Anda di halaman 1dari 2

Moderasi islam

suatu yang niscaya bahwa ummat ini harus memposisikan diri sebagai umat yang
menawarkan middle way bagi semua urusan manusia, yakni jalan lurus (ash-shiratal al-
mustaqim) yang jauh dari ekstrimisme itu. Ummat Islam dengan segala potensi ajarannya
yang mengagungkan dan menjunjung tinggi moderasi adalah satu ummat yang saat ini
sedang ditunggu perannya di pentas dunia di pelataran peradaban mereka. Ummat Islam
diharapkan memberikan kontribusi positif dalam memberikan solusi terhadap kerumitan
kemanusiaan yang saat ini sedang menggelinding liar bagaikan bola salju.
Peran besar mereka dalam sejarah perjalanan umat manusia memang telah terbukti
dan telah menjadi legenda yang paling diminati oleh sejarawan dunia. Tidak ada seorangpun
yang bisa mengelak dan tidak mengakui bahwa ummat Islam telah memberikan sumbangan
besar terhadap perjalanan damai kemanusiaan. Sumbangan itu mereka berikan di lapangan
politik, ekonomi, budaya, peradaban, ilmu pengetahuan dan sains dengan format yang
demikian mengagumkan.
Ummat Islam telah membuktikan bahwa kandungan ajaran yang ada dalam Kitab
Suci mereka (Al-Quran) telah menjadi guideline yang luar biasa untuk menata dan meniti
kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Hadits-hadits Rasul telah mampu memberikan
inspirasi dan petunjuk yang membuat ummat ini senantiasa berjalan mantap menapakkan
perannya di panggung dunia.
Moderasi Islam telah melahirkan sebuah peradaban besar dengan spektrum yang
luar biasa mencengangkan dunia. Kaidah-kaidah ajaran Islam yang menampilkan moderasi
dalam formatnya yang paling indah telah menjadikannya sangat mudah diterima oleh setiap
lapisan manusia.
Moderasi dalam Islam telah memberikan “jaminan” ruang hidup abadi pada ajaran
agama ini hingga akhir zaman. Keajegan pokok dan kelenturan dalam cabang ajaran Islam,
menjadikannya akan senantiasa mampu beradaptasi dengan situasi apapun di segala zaman
dan waktu “shalehun li kulli zaman wa makan”. Ajaran-ajaran pokok yang ajeg (tsawabit)
dan cabang-cabang yang fleksibel (murunah) telah memberikan ruang yang demikian lebar
bagi adanya ijtihad dalam Islam sehingga bisa dipastikan ajaran ini tidak mengalami
kejumudan.
Moderasi Islam yang “built in “ dalam dirinya ini Allah janjikan akan menjadikan
agama ini menjadi lebih unggul atas agama manapun, dan atas ideologi apapun yang
diproduksi oleh manusia. Allah berfirman :
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan
agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukai.” (At-Taubah : 33).
Islam sangat menentang sikap anti-moderasi atau lebih tepatnya ekstremisme (ghuluw)
dalam bentuk apapun. Sikap ghuluw akan menimbulkan dampak negatif dan ekses minus
bagi individu, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia. Sikap ekstrem dalam beragama juga
akan memberikan dampak negatif terhadap agama itu sendiri dan akan menimbulkan
bencana ke laur agama tadi. Ekstremisme (ghuluwisme) akan menyebabkan agama –dan
biasanya dituduhkan kepada Islam—menjadi pihak tertuduh munculnya dis-harmoni di
tengah-tengah masyarakat lokal dan internasional.
Ekstremisme adalah sikap anti-moderasi dan tidak memiliki tempat dalam norma,
doktrin, wacana dan praktik Islam. Ektremisme adalah musuh bersama dan sangat ditentang
oleh Islam. Sebagaimana yang Allah firmankan mengenai Ahli Kitab : Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar (An-Nisaa’ : 171) dan firman-Nya : Katakanlah: “Hai Ahli
Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam
agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat
dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Maidah : 77).
Moderasi atau wasathiyah Islam inilah yang akan menjadi sajian dalam buku ini.
Moderasi dengan wajahnya yang damai yang menebarkan rahmat pada semesta. Moderasi
yang menawarkan kemanusiaan dalam format yang sebenarnya.
Tentang jalan tengah atau moderasi ini demikian berlimpah di dalam Al-Quran dan
hadits Rasulullah. Moderasi Islam senantiasa menekankan keseimbangan antara dunia-
akhirat, ruh-jasad, pikir-hati.
Ayat dan hadits –saya sebutkan sebagian saja— di bawah ini akan memperjelas
kepada kita betapa moderasi itu menjadi substansi utama dalam ajaran Islam :
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash : 77).
Ayat tadi mengingatkan kita agar tidak terlalu cenderung pada salah satunya, baik
kehidupan dunia ataupun akhirat. Sebab kecenderungan yang tidak moderat hanya akan
mematikan bagian yang lain.
Ayat lain misalnya,
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian (Al-
Furqan : 67).
Oleh sebab itulah sebab melarang hidup cara pendeta rahbaniyah karena itu sama
artinya dengan meninggalkan dunia.
Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah (HR. Baihaqi)
Sebaik-baik pekerjaan adalah yang pertengahan (HR. Ad-Dailami).
Buku ini lahir dari kesadaran untuk menampilkan Islam apa adanya (as it is) tanpa
mengurangi dan menambahkan sesuatu apapun yang baru dalam hal ajarannya, norma dan
doktrinnya. Islam yang diajarkan Al-Quran, dibimbingkan Rasulullah dan dipraktikkan para
sahabat-sahabatnya. Islam yang menyejukkan dengan landasan moderasi yang kokoh dan
ajeg dan semangat rahmatan lil’alamin.

Anda mungkin juga menyukai