Anda di halaman 1dari 11

Sumartini, T.S.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut


http://e-mosharafa.org/

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Tina Sri Sumartini


STKIP Garut

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah pembelajaran
berbasis masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa sebagai akibat dari pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini adalah kuasi
eksperimen yang menerapkan dua pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di salah satu SMK di Kabupaten Garut.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dan diperoleh dua kelas sebagai sampel
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa: (1) peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, (2) Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa
ketika mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah
kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat, kesalahan mentransformasikan informasi, kesalahan
keterampilan proses, dan kesalahan memahami soal.
Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Pemecahan Matematis

ABSTRACT

This research is motivated by the results of previous studies that showed that students'
mathematical problem solving ability is not as expected. One lesson to improve mathematical
problem solving is based learning problems . The purpose of this study was to determine the
increase in students' mathematical problem solving ability as a result of problem-based
learning. This study is a quasi-experimental study that applies two problem-based learning and
conventional learning. The population in this study were students in one of the vocational
schools in Garut. Sampling was done by purposive sampling, and obtained two classes as the
study sample. The research instrument used was a test of mathematical problem solving
abilities. Based on these results we concluded that: (1) the increase in students' mathematical
problem solving ability that gets problem-based learning better than students who received
conventional learning, (2) mistakes made by student when working on the problems related to
mathematical problem solving ability was a mistake due to carelessness or less closely,
tansform fault information, error process skills, and misunderstanding question.
Keywords: problem based learning, mathematical problem solving ability

PENDAHULUAN untuk mengekspresikan hubungan-hubungan


Matematika memiliki peranan penting kuantitatif dan keruangan sedangkan
dalam segala aspek kehidupan terutama fungsinya adalah untuk memudahkan
dalam meningkatkan daya pikir manusia, berpikir”.
sehingga matematika merupakan salah satu Dalam pendidikan, kemampuan siswa
mata pelajaran yang diwajibkan di setiap diasah melalui masalah, sehingga siswa
jenjang sekolah mulai dari SD sampai SMA. mampu meningkatkan berbagai kompetensi
Menurut Abdurrahman (2003) “Matematika yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan Dahar
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya (2011: 121) yang menyatakan bahwa
148 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

kemampuan untuk memecahkan masalah mengatakan bahwa kemampuan pemecahan


pada dasarnya merupakan tujuan utama masalah sangat penting dalam matematika,
proses pendidikan. bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari
Berdasarkan penelitian sebelumnya, akan mendalami atau mempelajari
prestasi siswa SMK dalam pembelajaran matematika, melainkan juga bagi mereka
matemtika masih tergolong rendah terutama yang akan menerapkannya dalam bidang
dalam hal kemampuan memecahkan masalah studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari
matematis. Dari data yang diperoleh, Berkenaan dengan pentingnya
sebanyak 73% siswa masih memiliki kemampuan pemecahan masalah, National
kemampuan pemecahan masalah yang relatif Council of Teacher of Mathematics (NCTM,
kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal 2000) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan
yang diantaranya siswa kurang berminat pembelajaran matematika di sekolah, guru
dalam pembelajaran matematika, proses harus memperhatikan lima kemampuan
pembejaran yang masih mengandalkan guru matematika yaitu: koneksi (conections),
sebagai pemberi seluruh informasi materi penalaran (reasoning), komunikasi
matematika, dan sarana pembelajaran yang (communications), pemecahan masalah
masih kuraang. (problem solving), dan representasi
Jika dilihat dari aspek kurikulum, (representations). Oleh karena itu, guru
kemampuan pemecahan masalah menjadi memiliki peranan yang sangat penting dalam
salah satu tujuan dalam pembelajaran menumbuhkan kemampuan pemecahan
matematika di sekolah yaitu melatih cara masalah matematis dalam diri siswa baik
berpikir dan bernalar dalam menarik dalam bentuk metode pembelajaran yang
kesimpulan, mengembangkan kemampuan dipakai, maupun dalam evaluasi berupa
memecahkan masalah, serta mengembangkan pembuatan soal yang mendukung.
kemampuan menyampaikan informasi atau Meningkatkan kemampuan pemecahan
mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, masalah matematis siswa perlu didukung oleh
tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan metode pembelajaran yang tepat sehingga
sebagainya (Depdiknas, 2006: 6). Sejalan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
dengan tujuan pembelajaran matematika yang Wahyudin (2008) mengatakan bahwa salah
terdapat dalam KTSP (dalam Depdiknas satu aspek penting dari perencanaan bertumpu
2006), peserta didik harus memiliki pada kemampuan guru untuk mengantisipasi
kemampuan memecahkan masalah yang kebutuhan dan materi-materi atau model-
meliputi kemampuan memahami masalah, model yang dapat membantu para siswa
merancang model matematika, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi Didukung pula oleh Sagala (2011) bahwa
yang diperolah. guru harus memiliki metode dalam
Kemampuan pemecahan masalah sangat pembelajaran sebagai strategi yang dapat
penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) memudahkan peserta didik untuk menguasai
pemecahan masalah merupakan tujuan umum ilmu pengetahuan yang diberikan. Selain itu,
pengajaran matematika, (b) pemecahan guru harus mengetahui kesulitan-kesulitan
masalah yang meliputi metoda, prosedur dan yang dialami siswa dalam pembelajaran
strategi merupakan proses inti dan utama matematika sehingga dapat diberikan solusi
dalam kurikulum matematika, dan (c) yang tepat agar tujuan dalam pembelajaran
pemecahan masalah merupakan kemampuan dapat tercapai.
dasar dalam belajar matematika (Branca, Salah satu pembelajaran yang diduga
1980). Selain itu, Ruseffendi (1991: 103) dapat meningkatkan kemampuan

Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 149


ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

memecahkan masalah matematis siswa mendapatkan pembelajaran


adalah pembelajaran berbasis masalah. konvensional?
Pembelajaran berbasis masalah (problem 2. Kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan
based learning) adalah suatu pembelajaran siswa ketika mengerjakan soal-soal
yang menggunakan masalah dunia nyata kemampuan pemecahan masalah
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk matematis?
belajar tentang cara berpikir kritis dan Sebagaimana telah diuraikan di atas,
keterampilan pemecahan masalah serta untuk kemampuan pemecahan masalah
memperoleh pengetahuan dan konsep yang matematis siswa sangat penting dalam
esensial dari materi pembelajaran pembelajaran matematika, maka hasil
(Nurhasanah, 2009: 12). Menurut Arends penelitian ini dapat memberi manfaat
(2008: 43) pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
(problem based learning) dirancang terutama 1. Bagi guru, pembelajaran berbasis
untuk membantu siswa mengembangkan masalah memberikan alternatif yang
keterampilan berpikir, keterampilan dapat diterapkan dalam pembelajaran
menyelesaikan masalah, dan keterampilan matematika untuk meningkatkan
intelektualnya. kemampuan pemecahan masalah
Adapun karakteristik dari pembelajaran matematis siswa.
berbasis masalah (problem based learning) 2. Bagi siswa, memberikan kesan baru
adalah (1) ketergantungan pada masalah, dalam pembelajaran matematika dan
masalahnya tidak mengetes kemampuan, dan memudahkan siswa untuk memahami
masalah tersebut membantu pengembangan konsep matematika sehingga terjadi
kemampuan itu sendiri, (2) masalahnya peningkatan kemampuan pemecahan
benar-benar ill-structured, tidak setuju pada masalah matematis siswa.
sebuah solusi, dan ketika informasi baru 3. Bagi peneliti, memberikan
muncul dalam proses, presepsi akan masalah pengalaman yang berharga untuk
dan solusi pun dapat berubah, (3) siswa membangun inovasi dalam dunia
menyelesaikan masalah, guru bertindak pendidikan melalui pembelajaran
sebagai pelatih dan fasilitator, (4) siswa hanya yang efektif dalam meningkatkan
diberikan petunjuk bagaimana mendekati kemampuan pemecahan masalah
masalah dan tidak ada suatu formula bagi matematis siswa.
siswa untuk mendekati masalah, dan (5) 4. Bagi dunia pendidikan, dapat
keaslian dan penampilan. memberikan sumbangan pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah di tentang pembelajaran yang dapat
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian meningkatkan kualitas pendidikan
ini secara umum adalah: “Apakah
pembelajaran berbasis masalah dapat Kemampuan Pemecahan Masalah
meningkatkan kemampuan pemecahan Matematis
masalah matematis siswa?”. Secara lebih Pemecahan masalah merupakan suatu
khusus rumusan masalah di atas dibuat sub proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
masalah sebagai berikut: yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang
1. Apakah kemampuan pemecahan diharapkan. Dalam matematika, kemampuan
masalah matematis siswa yang pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa
mendapatkan pembelajaran berbasis untuk menyelesaikan soal-soal berbasis
masalah lebih baik daripada siswa yang masalah. Menurut Sumarmo (2000)
pemecahan masalah adalah suatu proses
150 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk dapat diakses tanpa banyak menggunakan
mencapai suatu tujuan yang diimginkan. mesin, ini berarti masalah yang terlibat bukan
Branca (dalam Sumarmo, 1994) karena perhitungan yang sulit; (2) dapat
mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat diselesaikan dengan beberapa cara, atau
diartikan dengan menggunakan interpretasi bentuk soal yang open ended; (3) melukiskan
umum, yaitu pemecahan masalah sebagai ide matematika yang penting (matematika
tujuan, pemecahan masalah sebagai proses, yang bagus); (4) tidak memuat solusi dengan
dan pemecahan masalah sebagai keterampilan trik; (5) dapat diperluas dan digeneralisasikan
dasar. Pemecahan masalah sebagai tujuan (untuk memperkaya eksplorasi).
menyangkut alasan mengapa matematika itu Sumarmo (2013: 128) menyatakan
diajarkan. Dalam interpretasi ini, pemecahan bahwa pemecahan masalah matematik
masalah bebas dari soal, prosedur, metode mempunyai dua makna yaitu: (1) pemecahan
atau isi khusus yang menjadi pertimbangan masalah sebagai suatu pendekatan
utama adalah bagaimana cara menyelesaikan pembelajaran, yang digunakan untuk
masalah yang merupakan alasan mengapa menemukan kembali (reinvention) dan
matematika itu diajarkan. Pemecahan masalah memahami materi, konsep, dan prinsip
sebagai proses merupakan suatu kegiatan matematika. Pembelajaran diawali dengan
yang lebih mengutamakan pentingnya penyajian masalah atau situasi yang
prosedur, langkah-langkah strategi yang kontekstual kemudian melalui induksi siswa
ditempuh oleh siswa dalam menyelesaikan menemukan konsep/prinsip matematika; (2)
masalah dan akhirnya dapat menemukan sebagai tujuan atau kemampuan yang harus
jawaban soal bukan hanya pada jawaban itu dicapai, yang dirinci menjadi lima indikator,
sendiri. yaitu:
Bell (1978: 119) menyatakan bahwa 1. mengidentifikasi kecukupan data untuk
terdapat lima strategis yang berkaitan dengan pemecahan masalah;
pemecahan masalah dunia nyata (real world) 2. membuat model matematik dari suatu
yaitu: (1) menyajikan masalah dalam bentuk situasi atau masalah sehari-hari dan
yang jelas sehingga tidak bermakna ganda; menyelesaikannya;
(2) menyatakan masalah dalam bentuk yang 3. memilih dan menerapkan strategi untuk
jelas sehingga tidak bermakna ganda; menyelesaikan masalah matematika dan
(3)menyusun hipotesi-hipotesis alternatif dan atau di luar matematika;
prosedur yang diperkirakan dapat 4. menjelaskan atau menginterpretasikan
dipergunakan untuk memecahkan masalah hasil sesuai permasalahan asal, serta
tersebut; (4) menguji hipotesis dan melakukan memeriksa kebenaran hasil atau
kerja untuk memperoleh solusi (pengumpulan jawaban;
data, pengolahan data, dll), solusi yang 5. menerapkan matematika secara
diperoleh mungkin lebih dari satu; (5) jika bermakna.
diperoleh satu solusi maka langkah Selain itu, Polya (dalam Ruseffendi,
selanjutnya memeriksa kembali apakah solusi 1991) mengemukakan bahwa untuk
itu benar namun jika diperoleh lebih dari satu memecahkan suatu masalah ada empat
solusi maka memilih solusi mana yang paling langkah yang dapat dilakukan, yakni:
baik. 1. Memahami masalah.
Olkin dan Schoenfeld (Sumarmo, 2013: Kegiatan dapat yang dilakukan pada
447) menyatakan bahwa bentuk soal langkah ini adalah: apa (data) yang diketahui,
pemecahan masalah yang baik hendaknya apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang

Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 151


ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah pemecahan masalah, dan memperoleh


asli dalam bentuk yang lebih operasional pengetahuan mengenai esensi materi
(dapat dipecahkan). pembelajaran.
2. Merencanakan pemecahannya. Mengacu dari pendapat Duch maka
Kegiatan yang dapat dilakukan pada pembelajaran berbasis masalah merupakan
langkah ini adalah: mencoba mencari atau pembelajaran yang menuntut aktivitas mental
mengingat masalah yang pernah diselesaikan siswa secara optimal dalam belajar berpikir
yang memiliki kemiripan dengan masalah kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan
yang akan dipecahkan, mencari pola atau memperoleh pengetahuan mengenai esensi
aturan, menyusun prosedur penyelesaian dari materi pelajaran dalam memahami suatu
(membuat konjektur). konsep, prinsip, dan keterampilan matematis
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. siswa berbentuk ill-stucture atau open-ended
Kegiatan yang dapat dilakukan pada melalui stimulus.
langkah ini adalah: menjalankan prosedur Pembelajaran berbasis masalah memiliki
yang telah dibuat pada langkah sebelumnya sepuluh karakteristik utama yang harus
untuk mendapatkan penyelesaian. dipenuhi sebagaimana yang dikemukakan
4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil oleh Amir (2009) yaitu: sebagai berikut:
penyelesaian. 1. permasalahan menjadi starting point
Kegiatan yang dapat dilakukan pada dalam belajar;
langkah ini adalah: menganalisis dan 2. permasalahan yang diangkat adalah
mengevaluasi apakah prosedur yang permasalahan yang ada di dunia nyata
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, yang tidak terstruktur;
atau apakah prosedur dapat dibuat 3. permasalahan membutuhkan perspektif
generalisasinya. ganda (multi perspective);
Indikator pemecahan masalah matematis 4. permasalahan menantang pengetahuan
dalam penelitian ini adalah: (1) memahami yang dimiliki oleh siswa sikap dan
masalah dan merencanakan pemecahan kompetensi yang kemudian
masalah; (2) membuat proses penyelesaian membutuhkan identifikasi kebutuhan
suatu masalah; (3) menjelaskan atau belajar dan bidang baru dalam belajar;
menginterpretasikan hasil sesuai 5. belajar pengarahan diri menjadi hal yang
permasalahan asal, serta memeriksa utama;
kebenaran hasil atau jawaban. 6. pemanfaatan sumber pengetahuan yang
beragam penggunaannya dan evaluasi
Pembelajaran Berbasis Masalah sumber informasi merupakan proses
Pembelajaran berbasis masalah dalam yang esensial dalam PBM;
bahasa Inggris diistilahkan problem based 7. belajar adalah kolaboratif, komunikasi,
learning (PBL) pertama kali diperkenalkan kooperatif;
pada awal tahun 1970-an sebagai salah satu 8. pengembangan keterampilan inkuiri dan
upaya menemukan solusi dalam diagnosa pemecahan masalah sama pentingnya
dengan membuat pertanyaan-pertanyaan dengan penguasaan isi pengetahuan
sesuai situasi yang ada. Duch (2001) untuk mencari solusi dari sebuah
mendefinisikan bahwa pembelajaran berbasis permasalahan;
masalah merupakan pendekatan pembelajaran 9. keterbukaan proses dalam PBM meliputi
yang mempunyai ciri menggunakan masalah sintesis dan integrasi dari sebuah proses
nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar;
belajar berpikir kritis, keterampilan
152 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

10. PBM melibatkan evaluasi dan review 2. mendefinisikan masalah;


pengalaman dan proses belajar. 3. mengumpulkan fakta;
4. menyusun hipotesis;
Selain itu, Barrett (2005 : 15) 5. melakukan penyelidikan;
merumuskan ciri PBL sebagai berikut: 6. menyempurnakan masalah yang telah
1. Mula-mula masalah diberikan kepada didefinisikan;
siswa. 7. menyimpulkan alternatif pemecahan
2. Siswa mendiskusikan masalah itu dalam secara kolaboratif; dan
kelompok. Mereka mengklarifikasi 8. melakukan pengujian hasil solusi
fakta, mendefinisikan apa masalahnya. pemecahan masalah
Menggali gagasan berdasarkan Adapun langkah-langkah pembelajaran
pengetahuan sebelumnya. Menemu- berbasis masalah adalah sebagai berikut:
kenali apa yang mesti diketahui
(dipelajari) untuk memecahkan masalah Tabel 1. Langkah-langkah PBM
itu (isu belajar terletak di sini). Bernalar Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi Menjelaskan tujuan
melalui masalah dan menentukan apa
siswa pada pembelajaran, menjelaskan
tindakan atas masalah tersebut. masalah logistik yang diperlukan,
3. Setiap siswa secara perorangan aktif dan memotivasi siswa
terlibat mempelajari pengetahuan yang terlibat pada aktivitas
diperlukan untuk menyelesaikan pemecahan masalah
masalah mereka. 2 Mengorganis Membantu siswa
asikan siswa mendefinisikan dan
4. Bekerja kembali berkelompok untuk untuk belajar mengorganisasikan tugas
menyelesaikan masalah belajar yang berhubungan
5. Menyajikan selesaian atas masalah dengan masalah tersebut
6. Melihat dan menilai kembali apa yang 3 Membimbing Mendorong siswa untuk
telah mereka pelajari dari pengalaman pengalaman mengumpulkan informasi
individual/kel yang sesuai, melaksanakan
memecahkan masalah itu. ompok eksperimen untuk
Menurut Barrett, agar berhasil, seorang mendapatkan penjelasan
fasilitator yang menggunakan PBL sebagai dan pemecahan masalah
pendekatan pembelajaran mestilah: 4 Mengemban Membantu siswa dalam
1. Tertarik dan antusias gkan dan merencanakan dan
menyajikan menyiapkan karya yang
2. Melupakan ceramah hasil karya sesuai seperti laporan, dan
3. Menenggang keheningan membantu mereka untuk
4. Membuat siswa berinteraksi satu sama berbagi tugas dengan
lain temannya
5. Mendorong penggunaan sumber 5. Menganalisis Membantu siswa untuk
dan melakukan refleksi atau
informasi akurat sewaktu siswa mengevaluasi evaluasi terhadap
menyelidiki isu belajarnya proses penyelidikan mereka dan
6. Berorientasi sasaran masalah dan belajar pemecahan proses yang mereka
7. Menciptakan lingkungan belajar yang masalah gunakan
mendukung untuk kelompok belajar
Menurut Forgarty (Rusman, 2012) Dari tabel d atas, dapat dilihat bahwa
langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa guru mengawali pembelajaran dengan
dalam sebuah proses PBL/PBM adalah menjelaskan tujuan yang hendak dicapai
sebagai berikut: dalam pembelajaran, mendeskripsikan, dan
1. menemukan masalah; memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktivitas dalam kegiatan mengatasi masalah.
Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 153
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Berdasarkan masalah yang dipelajari, siswa mencari informasi, menganalisis data dan
berusaha untuk membuat rancangan, proses, membuat serta menguji hipotesis,
penelitian yang mengarah ke penyelesaian membandingkan strategi lain, dan
masalah, sehingga membangun pengetahuan membaginya dengan siswa lain dan strategi
mereka sendiri melalui pengalaman nyata, dari pembimbing
kemudian siswa mengidentifikasi 5. Keaslian (Authenticity)
permasalahan dengan cara mencari apa saja PBL melibatkan siswa dalam
hal-hal yang diketahui, yang ditanyakan, dan mempelajari informasi dalam cara yang sama
mencari cara yang cocok untuk ketika mengingatnya kembali dan
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam menerapkan dalam situasi yang akan datang
menginvestigasikan dan menyelesaikan dan menilai pembelajaran dengan cara
masalah, dalam prosesnya siswa mendemonstrasikan pemahaman dan bukan
menggunakan banyak keterampilan sehingga kemahiran belaka.
termotivasi untuk memecahkan masalah
nyata dan guru mengapresiasi aktivitas siswa METODE
sehingga siswa senang bekerja sama. Penelitian yang digunakan adalah
Adapun manfaat yang diperoleh melalui kuasi eksperimen. Desain penelitiannya
PBL menurut Gick dan Holyoak (dalam menggunakan desain kelompok kontrol
Krismiati: 2008) antara lain: non-ekuivalen.
1. Motivasi (Motivation)
PBL membuat siswa lebih terlibat dalam O X O (Ruseffendi, 2005 : 53 )
pembelajaran sebab mereka terikat untuk ......................
merespon dan karena mereka merasa diberi O O
kesempatan untuk mendapatkan hasil
(dampak) dari penyelidikan. Keterangan:
2. Hubungan dan Isi (Relevance And O : Tes kemampuan pemecahan masalah
Context) matematis siswa
PBL menawarkan siswa sebuah jawaban X : Pembelajaran Berbasis Masalah
yang jelas terhadap pertanyaan, “Mengapa ... : Pengambilan sampel tidak secara acak
kita perlu mempelajari informasi ini?”, dan Penelitian ini dilakukan di salah satu
“Apa saja dari yang sedang saya lakukan di SMK di Kabupaten Garut. Penelitian
sekolah harus dilakukan dengan sesuatu dilaksanakan dari bulan Februari sampai April
dalam dunia nyata?” 2015.
3. Berfikir Tingkat tinggi (Higher-Order
Thinking) HASIL DAN PEMBAHASAN
Skenario masalah yang tidak lengkap Hasil data yang diperoleh dari pretes,
memanggil keluar (membangkitkan) berfikir postes, dan N-Gain diolah dengan software
kritis dan kreatif siswa, menebak Apa SPSS 18 dan microsoft exel 2010 disajikan
jawaban yang benar yang dikehendaki guru dalam tabel berikut:
untuk saya temukan?
Tabel 2
4. Pembelajaran bagaimana belajar
(Learning How To Learn)
PBL mengembangkan metakognisi dan
pembelajaran diri yang teratur dengan
meminta siswa untuk menghasilkan cara
mereka sendiri mendefinisikan masalah,
154 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nonparametrik yaitu uji Mann Whitney-U.
ada kenaikan yang signifikan antara Begitu juga untuk n-gain karena kelas
kemampuan pemecahan masalah matematis eksperimen berdistribusi tidak normal, maka
siswa setelah mendapat perlakuan. Siswa pengujian hipotesis menggunakan uji
pada kelas eksperimen memperoleh rataan nonparametrik yaitu uji Mann Whitney-U.
yang lebih besar dari kelas kontrol. Besarnya
kenaikan rataan untuk kelas eksperimen dari Uji Kesamaan Rataan Pretes Kemampuan
pretes ke postes sebesar 27,78, sedangkan Pemecahan Masalah Matematis
kenaikan rataan untuk kelas kontrol dari Tabel 4
pretes ke postes sebesar 25,26. Secara
sepintas, gambaran tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Selain itu, jika dilihat dari peningkatannya, N-
gain kelas eksperimen lebih besar dari kelas
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai
kontrol, walaupun keduanya diinterpretasikan
sig = 0,465. Karena nilai sig > 0,05 maka Ho
dalam kategori sedang.
diterima. Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan rataan skor pretes kemampuan
Uji Normalitas
Tabel 3 pemecahan masalah matematis pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain


Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Tabel 5

Dari tabel di atas, terlihat bahwa hasil


pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki sig < 0,05, sehingga untuk keduanya
Ho ditolak artinya skor pretes kemampuan Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai
pemecahan masalah matematis siswa kelas sig = 0,000. Karena penelitian ini
eksperimen dan kelas kontrol tidak menggunakan uji satu pihak maka nilai sig
berdistribusi normal. Untuk hasil n-gain kelas menjadi 0,000 sehingga sig < 0,05 artinya Ho
eksperimen memiliki sig < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti peningkatan
ditolak artinya skor n-gain kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematis
pemecahan masalah matematis siswa kelas siswa yang mendapat pembelajaran berbasis
eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena masalah lebih baik daripada siswa yang
kelas kontrol memiliki sig > 0,05, maka Ho mendapat pembelajaran konvensional.
diterima artinya skor n-gain kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
kontrol berdistribusi normal. Karena skor siswa ketika mengerjakan soal-soal
pretes kedua kelas tidak beridtribusi normal, kemampuan pemecahan masalah
maka pengujian hipotesis menggunakan uji matematis
Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 155
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

1. Kesalahan karena kecerobohan atau luas trapesium, tetapi siswa belum bisa
kurang cermat menangkap informasi yang terkandung dalam
Siswa melakukan kesalahan karena soal. Siswa salah dalam menuliskan panjang
kurang cermat dalam memahami konsep, sisi sejajar dalam trapesium yang seharusnya
sehingga salah dalam menuliskan rumus panjang sisi yang satu harus ditambahkan
Phytagoras. Seharusnya berdasarkan gambar terlebih dahulu dengan panjang bagian yang
yang dibuat siswa rumus yang digunakan lain yang pencariannya menggunakan
adalah 𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 . Selain itu, dari hasil teorema phytagoras.
pekerjaan siswa di atas , yaitu 576 + 𝑏 2 + 3. Kesalahan keterampilan proses
49 menjadi 𝑏 2 = 576 − 49 terlihat jelas
siswa melakukan kesalahan yang diakibatkan
karena kurang menguasai teknik berhitung.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Kesalahan keterampilan proses

Dari gambar di atas, siswa melakukan


kesalahan keterampilan proses. Siswa salah
Gambar 1. Kesalahan karena kecerobohan dalam melakukan perhitungan perkalian yaitu
3,5 𝑥 3,5 = 7 seharusnya 3,5 𝑥 3,5 =
2. Kesalahan dalam mentransformasikan 12,25, sehingga menyebabkan
informasi dalam soal jawabannyapun salah. Hal tersebut
diakibatkan karena siswa tergesa-gesa dalam
melakukan perhitungan.
4. Kesalahan memahami soal

Gambar 2. Kesalahan mentransformasi soal

Dari gambar di atas, terjadi kesalahan Gambar 4. Kesalahan kesalahan memahami soal
siswa dalam memahami soal. Siswa sudah
benar dalam menuliskan konsep mengenai
156 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Dari gambar di atas, siswa melakukan baik pada kategori tinggi, sedang,
kesalahan dalam memahami soal yaitu maupun menengah.
menentukan tinggi dari segitiga. Siswa 4. Dilihat dari kesalahan-kesalahan yang
menganggap bahwa segitiga tersebut segitiga dilakukan oleh siswa, sebaiknya
siku-siku sehingga langsung menentukan setiap pembelajaran, guru selalu
tinggi segitiga 5 cm. mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
terutama jika ada kesalahan konsep
PENUTUP sehingga bisa diluruskan pada
Kesimpulan pertemuan berikutnya
1. Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran berbasis DAFTAR PUSTAKA
masalah lebih baik daripada siswa Abdurrahman, Mulyono. (2003).
yang mendapatkan pembelajaran Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
konvensional. Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan
oleh siswa ketika mengerjakan soal- Melalui Problem Based learning.
soal yang berkaitan dengan Jakarta: Kencana Prenada Media
kemampuan pemecahan masalah Group
matematis adalah kesalahan karena Barrett, T et al., (2005). Handbook of
kecerobohan atau kurang cermat, Enquiry & Problem Based
kesalahan mentransformasikan Learning. Barrett, T., Mac
informasi, kesalahan keterampilan Labhrainn, I., Fallon, H. (Eds).
proses, dan kesalahan memahami Galway: CELT. [Online]. Tersedia
soal. http://www.nuigalway.ie/celt/pblboo
k [12 April 2013]
Saran Bell, F. H. (1978). Teaching and Learning
Berdasarkan kesimpulan penelitian di Mathematics. Wim. C. Brown
atas, diajukan beberapa saran sebagai Company Publishers. USA.
berikut: Branca, N.A. (1980). Problem Solving as
1. Pembelajaran berbasis masalah dapat Goal, Process and Basic Skills. in S
digunakan sebagai pembelajaran di Krulik and R.E. Reys (Eds).
tingkat SMK dalam upaya Problem Solving in School
meningkatkan kemampuan Mathematics. Washington DC:
pemecahan masalah matematis. NCTM.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar
untuk melihat keefektifan dan Pembelajaran. Jakarta:
pembelajaran berbasis masalah pada Erlangga.
level sekolah yang berbeda. Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar
3. Pada penelitian ini hanya dikaji Kompetensi Matematika Sekolah
peningkatan kemampuan pemecahan Menengah Atas dan Madrasah
masalah matematis secara aliyah. Jakarta: Depdiknas.
keseluruhan. Oleh karena itu, Duch, B.J., Groh, S.E., dan Allen, D.E.
diharapkan penelitian selanjutnya (2001). Why Problem-Based
dapat mengkaji peningkatan Learning: A Case Study of
kemampuan pemecahan masalah Institutional Change in
berdasarkan kemampuan awal siswa
Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 157
ISSN 2086 4280
Sumartini, T.S. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Undergraduate Education. Dalam Sekolah Pasca Sarjana UPI


B.J. Duch, S.E. Groh, dan D.E. Bandung: Tidak diterbitkan.
Allen (Eds): The Power of Problem- Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif
Based Learning. Virginia, Amerika: Pengajaran untuk Meningkatkan
Stylus Publishing. Kemmapuan Pemecahan Masalah
National Council of Teacher of pada Guru dan Siswa Sekolah
Mathematics (NCTM). (2000). Menengah Atas di Kodya Bandung.
Curriculum and Evaluation Laporan Penelitian UPI Bandung.
Standars for School Mathematics, Tidak Diterbitkan
United States of America: The _____. (2000). Pengembangan Model
National Council of Teachers of Pembelajaran Matematika untuk
Mathematics Inc. Meningkatkan kemampuan
Nurhasanah, L. (2009). Meningkatkan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa
Kompetensi Strategis (Strategic Sekolah Dasar. Laporan Penelitian
Competence) Siswa SMP melalui UPI. Tidak Diterbitkan.
Model PBL (Problem Based _____. (2013). Kumpulan Makalah
Learning). Skripsi pada FPMIPA Berpikir dan Disposisi Matematika
UPI Bandung: Tidak diterbitkan. serta Pembelajarannya. Jurusan
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengajaran Pendidikan Matematika : FMIPA
Matematika Modern dan Masa Kini. UPI.
Tarsito: Bandung. Sundayana, R. (2010). Statistika
.(1991). Pengantar Kepada Penelitian Pendidikan. Bandung:
Membantu Guru Mengembangkan Alfabeta.
Kompetensinya dalam Pengajaran Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan
Matematika untuk Meningkatkan Model-Model Pembelajaran.
CBSA. Bandung: Tarsito Bandung: UPI
Rusman. 2012. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RIWAYAT HIDUP PENULIS
RajaGrafindo Persada. Tina Sri Sumartini,
_____________. (2005). Dasar-Dasar M.Pd.. Lahir di Garut,
Penelitian Pendidikan dan Bidang 11 Maret 1988. Dosen
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tetap Yayasan di
Tarsito. STKIP Garut. Studi S1
_____________. (2006). Pengajaran Pendidikan Matematika
Matematika. Bandung: Tarsito. STKIP Garut, lulus
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna tahun 2010; dan S2
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Pendidikan Matematika UPI, Bandung,
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk lulus tahun 2014.
Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam Kelompok Belajar
Kecil untuk Mengembangkan
Kemampuan Siswa SMA pada Aspek
Problem Solving Matematik. Tesis

158 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016


ISSN 2086 4280

Anda mungkin juga menyukai