Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Pruritus merupakan keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan

dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan dikulit dan menimbulkan

keinginan untuk menggaruk. Keluhan ini paling umum dirasakan pada lansia yang

berjeniskelamin perempuan dibandingkan laki-laki dan insiden meningkat pada

usia lebih dari 85 tahun.

Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua dengan usia 60 tahun atau

lebih. Pruritus dapat terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Kulit senile

yang kering dan mudah menderita fisur (chapped skin) mudah menjadi pruritik.

Lokasi tersering terjadinya pruritus sinilis adalah daerah genital eksterna, perineal

dan perianal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pruritus

1.1.1 Definisi

Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman, bersifat

iritatif, dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus

merupakan gejala dari pelbagai penyakit kulit. Bila tidak disertai dengan

kelainan kulit maka disebut pruritus esensial atau pruritus sine materia

atau pruritus simptomatik.

1.1.2 Prevalensi

Pruritus merupakan salah satu keluhan masalah kulit yang paling

umum terutama pada lansia. Berdasarkan hasil penilitian Beauregard dan

Gilchrest dalam Cohen, Frank, Salbu, dan Israel (2012) sebanyak dua

pertiga dari 1.500 pasien lansia melaporkan pruritus sebagai keluhan

utama, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki serta

dalam catatan registrasi pasien dilaporkan 11,5% dari seluruh pasien lansia

di rumah sakit merupakan kasus pruritus dan insiden ini meningkat hampir

20% pada pasien yang berumur lebih dari 85 tahun.

2
1.1.3 Etiologi

Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen.

1. Faktor eksogen

Dermatitits kontak (pakaian, logam, benda asing), rangsangan oleh

ektoparasit (serangga tungau scabies, pedikulus, larva migrans) atau

faktor lingkungan yang membuat kulit kering.

2. Faktor endogen

Seperti reaksi obat atau penyakit (contoh diskriasia darah, limfoma

keganasan alat dalam, dan kelainan hepar dan ginjal).

1.1.4 Klasifikasi Pruritus

a. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit.

Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.

b. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer

atau sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.

c. Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit,

namun terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya,

morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).

d. Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya,

parasitophobia.

3
1.1.5 Manifestasi Klinis

1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari.

2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit (kutil)

3. Infeksi, peruhahan pigmentasi kulit.

4. Gatal yang amat sangat sehingga menyebabkan ketidakmampuan

pada individu.

1.1.6 Patofisiologi

Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif

teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls

sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1

kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls

tersebut adalah akson refleks yang mengeluarkan transmiter yang

menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA, dll).

Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan

timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat

untuk menggaruk bagian tertentu tubuh.

4
Mediator Penyebab Gatal Pada Kulit

1. Histamin
Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-

epidermal menyebabkan sensasi gatal, namun injeksi yang lebih

dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri. Histamin

disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast.

Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah

histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2.

Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1.


2. Serotonin
Amina jenis ini ditemukan pada platelet, tetapi tidak terdapat

pada sel mast manusia. Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui

pelepasan histamine dari sel mast dermal.


3. Endopeptidase
Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan

gatal. Tripsin adalah komponen penting dari sel mast dermal dan

dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast memperoleh triptase,

dari kerja proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal

saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan neuropeptida

pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan

interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan sensasi

gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan

interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal.


4. Neuropeptida
Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan

sebagai akibat dari kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan

menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi langsung maupun

5
memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1.

Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah

pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis

opioid adalah pada saraf tulang belakang atau ganglia dorsal karena

dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.


5. Eicosanoid
Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin)

memiliki peran yang kuat dalam mediator inflamasi tetapi tidak

secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E (PGE)

menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi rendah PGE

pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi

gatal akibat kerja histamin pada area tersebut.

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap terutama nilai leukosit (WBC)

b. Pemeriksaan kadar bilirubin

c. Pemeriksaan Gula

d. Pemeriksaan hormone tiroid

e. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR)

1.1.8 Penatalaksanaan

1. Lakukan kompres dingin seperti es batu, bedak dingin yang

mengandung mentol, bila keluhan pruritus masih berlanjut, perlu

pemeriksaan pruritus akibat masalah sistemik.

6
2. Gunakan Alpha-Keri, Lubath (bath oil) yang mengandung surfaktan

dan membuat minyak bercampur dengan air rendaman untuk

membersihkan kulit.

3. Preparat kortikosteroid topikal bermanfaat sebagai obat anti-inflamasi

untuk mengurangi rasa gatal.

4. Antihistamin, seperti difenhidramin (Benadryl), efektif membuat tidur

nyenyak, sedangkan antihistamin nonsedasi seperti terfenadin

(seldane) baik untuk menghilangkan pruritus pada siang hari.

Sementara antihistamin trisiklik seperti doksepin (sinequen) untuk

pruritus akibat nueropsikogen.

1.2 Pruritus Sinilis

Kulit senile yang kering dan mudah menderita fisur (chapped skin)

mudah menjadi pruritik. Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua

dengan usia 60 tahun atau lebih. Pruritus dapat terjadi dengan atau

tanpa reaksi inflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan,

seperti gosokan dengan pakaian atau perubahan suhu di sekitar

penderita. Pruritus senilis biasanya merupakan gejala dari penyakit lain.

Oleh karena itu penting untuk mengetahui penyebab dari gejala

tersebut. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal

dan perianal. Selain pruritus senilis sine material pada orang tua, ada

pula pruritus yang merupakan permulaan dermatitis eksfoliativa

7
generalisata (eritroderma). Kadang-kadang terdapat genesis dermatitis

seboroik atau psoriasis.

Penyakit-penyakit yang biasanya mendasari dari pruritus senilis:

1. Ekzema

2. Neurodermatitis

3. Urtikaria

4. Infeksi jamur

5. Penyakit kulit oleh parasit, seperti skabies

Penyebab yang paling sering pada pruritus senilis adalah kulit yang

sangat kering (xerosis kutis atau xerodermia). Kejadian ini tidak hanya

akibat dari natural skin aging, pengaruh lingkungan, dapat juga oleh

kulit yang sangat kering. Penyakit internal yang menjadi penyebab dari

gejala pruritus adalah gangguan ginjal, gangguan fungsi hati dan

diabetes mellitus. General pruritus juga dapat terjadi akibat interoleransi

obat.

Perubahan Anatomi Kulit pada Lansia

Secara ilmiah kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada

bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit

8
merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus

seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap

bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan

melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh

terhadap lingkungan.

Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh

kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya

menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit

meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau

gangguan kulit karena penyakit tertentu. Gangguan psikis juga dapat

menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya, karena stress,

ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit

wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah

lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan

penampilan kulit.

Perubahan Sistem Integumen dan Jaringan Ikat pada Lansia

1. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa.

3. Kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu

tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

9
4. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran

darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

6. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna

rambut kelabu.

8. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

9. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

10. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak rendahnya akitfitas otot.

11. Menurunnya respon terhadap trauma.

12. Rambut pada hidung dan telinga menebal.

13. Mekanisme proteksi kulit menurun.

BAB III

KESIMPULAN

10
1. Pruritus adalah sensasi tidak nyaman pada kulit yang bersifat

iritatif sehingga menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.

2. Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan)

ataupun endogen (dari dalam tubuh).

3. Pruritus sinilis sering terjadi pada orang tua dengan usia 60 tahun atau

lebih. Kulit senile yang kering dan mudah menderita fisur (chapped skin)

mudah menjadi pruritik.

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Suria Djuanda, editors. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik.

In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.


2. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.

Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw

– Hill; 2008.
3. Norman RA. Xerosis and pruritus in the elderly: recognition and

management. Dermatol Ther 2003; 16: 254–259.


4. Wilkinson SM, and Beck MH. Rook’s Textbook Of Dermatology 7 th ed.

Australia: Blackwell Publishing. 2004.


5. Young AW. The diagnosis of pruritus in the elderly. J Am Geriatr Soc.

1967; 15: 750–758.

12

Anda mungkin juga menyukai