Disusun oleh :
A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indera. Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang seseorang
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. (Yusuf,Rizki & Hanik, 2015)
Halusinasi dalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi PALSU berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghindu. Pasien merupakan
setimulus yang sebenarnya tidak ada . pasien merasa ada suara padahal tidak
ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau suatu yang menentukan
padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan padahal tidak
sedang makan apapu. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun
dalam permukaan kulit. (Nurjanah, 2008)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap
stimulus tersebut (Nanda-1, 2012).
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
1. Respon adaptif
a. Pikiran logis a. proses pikir terganggu a. Waham, Halusinasi
1. Respon Adaptif
Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki & Hanik,
2015) Meliputi :
di terima akal.
pernah di alami.
mengancam.
C. Etiologi
a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :
1. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya mengontrol emosi
dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi
hilang percaya diri.
2. Faktor sosialkultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan membekas
di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan, kesepian dan
tidak percaya pada lingkunganya.
3. Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia sehingga menjadi ketidak seimbangan asetil kolin dan dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus
pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam nyata.
5. Pola genetik dan pola asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep,
2011).
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu
yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah
dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu tersebut, sehingga
jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain.
Oleh karna itu, aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan
klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalam interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan
dan halusinasi tidak langsung.
5. Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
Data obyektif :
b. Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
3) Melihat bayangan
Data obyektif :
c. Halusinasi penghidu
Data subyektif :
1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan
Data subyektif :
Data subyektif :
Effect
Core Problem
Isolasi Sosial
Causa
H. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, faktor genetik
3. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap,
persepsi, rasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal,
kehilangan harga diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan, dan penanganan gejala stres
4. Status mental yang terdiri dari penampilan pembicaraab, aktivitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitungnya, dan kemampuan penilaian
5. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan sosial dan
spiritual
6. Mekanisme koping : koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptif
7. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medik dan terapi medik
8. Pada proses pengkajian data yang perlu dikaji adalah :
a. Jenis halusinasi
b. Isi halusinasi
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi
d. Respon terhadap halusinasi
G. Perencanaan
Tujuan
Pasien mampu :
1. Mengenali halusinasi yang didominasinya
2. Mengontrol halusinasinya
3. Mengikuti program pengobatan secara optimal
Kriteria Evaluasi Intervensi
Setelah pertemuan 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
pasien mampu
menyebutkan: 2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Ah. Yusuf, Rizky Fitryani PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika : Jakarta.