Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

GANGGUAN DEPRESI RINGAN


Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Kota Salatiga

Disusun oleh:

Tommy Akroma

20174011023

Pembimbing:

dr. Warih Andan P, M. Sc, Sp. KJ(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD KOTA SALATIGA

2018
Laporan Refleksi Kasus Koass
Nama dan NIPP : Tommy Akroma / 20174011023
Homebase : RSUD Kota Salatiga
Puskesmas : Puskesmas Bambanglipuro

1. Pengalaman
Seorang perempuan berinisial Ny. W, berusia 53 tahun, sudah menikah, datang
dengan keluhan mual. Mual sudah dirasakan 2 hari sebelum dating ke puskemas
Bambanglipuro. Mual hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu, disertai dengan nyeri perut,
panas diperut. Pasien juga mengeluhkan pusing cekot-cekot sejak 2 bulan yang lalu,
pusing memberat sejak 1,5 bulan sebelum anaknya menikah, keluhan sangat memberat
dan mengangu aktivitas, pasien mengatakan kefikiran terhadap persiapan pernikahan
anaknya, dan pasien terkendala oleh biaya yang dibutuhkan sehingga membuat pasien
sangat merasa terbebani. Keluhan lain pasien mengatakan sering susah tidur, nafsu
makan berkurang, pada pagi harinya pasien mengatakan lemas, sering keluar keringat
dingin, jantung berdebar, dan sesak. Selain itu pasien mengatakan tubuhnya pegal pegal
dan kurang bersemangat untuk bekerja. Pasien juga khawatir dengan sakitnya yang tak
kunjung sembuh sudah 2 bulan. Akibat dari keluhan tersebut membuat pasien menjadi
kurang semangat untuk bekerja, jika bekerja merasa cepat lelah, keluhan tersebut cukup
menganggu pasien dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Pasien mengatakan jika
sudah timbul keluhan diatas pasien istirahat, keluhan membaik sedikit tetapi keluhan
tetap menggangu aktivitas pasien. Pasien mengatakan untuk makan sangat sulit, tidak
ada nafsu makan, cenderung makannya di paksa hanya untuk agar bertenaga. Tidur juga
sangat sulit untuk memulai, ini sangat menggangu karena pasien pada pagi harinya
berjualan sayuran dipasar. Beberapa bulan terakhir pasien mengakui moodnya kurang
bersemangat dan cenderung lemas.
1. Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesan umum terlihat baik, rawat dirinya
baik, mood disforik dengan afek luas-normoafek, bentuk pikir dan isi pikir dalam batas
normal. Pemeriksaan lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
juga didapatkan hasil dalam batas normal. Mood disforik dan hampa yang dialami
pasien kemungkinan besar diakibatkan dari sering memikirkan sakitnya yang tak
kunjung sembuh. Pada status internus dan neurologis tidak diapatkan adanya kelainan .
Pasien ini didagnosis gangguan cemas menyeluruh. Terapi yang diberikan oleh yaitu
Ranitidin 150 mg 2x1, chlorfeniramin maleat 4 mg 2x1 tab, diazepam 2 mg 1x1 tablet.
Psikoterapi : Edukasi pasien tentang kondisinya saat ini dan pengobatan yang sedang
dijalankan. Mengingatkan pasien agar menjaga kepatuhan minum obat. Terapi
berorientasi keluarga: menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan
dukungan kepada pasien. Psikoterapi supportif: bertujuan untuk memperkuat
mekanisme defens pasien terhadap tekanan/stressor, meningkatkan kepercayaan diri
dan menjelaskan bahwa fikiran mempengaruhi segalanya. Terapi yang paling sering
digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitive-behavioural therapy (CBT).
Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau meditasi ketika kecemasan
muncul, teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan yang disertai dengan

2. Masalah yang Dikaji


Bagaimana penatalaksaan untuk GAD yang diberikan kepada pasien ?
Bagaimana penatalaksanaan pada Gangguan cemas menyeluruh farmakologi
atau non faramakologi ?

3. Analisa Kritis
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang
berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang
jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan
timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.
Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut dengan
ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan
siaga. Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.
Benzodiazepin merupakan pilihan “drug of choice” untuk gangguan kecemasan
menyeluruh. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah dan
ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh
menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan.
Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama
1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas, antikonvulsan,
anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang termasuk
dalam golongan Benzodiazepin antara lain :11
• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg 9im/iv),
broadspectrum
• Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum
• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-
pasien dengan kelainan hati dan ginjal.
• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor
performance paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang
masih ingin tetap aktif beraktivitas.
• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe
antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi.
Beberapa masalah adalah berhubungan dengan pemakaian benzodiazepine
dalam gangguan keceamsan menyeluruh. Sekitar 25-30% dari semua pasien, tidak
berespon dan dapat terjadi toleransi serta ketergantungan. Beberapa pasien juga
mengalami gangguan kesadaran saat menggunakan obat ini dan juga berada dalam
risiko untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mesin. Kekeliruan klinis
yang sering dengan terapi benzodiazepine adalah dengan memutuskan secara pasif
untuk melanjutkan pengobatan atas dasar tanpa batas.
1) Terapi kognitif perilaku
Psikoterapi utama dalam gangguan kecemasan menyeluruh adalah Cognitive-
behaviour therapy (CBT) dan Mindfulness-based stress reduction. Teori Cognitive
Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk melalui
proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses kognisi akan menjadi faktor
penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Terapi
kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak,
dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat
dan memutuskan kembali. Dengan mengubah arus pikiran dan perasaan, klien
diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.Tujuan terapi
kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien menentang pikiran (dan emosi) yang
salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka
tentang masalah yang dihadapi. Pendekatan kognitif mengajak pasien secara kangsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi,
latihan bernapas, restuktur kognitif atau edukasi dan biofeedback. Sedangkan
Mindfulness-based stress reduction merupakan suatu psikoterapi dengan cara
melakukan meditasi untuk mengurangi gangguan kecemasan menyeluruh
2) Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi
sosial dan pekerjaannya.
3) Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik bawah
sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh
mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

4. Dokumentasi
 Nama : Ny. W
 Umur : 53 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Petani
 Status Pernikahan : Menikah
 No. HP :-
 Alamat : sirat
 Diagnosis utama
Gangguan Cemas Menyeluruh
 Tindakan dan Pengobatan
Farmakoterapi
Diazepam 2 mg 1x1 tablet
Ranitidin 150 mg 2x1 tablet
chlorfeniramin maleat 4 mg 2x1 tablet
Nonfarmakoterapi

Psikoterpi : Edukasi, terapi berorientasi keluarga, psikoterapi supportif, dan


cognitive behavior therapy

5. Referensi
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta. 2013
2. Locke, AB., Kirst, N & Shultz, CG. 2015. Diagnosis and Management of Generalized
Anxiety Disorder and Panic Disorder in Adults. American Academic of Family
Physicians vol 91 no 9 pp 617-624
3. Kaplan, I. H., Saddock B. J. 2015. Gangguan Kecemasan Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ketujuh. Jilid Satu : Phyladelphia. Hal.1-
67.
4. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in : Dale DC,
Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. : 2007

Dokter Pembimbing Refleksi

(dr. Warih Andan P, M. Sc, Sp.


KJ(K)

Anda mungkin juga menyukai