Anda di halaman 1dari 18

IMPAK DAN KERETAKAN

TUGAS

FAKHRUR ROZY
NIM.177015005

MAGISTER TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018
METALURGI
Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari
tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logam, senyawa-senyawa
antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga
adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa
komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan
bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur. Produksi logam meliputi
kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan
memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk
menghasilkan aloi. Metalurgi berbeda dari kriya pengolahan logam, meskipun
kemajuan teknis dalam pengolahan logam bergantung pada perkembangan ilmu
metalurgi, sebagaimana kemajuan teknis dalam praktik kedokteran bergantung
pada perkembangan ilmu kedokteran.
Metalurgi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari karakteristik
/ sifat / perilaku logam, ditinjau dari sifat mekanik (kekuatan, keuletan, kekerasan,
ketahanan lelah, dsb.), fisik (konduktivitas panas, listrik, massa jenis, magnetik,
optik, dsb), kimia (ketahanan korosi, dsb) dan teknologi (kemampuan logam untuk
dibentuk, dilas / disambung, dimesin, dicor dan dikeraskan). Sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu logam akan berkaitan satu dengan lainnya. Suatu komponen
yang terbuat dari logam didalam aplikasinya sangat ditentukan dimana logam
tersebut berada sehingga pengetahuan yang meliputi berbagai karakteristik logam
haruslah dimiliki oleh orang yang berkecimpung didalamnya.
Metalurgi Dibagi menjadi 3 divisi :
1. Metalurgi Ekstraktif
Disebut juga metalurgi kimia, adalah semua proses yang menyangkut
perubahan kimia dari bijih sampai jadi bahan baku termasuk pemurniannya.
2. Metalurgi Fisik
Adalah mempelajari struktur dan sifat fisik lainnya dari logam dan
paduannya. Untuk mengetahui sifat fisik diperlukan peralatan seperti mikroskop
optic, mikroskop electron untuk mempelajari struktur logam dan sinar X untuk
mempelajari struktur kristal dasar. Juga dipelajari sifat magnetic, daya hantar listrik
dan panas, susut muai logam dan tahanan listriknya. Semua penelitian dilakukan
dalam keadaan padat.
3. Metalurgi Mekanik
Proses pengerjaan secara mekanik untuk mencapai bentuk tertentu termasuk
proses pembentukan dan proses lainnya yang tidak merubah komposisi kimia,
termasuk sifat mekanik dan cara ujinya.
Industri Metalurgi dari segi kapasitas dan penghasilan uang termasuk
industri besar seperti PT Krakatau Steel, Ispatindo, Bakri, dsb. Lebih dari 4/5-nya
industri logam membuat besi dan baja dan 1/5-nya adalah non-fero seperti tembaga,
aluminium, timah berikut paduannya dan logam-logam lain.
Tabel 1. Pengelompokan Logam Non Fero

Kelompok Logam Non Fero Unsur


a. Berat Cu, Ni, Pb, Zn, Sn
b. Ringan Al, Mg, be, Li, Ba, Ca, Sr, Na, K
c. Mulia Au, Ag, Pt, Os, In, Ru, Rh, Pd
d. Minor As, Sb, Bi, Cd, Hg, Co
e. Refractory/keras W, Mo, Ta, Nb, Ti, Zr, V
f. Scattered/terberai Be, In, Ga, Ti, Hf, Re
g. radio aktif Ra, Ac, Th, Pa, U
h. Rare earth/tanah jarang La, Sm, Eu, Sc
i. untuk paduan Cr, Mn

Metalurgi tidak termasuk konstruksi dan perakitan dari produk akhir. Hanya
banyak sekali variasi dari sifat logam yang telah dibuat adalah untuk mencapai
kebutuhan yang diminta para pemakai.
Sering para metalurgis harus membuat dari logam yang sama tapi harus
mempunyai sifat berlainan. Kebutuhan logam yang selalu meningkat adalah logam
yang lebih kuat, ringan, aman, harga murah, keras, dsb. Ini adalah fungsi dari
metalurgis yang sangat penting dalam teknik material. Juga cara memilih logam,
cara mengoplahnya, cara uji adalah termasuk pekerjaan yang sangat besar.
Yang dimaksud metalurgis ialah yang menguasai ilmu mengubah logam
hingga sangat berguna, hingga jadi mempunyai sifat-sifatnya yang baik sesuai
kebutuhan. Juga mempelajari secara mendalam struktur logam dan hubungannya
dengan kekuatan dan sifat lain dari logam. Mampu meramalkan akibat baja kena
panas, mengejut dan laku panas lainnya.
Bagaimana fungsi seorang metalurgis dapat dilihat dari contoh-contoh
di bawah ini :
1). Roda gigi pada suatu mesin harus berputar secara terus menerus dengan
putaran tinggi dan mendapat beban yang berat, bila dibuat dari logam yang lunak
(perunggu, kuningan) akan mudah lecet. Sebaliknya bila dibuat dari logam yang
keras walaupun tahan aus sering terjadi pecah karena getas. Untuk mengatasi hal
ini maka harus dibuat dengan logam yang dapat dikeras permukaan supaya bagian
dalam tetap ulet hingga tidak mudah pecah sedang bagian luar keras hingga tidak
lekas aus.
2). Selongsong peluru yang berbentuk botol bila langsung disusun lengkap,
maka suatu saat dapat terjadi retak pada leher selongsongnya. Hal ini akibat
pembentukan yang meninggalkan tegangan sisa yang sangat besar. Retaknya dapat
terjadi seketika atau setelah menunggu beberapa waktu (jam, hari). Untuk
mengatasinya ialah dengan dilakukan annil (salah satu laku panas), maka tegangan
sisa akan sangat kurang hingga tidak menimbulkan retak lagi.
3). Pemotong kertas dipabrik kertas yang bermutu tinggi harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang tinggi agar mampu memotong kertas yang berlapis-
lapis dan sangat banyak.

KARAKTERISTIK MATERIAL
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada
bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat –sifat
itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
1. Sifat mekanik
2. Sifat fisik
3. Sifat teknologi

1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya
pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.
Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari
pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen.
Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis,
komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada
material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen.
Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan,
kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur,
kekeuatan leleh dan sebagainya. Sifar-sifat mekanik material yang perlu
diperhatikan:

• Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan


luas.
• Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
• Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
• Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
• Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
• Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
• Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
• Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.
• Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal
akibat penetrasi pada permukaan.

2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat
fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh
pembebanan seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik
yang lebih mengarah pada struktur material. Sifat fisik material antara lain :
temperatur cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat
mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya
perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material
bahkan penemuan material baru.
3. Sifat Teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah
sifat teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk
dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya
dengan pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat
dengan proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat
mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari
sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap pengaruh yang berasal dari
luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh
material itu sendiri.
A. Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi
plastis lokal. Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya
pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu
material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material
adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk
tiap-tiap titik.
B. Microstructure
Struktur mikro merupakan struktur yang dapat diamati dibawah mikroskop
optik. Meskipun dapat pula diartikan sebagai hasil dari pengamatan menggunakan
scanning electron microscope (SEM). Mikroskop optik dapat memperbesar struktur
hingga 1500 kali.
Untuk dapat mengamati struktur mikro sebuah material oleh mikroskop
optik, maka harus dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pemolesan secara bertahap hingga lebih halus dari 0,5 mikron.
Proses ini biasanya dilakukan dengan menggunakan ampelas secara
bertahap dimulai dengan grid yang kecil (100) hingga gird yang besar
(2000). Dilanjutkan dengan pemolesan oleh mesin poles dibantu dengan
larutan pemoles.
2. Etsa dilakukan setelah memperluas struktur mikro. Etsa adalah membilas
atau mencelupkan permukaan material yang akan diamati ke dalam sebuah
larutan kimia yang dibuat sesuai kandungan paduan logamnya. Hal ini
dilakukan untuk memunculkan fasa-fasa yang ada dalam struktur mikro.
Metalografi
Metalografi adalah cara untuk melihat struktur mikro dari sebuah paduan.
Metalografi juga dilakukan untuk melihat fasa, persen fasa, ukuran butiran,
pemeriksaan mikro memberikan informasi karakteristik-karakteristik struktural
mikro seperti ukuran butiran, bentuk dan distribusi fasa-fasa kedua dan inklusi-
inklusi non metalik.
Pengetahuan mengenai semua ini memberikan kemungkinan bagi seseorang
ahli metalurgi untuk dapat memperkirakan dengan pertimbangan ketepatan sifat-
sifat atau perilaku dari logam ketika digunakan untuk tujuan tujuan tertentu.
Struktur mikro dalam batasan tertentu, mampu memberikan sejarah yang hampir
lengkap dari logam tertentu yang telah mengalami perlakuan mekanik maupun
perlakuan panas.
Di industri-industri bahan dan metalurgi, analsisi struktur mikro digunakan
secara luas untuk spesifikasi bahan, kendali mutu bahan, evaluasi proses dan
analisis kerusakan logam.
Fungsi struktur mikro adalah untuk pengamatan struktur mikro dilakukan untuk
mengetahui kondisi mikro dari suatu logam. Pengamatan ini biasanya melibatkan
batas butir dan fasa-fasa yang ada dalam logam atau paduan tersebut.

C. Uji Tarik
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana respon bahan
tersebut terhadap pengujian yang diberikan. Secara skematis pengujian Tarik
diilustrasikan seperti pada gambar 1.

Gambar 1 skema pengujian tarik


Pada saat pengujian sperti gambar diatas spesimen uji akan memberikan
respon dan terjadi perubahan bentuk seperti pada gambar 2.

Gambar 2 Perubahan bentuk akibat pengujian tarik


Sama halnya dengan pengujian tekan yang menjadi fokus saat pengujian
adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan
ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” dalam bahasa Indonesia disebut
tegangan tarik maksimum. Kurva perbandingan gaya tarik dengan pertambahan
Panjang dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Kurva gaya tarik vs pertambahan panjang


Perubahan panjang dalam kurva disebut sebagai regangan (ε), yang
didefinisikan sebagai perubahan panjang yang terjadi akibat perubahan statik (∆L)
terhadap panjang batang mula-mula (L0). Tegangan yang dihasilkan pada proses
ini disebut dengan tegangan (σ), dimana didefinisikan sebagai nilai pembebanan
yang terjadi (F) pada suatu luas penampang awal (A0). Robert Hooke (1689), telah
mengamati sebuah fenomena hubungan antara tegangan dan regangan pada daerah
elastis suatu bahan tertentu dan menyimpulkan bahwa Dalam batas-batas tertentu
tegangan pada suatu material ialah proporsional terhadap regangan yang dihasilkan.
Teori ini kemudian lebih dikenal dengan istilah hukum Hooke. Namun teori ini
hanya berlaku pada batas elastis material, dimana besarnya tegangan akan
berbanding lurus terhadap pertambahan regangan yang terjadi. Dan bila beban
dihilangkan, maka sifat ini akan menyebabkan material kembali kedalam bentuk
dan dimensi semula.
Berdasarkan respon yang dialami oleh material maka karakteristik material
tersebut dapat diketahui, seperti modulus elastisitas. Modulus elastisitas secara
matematis (hukum Hooke) dapat ditentukan berdasarkan Persamaan (1).
E = σ / ε ………………………………… (1)
Hubungan linear antara tegangan dan regangan adalah salah satu sangat
berguna dalam perhitungan terhadap respon solid elastik linear pada tegangan,
tetapi tegangan mesti digunakan apabila solid yang terjadi adalah elastis terhadap
regangan yang terjadi yaitu ± 0,001 dan ini terjadi pada deformasi plastis.
FRACTURE OF MATERIAL
• DASAR FRACTURE
Secara sederhana, fracture merupakan berpisahnya suatu benda menjadi 2
bagian atau lebih. Ada 2 jenis fracture pada logam berdasarkan kemampuannya
mengalami deformasi plastis, yaitu ductile fracture dan brittle fracture. Ciri dari
ductile fracture adalah mengalami deformasi plastis dengan waktu yang relatif
lambat (stabil) sepanjang terjadinya crack. Pada brittle fracture, perambatan crack
terjadi secara cepat (tidak stabil) dan tidak mengalami deformasi plastis. Ada 2
alasan kenapa ductile fracture lebih dipilih daripada brittle fracture; Pertama,
karena adanya deformasi plastis pada ductile fracture dapat memberikan peringatan
jika terjadi failure, berbeda dengan brittle fracture yang terjadi secara cepat dan
tiba-tiba. Kedua, pada material mengalami ductile fracture biasanya bersifat liat.

• DUCTILE FRACTURE
Pada level makroskopis dan mikroskopis, ductile fracture mempunyai
bentuk permukaan yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 4 adalah gambar
skematis dari 2 karakteristik profil fracture secara makroskopis. Pada Gambar 4a
adalah logam yang sangat lunak,mengalami necking sampai titik fracture,
menunjukkan penyempitan area sebesar 100%. Kebanyakan profil fracture tarik
pada logam-logam yang bersifat ductile ditunjukkan pada Gambar 4b, dimana
necking didahului oleh beberapa fracture.

Gambar 4 (a) ductile fracture yang tinggi dengan spesimen meruncing, (b) ductile
fracture yang sedang setelah sesaat mengalami necking, (c)brittle fracture tanpa
deformasi plastis.

Proses fracture secara normal mengalami beberapa tahapan (Gambar 5).


Mula-mula terjadi necking kemudian membentuk rongga-rongga kecil seperti
ditunjukkan pada ambar 5b. Selanjutnya, rongga-rongga kecil tadi membesar dan
bergabung membentuk crack berbentuk elips, dimana arahnya tegak lurus dengan
arah tarikan yang kemudian bertambah akibat proses penggabungan rongga-rongga
kecil tadi (Gambar 5c). Selanjutnya fracture terjadi akibat perambatan yang cepat
dari crack disekitar daerah necking (Gambar 5d). Dengan deformasi potong pada
sudut sekitar 45o dimana tegangannya maksimum. Terkadang fracture dengan
karakteristik ini disebut cup and cone fracture karena salah satu permukaan
berbentuk seperti mangkuk dan yang lainnya seperti kerucut.

Gambar 5 Tahapan fracture

Gambar 6 (a)Cup and cone fracture pada aluminium, (b) brittle fracture pada baja
lunak
Fractographic
Terkait dengan mekanisme fracture, kita bisa mendapatkan informasi yang
lebih rinci lagi dengan pengujian mikroskopis atau disebut fractographic dengan
menggunakan mikroskop pemindai elektron. Pada Gambar 7 adalah permukaan
dari daerah tengah cup and cone fracture yang berserat dengan pemberian beban
tarik (Gambar 7a) dan beban potong (Gambar 7b). Dari kedua gambar tersebut
dapat diketahui tentang jenis fracture, asal mulanya crack, dan lain-lain.
Gambar 7 Fractograph pada cone and cup fracture

• BRITTLE FRACTURE
Brittle fracture terjadi tanpa deformasi yang terlihat dan perambatan crack
terjadi secara cepat. Arahnya tegak lurus dengan beban yang diberikan, dan
mempunyai ciri permukaan fracture yang datar (Gambar 5c)
Permukaan brittle fracture mempunyai ciri khusus yang sangat jelas, seperti
pada Gambar 8a terlihat awal mula terjadinya crack dan pada Gambar 8b terlihat
brittle fracture berbentuk seperti pegunungan.

Gambar 8 Karakteristik brittle fracture


Gambar 9 (a) Profil skema potongan perambatan crack pada transgranular
fracture, (b) fractograph dari besi cetak yang bersifat liat.

Transgranular fracture merupakan tipe fracture yang dicirikan dengan


crack yang menabrak butiran (Gambar 9a). Sedangkan intergranular fracture
adalah fracture yang dicirikan dengan crack yang membelah sesuai dengan garis
butir (Gambar 10a).

Gambar 10 (a) Profil skema potongan perambatan crack pada intergranular


fracture, (b) fractograph dari permukaan yang mengalami intergranular fracture
FATIGUE
Fatigue atau kelelahan merupakan bentuk kegagalan yang terjadi pada struktur
benda akibat tegangan yang dinamis dan bertambah (seperti jembatan, pesawat
terbang, komponen mesin, dan lain-lain), dan disebabkan oleh tegangan yang
diberikan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya,
fatigue bersifat tiba-tiba dan tanpa disertai peringatan.

Gambar 11 Variasi tegangan yang menyebabkan fatigue failure


Faktor lain yang menentukan fatigue suatu material adalah fatigue limit,
yaitu kemampuan suatu materi untuk mencapai titik fatigue.

• ASAL MULA CRACK DAN PERAMBATAN


Ada 3 tahapan terjadinya fatigue failure, yaitu pembentukan crack kecil di
beberapa titik, perambatan crack akibat tegangan yang berulang-ulang, dan yang
terakhir adalah final failure yang terjadi secara tiba-tiba.
Gambar 12 Permukaan fracture dari poros yang berputar akibat fatigue failure.

• FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FATIGUE LIMIT


Sifat fatigue dalam material bahan mempunyai banyak variabel diantaranya adalah
tingkat tegangan rata-rata, desain geometris, efek permukaaan, dan variabel
metalurgi, seperti lingkungan.
Tegangan rata-rata
Tegangan rata-rata akan mempengaruhi fatigue limit. Apabila tegangan
rata-rata dinaikkan maka akan mengurangi fatigue limit.
Efek permukaan
Fatigue limit sangat dipengaruhi kondisi dan bentuk dari permukaan
komponen, untuk itulah diperlukan perlakuan terhadap permukaan kompnoen agar
sesuai dengan kriteria yang dirancang.
Faktor- Faktor Desain
Desain dari suatu komponen dapat mempengaruhi karakteristik fatigue,
apabila terdapat cacat (rongga kecil,struktur tidak beraturan) maka akan
mempercepat fatigue failure. Caranya adalah dengan mengubah kembali struktur
komponen tersebut menjadi beraturan, atau dengan mengubah garis bentuk .

Gambar 13 Demonstrasi pengaruh tegangan rata-rata 𝜎𝑚 ada perilaku S-N fatigue


Gambar 14 Demontrasi bagaimana desain dapat mengurangi tegangan. (a) Desain
yang salah : dengan sudut yang tajam. (b) Desain yang benar : dengan fillet untuk
meningkatkan waktu fatigue limit pada poros yang berputar.
Perlakuan Permukaan
Selama operasi pemesinan, akan muncul sayatan atau alur pada permukaan
benda kerja yang dapat menurunkan fatigue limit, untuk itu benda kerja perlu
dihaluskan untuk meningkatkan fatigue limit, cara yang biasa dilakukan adalah
dengan menggosok permukaan dengan kertas amplas. Cara lainnya adalah dengan
teknik case hardening pada baja campuran untuk mengeraskan permukaan dan
meningkatkan fatigue limit. Suatu komponen dimasukkan ke dalam kotak,
kemudian disemprotkan gas karbon atau nitrogen sehingga lapisan permukaan
menjadi sangat keras daripada intinya (Gambar 8.27).

Gambar 15 Perbedaan lapisan permukaaan dan inti pada baja yang telah
mengalami case hardening

• EFEK LINGKUNGAN
Lingkungan juga dapat mempengaruhi fatigue dari suatu material, biasanya
diakibatkan oleh panas (thermal fatigue) dan korosi (corrosion fatigue). Thermal
fatigue diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang mempunyai tegangan panas
yang berbeda dengan material, sedangkan corrosion fatigue terjadi akibat reaksi
kimia antara atmosfir dengan material yang menyebabkan korosi. Cara untuk
mengurangi corrosion fatigue dengan melapisi permukaan dengan bahan
pelindung, atau menggunakan material tahan korosi
CREEP
Creep merupakan keadaan dimana material mengalami deformasi plastis
(mulur/melar) saat diberi beban konstan dan mencapai temperatur diatas 0,4 Tm
(Tm= temperatur leleh mutlak). Pada Gambar 8.28 adalah skema yang mewakili
creep pada logam, terdiri dari 3 daerah yang bertingkat berdasarkan lamanya waktu
creep. Pertama adalah primary or transient creep atau creep yang terjadi di awal
dengan ditandai masih lambatnya laju creep dan material mengalami pengerasan
saat mengalami tegangan. Selanjutnya adalah secondary or steady-state creep atau
creep yang mengalami durasi paling lama dengan kecepatan yang konstan, dan
yang terakhir adalah teritary creep atau creep yang mengalami akselerasi kecepatan
dan ultimate failure yang disebut rupture(putus). Pada saat rupture, telah terjadi
perubahan struktur mikro.

Gambar 16 Kurva creep pada temperatur konstan

• EFEK TEGANGAN DAN TEMPERATUR


Efek yang ditimbulkan apabila tegangan dan temperatur dinaikkan adalah
sebagai berikut : 1) Peningkatan deformasi creep secara cepat saat diberi beban. 2)
kecepatan saat secondary creep bertambah. 3) dan masa rupture terjadi lebih
singkat.

• CARA PENGAMBILAN DATA


Untuk pengambilan data creep menggunakan parameter Larson-Miller, sebuah
bidang logaritma tegangan dengan persamaaan :
Dimana :
T : Temperatur dalam Kelvin
C : konstan (biasanya bernilai 20)
tr : masa rupture

Gambar 17 Logaritma tegangan dengan parameter Larson-Miller pada campuran


S-590

• CAMPURAN UNTUK PENGGUNAAN TEMPERATUR TINGGI


Beberapa faktor mempengaruhi creep pada logam, antara lain temperatur leleh,
modulus elastis, dan ukuran bulir. Ketahanan material dari creep akan lebih baik
temperatur leleh lebih tinggi, modulus elastis lebih besar, dan ukuran bulir yang
lebih besar. Terkait dengan ukuran bulir, maka apabila ukuran bulir kecil akan
memicu pergeseran batas bulir yang mengakibatkan kecepatan creep yang lebih
tinggi.
Baja anti karat dan campuran super sulit untuk mengalami creep karena
penggunaannya pada temperatur yang tinggi. Akan tetapi hanya bisa dilakukan
dengan pemrosesan masa kini, yaitu dengan pembekuan searah, yang menghasilkan
bulir-bulir yang dapat memanjang atau komponen dengan butir tunggal.
REFERENSI
1. R. F. Tylecote (1992) A History of Metallurgy
2. Smallman, R.E. 1991. Metalurgi Fisik Modern. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
3. T. Sofyan, Bondan. 2011. Pengantar Material Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba
Teknika.
4. Rudydwi. 2010. Mengetahui Sifat Mekanik Material Dengan Uji Tarik. 22
September 2017. https://rudydwi.wordpress.com/2010.
5. Callister.2015. “Material Science and Engineering , An Introduction”

Anda mungkin juga menyukai