1waduk 01a PDF
1waduk 01a PDF
Air
bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan
mendasar manusia sebagai air minum minum,, namun juga
berfungsi untuk sumber penghidupan seperti
mengairi lahan pertanianpertanian,, perikanan,
perikanan, hingga
pembangkit listrik
listrik.. Terdapat berbagai kegiatan
perekonomian lain juga sangat tergantung kepada
ketersediaan air, bahkan air bisa menjadi salah satu
limiting factors dalam pertumbuhan ekonomi jika
ketersediaannya sangat terbatas
Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai
kecenderungan tidak sejalan dengan tingkat
ketersediannya baik terkait dengan dimensi waktu dan
ruang,, maupun jumlah dan kualitasnya
ruang kualitasnya.. Untuk itu
manusia melakukan intervensi ke pola ketersediaan air
melalui pembuatan tampungan tampungan air melalui
pembangunan bendungan
bendungan.. Dengan tampungan ini
diharapkan kelebihan air di musim hujan dapat
disimpan untuk digunakan di musim kemarau yang
mempunyai tingkat kebutuhan air relatif tinggi
tinggi..
Bendungan juga bermanfaat untuk melakukan konservasi
air. Dengan menahan air lebih lama di darat sebelum
mengalir kembali ke laut akan memberikan waktu untuk
meresap dan memberikan kontribusi terhadap pengisian
kembali air tanah.
Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya
di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang
melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum, industri atau
yang lainnya.
lainnya.
Berbeda dengan fungsi sebuah bendung yang tidak dapat menyimpan air
melainkan hanya untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan
sebagian aliran air sungai yang ada kearah tepi kanan dan
dan//atau kiri sungai
untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan
pengambilan jaringan irigasi.
irigasi.
Dengan memiliki daya tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang
melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan barn dilepas
mengalir kedalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan pada
waktu yang diperlukan
diperlukan..
Sebuah bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan urugan
tanah campur batu berukuran kecil sampai besar atau dari
beton.. Sebagai contoh bendungan Jatiluhur di Jawa
beton Jawa--Barat dan
bendungan Asahan di Sumatera Utara
Utara..
Bilamana aliran air sungai yang masuk ke dalam waduk
tersebut melebihi air yang dialirkan ke luar waduk sesuai
dengan kebutuhan
kebutuhan,, maka isi waduk makin lama makin penuh
dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya,
rencananya,
sehingga permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhir
melimpas..
melimpas
Untuk mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah
bendungan,, limpasan air itu dilokalisir pada bangunan
bendungan
pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi topografi yang
terbaik..
terbaik
Panjang bangunan pelimpah hitung menurut debit rencana
sedemikian rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik
lebih tinggi dari pusat bendungan dan bahkan biasanya
direneanakan agar muka air waduk itu lebih rendah dari puncak
bendungan minimum 5 meter.
Beda tinggi bervariasi dari 5 meter sampai 20 meter. Tinggi
bendungan bervariasi dari sekitar 15 meter sampai ratusan meter.
Yang disebut dengan tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi
antara puncak bendungan dengan dasar sungai lama.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan metode konstruksi yang
bertambah baik dan efisien terbukalah kini kemungkinan untuk
merencanakan dan membangun sebuah bendungan yang
ketinggiannya mencapai 1000 kaki atau sekitar 330 meter.
Konsep dasar perencanaan sebuah bendungan biasanya
tidak berdiri sendiri melainkan menjadi satu dengan
perencanaan sebuah bendung yang lokasinya berjarak
beberapa kilometer sampai puluhan km di sebelah
hilimya.
Sebagai contoh adalah Bendungan Kedung Ombo
dengan bendung Sedadi di kali Serang di Jawa Tengah
dan Bendungan Jatiluhur dengan bendung Curug di
sungai Citarum, Jawa Barat
Pelaksanaan konstruksinya bisa berbarengan, namun umumnya
bendung yang dilaksanakan terlebih dahulu dan setelah bendung
berfungsi bertahun tahun dan temyata diperlukan tambahan kebutuhan
air yang lebih dapat diandalkan, maka barulah bendungan di sebelah
hulu dilaksanakan konstruksinya.
Sebagai contoh bendungan Kedung Ombo yang berkapasitas 450 juta
M3 dan ketinggian kurang lebih 120 meter, dilaksanakan konstruksinya
kira-kira 30 tahun setelah bendung Sedadi berfungsi.
Dengan kapasitas tampungan yang besar dan elevasi muka air yang
tinggi sebuah bendungan selain dapat mengatur besar aliran sungai di
sebelah hilirnya agar menjadi lebih merata sepanjag tahun, juga dapat
berfungsi sekaligus sarana pengendali banjir yang efektif.
Selain itu muka air waduk yang cukup tinggi itu dapat menggerakkan
turbin PLTAsebelum dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti
disebutkan diatas. Sebagai keuntungan tambahan, waduk ini digunakan
juga untuk perikanan.
Pembagian tipe bendungan dipandang dari 7 keadaan: Berdasarkan
ukurannya, tujuan pembangunan, penggunaan, jalannya air,
konstruksinya, fungsinya dan menurut ICOLD (The International
Commission on Large Dams)
1. Tipe bendungan berdasarkan ukurannya
a. Bendungan besar (Large Dams).:
Definisi menurut ICOLD, Bendungan besar adalah bendungan yang tingginya lebih
dari 15 m, diukur dari bawah pondasi sampai ke puncak bendungan.
Bendungan antara 10 – 15 m dapat disebut sebagai bendungan besar bila
memenuhi kriteria
• panjang puncak bendung lebih dari 500 m.
• Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3.
• Debit banjir masksimum yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000 m3/det.
• Bendungan menghadapi kesulitan kesulitan khusus pada pondasinya atau
mempunyai spesifik
• Desain bendung tidak seperti biasanya.
b. Bendung kecil (small dams, weir, bendung)
Adalah semua syarat bendungan besar tidak dipenuhi
2. Tipe bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya
Bendung dengan tujuan tunggal, (single purpose dams), yaitu
bendungan dibangun dengan satu tujuan saja. Misalnya untuk
pembangkit listrik, untuk irigasi, dan pengendali banjir.
Bendungan serba guna (multipurpose dams), Adalah bendungan
dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya pembangkit
tenaga listrik dan irigasi, pengendalian banjir dan PLTA, air minum dan
industri, pariwisata.
3. Pembagian tipe bendungan berdasarkan penggunaanya
Ada tiga tipe yaitu bendungan untuk membentuk waduk, bendungan untuk
penangkapan air, dan memperlambat airan air.
1. Topografi.
Jika ditinjauan dari aspek topografi saja, maka pada alur sungai yang dalam tetapi
sempit waduk beton akan lebih menguntungkan, sebaliknya pada alur sungai yang
dangkal tetapi lebar, waduk urugan akan lebih menguntungkan.
2. Geologi teknik.
Pada hakekatnya penelitian geologi teknik perlu dilakukan, tidak hanya di daerah
sekitar tempat kedudukan calon waduk yang akan dibangun, tetapi harus pula
diadakan penelitian di daerah calon waduk dan sekitarnya untuk mengidentifikasi
adanya celah yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya daerah
yang mudah longsor (sliding zones).
3. Pondasi.
Pada dasarnya bendungan urugan dapat dibangun di atas hampir semua keadaan
topografi dan geologi yang dijumpai, sedangkan waduk beton hanya mungkin
dibangun di atas pondasi yang kokoh.
4. Bahan waduk.
Didasarkan atas pemikiran, bahwa tipe waduk yang paling ekonomis yang harus dipilih,
maka dipandang perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut :
a) Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat kedudukan
calon waduk.
b) Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian (borrow–pits and quarry–areas) ke
tempat penimbunan calon tubuh waduk. Akan sangat menguntungkan apabila tempat
pengambilan bahan baku dan bahan tanah terlatak pada suatu daerah yang
berdekatan dengan calon tubuh waduk (Soedibyo, 1993).
5. Bangunan pelimpah.
Apabila debit banjir suatu waduk diperkirakan akan berkapasitas besar dibandingkan
dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya penempatan suatu
bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif waduk urugan
mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan dan waduk beton
mungkin akan lebih memadai dan penelitian serta analisa selanjutnya akan lebih
mendalam terhadap kemungkinan pembangunan waduk beton perlu dilaksanakan
(Soedibyo, 1993).
6. Bangunan penyadap.
Umumnya air yang disadap dari waduk digunakan untuk irigasi, pembangkit
tenaga listrik, air minum, pengendali banjir, penggelontoran dan lain–lainnya.
Seharusnya diperhatikan kemungkinan tipe bangunan penyadap yang berfungsi
ganda, sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang bersangkutan, misalnya
air penggelontoran dikeluarkan lewat terowongan pembuangan, penggelontor
lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan
kesemuanya didasarkan pada pertimbangan ekonomis (Soedibyo, 1993).
7. Lain–lain.
Meliputi masalah sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan penduduk
dari areal yang akan digunakan sebagai waduk, serta pemindahan fasilitas umum
dari daerah yang akan tergenang, seperti, jalan raya, jalan kereta api, kantor
pemerintahan, pasar dan lain–lain (Soedibyo, 1993).
Waduk Beton
Waduk beton adalah waduk yang dibuat dengan konstruksi beton dengan
tulangan
maupun tidak. Ada 4 tipe waduk beton :
waduk beton berdasarkan berat sendiri (concrete gravity dam) Adalah
waduk beton yang direncanakan untuk menahan beban dan gaya yang
bekerja padanya hanya berdasar atas berat sendiri.
Waduk beton dengan penyangga (concrete buttress dam). Adalah waduk
beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan gaya-gaya yang
bekerja padanya, banyak dipakai apabila sungainya sangat lebar dan
geologinya baik.
Waduk beton berbentuk lengkung atau busur (concrete arch dam) adalah
waduk beton yang direncanakan untuk menyalurkan gaya yang bekerja
padanya melalui pangkal tebing (abutment) kiri dan kanan waduk.
Waduk beton kombinasi (combination concrete dam atau mixed type
concrete dam)
Beberapa karakteristik waduk tipe beton :
Tahan lama dan hampir tidak memerlukan perawatan
Memerlukan kondisi geologi yang baik di lokasi waduk.
Pelaksanaan memerlukan ketelitian yang tinggi.
Sifat-sifat beton antara lain, mudah dikerjakan, beton tahan lama, memenuhi
kokoh tekan yang diinginkan, daya rembesan kecil, penyusutan beton kecil,
perubahan volume beton kecil.
Bangunan Pelimpah
Pelimpah pada bangunan utama bangunan penampung berfungsi untuk mengalirkan
air banjir dari waduk bila waduk penuh. Ada beberapa tipe pelimpah :
1. Pelimpah Terjunan (overflow outflow) Pelimpah jenis ini bentuknya menyerupai
tubuh bendung tetap, yaitu air lewat di atas mercu.
2. Pelimpah Samping Aliran air setelah melewati mercu bendung dialirkan melelui
saluran yang sejajar dengan mercu. Pelimpah samping sesuai untuk bendungan
urugan tanah atau urugan batu.
3. Pelimpah Peluncur (chute spillway) Pelimpah peluncur merupakan salah satu
bangunan yang digunakan untuk mengalirkan kelebihan air waduk melalui saluran
terbuka yang mempunyai kemiringan besar (curam), dan disebut peluncur. Pada
umumnya jenis pelimpah ini dibangun terpisah dengan bendungannya dan sering
digunakan pada bendungan jenis urugan.
4. Pelimpah Corong (Shaft Spillway) Disebut juga morning glory spillway, mempunyai
bentuk seperti sebuah cerobong tegak dengan sebuah corong tegak lurus yang
dihubungkan dengan pipa horizontal keluar dari bendungan.
Istilah Dan Definisi
1. Daerah pengaliran sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah terutama dibatasi oleh punggung-punggung bukit dimana air meresap dan
atau mengalir dalam suatu sistem pengaliran melalui lahan, anak sungai dan sungai
induknya.
2. Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui penampang melintang sungai atau
saluran dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan l/det atau m3/det.
3. Kapasitas tampungan (storage capacity) adalah kemampuan suatu waduk menampung
sejumlah air sampai pada tinggi normal.
4. Tinggi normal adalah elevasi muka air sampai elevasi mercu, dinyatakan dalam satuan
meter (m).
5. Tinggi muka air minimum adalah elevasi muka air terendah suatu waduk. Pada elevasi ini
waduk tidak dapat dioperasikan lagi. Satuan yang dipakai adalah meter (m).
6. Tinggi Muka Air (TMA) waduk adalah tinggi muka air waduk atau danau yang diukur dengan
alat ukur yang dipasang di tepinya. TMA waduk berkaitan/dihubungkan dengan volume atau
luas permukaan waduk atau danau.
7. Luas genangan adalah luas permukaan genangan air dalam suatu waduk atau danau.
Satuan yang dipergunakan biasanya hektar (ha) atau kilometer persegi (km2).
Istilah Dan Definisi
1. Kurva elevasi–luas permukaan waduk–tampungan adalah kurva yang menggambarkan hubungan
antara Tinggi Muka Air (TMA), luas permukaan waduk dan volume waduk.
2. Pola operasi waduk adalah patokan operasional bulanan suatu waduk di mana debit air yang
dikeluarkan oleh waduk harus mengikuti ketentuan agar elevasinya terjaga sesuai dengan rancangan.
3. Tahun normal adalah tahun pada saat debit air yang masuk ke waduk merupakan debit rata-rata dari
data pengamatan yang terjadi, yang deviasinya berkisar antara nilai ratarata + σ y sampai -σ y. Nilai σ
adalah standar deviasinya dan y adalah suatu besaran yang tergantung dari resiko dan tingkat akurasi
yang diinginkan.
4. Tahun basah adalah tahun pada saat debit air yang masuk ke waduk merupakan debit yang lebih besar
atau sama dengan debit rata-rata ditambah dengan σ y
5. Tahun kering adalah tahun pada saat debit air masuk ke waduk merupakan debit yang lebih kecil atau
sama besarnya debit rata-rata dikurangi dengan σ y
6. Tampungan efektif adalah suatu wadah yang muka airnya terletak antara tinggi muka air normal dan
tinggi muka air minimum.
7. Tampungan mati (dead storage) adalah suatu wadah atau tempat yang terletak di bawah tinggi muka
air minimum. Wadah tersebut direncanakan untuk kantong lumpur.
8. Volume waduk adalah volume air yang tertampung dalam suatu waduk pada tinggi TMA tertentu.
Satuan yang digunakan biasanya juta meter kubik (106 m3).
9. Waduk tunggal adalah suatu tampungan yang tidak berhubungan dengan waduk tunggal atau waduk
jamak lainnya.
10. Waduk eka guna adalah suatu tampungan yang pemanfaatan airnya hanya digunakan untuk satu jenis
kebutuhan saja.
11. Waduk multiguna adalah suatu tampungan yang pemanfaatan airnya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan seperti irigasi, PLTA, pengendali banjir dan lain-lain.
STA 1
Waduk 1
Waduk 2
STA 3
Waduk 3
Waduk 4 STA 2
25 KM
45 50 55 60
65
70
75
80
85 90 95
100
1 KM
100
95
90
85
70 80
65
60
55
60 80
65 70 75
1 KM
100
95
90
85
80
70
75
65
60
60
65
70
75
80
85 90
95 1 KM
100
100
95
90
85
70 80
65
60
60
60
65
70
75
80
85 90
95 1 KM
100