Oleh: Febria Savitry Arum Melati NIM 162310101019
Oleh: Febria Savitry Arum Melati NIM 162310101019
oleh :
NIM 162310101019
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
DAFTAR ISI
ii
1
Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik). Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir)
2
darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri menerima darah
yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.
Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut
septum atrium. Fungsi ventrikel kanan yaitu menerima darah dari atrium
kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Fungsi
ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut
septum ventrikel.
Katup pada jantung terdapat dua jenis yaitu katup atrioventikuler dan
katup semilunar. Katup atrioventikuler memisahkan antara atrium dan
ventrikel yang memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke
ventrikel baik pada saat sistole maupun diastole ventrikel. Katup
atrioventikuler terbagi lagi menjadi 2 yaitu katup trikuspidalis yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan, dan juga katup bikuspidalis yang
terletak antara atrium kiri dan atrium kanan. Katup yang kedua yaitu katup
semilunar yang memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup semilunar juga terbagi menjadi dua yaitu katup semilunar pulmonal
yang membatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, dan katup yang kedua
3
yaitu katup semilunar aorta yang membatasi ventrikel kiri dan aorta (Aspiani,
2016).
Kedua jenis katup tersebut membuka dan menutup secara pasif, dapat
menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik jantung dan
pembuluh darah. Terdapat juga bagian septum atrial yaitu bagian yang
memisahkan antara atrium kiri dan kanan, sedangkan septum ventrikel
merupakan bagian yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan (Aspiani, 2016).
Dalam buku Aspiani, 2016 dijelaskan bahwa jantung memiliki 4 ruang yaitu:
1. Atrium kanan
Ruang jantung yang memiliki dinding yang tipis, serta berfungsi sebagai
tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh,
kemudian mengalirkan ke dalam ventrikel melalui katup trikuspidalis
dengan 80% mengalir secara pasif dan 20% dengan kontraksi atrium.
Pengisian ventrikel dengan kontraksi dinamakan atrial kick, dan
hilangnya atrial kick pada disritmia dapat mengurangi pengisisan
ventrikel sehingga mengurangi curah ventrikel.
4
2. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan sangat berperan penting dalam menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonal. Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah yang
bertekanan rendah, dengan resisten jauh lebih kecil terhadap aliran darah
dari ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik
terhadap aliran darah dari ventrikel kiri.
3. Atrium kiri
Pada rongga atrium kiri disinilah yang menerima darah yang sudah
teroksigenasi dari paru melalui keempat vena pulmonalis. Antara vena
pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati, sehingga perubahan
tekanan dari atrium kiri mudah sekali membalik retograd ke dalam
pembuluh paru. Darah ini kemudian mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup mitralis
4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta yang
merupakan arteri terbesar tubuh. Ventrikel kiri harus menghasilkan
tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik
dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.
1.2 Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh. Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Andra Saferi, 2013).
Dapat pula digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal
jantung merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gejala
gagal jantung seperti: sesak nafas, lelah saat beraktivitas, adanya tanda-tanda
5
retensi cairan seperti kongesti paru atau bengkak di pergelangan kaki, serta
adanya bukti objektif kelainan struktur dan fungsi jantung yang didapatkan
dari hasil pemeriksaan lanjutan.
Gagal jantung terjadi pada saat jantung tidak mampu untuk memompa
darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan hal
ini berdampak pada memburuknya perfusi atau aliran darah ke berbagai organ
dalam tubuh dan kongesti vaskular pada sirkulasi paru maupun sistemik.
Gagal jantung dalam pengertian ini disebutkan memiliki 2 efek yaitu
backward (efek belakang) maupun forward (efek depan).
Apabila jantung kiri mengalami kegagalan maka efek backward yang
terjadi adalah penumpukan volume darah dari atrium kiri, kemudian
menyebabkan darah dari paru terhambat, sehingga akan terjadi juga
penumpukan volume darah di kapiler dari paru. Peningkatan tekanan
hidrostatik ini yang menyebabkan cairan plasma keluar dari pembuluh kapiler
paru dan menyebabkan edema paru. Sedangkan efek forward yang terjadi
yaitu penurunan curah jantung yang berdampak pada terjadinya penurunan
perfusi ke organ-organ di dalam tubuh.
Sedangkan jika jantung kanan yang mengalami kegagalan maka efek
backward yang akan tejadi yaitu kongesti sistemik yang ditandai dengan
adanya edema pada seluruh tubuh, hal ini disebabkan karena darah tidak dapat
memasuki jantung kanan karena tingginya tekanan di atrium dan ventrikel
kanan jantung. Sedangkan eek forward yang akan terjadi yaitu adanya
penurunan perfusi ke paru. Hal ini akan menyebabkan gangguan pertukaran
gas serta penurunan preload yang pada akhirnya dapat menrunkan curah
jantung.
1.3 Epidemiologi
Berdasarkan adanya diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0.13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang,
sedangkan berdasarkan gejala sebesar 0.3% atau diperkirakan sekitar 530.068
orang. Dengan adanya diagnosa dokter estimasi jumlah penderita penyakit
gagal jantung terbanyak terdapat pada daerah Provinsi Jawa Timur sebanyak
6
54.826 orang (0.19%), dan untuk jumlah penderita terendah yaitu daerah
Provinsi Maluku Utara sebanyak 144 orang (0.02%). Sedangkan berdasarkan
adanya gejala jumlah penderita gagal jantung terbanyak terdapat di daerah
Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0.3%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung yaitu
sebanyak 945 orang (0.1%) (Kemenkes RI, 2014).
1.4 Etiologi
1. Faktor intrinsik
Penyebab utama dari gagal jantung adalah penyakit arteri koroner.
Penyakit arteri koroner ini menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
arteri koroner sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot
jantung. Berkurangnya oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan atau
bahkan kematian otot jantung sehingga otot jantung tidak dapat
berkontraksi dengan baik (AHA, 2012). Kematian otot jantung atau
disebut infark miokard merupakan penyebab tersering lain yang
menyebabkan gagal jantung (Black & Hawks, 2009). Keadaan infark
miokard tersebut akan melemahkan kemampuan jantung dalam memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Penyebab
intrinsik lain dari gagal jantung kelainan katup, cardiomyopathy, dan
aritmia jantung (Black & Hawks, 2009).
2. Faktor ekstrinsik
Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan gagal jantung
meliputi kondisi yang dapat meningkatkan afterload (seperti hipertensi),
peningkatan stroke volume akibat kelebihan volume atau peningkatan
preload, dan peningkatan kebutuhan (seperti tirotoksikosis, kehamilan).
Kelemahan pada ventrikel kiri tidak mampu menoleransi perubahan yang
masuk ke ventrikel kiri. Kondisi ini termasuk volume abnormal yang
masuk ke ventrikel kiri, otot jantung ventrikel kiri yang abnormal, dan
masalah yang menyebabkan penurunan kontraktilitas otot jantung (Black
& Hawks, 2009).
7
1.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan waktu terjadinya
Berdasarkan waktu terjadinua gagal jantung dibagi menjadi 2 yaitu gagal
jantung akut dan gagal jantung kronis. Gagal jantung akur merupakan suatu
sindrom klinis disfungsi yang terjadi secara cepat dan dalam waktu yang
singkat dalam hitungan beberapa jam dan atau hari. Sedangkan gagal
jantung kronis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gejala
dan tanda abnormalitas struktur dan fungsi pada jantung. Hal ini akan
menyebabkan kegagalan jantung memenuhi kebutuhan oksigen
metabolisme tubuh.
2. Berdasarkan adanya kelainan struktural jantung dan berdasarkan adanya
gejala yan berkaitan dengan kapasitas fungsional
1) Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung
a. Stadium A
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal
jantung. Tidak terdapat gangguan struktural dan fungsional
yang berhubungan dengan perkembangan jantung yang
mendasari.
b. Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktural jantung yang
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tidak
terdapat tanda dan gejala.
c. Stadium C
Gagal jantung yang simtomatil berhubungan dengan penyakit
struktural jantung yang mendasari.
d. Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala jantung yang
sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapatkan
terapi medis maksimal (refrakter).
2) Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)
a. Kelas I
8
1.6 Patofisiologi
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebih – pembenan sistolik (systolic overload)
a. Volume: defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten
b. Tekanan: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c. Disritmia
3. Beban volume berlebihan – pembenan diastolic (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
Gagal jantung merupakan penyakit komplikasi yang sering terjadi setelah
adanya penyakit miokard infark akut atau iskemia jantung yang
berkepanjangan yang merusak otot jantung. Hal lain yang dapat menyebabkan
gagal jantung yaitu:
Sesak napas atau dispnea biasanya dialami selama kegiatan (paling sering),
saat istirahat, atau saat tidur. Pasien CHF juga akan mengalamikesulitan
bernapas saat berbaring dengan posisi supine sehingga biasannya akan
menopang tubuh bagian atas dan kepala diatas dua bantal. Hal ini
disebabkan karena aliran balik darah di vena pulmonalis ke paru-paru
karena jantung tidak mampu menyalurkannya. Hal ini menyebabkan
bendungan darah di paru-paru.
2. Batuk persisten atau mengi
3. Penumpukan cairan pada jaringan atau edema
4. Kelelahan atau fatigue
5. Penurunan nafsu makan dan mual
6. Peningkatan denyut nadi
7. Kebingungan, gangguan berpikir
b. Foto thoraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen
toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas. Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal
jantung akut dan kronik.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan sesuai tampilan
klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang
dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum
diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan
penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan
terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.
14
a) Furosemide (Lasix)
b) Bumetanide (Bumex)
c) Torsemide (Demadex)
d) Hydrochlorothiazide atau HCTZ (Esidrix, Hydrodiuril)
e) Indapamide (Lozol)
f) Metolazone (Zaroxolyn)
1.10 Pathway
19
Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
JenisKelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : TanggalPengkajian :
Alamat : SumberInformasi :
b. Riwayat Kesehatan
2.3 Intervensi
Hari/ Tgl/
Dx NOC NIC RASIONAL Paraf
Jam
Domain 4 kelas 4 00032 Hari/Tang Tujuan: Manajemen jalan nafas 1. Untuk memaksimalkan
Ketidakefektifan pola gal/ jam Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien semi potensi ventilasi
nafas
dilakukan keperawatan klien fowler 2. Membantu mengatur
Definisi : inspirasi
dan/atau ekspirasi yang perencana diharapkan pola nafas 2. Motivasi klien untuk pernafasan
tidak memberi ventilasi an klien menjadi efektif bernafas pelan, dalam, dan 3. Memonitor kepatenan
adekuat
tindakan Kriteria Hasil: batuk jalan nafas
Batasan karakteristik :
1. Pola napas abnormal - Pasien tidak mengalami 3. Auskultasi suara nafas dan 4. Untuk membantu
2. perubahan ekskursi sesak catat adanya suara nafas menambah suplai
dada
- Pola nafas pasien tambahan oksigen dan mengurangi
3. bradipnea
4. penurunan tekanan efektif 4. Berikan oksigenasi jika sesak nafas
ekspirasi - TTV dalam rentang diperlukan 5. Memonitor respirasi dan
5. penurunan tekanan 5. Monitor status pernafasan keadekuatan oksigen
normal
inspirasi
6. penurunan ventilasi dan status oksigen yang
semenit sesuai 1. Keadekuatan pernapasan
7. penurunan kapasitas 2. Mengetahui adanya
vital
26
Domain 4 kelas 4 00029 Hari/Tang Tujuan: 1. Auskultasi nadi apical dan 1. Memantau terjadinya
Penurunan curah gal/ jam Setelah dilakukan tindakan kaji frekuensi serta irama takikardi untuk
jantung dilakukan keperawatan klien jantung mengkompensasi
Definisi : ketidakkuatan perencana menunjukkan tidak adanya 2. Catat bunyi jantung penurunan kontraktilitas
volume darah yang an penurunan curah jantung 3. Palpasi nadi perifer jantung
dipompa oleh jantung tindakan Kriteria hasil: 4. Pantau tekanan darah 2. S1 dan S2 lemah karena
untuk memenuhi - Frekuensi jantung 5. Pantau keluaran urine menurunnya kerja pompa
kebutuhan metabolik meningkat 6. Kaji perubahan sensori (mis S3 sebagai aliran ke
tubuh - Status hemodinamik latergi, bingung, cemas) dalam serambi yaitu
Batasan karakteristik: stabil 7. Posisikan semi fowler distensi. S4
1 perubahan frekuensi - Keluaran urine adekuat 8. Kolaborasi dengan dokter menunjukkan
/irama jantung - Tidak terjadi dispneu untuk terapi oksigen dan inkopetensi atau stenosis
- Bradikardi - Akral hangat obat-obatan katup
- Perubahan 3. Untuk mengetahui fungsi
elektrokardiogra pompa jantung yang
m sangat dipengaruhi oleh
- Palpitasi jantung CO dan pengisisan
- Takikardi jantung
28
- penurunan
tekanan darah
- kulit lembab
- penurunan nadi
perifer
- penurunan
resistansi
vaskuler paru
- penurunan
resistensi
vaskuler sistemik
- dispnea
- peningkatan PVR
- peningkatan SVR
- oliguria
- pengisian kapiler
memanjang
4 perubahan
kontraktilitas
30
- bunyi napas
tambahan
- batuk
- penurunan indeks
jantung
- penurunan fraksi
ejeksi
- lenurunan
LVSWI
- penurunan SVI
- otopnea
- dispnea
proksismal
nokturnal
- ada bunyi S3
- ada bunyi S4
Domain 4 kelas 4 00092 Hari/Tang Tujuan: 1. Pantau kecenderungan 1. Hipotensi dapat terjadi
31
Intoleransi aktivitas gal/ jam Setelah dilakukan tindakan jantung TD, khususnya akibat kekurangan
Definisi : dilakukan keperawatan diharapkan hipotensi cairan, disritmia, gagal
ketidakcukupan energi perencana klien menunjukkan 2. Observasi perubahan jantung
psikologis atau fisiologis an peningkatan kemampuan status 2. Dapat mengindikasikan
untuk mempertahankan tindakan dalam melakukan aktivitas mental/orientasi/gerak penurunan aliran darah
atau menyelesaikan Kriteria hasil: tubuh atau oksigenasi serebral
aktivitas kehidupan - Klien menunjukkan 3. Buatkan jadwal tdur tanpa sebagai akibat penurunan
sehari-hari yang harus toleransi pada gangguan curah jantung
atau yang ingin aktivitas 4. Pantau program aktivitas 3. Mencegah kelemahan
dilakukan - Menunjukkan 5. Evaluasi adanya dan stress kardiovaskuler
Batasan karakteristik : peningkatan toleransi cemas/emosi berlebihan
1 respons tekanan darah aktivitas 6. Jelaskan pada pasien 4. Latihan teratur
abnormal terhadap tentang tahap-tahap merangsang sirkulasi
aktivitas aktivitas yang boleh kardiovaskuler berleihan
2 respons frekuensi dilakukan oleh pasien 5. Reaksi emosi berlebihan
jantung abnormal dapat mempengaruhi
terhadap aktivitas TTV dan tahanan
3 perubahan EKG vaskuler sistemik serta
4 ketidaknyamanan mempengaruhi fungsi
32
2.4 Implementasi
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya
mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan
suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga
mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan. Dalam
kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan
sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Berdasarkan konsep
dasar asuhan keperawatan pada penyakit gagal jantung dengan diagnosa
utama yakni ketidakefektifan pola napas dapat dilakukan dengan
memposisikan klien semi fowler, memotivasi klien untuk bernafas pelan,
dalam, dan batuk, mendengarkan suara nafas dan catat adanya suara nafas
tambahan, memerikan oksigenasi jika diperlukan, memonitor status
pernafasan dan status oksigen yang sesuai.
2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dari keberhasilan atau tidaknya suatu tindakan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Pada tahap evaluasi juga
dapat melihat bagaimana perubahan dan respon yang dirasakan oleh pasien.
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
gagal jantung dapat dilihat melalui tercapainya kriteria hasil yang sudah
ditulis seperti status pernafasan kembali normal.
34
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Congestive Heart Failure atau gagal jantung merupakan suatu kondisi
penyakit dimana jantung tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, yaitu
terutama pada bagian ventrikel dan hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu seperti hipertensi dan infark miokard akut. Seseorang yang
mengalami penyakit gagal jantung pastinya akan mengalami beberapa
keluhan seperti sesak nafas, edema, dan beberapa tanda lainnya.
3.2 Saran
Laporan pendahuluan mengenai Congestive Heart Failure atau gagal jantung
ini, diharapkan kepada pembaca dapat memanfaatkan dengan baik serta
mengembangkan isi materi untuk mencapai suatu pembaharuan informasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joice M. & Hawks, Jane H. (2009). Medical surgical nursing: clinical
management for positive outcomes (8 ed). Singapore: Elsevier