A. DEFINISI
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. (Brunner,suddarth,2002)
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim.(Doenges dkk,2000)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar
kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-
zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk
juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa
peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi HPV.
C. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi klinis
Stadium kanker serviks
Stadium Keterangan
0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel
abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks.
I Kanker hanya ditemukan pad leher rahim.
II Kanker yang telah menyebar di luar leher rahim, tetapi tidak
menyebar ke dinding pelvis atau sepertigas bagian bawah
vagina.
III Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah
vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul atau telah
menyebabkan ginja tidak berfungsi.
IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian
tubuh lain seperti paru-paru, tulang, dan hati
Stadium kanker serviks menurut sistem FIGO dan sistem TNM menurut
AJCC
Stadium FIGO Stadium AJCC
0 Tumor primer tidak dapat dievaluasi Tx
2. Markroskopis
Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
b. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
E. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker serviks uteri sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik
atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah transformasi. Mutagen
tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga
bahwa Human Papilloma Virus (HPV) memegang peranan penting.
Sel-sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Dimulai
dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, karsinoma in situ dan
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in situ dikenal Derajat kelainan epitel
didasarkan pada kelainan polaritas dan atipia yang ditemukan pada sel-sel epitel.
Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk
kedua bentuk displasia dan karsinoma in situ. NIS terdiri dari :
1. NIS 1 disebut displasia ringan, bila polaritas sel sudah tidak baik sampai
kira-kira 1/3 tebal epitel dan atipia sel masih ringan.
2. NIS 2 atau displasia sedang, bila perubahan mencakup ½-¾ tebal dan atipia
derajat sedang.
3. NIS 3 atau displasia berat dan karsinoma insitu, bila perubahan tersebut
¾ atau seluruh tebal dan polaritas tidak teratur, atipia sel berat serta
ditemukan mitosis sel.
Untuk berlanjut menjadi karsinoma in situ umumnya diperlukan waktu 5 tahun
dari displasia ringan, 3 tahun dari displasia sedang dan 1 tahun dari displasia berat.
Namun tidak semua displasia akan menjadi karsinoma. Displasia dapat mengalami
regresi, menetap bertahun-tahun atau memburuk tergantung pada daya tahan
penderita.
F. WOC
Perilaku seksual, kontrasepsi, merokok, nutrisi, hygiene yang buruk, usia
Gangguan integritas kulit
resiko infeksi
Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks sistitis, kulit kering
Jaringan terbuka
Reaksi kulit
luka perdarahan
Metaplasia skuamosa
radiasi rusaknya jaringan kulit
histerektomi radikal
histerektomi total
tindakan pembedahan Kanker invasif non pembedahan kemotrapi mual muntah penuru
anastesi anorekisa nan
BB
Efek anastesi
Intoleransi
aktifitas vaskularisasi menembus sel epitel merusak struktur jaringan serviks
jaringan terganggu
gangguan konsep diri dinding pembuluh terdesak infiltrasi ke saraf perdarahan infiltrasi ke uretra
rektum
H. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil
lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini
dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping
dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)
dan lain –lain.
I. KOMPLIKASI
a. Fistula uretra
Adalah hubungan antara setiap bagian dari saluran kemih dan organ yang
berdekatan.
b. Disfungsi kandung kemih
c. Anemia trombositopenis
d. Mual,muntah, anoreksia
e. Infeksi pelvis
f. Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih. Gejala utamanya, meningkatnya
frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air
kemih,
g. Kulit kering
h. Fistula rektovaginal
Adalah koneksi yang tidak normal antara bagian bawah usus besar – rektum –
dan vagina. Isi usus bisa bocor melalui fistula, yang berarti gas atau tinja
dapat keluar melalui vagina.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS
DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien terdiri dari:
Nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa. Tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnose medis, dan
segala sumber informasi yang diperoleh.
b. Identitas suami
Nama, Usia, Agama, Pekerjaan, Pendidikan terakhir, Agama, Suku Bangsa,
Alamat
2. - - - - -
3. - - - - -
7. Riwayat Ginekologi
Siklus menstruasi: terjadi perdarahan intramenstruasi (diluar siklus)
Perdarahan post coitus
Keputihan
Riwayat KB
Kepala
Bentuk : Mesochepal, persebaran rambut merata, warna rambut hitam
dengan tampak uban.
Mata
Pupil isokor, reflek cahaya ada, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik
Hidung
Lubang hidung simetris,tidak tampak pernapasan cuping hidung,
Telinga
Telinga kanan-kiri simetris.
Mulut
Ada bau mulut, warna bibir pucat, mukosa bibir pucat kering
Leher
Tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
limfe,dan JVP(jugular vena pressure)
Paru
Inspeksi : Tak tampak tarikan otot untuk membantu pernafasan RR :
20x/menit.
Palpasi : Tidak teraba adanya massa.
Perkusi : Suara sonor di lapang parkiri dan pekak di temukan di
lapang paru kanan dari diafragma sampai intercosta keempat.
Auskultasi : Tidak terdengar ronchi, wheezing maupun krekels,
terdengar suara nafas terdengar vesikuler.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung normal , SI dan S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris
Auskultasi : Bising usus 7x/menit
Perkusi : Terdengar tympani
Palpasi : Tidak teraba ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan di
bagian perut bawah, dibawah ±2 cm umbilikus dan diatas simfisis
pubis.
Ekstrimitas:
Atas: Teraba hangat, nadi kuat,kekuatan otot ekstrimitas atas kanan 5,
kekuatan otot ekstrimitas atas kiri 5
Bawah: Teraba hangat, kekuatan otot ekstrimitas bawah kanan 5,
kekuatan otot ekstrimitas bawah kiri 5
Genetalia
Inspeksi : Terdapat darah, tampak bentuk vagina luar labia mayora
normal, lubang vagina tidak jelas, lubang uretra tampak kemerahan,
seperti ada bentuk jaringan abnormal (gelambir-gelambir) di lubang
vagina. klien tampakmenggunakanpempers karena ada perdarahan
yang keluar dari vagina.
Sistem Integumen
Inspeksi : Warna kulit coklat, turgor kulit kurang elastic, capillary
refill >2 detik
Sistem Persyarafan
Inspeksi : Tingkat kesadaran compos mentis
B. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek
kemoterapi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
e. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
C. INTERVENSI
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
NOC
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil
- Mampu mengontrol nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
frekuensi, dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek
kemoterapi
NOC
- Nutritional status
- Intake
- Weight control
Kriteria hasil
- Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
NIC
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor mual dan muntah
Kriteria hasil
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Tanda tanda vital normal
- Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC
- Kolaborasi dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu di lakukan
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Kriteria hasil
- Intake cairan dalam rentang normal
- Bebas dari ISK
- Balance cairan seimbang
NIC
- Lakuakn penilaian kemih yang komprehensif pada inkontinenisa (misal
: output urin, pola berkemih, dan masalah kencing)
- Anjurkan pasien/ keluarga untuk merekam output urin
- Intruksikan cara cara untuk menghindari konstipasi
- Memantau asupan dan keluaran
D. IMPLEMENTASI
Tahap ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada pasien dan
merupakan perwujudan dari segala tindakan yang telah di rencakan atau di
intervesikan.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. terdapat tiga
alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Teratasi atau berhasil
Prilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu yang ditetapkan.
b. Teratasi sebagian
Pasien menunjukan prilaku tapi tidak sebaik yang ditentukan.
c. Belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA