Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengalaman dan pengamatan kita seari-hari pasti selalu berhubungan
dengan benda-benda yang bergerak dengan kelajuan yang lebh kecil dari kelajua
cahaya. Hukum Newton tentang gerakan benda dirumuskan melalui pengamatan
dan penggambaran gerak benda, dan cara ini sangat berhasil menggambarkan
berbagai fenomena yang terjadi pada kelajuan cukup rendah. Namun, cara ini
gagal menggambarkan dengan tepat mengenai gerakan benda yang memiliki
kalajuan mendekati kelajuan cahaya.
Secara eksperimen, prediksi teori Newton dapat diuji pada kelajuan tinggi
dengan cara mempercepat elektron atau partikel bermuatan lainnya melalui
pemberian beda potensial listrik yang besar. Sebagai contoh, sebuah elektron
mungkin dapat dipercepat hingga keljuan 0,99c (dimana c adalah kelajuan cahaya)
dengan memberikan beda potensial (tegangan) beberapa juta volt. Menurut
mekanika Newton, jika beda potensial meningkat menjadi empat kali, energi
elektron menjadi empat kali lebih besar dan kelajuannya menjadi dua kali lipat,
yakni 1,98c. Namun, eksperimen menunjukkan kelajuan elektron – begitu juga
berbagai kelajuan di alam semesta – selalu lebih kecil dari kelajuan cahaya,
terlepas dari seberapa besarnya tegangan pemercepat. Oleh karena benda tidak
mungkin berada di atas batas kelajuan cahay, mekanika Newton tentang gerak
bertentangan dengan hasil eksperimen modern dan jelas menjadi teori terbatas.
Pada tahun 1905, di usia sekitar 26 tahun, Einstein mengumumkan teori
relativitasnya. Mengenai teorinya itu, Einstein menulis :
Teori relativitas muncul karena kebutuhan, dari berbagai kontradiksi yang
serius dan mendalam di dalam teori lama yang kelihatanna tidak ada jalan
keluarnya. Kekuatan teori baru terletak pada konsistensi dan kemudahan teori
tersebut dalam memecahkan seluruh kesulitan tersebut.
Meskipun Einstein memberikan berbagai konstribusi penting lainnya
untuk ilmu pengetahuan, teori relativitas khusus mempresentasikan salah satu
pencapaian intelektual terbesar sepanjang masa, dengan teori ini, pengamatan
secara eksperimen dapat diprediksi dengan lebih baik, mulai dari kelajuan

1
v =0 hingga kelajuan yang mendekati kelajuan cahaya. Pada kelajuan rendah,
teori Einstein disederhanakan menjadi mekanika Newton tentang gerak sebagai
situasi pembatas. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa Einstein sedang
menekuni tentang elektromagnetisme ketika ia mengembangkan teori
relativitasnya. Ia berhasil membuktikan kebenaran persamaan Maxwell, dan
dalam rangka menghubungkan persamaan tersebut dengan postulatnya, ia
memperoleh gagasan revolusioner bahwa ruang dan waktu tidaklah mutlak.
Makalah ini memperkenalkan teori relativitas khusus, dengan penekanan
pada beberapa konsekuensinya. Teori khusus ini melingkupi fenomena seperti
perlambatan jam yang sedang bergerak dan pemendekan suatu benda yang
panjang yang sedang bergerak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip relativitas Galileo?
2. Bagaimana mekanisme percobaan Micelson-Morey?
3. Bagaimana prinsip relativitas Einstein?
4. Bagaimana Transformasi Lorentz?

1.3 Tujuan
Tujuan:
1. Menjelaskan makna relativitas
2. Menjelaskan mekanisme percobaan
3. Menuliskan rumus

1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat memahamai pengertian relativ dan relativitas khusus
2. Pembaca dapat mendeskripsikan prinsip Michelson-Morey, relativitas
Einstein, dan prinsip transformasi Lorentz

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Relativitas Khusus


Relativitas khusus adalah teori fisika yang diterbitkan pada 1905 oleh Albert
Einstein. Teori ini menggantikan pendapat Newton tentang ruang dan waktudan
memasukan elektromagnetisme sebagaimana tertulis oleh persamaan Maxwell.
Teori ini disebut "khusus" karena dia berlaku terhadap prinsip relativitas pada
kasus "tertentu" atau "khusus" dari rangka referensi inertial dalam ruangwaktu
datar, di mana efek gravitasi dapat diabaikan. Sepuluh tahun kemudian, Einstein
menerbitkan teori relativitas umum (relativitas umum) yang memasukan efek
tersebut.
2.1.1 Prinsip Relativitas Einstein
Kita telah memastikan bahwa kelajuan eter terhadap bumi tidak mungkin
diukur, dan bahwa persamaan transformasi kecepatan Galileo gagal menjelaskan
kasus yang melibatkan cahaya. Einstein mengajukan sebuah teori yang benar-
benar menghilangkan kesulitan-kesulitan tersebut dan pada waktu yang
bersamaan, sepenuhnya mengubah anggapan kita mengenai ruang dan waktu. Ia
mendasarkan teori khususnya mengenai relativitas pada dua postulat:
1. Prinsip relativitas: Hukum-hukum fisika harus sama di dalam semua kerangka
acuan inersia.
2. Kelajuan cahaya selalu konstan: Kelajuan cahaya di dalam ruang hampa udara
memiliki nilai yang tetap, c = 3 x 108 m/s, di dalam semua kerangka inersia,
tanpa memperhatikan kelajuan pengamat maupun kelajuan sumber yang
memancarkan cahaya
Postulat pertama menegaskan bahwa semua hukum fisika – yang
berhubungan dengan mekanika, listrik serta magnet, optika, termodinamika, dan
lain-lain – adalah sama di dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan
kelajuan konstan relatif terhadap satu sama lain. Postulat ini merupakan
generalisasi menyeluruh dari prinsip relativitas Galileo, yan ghanya mengacu pada
hukum-hukum mekanika. Dari sudut pandang eksperimental, prinsip relativitas
Einstein memiliki pengertian bahwa berbagai jenis eksperimen (pengukuran

3
kelajuan cahaya, sebagai contoh) yang dilakukan di dalam laboratorium ang dia
harus memberika hasil yang sama ketika dilakukan dalam laboratorium bergerak
denga kelajuan konstan relatif terhadap yang diam. Oleh karena itu, tidak ada
kerangka acuan inersia yang diutamakan, dan tidak mungkin bagi kita untuk
mendeteksi suatu gerakan mutlak.
Perlu diperhatikan bahwa postulat 2 disyaratkan oleh postulat 1: jika
kelajuan cahaya tidak sama di dalam semua kerangka inersia, maka pengukuran
kelajuan-kelajuan yang berbeda akan membuat kita membedakan berbagai
kerangka inersia; ebagai akibatnya, kita dapat mengindetifikasikan suatu kerangka
mutlak yang diutamakan. Hal ini bertentangan dengan postulat 1.
Meskipun demikan eksperimen yang dilakukan Michelson-Morley
dilakukan sebelum Einstein menerbitkan karyanya mengenai relativitas, tidaklah
jelas apakah Einstein mengetahui perincian eksperimen tersebut atau tidak.
Meskipun demikian, hasil negatif dari eksperimen tersebut dapat dipahami
melalui teori Einstein. Menurut prinsip relativitas, dasar- dasar asumsi eksperimen
Michelson-Morley tidakla benar. Saat mencoba menjelaskan hasil-hasil yang
diperkirakan, kita menetapkan bahwa ketika cahaya merambat melawan angin
eter, kelajuannya adalah c – v, sesuai dengan persamaan transformasi kecepatan
Galileo. Akan tetapi, jika keadaan gerak dari pengamat tidak berpengaruh pada
nila yang ditemukan untuk kelajuan cahaya, maka kita akan selalu mengukur
bahwa nilainya adalah c. Demikian juga, cahaya mengalami perambatan balik
setelah terjadi pemantulan dari cermin dengan kelajuan c, bukan c + v. Dengan
demikian, gerakan bumi tidak memengaruhi pola rumbai yang diamati dalam
eksperimen Michelson-Morley, dan hasil negatif tersebut seharusnya adalah hasil
yang diperkirakan.
Jika kita menerima teori relatvitas Einstein, maka kita harus
menyimpulkan bahwa gerak relatif menjadi tidak penting saat kita mengukur
kelajuan cahaya. Pada saat yang sama, kita akan memahami bahwa kita harus
mengubah anggapan umum mengenai ruang dan waktu serta harus siap menerima
konsekuensi yang mengejutkan.

4
2.2 Relativitas Newton
Teori Relativitas Newton menjelaskan gerak-gerak benda jauh di bawah
kecepatan cahaya. Teori relativitas mempelajari bagaimana pengukuran besaran
fisika yang bergantung pada pengamat seperti halnya dengan peristiwa yang
diamati. Relativitas merupakan salah satu dari beberapa teori mengenai gerak,
yang dirancang untuk menjelaskan penyimpangan dari mekanika Newton yang
timbul akibat gerak relatif yang sangat cepat. Teori ini telah mengubah pandangan
kita mengenai ruang, waktu, massa, energi, gerak, dan gravitasi. Teori relativitas
Newton terdiri atas teori khusus dan teori umum, yang keduanya bertumpu pada
dasar matematika yang kuat dan keduanya telah diuji dengan percobaan-
percobaan dan pengamatan.
Teori relativitas muncul dari kebutuhan terhadap kerangka acuan, yaitu
suatu patokan yang dapat digunakan ilmuwan untuk menganalisis hukum gerak.
Pada waktu kelas X, kita telah mempelajari Hukum Newton tentang gerak, di
mana Hukum I Newton tidak membedakan antara partikel yang diam dan partikel
yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak ada gaya luar yang bekerja,
partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya, diam atau bergerak
dengan kecepatan awalnya.
Benda akan dikatakan bergerak apabila kedudukan benda tersebut berubah
terhadap kerangka acuannya. Kerangka acuan di mana Hukum Newton berlaku
disebut kerangka acuan inersia. Jika kita memiliki dua kerangka acuan
inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap yang lainnya,
maka tidak dapat ditentukan bagian mana yang diam dan bagian mana yang
bergerak atau keduanya bergerak. Hal ini merupakan konsep Relativitas Newton,
yang menyatakan “gerak mutlak tidak dapat dideteksi”.
Konsep ini dikenal oleh para ilmuwan pada abad ke-17. Tetapi, pada akhir
abad ke-19 pemikiran ini berubah. Sejak saat itu konsep relativitas Newton tidak
berlaku lagi dan gerak mutlak dideteksi dengan prinsip pengukuran kecepatan
cahaya. Dengan demikian gerak benda itu tidak mutlak melainkan bersifat relatif.
Transformasi Galileo
Untuk menyatakan kedudukan sebuah titik atau benda kita memerlukan
satu sistem koordinat atau kerangka acuan. Misalnya untuk menyatakan sebuah

5
benda bergerak, seorang pengamat memerlukan suatu kerangka acuan dengan
sistem koordinat misalnya (x, y, z). Jadi kerangka acuan adalah suatu sistem
koordinat (x, y, z) di mana seorang pengamat melakukan pengamatan suatu
kejadian. Dalam hal ini kita gunakan kerangka acuan inersial di mana hukum
Newton berlaku. Kerangka acuan inersial yaitu suatu kerangka acuan yang
berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan terhadap
kerangka acuan lain pada garis lurus. Untuk menyatakan hubungan antara
pengamatan suatu kejadian peristiwa yang terjadi dalam suatu kerangka inersial,
jika diamati oleh pengamat yang berada dalam kerangka acuan lain yang bergerak
dengan kecepatan relatif konstan, digunakan transformasi Galileo.

Gambar diatas menggambarkan kerangka acuan S dengan sistem koordinat


(x , y, z) dan S’ dengan sistem koordinat (x’, y’, z’), di mana kerangka
acuan S’ bergerak di dalam kerangka acuan S ke arah sumbu x positif dengan
kecepatan relatif konstan sebesar vterhadap kerangka acuan S.
Mula-mula kedua kerangka acuan berimpit (t = 0), setelah bergerak
selama t sekon maka kerangka acuan S’ telah menempuh jarak d = v t. Sebagai
ilustrasi seorang anak pergi naik kereta. Apabila bersamaan kereta itu bergerak
anak tersebut juga berjalan di dalam gerbong kereta api, searah dengan gerak
kereta dengan kecepatan vx’ relatif terhadap kereta api, maka kedudukan anak
tersebut dapat dinyatakan dalam koordinat (x, y, z) terhadap kerangka S dan (x’, y,
z’) terhadap kerangka S’. Sehingga kedudukan benda antara kerangka
acuan S’ terhadap S dapat dinyatakan :
x’ = x – v.t, y’= y, z’= z, t’= t
Persamaan ini dikenal dengan transformasi Gallileo.
Kebalikan tranformasi Galileo dinyatakan :
x = x’ + v.t’, y = y’, z = z’, t = t’
Kecepatan anak dalam kereta tersebut berjalan menurut pengamat yang berada
di S dan S’ dapat ditentukan menurut transformasi Gallileo sebagai berikut :

6
Pengamat di S’ anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan v’x sebesar :

Pengamat di S anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan vx sebesar :

Kedua persamaan diatas merupakan penjumlahan kecepatan transformasi


Galileo yang kemudian dikenal dengan penjumlahan kecepatan menurut teori
Relativitas Newton, di mana relativitas Newton menyatakan bahwa semua hukum
Fisika Mekanika Newton berlaku untuk semua kerangka acuan inersial,
sedangkan kecepatan benda tergantung pada kerangka acuan (bersifat relatif).

2.3 Percobaan Michelson dan Morley


Gejala gelombang secara umum dapat didefenisikan sebagai rambatan
gangguan periodik melalui zat perantara. Perambatan gelombang ini berlangsung,
bergantung pada gaya-gaya yang bekerja antarpartikel zat perantaranya. Oleh
karena itu, tidak mengherankan mengapa setelah segera setelah Maxwell
memperlihatkan bahwa kehadiran gelombang elektromagnet diramalkan
berdasarkan persamaan-persamaan elektromagnet klasik, para fisikawan segera
melakukan berbagai upaya untuk mempelajari sifat zat perantara yang berperan
bagi perambatan gelombang elektromagnet ini. Zat perantara ini disebut eter,
namun karena zat ini belum pernah teramati dalam percobaan, maka dipostulatkan
bahwa ia tidak bermassa dan tidak tampak, tetapi mengisi seluruh ruang, dan
fungsi satu-satunya untuk merambatkan gelombang elektromagnet.
Konsep eter ini sangat menarik karena; pertama, sulit untuk
membayangkan bagaimana sebuah gelombang dapat merambat tanpa memerlukan
zat perantara – bayangkan gelombang tanap air; kedua, pengertian dasar eter ini
berkaitan erat dengan gagasan Newton tentang ruang mutlak – eter dikaitkan
sistem koordinat semesta agung. Dengan demikian, keuntungan sampingan yang
akan diperoleh dari penyelidikan terhadap eter ini adalah bahwa dengan
mengamati gerak bumi mengarungi eter, akan terungkap pula gerak bumi relatif
terhadap “ruang mutlak”.

7
Percobaan awal yang paling saksama untuk mendapatkan bukti kehadiran
eter dilakukan pada tahun 1887 oleh fisikawan Amerika, Albert A. Michelson dan
rekannya E.W. Morley. Mereka menggunakan interferometer Michelson.

Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik dipisahkan menjadi


dua berkas yang dibuat melewati dua lintasan berbeda dan kemudian
diperpadukan kembali. Karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh
kedua berkas, maka akan dihasilkan suatu pola interferensi.
Anggaplah interferometer pada gambar bergerak dari kanan ke kiri dengan
kecepatan v relatif terhadap eter. Kemudian relatif terhadap interferometer ada
angin eter dengan kecepatan ini dari kiri ke kanan. Kita mula-mula menghitung
waktu t1 untuk cahaya, yaitu waktu yang dibutuhkan cahaya untuk menempuh
jarak dari pengamat ke cermin A dan kembali ke pengamat, dan waktu t 2 adalah
waktu untuk menempuh jarak dari pengamat ke cermin B dan kembali, dan
dianggap bahwa kecepatan cahaya relatif terhadap bumi (dan di sini terhadap
interferometer). Dalam alat Michelson-Morey kedua cermin A dan B adalah tetap
dalam posisi. Panjang L1 dan L2 adalah sama, maka:
L1 = L2 = L.
Jika c adalah kecepatan cahaya yang relatif terhadap eter maka kecepatan
sinar 1 relatif terhadap interferometer, bila sinar ini bergerak dari pengamat ke
cermin A adalah (c + v) dan waktu yang dibutuhkan adalah L/ (c + v). Sinar yang
dipantulkan dari A merambat berlawanan arah dengan angin eter, kecepatannya
relatif terhadap interferometer adalah (c - v), dan waktu yang dibutuhkan untuk

8
menempuh jarak L adalah L/(c - v). Jumlah waktu untuk perjalanan keliling
adalah:
−1
𝐿 𝐿 2𝑐𝐿 2𝐿 𝑣2
𝑡1 = + = = (1 − ) .
𝑐+𝑣 𝑐−𝑣 𝑐 2 −𝑣 2 𝑐 𝑐2

Lintasan sinar 2, relatif terhadap interferometer, tegak lurus pada angin


eter. Dalam perjalanan dari pengamat ke B, sinar itu harus bergerak lambat
menentang arus, dengan kecepatan relatif terhadap eter. Resultan kecepatan ini
dan kecepatan v adalah tegak lurus pada angin eter dan besarnya adalah √𝑐 2 −𝑣 2 .
Kecepatan ketika kembali adalah juga √𝑐 2 −𝑣 2 dan waktu t2 untuk perjalanan
keliling adalah:
−1/2
2𝐿 2𝐿 𝑣2
𝑡2 = = (1 − ) .
√𝑐 2 −𝑣 2 𝑐 𝑐2

Perbedaan waktu perjalanan untuk sinar 1 dan 2 adalah 𝑡1 − 𝑡2 = Δ𝑡 , dan


perbedaan lintasannya Δ𝑥 adalah cΔ𝑡 , sehingga:
−1 −1/2
𝑣2 𝑣2
Δ𝑥 = 2𝐿 [(1 − ) − (1 − ) ].
𝑐2 𝑐2

Sekarang umpamakan interferometer berputar 900 dari posisinya, atau


sebesar sudut sedemikian rupa sehingga angin eter pada diagram adalah vertikal.
(Alat Michelson dipasang pada dasar yang berat supaya stabil, dan terapung i atas
air raksa sehingga dapat bergerak dengan mudah). Maka sinar 1 dan 2 bertukar
peranan dan beda lintasan Δ𝑥′ adalah:
−1/2 −1
𝑣2 𝑣2
Δ𝑥 = 2𝐿 [(1 − ) − (1 − ) ].
𝑐2 𝑐2

Sebagai akibat dari perputaran, beda lintasan berubah sebesar Δ𝑥 − Δ𝑥′ .


Perubahan satu panjang gelombang menyebabkan perubahan satu rumbai
memotong garis referensi bila dilihat dengan teleskop, sehingga perubahan rumbai
yang diharapkan Δ𝑚 adalah:
−1 −1/2
Δ𝑥 − Δ𝑥′ 2𝐿 𝑣2 𝑣2
Δ𝑚 = = [2 (1 − ) − 2 (1 − ) ].
𝜆 𝜆 𝑐2 𝑐2

Jika v kecil dibandingkan dengan c, maka perbandingan v2/c2 sangat kecil dan
aproksimasi yag baik adalah:
−1 −1/2
𝑣2 𝑣2 𝑣2 𝑣2
(1 − ) = 1 + , (1 − ) = 1 + .
𝑐2 𝑐2 𝑐2 2𝑐 2

Kemudian aproksimasi ini menjadi:

9
2𝐿 𝑣 2
Δ𝑚 = .
𝜆 𝑐2

Umpama kecepatan v adalah kecepatan orbit bumi mengelilingi matahari


kira-kira 3 x 104 m/dt. Maka:
𝑣2
= 10−8 .
2𝑐 2

Dengan memantulkan sinar 1 dan 2 bolak-balik beberapa kali, panjang L


menjadi ekivalan dengan 11 m. Perubahan rumbai yang diharapkan untuk panjang
gelombang cahaya hijau = 5,5 x 10-7 adalah:
2 × 11 𝑚
Δ𝑚 = × 10−8 = 0.4,
5.5 × 10−7

atau sebanyak empat sepersepuluh rumbai. Perubahan yang diiliki Michelson dan
Morley lebih kecil dari seperseratus rumbai, dan mereka berkesimpulan bahwa
pada kenyataannya, pada batas-batas penyelidikan yang tidak pasti ini, perubahan
adalah nol, dengan mengabaikan kecepatan orbit bumi yang nampakanya relatif
diam terhadap eter. Hasil ini merupakan teka-teki, dan masa kini penyelidikan
Michelson-Morey ini sangat berarti sebagai hasil negatif yang pernah didapat.
Berbagai upaya dilakukan untuk menjelaskan hasil negatif dari eksperimen
Michelson-Morey, dan untuk menyelamatkan konsep kerangka eter dan
transformasi kecepatan Galileo untuk cahaya. Seluruh proposal yang dihasilkan
dari upaya-upaya ini telah dibuktikan salah. Tidak ada eksperimen dalam sejarah
fisika yang pernah sebegitu beraninya menjelaskan suatu ketiadaan hasil
penelitian yang diperkirakan seperti eksperimen Michelson-Morey. Einsteinlah
yang memecahkan persoalan tersebut pada tahun 1905 dengan teori relativitas
khusus yang digagasnya.
Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh
sederhana tersebut di atas untuk mencoba mengukur kecepatan aliran eter, bila
memang eter itu ada. Perahu A dan perahu B diganti dengan pasangan berkas
cahaya yang berasal dari satu sumber, yang satu dipantulkan dan yang lain
diteruskan oleh gelas setengah cermin seperti tampak pada gambar dibawah.

10
Gambar 2.2 Percobaan interferometer Michelson – Merley
Masing-masing berkas cahaya itu dipantulkan oleh cermin C1 dan C2 yang
letaknya terhadap gelas setengah cermin. Berkas-berkas cahaya ini menggantikan
peran perahu A dan B. Apabila kecepatan cahaya itu sebesar 3 × 108 m/s dan
kecepatan eter relatif terhadap bumi sama dengan kecepatan tangensial bumi
mengelilingi matahari yaitu sebesar 3 × 104 m/s sehingga diharapkan ada selisih
waktu antara tA dan tB. Adanya selisih waktu itu diharapkan antara gelombang
cahaya yang berasal dari pantulan cermin C1 dan C2 akan timbul perubahan pola-
pola hasil interferensi yang terjadi pada layar pengamatan. Akan tetapi selama
percobaan tidak pernah teramati adanya perubahan pola-pola interferensi yang
terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara tA dan tB.
Berdasarkan percobaan ini Michelson dan Morley menyimpulkan bahwa :
1. Hipotesa tentang eter itu tidak benar, eter itu tidak ada.
2. Kecepatan cahaya adalah sama untuk ke segala arah, tidak tergantung pada
kerangka acuan inersial.

11
2.4 Postulat Relativitas Khusus
Teori relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersial yaitu
kerangka acuan yang bergerak relatif pada kecepatan konstan (tetap) terhadap
kerangka acuan lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua
postulat, yaitu:
1. Hukum-hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan
inersial.
2. Cahaya yang merambat di ruang hampa dengan kecepatan c = 3 x 108 m/s
adalah sama untuk semua pengamat dan tidak bergantung pada gerak sumber
cahaya maupun kecepatan pengamat.
Postulat pertama didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum
yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan
diam dan mana yang dalam keadaan bergerak. Misalnya, seseorang berinisial A
berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi.
Dari sudut pandang A, pesawat diam pada suatu tempat dan permukaan bumi-lah
yang bergerak. Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia
berpijak yang tetap diam dan pesawat dengan berisi si A didalamnya yang
bergerak.
Postulat kedua menyatakan bahwa kecepatan cahaya c konstan, tidak
bergantung pengamat yang mengukur dari kerangka acuan inersia. Segala
pengukuran harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan
yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Pada postulat Einstain telah dijalaskan bahwa besaran yang tetap dan sama
untuk semua pengamat hanyalah kecepatan cahaya berarti besaran lain tidaklah
sama. Besaran – besaran itu diantaranya adalah kecepatan relatih benda, panjang
benda waktu, massa dan energi.
a. Kecepatan relatif

12
Jika ada sebuah pesawat (acuan O’) yang bergerak dengan kecepatan v
terhadap bumi (acuan O) dan pesawat melepaskan bom (benda) dengan
kecepatan tertentu maka kecepatan bom tidaklah sama menurut orang di bumi
dengan orang di pesawat. Kecepatan relatif itu memenuhi persamaan berikut.

dengan :
vx = kecepatan benda relatif terhadap pengamat diam (m/s)
vx’ = kecepatan benda relatif terhadap pengamat bergerak (m/s)
v = kecepatan pengamat bergerak (O’) relatif terhadap pengamat diam (O)
c = kecepatan cahaya
b. Kontransi Panjang
Kontransi panjang adalah penyusutan panjang suatu benda menurut pengamat
yang bergerak. Penyusutan ini memenuhi persamaan berikut.

dengan :
L = panjang benda menurut pengamat yang bergerak relatif terhadap benda
L0 = panjang benda menurut pengamat yang diam relatif terhadap benda
c. Dilatasi Waktu
Dilatasi waktu adalah peristiwa pengembungan waktu menurut pengamat
yang bergerak. Hubungannya memenuhi persamaan berikut.

dengan :
Δt = selang waktu menurut pengamat yang bergerak terhadap kejadian
Δt0 = selang waktu menurut pengamat yang diam terhadap kejadian
d. Massa dan energi relatif
Perubahan besaran oleh pengamat diam dan bergerak juga terjadi pada massa
benda dan energinya.

13
Dan energi benda diam dan bergerak memiliki hubungan sebagai berikut.
(a) Energi total : E = mc2
(b) Energi diam : E0 = m0 c2
(c) Energi kinetik : Ek = E – E0
Poin-poin diatas merupakan formulasi energi dari teori relativitas einstein.

2.5 Massa, Momentum dan Energy Relavitastik


2.5.1 Massa Relativistik
Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran waktu dan
pengukuran panjang adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v. Lalu, bagaimana
dengan massanya? Menurut teori relativitas khusus bahwa massa relativistik m
dari sebuah partikel yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat dinyatakan:

Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila partikel
tersebut berada dalam keadaan diam (v = 0) dalam suatu kerangka acuan, dan m
disebut massa relativistik partikel.
2.5.2 Momentum Relativistik
Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian massa dan
kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam relativitas
umum, maka didefinisikan kembali momentum sebuah partikel yang massa
diamnya m0 dan lajunya v adalah:

14
2.5.3 Energi Relativistik
Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja
pada partikel sama dengan perubahan pada energi kinetik partikel tersebut.
Sebagaimana dalam mekanika klasik, kita akan mendefinisikan energi kinetik
sebagai kerja yang dilakukan oleh gaya dalam mempercepat partikel dari keadaan
diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Jadi,

dengan v = ds/dt, jadi:

Kemudian, persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan (2),


maka diperoleh:

Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan


disebut energi diam partikel E0, yang merupakan perkalian massa diam
dengan c2 .

E0 = m0 . c2 ....................................................... (4)

15
Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi relativistik,
yaitu :

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dua dalil dasar dari teori relativitas khusus adalah :
 Hukum fisika arus sama dalam semua kerangka acan inersia.
 Kelajuan cahaya di ruang hampa udara bernilai sama, c = 3 x 10 8 m/s, dalam
seluruh kerangka inersia, terlepas dari besar kelajuan pengamat atau kelajuan
sumber yang memancarkan cahaya tersebut.

Tiga konsekuensi teori relativitas khusus adalah:


 Kejadian yang diukur serentak oleh seorang pengamat tidak harus diukur
serentak oleh pengamat lainnya yang bergerak relativ terhadap pengamat
pertama.
 Jam yang bergerak relativ terhadap pengamat diukur berdetak lebih lambat
1
dengan faktor perlambatan 𝛾 = 2
. Fenomena ini disebut pengembungan
√1− 𝑣2
𝑐

waktu.
 Panjang benda yang bergerak diukur memendek pada arah geraknya dengan
𝑣2
faktor pemendekan 1/𝛾 = √1 − . Fenomena ini disebut pemendekan
𝑐2

panjang.
Untuk memenuhi dalil-dalil relativitas khusus, persamaan transformasi
Galileo harus digantikan oleh persamaan trnsformasi Lorentz:
𝑥−𝑢𝑡
𝑥′ =
√1− 𝑢2 /𝑐 2

𝑦′ = 𝑦
𝑧′ = 𝑧
𝑢2
𝑡−( 2 )𝑥
′ 𝑐
𝑡 =
√1− 𝑢2 /𝑐 2

17
3.2 Saran
1. Sebaiknya menggunakan banyak referensi sebagai bahan untuk makalah
agar materi yang disajikan lebih lengkap.
2. Sebaiknya dalam penyusunan makalah menggunakan bahasa yang mudah
dipahami

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Relativitas_khusus
Beiser, Arthur. 1981. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Jewett, Serway. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Krane, K.S. 1983. Modern Physics. New York: Jonh Willey and Sons.
Zemansky, Sears. 1981. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai