Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS


DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A. DEFINISI
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. (Brunner,suddarth,2002)
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim.(Doenges dkk,2000)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.

B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar
kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-
zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk
juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa
peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi HPV.

C. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi klinis
Stadium kanker serviks
Stadium Keterangan
0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel
abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks.
I Kanker hanya ditemukan pad leher rahim.
II Kanker yang telah menyebar di luar leher rahim, tetapi tidak
menyebar ke dinding pelvis atau sepertigas bagian bawah
vagina.
III Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah
vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul atau telah
menyebabkan ginja tidak berfungsi.
IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian
tubuh lain seperti paru-paru, tulang, dan hati

Stadium kanker serviks menurut sistem FIGO dan sistem TNM menurut
AJCC
Stadium FIGO Stadium AJCC
0 Tumor primer tidak dapat dievaluasi Tx

Tidak ada bukti adanya tumor primer T0


Karsinoma in situ (Pre-invasif karsinoma) Tis
IA Karsinoma mikroinvasif, hanya dapat T1a N0
terdeteksi secara mikroskopis. Invasi stroma
terbatas dengan kedalaman ≤ 5 mm dan
perluasan horizontal ≤ 7 mm
IA 1 Kedalaman invasi stroma > 3 mm dan T1a1 N0
perluasan horizontal ≤ 7 mm
IA 2 Kedalaman invasi stroma > 3 mm tapi tidak T1a2 N0
>5 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
IB Secara klinis sudah diduga adanya tumor T1b N0
mikroskopik lebih dari IA2 ATAU T1a2
IB 1 Secara klinis lesi berukuran ≤ 4 cm T1b1 N0
IB 2 Secara klinis lesi >4 cm T1b2 N0
II Tumor menyebar keluar serviks tapi tidak T2a N0
sampai dinding panggul atau sepertiga
bawah vagina
IIA Tanpa invasi parametrium
IIB Dengan invasi parametrium T2b N0
III Tumor menyebar ke dinding panggul atau T3 N0
sepertiga bawah vagina, yang menyebabkan
hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal
IIIA Tumor menyebar sepertiga bawah vagina T3a N0
tapi tidak sampai ke dinding panggul
IIIB Tumor menyebar ke dnding panggul T3b atau T1, 2,
3a dengan N1
IV Tumor telah menyebar keluar panggul T1, 2, 3a dengan
kecildan melibatkan mukosa rectum dan N1
kandung kemih (dibuktikan secara
histologis) atau telah terjadi mestastasis
keluar panggul atau ke tempat-tempat yang
jauh
IVA Invasi mukosa kandung kemih atau rektum T4 semua N
IVB Metastasis jauh Semua T, semua
N M1

b. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


1. Mikroskopis
 Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
 Stadium karsinoma insitu. Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel .
terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel
skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
 Stadium karsionoma mikroinvasif. Pada karksinoma mikroinvasif,
disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor
menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5
mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
 Stadium karsinoma invasive. Pada karsinoma invasif perubahan derajat
pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan
invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
 Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
 Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
 Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat
laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

2. Markroskopis
 Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
 Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
 Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
 Stadium lanjut
 Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
b. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

E. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker serviks uteri sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik
atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah transformasi. Mutagen
tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga
bahwa Human Papilloma Virus (HPV) memegang peranan penting.
Sel-sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Dimulai
dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, karsinoma in situ dan
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in situ dikenal Derajat kelainan epitel
didasarkan pada kelainan polaritas dan atipia yang ditemukan pada sel-sel epitel.
Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk
kedua bentuk displasia dan karsinoma in situ. NIS terdiri dari :
1. NIS 1 disebut displasia ringan, bila polaritas sel sudah tidak baik sampai
kira-kira 1/3 tebal epitel dan atipia sel masih ringan.
2. NIS 2 atau displasia sedang, bila perubahan mencakup ½-¾ tebal dan atipia
derajat sedang.
3. NIS 3 atau displasia berat dan karsinoma insitu, bila perubahan tersebut
¾ atau seluruh tebal dan polaritas tidak teratur, atipia sel berat serta
ditemukan mitosis sel.
Untuk berlanjut menjadi karsinoma in situ umumnya diperlukan waktu 5 tahun
dari displasia ringan, 3 tahun dari displasia sedang dan 1 tahun dari displasia berat.
Namun tidak semua displasia akan menjadi karsinoma. Displasia dapat mengalami
regresi, menetap bertahun-tahun atau memburuk tergantung pada daya tahan
penderita.
F. WOC
Perilaku seksual, kontrasepsi, merokok, nutrisi, hygiene yang buruk, usia
Gangguan integritas kulit
resiko infeksi
Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks sistitis, kulit kering
Jaringan terbuka
Reaksi kulit
luka perdarahan
Metaplasia skuamosa
radiasi rusaknya jaringan kulit
histerektomi radikal
histerektomi total
tindakan pembedahan Kanker invasif non pembedahan kemotrapi mual muntah penuru
anastesi anorekisa nan
BB
Efek anastesi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


lemah kebutuhan

Intoleransi
aktifitas vaskularisasi menembus sel epitel merusak struktur jaringan serviks
jaringan terganggu

peradangan endoserviks dan eksoserviks struma serviks menginvasi ke organ lain

nekrosis jaringan meluas kejaringan rektum fistula uretra vagina


keputihan dan bau busuk ke pembuluh limfe dan vena fistula rektum fistula rekto vagina fistula vagina

gangguan konsep diri dinding pembuluh terdesak infiltrasi ke saraf perdarahan infiltrasi ke uretra
rektum

anemia trombositopenia perdarahan spontan nyeri gangguan eliminasi urin

perubahan perfusi jaringan


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil
dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia
18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah
tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65
tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian
akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap
wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara
teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
1. Normal
2. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
3. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
4. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
5. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala
besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang
negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur di atas
30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.
Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2%
sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau
lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang
aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu.
Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian
lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada
wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan
untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah
punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy
yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah
kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu
kanker invasif atau hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.
g. Radiologi
1. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan
pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
2. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk
mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi,
pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau
terkenanya nodus limpa regional.
h. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya.Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
i. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran
local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.

H. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil
lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini
dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping
dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)
dan lain –lain.

I. KOMPLIKASI
a. Fistula uretra
Adalah hubungan antara setiap bagian dari saluran kemih dan organ yang
berdekatan.
b. Disfungsi kandung kemih
c. Anemia trombositopenis
d. Mual,muntah, anoreksia
e. Infeksi pelvis
f. Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih. Gejala utamanya, meningkatnya
frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air
kemih,
g. Kulit kering
h. Fistula rektovaginal
Adalah koneksi yang tidak normal antara bagian bawah usus besar – rektum –
dan vagina. Isi usus bisa bocor melalui fistula, yang berarti gas atau tinja
dapat keluar melalui vagina.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS
DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien terdiri dari:
Nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa. Tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnose medis, dan
segala sumber informasi yang diperoleh.
b. Identitas suami
Nama, Usia, Agama, Pekerjaan, Pendidikan terakhir, Agama, Suku Bangsa,
Alamat

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


1. Keluhan utama, yaitu alasan yang paling menonjol pada pasien dengan ca
cervix untuk datang ke rumah sakit yaitu:
 Tahap dini : keputihan, perdarahan pervaginam, nyeri, gangguan miksi.
 Tahap lanjut : perdarahan pervaginam yang terus - menerus, nyeri perut
bagian bawah, edema.
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada tidaknya keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit
kronis lainnya
5. Riwayat Psikologis
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, problem menonjol
adalah mengingkari, marah, perasaan putus asa dan tidak berdaya, depresi
atau bahkan memusuhi.
6. Riwayat kehamilan dahulu
No Tahun Jenis persalinan Penolong Keadaan Bayi Saat Masalah kehamilan
Lahir
1. - - - - -

2. - - - - -

3. - - - - -

7. Riwayat Ginekologi
 Siklus menstruasi: terjadi perdarahan intramenstruasi (diluar siklus)
 Perdarahan post coitus
 Keputihan
 Riwayat KB

d. Data Umum Kesehatan Saat Ini


1. Status Obsentri : G: P: A: H:
2. Keadaan umum : Cukup
3. Kesadaran : composmentis TB: Cm
BB saat ini: Kg
4. Tandavital : TD: mmHg Nadi: menit
0
Suhu: C RR : menit
5. Pemeriksaan Fisik

 Kepala
Bentuk : Mesochepal, persebaran rambut merata, warna rambut hitam
dengan tampak uban.
 Mata
Pupil isokor, reflek cahaya ada, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik
 Hidung
Lubang hidung simetris,tidak tampak pernapasan cuping hidung,
 Telinga
Telinga kanan-kiri simetris.
 Mulut
Ada bau mulut, warna bibir pucat, mukosa bibir pucat kering
 Leher
Tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
limfe,dan JVP(jugular vena pressure)
 Paru
Inspeksi : Tak tampak tarikan otot untuk membantu pernafasan RR :
20x/menit.
Palpasi : Tidak teraba adanya massa.
Perkusi : Suara sonor di lapang parkiri dan pekak di temukan di
lapang paru kanan dari diafragma sampai intercosta keempat.
Auskultasi : Tidak terdengar ronchi, wheezing maupun krekels,
terdengar suara nafas terdengar vesikuler.
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung normal , SI dan S2 tunggal
 Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris
Auskultasi : Bising usus 7x/menit
Perkusi : Terdengar tympani
Palpasi : Tidak teraba ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan di
bagian perut bawah, dibawah ±2 cm umbilikus dan diatas simfisis
pubis.
 Ekstrimitas:
Atas: Teraba hangat, nadi kuat,kekuatan otot ekstrimitas atas kanan 5,
kekuatan otot ekstrimitas atas kiri 5
Bawah: Teraba hangat, kekuatan otot ekstrimitas bawah kanan 5,
kekuatan otot ekstrimitas bawah kiri 5
 Genetalia
Inspeksi : Terdapat darah, tampak bentuk vagina luar labia mayora
normal, lubang vagina tidak jelas, lubang uretra tampak kemerahan,
seperti ada bentuk jaringan abnormal (gelambir-gelambir) di lubang
vagina. klien tampakmenggunakanpempers karena ada perdarahan
yang keluar dari vagina.
 Sistem Integumen
Inspeksi : Warna kulit coklat, turgor kulit kurang elastic, capillary
refill >2 detik
 Sistem Persyarafan
Inspeksi : Tingkat kesadaran compos mentis

e. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya
kanker serviks.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Nafsu makan menurun, berat badan menurun
3. Pola Eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu
biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan
otot abdominal.
4. Pola Tidur dan Istirahat
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks, gangguan pola tidur juga dapat
terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.
5. Pola Aktivitas-Latihan
Penurunan aktifitas, kelelahan berlebih karena anemia.
6. Pola Hubungan dan Peran
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola
peran dan hubungannya.Pasien kadang merasa malu terhadap orang
sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari
kanker serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan
seksual
7. Pola Kognitif-Perceptual
Tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap
8. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Penurunan kepercayaan diri, perubahan kepribadian, putus asa, pasien
mengatakan ingin cepat sembuh
9. Mekanisme Koping
Cemas, Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya.
Bagaimana manajemen koping pasien
10. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien
akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

B. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek
kemoterapi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
e. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

C. INTERVENSI
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
NOC
- Pain level
- Pain control
- Comfort level

Kriteria hasil
- Mampu mengontrol nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
frekuensi, dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek
kemoterapi
NOC
- Nutritional status
- Intake
- Weight control

Kriteria hasil
- Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

NIC
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor mual dan muntah

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


NOC
- Energy conservation
- Activity tolerance
- Self care : ADLs

Kriteria hasil
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Tanda tanda vital normal
- Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC
- Kolaborasi dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu di lakukan
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih


NOC
- Urinary elimination
- Urinary continuence

Kriteria hasil
- Intake cairan dalam rentang normal
- Bebas dari ISK
- Balance cairan seimbang

NIC
- Lakuakn penilaian kemih yang komprehensif pada inkontinenisa (misal
: output urin, pola berkemih, dan masalah kencing)
- Anjurkan pasien/ keluarga untuk merekam output urin
- Intruksikan cara cara untuk menghindari konstipasi
- Memantau asupan dan keluaran

D. IMPLEMENTASI
Tahap ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada pasien dan
merupakan perwujudan dari segala tindakan yang telah di rencakan atau di
intervesikan.

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. terdapat tiga
alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Teratasi atau berhasil
Prilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu yang ditetapkan.
b. Teratasi sebagian
Pasien menunjukan prilaku tapi tidak sebaik yang ditentukan.
c. Belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2.Jakarta:


EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Gale, Danielle & Charette, Jane. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi.
Jakarta : EGC
Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.J
akarta.EGC
Nanda.2015.asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA.
Jogjakarta : media action
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai