TUGAS
FAKHRUR ROZY
NIM.177015005
2018
METALURGI
Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari
tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logam, senyawa-senyawa
antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga
adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa
komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan
bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur. Produksi logam meliputi
kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan
memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk
menghasilkan aloi. Metalurgi berbeda dari kriya pengolahan logam, meskipun
kemajuan teknis dalam pengolahan logam bergantung pada perkembangan ilmu
metalurgi, sebagaimana kemajuan teknis dalam praktik kedokteran bergantung
pada perkembangan ilmu kedokteran.
Metalurgi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari karakteristik
/ sifat / perilaku logam, ditinjau dari sifat mekanik (kekuatan, keuletan, kekerasan,
ketahanan lelah, dsb.), fisik (konduktivitas panas, listrik, massa jenis, magnetik,
optik, dsb), kimia (ketahanan korosi, dsb) dan teknologi (kemampuan logam untuk
dibentuk, dilas / disambung, dimesin, dicor dan dikeraskan). Sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu logam akan berkaitan satu dengan lainnya. Suatu komponen
yang terbuat dari logam didalam aplikasinya sangat ditentukan dimana logam
tersebut berada sehingga pengetahuan yang meliputi berbagai karakteristik logam
haruslah dimiliki oleh orang yang berkecimpung didalamnya.
Metalurgi Dibagi menjadi 3 divisi :
1. Metalurgi Ekstraktif
Disebut juga metalurgi kimia, adalah semua proses yang menyangkut
perubahan kimia dari bijih sampai jadi bahan baku termasuk pemurniannya.
2. Metalurgi Fisik
Adalah mempelajari struktur dan sifat fisik lainnya dari logam dan
paduannya. Untuk mengetahui sifat fisik diperlukan peralatan seperti mikroskop
optic, mikroskop electron untuk mempelajari struktur logam dan sinar X untuk
mempelajari struktur kristal dasar. Juga dipelajari sifat magnetic, daya hantar listrik
dan panas, susut muai logam dan tahanan listriknya. Semua penelitian dilakukan
dalam keadaan padat.
3. Metalurgi Mekanik
Proses pengerjaan secara mekanik untuk mencapai bentuk tertentu termasuk
proses pembentukan dan proses lainnya yang tidak merubah komposisi kimia,
termasuk sifat mekanik dan cara ujinya.
Industri Metalurgi dari segi kapasitas dan penghasilan uang termasuk
industri besar seperti PT Krakatau Steel, Ispatindo, Bakri, dsb. Lebih dari 4/5-nya
industri logam membuat besi dan baja dan 1/5-nya adalah non-fero seperti tembaga,
aluminium, timah berikut paduannya dan logam-logam lain.
Tabel 1. Pengelompokan Logam Non Fero
Metalurgi tidak termasuk konstruksi dan perakitan dari produk akhir. Hanya
banyak sekali variasi dari sifat logam yang telah dibuat adalah untuk mencapai
kebutuhan yang diminta para pemakai.
Sering para metalurgis harus membuat dari logam yang sama tapi harus
mempunyai sifat berlainan. Kebutuhan logam yang selalu meningkat adalah logam
yang lebih kuat, ringan, aman, harga murah, keras, dsb. Ini adalah fungsi dari
metalurgis yang sangat penting dalam teknik material. Juga cara memilih logam,
cara mengoplahnya, cara uji adalah termasuk pekerjaan yang sangat besar.
Yang dimaksud metalurgis ialah yang menguasai ilmu mengubah logam
hingga sangat berguna, hingga jadi mempunyai sifat-sifatnya yang baik sesuai
kebutuhan. Juga mempelajari secara mendalam struktur logam dan hubungannya
dengan kekuatan dan sifat lain dari logam. Mampu meramalkan akibat baja kena
panas, mengejut dan laku panas lainnya.
Bagaimana fungsi seorang metalurgis dapat dilihat dari contoh-contoh
di bawah ini :
1). Roda gigi pada suatu mesin harus berputar secara terus menerus dengan
putaran tinggi dan mendapat beban yang berat, bila dibuat dari logam yang lunak
(perunggu, kuningan) akan mudah lecet. Sebaliknya bila dibuat dari logam yang
keras walaupun tahan aus sering terjadi pecah karena getas. Untuk mengatasi hal
ini maka harus dibuat dengan logam yang dapat dikeras permukaan supaya bagian
dalam tetap ulet hingga tidak mudah pecah sedang bagian luar keras hingga tidak
lekas aus.
2). Selongsong peluru yang berbentuk botol bila langsung disusun lengkap,
maka suatu saat dapat terjadi retak pada leher selongsongnya. Hal ini akibat
pembentukan yang meninggalkan tegangan sisa yang sangat besar. Retaknya dapat
terjadi seketika atau setelah menunggu beberapa waktu (jam, hari). Untuk
mengatasinya ialah dengan dilakukan annil (salah satu laku panas), maka tegangan
sisa akan sangat kurang hingga tidak menimbulkan retak lagi.
3). Pemotong kertas dipabrik kertas yang bermutu tinggi harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang tinggi agar mampu memotong kertas yang berlapis-
lapis dan sangat banyak.
KARAKTERISTIK MATERIAL
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada
bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat –sifat
itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
1. Sifat mekanik
2. Sifat fisik
3. Sifat teknologi
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya
pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.
Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari
pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen.
Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis,
komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada
material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen.
Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan,
kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur,
kekeuatan leleh dan sebagainya. Sifar-sifat mekanik material yang perlu
diperhatikan:
2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat
fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh
pembebanan seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik
yang lebih mengarah pada struktur material. Sifat fisik material antara lain :
temperatur cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat
mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya
perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material
bahkan penemuan material baru.
3. Sifat Teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah
sifat teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk
dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya
dengan pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat
dengan proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat
mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari
sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap pengaruh yang berasal dari
luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh
material itu sendiri.
A. Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi
plastis lokal. Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya
pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu
material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material
adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk
tiap-tiap titik.
B. Microstructure
Struktur mikro merupakan struktur yang dapat diamati dibawah mikroskop
optik. Meskipun dapat pula diartikan sebagai hasil dari pengamatan menggunakan
scanning electron microscope (SEM). Mikroskop optik dapat memperbesar struktur
hingga 1500 kali.
Untuk dapat mengamati struktur mikro sebuah material oleh mikroskop
optik, maka harus dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pemolesan secara bertahap hingga lebih halus dari 0,5 mikron.
Proses ini biasanya dilakukan dengan menggunakan ampelas secara
bertahap dimulai dengan grid yang kecil (100) hingga gird yang besar
(2000). Dilanjutkan dengan pemolesan oleh mesin poles dibantu dengan
larutan pemoles.
2. Etsa dilakukan setelah memperluas struktur mikro. Etsa adalah membilas
atau mencelupkan permukaan material yang akan diamati ke dalam sebuah
larutan kimia yang dibuat sesuai kandungan paduan logamnya. Hal ini
dilakukan untuk memunculkan fasa-fasa yang ada dalam struktur mikro.
Metalografi
Metalografi adalah cara untuk melihat struktur mikro dari sebuah paduan.
Metalografi juga dilakukan untuk melihat fasa, persen fasa, ukuran butiran,
pemeriksaan mikro memberikan informasi karakteristik-karakteristik struktural
mikro seperti ukuran butiran, bentuk dan distribusi fasa-fasa kedua dan inklusi-
inklusi non metalik.
Pengetahuan mengenai semua ini memberikan kemungkinan bagi seseorang
ahli metalurgi untuk dapat memperkirakan dengan pertimbangan ketepatan sifat-
sifat atau perilaku dari logam ketika digunakan untuk tujuan tujuan tertentu.
Struktur mikro dalam batasan tertentu, mampu memberikan sejarah yang hampir
lengkap dari logam tertentu yang telah mengalami perlakuan mekanik maupun
perlakuan panas.
Di industri-industri bahan dan metalurgi, analsisi struktur mikro digunakan
secara luas untuk spesifikasi bahan, kendali mutu bahan, evaluasi proses dan
analisis kerusakan logam.
Fungsi struktur mikro adalah untuk pengamatan struktur mikro dilakukan untuk
mengetahui kondisi mikro dari suatu logam. Pengamatan ini biasanya melibatkan
batas butir dan fasa-fasa yang ada dalam logam atau paduan tersebut.
C. Uji Tarik
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana respon bahan
tersebut terhadap pengujian yang diberikan. Secara skematis pengujian Tarik
diilustrasikan seperti pada gambar 1.
• DUCTILE FRACTURE
Pada level makroskopis dan mikroskopis, ductile fracture mempunyai
bentuk permukaan yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 4 adalah gambar
skematis dari 2 karakteristik profil fracture secara makroskopis. Pada Gambar 4a
adalah logam yang sangat lunak,mengalami necking sampai titik fracture,
menunjukkan penyempitan area sebesar 100%. Kebanyakan profil fracture tarik
pada logam-logam yang bersifat ductile ditunjukkan pada Gambar 4b, dimana
necking didahului oleh beberapa fracture.
Gambar 4 (a) ductile fracture yang tinggi dengan spesimen meruncing, (b) ductile
fracture yang sedang setelah sesaat mengalami necking, (c)brittle fracture tanpa
deformasi plastis.
Gambar 6 (a)Cup and cone fracture pada aluminium, (b) brittle fracture pada baja
lunak
Fractographic
Terkait dengan mekanisme fracture, kita bisa mendapatkan informasi yang
lebih rinci lagi dengan pengujian mikroskopis atau disebut fractographic dengan
menggunakan mikroskop pemindai elektron. Pada Gambar 7 adalah permukaan
dari daerah tengah cup and cone fracture yang berserat dengan pemberian beban
tarik (Gambar 7a) dan beban potong (Gambar 7b). Dari kedua gambar tersebut
dapat diketahui tentang jenis fracture, asal mulanya crack, dan lain-lain.
Gambar 7 Fractograph pada cone and cup fracture
• BRITTLE FRACTURE
Brittle fracture terjadi tanpa deformasi yang terlihat dan perambatan crack
terjadi secara cepat. Arahnya tegak lurus dengan beban yang diberikan, dan
mempunyai ciri permukaan fracture yang datar (Gambar 5c)
Permukaan brittle fracture mempunyai ciri khusus yang sangat jelas, seperti
pada Gambar 8a terlihat awal mula terjadinya crack dan pada Gambar 8b terlihat
brittle fracture berbentuk seperti pegunungan.
Gambar 15 Perbedaan lapisan permukaaan dan inti pada baja yang telah
mengalami case hardening
• EFEK LINGKUNGAN
Lingkungan juga dapat mempengaruhi fatigue dari suatu material, biasanya
diakibatkan oleh panas (thermal fatigue) dan korosi (corrosion fatigue). Thermal
fatigue diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang mempunyai tegangan panas
yang berbeda dengan material, sedangkan corrosion fatigue terjadi akibat reaksi
kimia antara atmosfir dengan material yang menyebabkan korosi. Cara untuk
mengurangi corrosion fatigue dengan melapisi permukaan dengan bahan
pelindung, atau menggunakan material tahan korosi
CREEP
Creep merupakan keadaan dimana material mengalami deformasi plastis
(mulur/melar) saat diberi beban konstan dan mencapai temperatur diatas 0,4 Tm
(Tm= temperatur leleh mutlak). Pada Gambar 8.28 adalah skema yang mewakili
creep pada logam, terdiri dari 3 daerah yang bertingkat berdasarkan lamanya waktu
creep. Pertama adalah primary or transient creep atau creep yang terjadi di awal
dengan ditandai masih lambatnya laju creep dan material mengalami pengerasan
saat mengalami tegangan. Selanjutnya adalah secondary or steady-state creep atau
creep yang mengalami durasi paling lama dengan kecepatan yang konstan, dan
yang terakhir adalah teritary creep atau creep yang mengalami akselerasi kecepatan
dan ultimate failure yang disebut rupture(putus). Pada saat rupture, telah terjadi
perubahan struktur mikro.