Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
Topik : Hipertensi
Sasaran : “Ny. Z”
2. Kompetensi
1. Kompetensi Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang hipertensi agar keluarga dapat
mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubugan dengan penyakit
hipertensi serta pengobatan yang diberikan.
2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan :
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Cara Penanganan Hipertensi
3. KEGIATAN PENYULUHAN
4. Evaluasi
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic
90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.(Smeltzer,2001)
B. ETIOLOGI
Penderita hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo,
1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari
perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita
hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras
juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan
terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding
dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam
tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan
merokok, minum alkohol dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi.
(lany, 2001). Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko
terjadinya hipertensi.
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya
aterosklerosis,
hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Kelelahan , letih
3. Nafas pendek
4. Sakit kepala, pusing
5. Mual, muntah
6. Gemetar
7. Nadi cepat setelah aktivitas
8. Sulit bernafas saat aktivitas
9. Gangguan penglihatan
10. Sering marah
11. Mimisan
12. Kaku pada leher atau bahu
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan
langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60
mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis.
Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik
yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan
tekanan darah.
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok,
minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan
darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi.
Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf
autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.
2. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa
faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ
target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor
resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko
tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85
atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu
dimulai terapi obat-obatan.(Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
a. Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan
pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan
diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya
penyakit “gout” dan kadar gula pada DM sedikit meningkat.
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap
jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki
lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol,
alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll.
c. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang
masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi
ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan
darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan
pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine,
diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin.
d. Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor atauACE Inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang
bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan
tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang
menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.
e. Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari
vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah
doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium
nitroprusid.
f. Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak
seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf
perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)