjang akan terjadi oksidasi pirit dan senyawa yang berpotensi masam, pada
bagian tanah yang tidak terendam air seperti pematang.
2.8 Curah Hujan
Curah hujan tahunan merupakan banyaknya volume air hujan yang diperoleh persatuan
waktu. Curah hujan sangat mempengaruhi operasional tambak sehingga dalam penyusunan
perencanaan pemanfaatan air untuk budidaya tambak sangatlah penting diperhatikan.
Curah hujan tahunan yang memenuhi tingkat kelayakan untuk penilaian sebagai syarat
ideal untuk budidaya tambak berkisar antara 2000-3000 mm/thn. Curah hujan menentukan
kadar garam dalam suatu perairan, apabila curah hujan dalam suatu wilayah dibawah nilai
standar maka kadar garam perairan akan tinggi.

3 Rawa

3.1 Pengertian Rawa


Rawa- rawa disebut juga dengan rawa adalah daerah rendah yang tergenang air. Pada
umumnya permukaan air rawa selalu di bawah lapisan atmosfer bumi atau setara dengan
permukaan air laut, sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan airnya selalu tertutup
oleh tumbuhan- tumbuhan air. Pengertian lain dari rawa adalah lahan yang tergenang pleh air
secara ilmiah dan terjadi secara terus menerus atau terjadi secara musiman yang diakibatkan
karena drainase yang terhambat serta mempunyai ciri- ciri khusus secara fisika, secara kimiawi,
dan juga secara biologis.
Di Indonesia, rawa- rawa seperti ini biasanya terdapat di area perhutanan yang memiliki
banyak pohon- pohon besar, lebat, dan juga liar. Terkadang, rawa- rawa ini sulit dibedakan
dengan sungai. Air rawa yang selalu tergenang umumnya asam sekali sehingga kehidupan
seperti ikan dan tumbuhan rawa sangat sedikit sekali bahkan tidak ada.
3.2 Klasifikasi Rawa
A. Ciri-ciri Rawa
Beberapa ciri rawa akan kita bahas agar kita dapat membedakan yang mana rawa dan
yang mana sungai. Yang pasti ciri khusus dari rawa ini menandakan bahwasannya rawa
berbeda dengan sungai. Rawa ini mempunyai beberapa ciri khusus. Beberapa ciri khusus dari
rawa antara lain :
 Dilihat dari segi air, rawa memiliki air yang asam dan berwarna coklat, bahkan sampai
kehitam- hitaman.
 Berdasarkan tempatnya, rawa- rawa ada yang terdapat di area pedalaman daratan,
namun banyak pula yang terdapat di sekitar pantai.
 Air rawa yang berada di sekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya iar laut.
 Ketika air laut sedang pasang, maka permukaan rawa akan tergenang banyak,
sementara ketika air laut surut, daerah ini akan nampak kering bahkan tidak ada air
sama sekali.
 Rawa yang berada di tepian pantai banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon bakau,
sementara rawa yang berada di pedalaman banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon palem
atau nipah.
Itulah beberapa ciri khusus yang akan kita temui dari rawa ini. Jika kita menemui
daerah dengan ciri- ciri tersebut mungkin saja daerah tersebut adalah rawa- rawa dan bukan
sungai yang airnya mengalir dari hulu ke hilir.

B. Jeni-jenis Rawa
Jenis-jenis rawa dapat dibedakan berdasarkan penggolongan sebagai berikut:
1. Berdasarkan lokasi terjadinya
Jenis rawa berdasarkan lokasi terjadinya adalah sebagai berikut :
 Rawa pantai, yakni rawa yang terdapat di pinggir pantai. Rawa ini selalu dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Proses terjadinya karena bagian-bagian rendah di pinggir
laut selalu digenangi air laut.
 Rawa payau, yakni rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut. Rawa payau terjadi karena bagian rendah di sekitar muara sungai
selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air laut.
 Rawa sungai, yakni rawa yang terjadi karena di bagian sisi kiri-kanan sungai terdapat
daerah-daerah yang rendah di mana air sungai selalu menggenanginya.
 Rawa cekungan, yakni rawa yang terdapat pada daerah-daerah cekungan tertentu yang
selalu terisi air. Terjadinya cekungan karena penurunan atau pengangkatan oleh
kekuatan endogen di sekeliling cekungan.
 Rawa danau, yakni rawa yang terjadi akibat pasang surut-nya air danau. Pada musim
hujan, danau menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air danau
surut. Di daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut itulah terbentuk rawa
danau.

2. Berdasarkan rasa airnya


Berdasarkan rasa airnya, jenis rawa dapat dibedakan sebagai berikut :
 Rawa air asin, yakni rawa yang kandungan airnya terdiri atas air asin atau air laut.
Rawa ini banyak terdapat di daerah pantai di In-donesia.
 Rawa air payau, yakni rawa yang terbentuk karena adanya percampuran antara air asin
(air laut) dan air tawar. Rawa ini rasa airnya payau.
 Rawa air tawar, yakni rawa yang airnya dipengaruhi oleh air sungai, air hujan, dan air
tanah. Rawa ini rasa airnya tawar.

C. Karakteristik Rawa
1. Air
Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-
hitaman dan kadang-kadang merah dan mengakibatkan air rawa tidak dapat diminum
serta kurang baik untuk mengairi pertanian.
2. Permukaan air
Permukaan air rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, hampir seluruh rawa.
Contoh tanaman tersebut antara lain ekor kucing, purun kudung, tumbuhan paku air,
bakung atau lily, rumput teki, hidrilia, kelakai, jingah, rukam, dan kangkung air.
3. ph
Airnya bersifat asam, kadar keasaman airnya sangat tinggi karena selalu terjadi
penggenangan.
4. Lokasi
Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan
tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai. Air rawa disekitar pantai sangat
dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut Pada saat air luat pasang permukaan rawa
tergenang banyak dan saat air surut daerah ini kering. Dasar rawa terdapat tanah
gambut.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Rawa
1. Pelapukan (dekomposisi) zat organik
Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak
dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik dan industri.
Penyebab warnanya adalah pelapukan (dekomposisi) zat organik seperti daun, kayu,
binatang mati dan lain-lain. Asam humat yang berasal dari dekomposisi lignin inilah
penyebab warna air, selain besi dalam wujud ferric humat.
Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan menjadi dua. Yang
pertama disebut warna asli (true color), disebabkan oleh materi organik berukuran
koloid dan terlarut (dissolved solid). Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa warna air gambut di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi dapat
dihilangkan dengan kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau
PAC dengan tanah liat setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color).
2. Pengendapan sedimen
Pengendapan sedimen membuat wilayah rawa sudah cukup dangkal sehingga
tumbuhan rawa sudah bisa tumbuh.
3. Proses pembusukan
Wilayah yang tergenang air tersebut ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan rawa, pembusukan
sisa tanaman dan organisme lainnya terjadi di tempat tanpa ada sirkulasi air yang berarti.
Proses pembusukan menghasilkan asam (asam humus) sehingga air rawa memiliki pH yang
rendah (bersifat asam), dan berwarna coklat.

Anda mungkin juga menyukai