PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penemuan sinar-X oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang ahli fisika
berkebangsaan Jerman melalui percobaan sinar katoda pada tanggal 8
November 1895, maka pelayanan kesehatan pun semakin meningkat pula.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya sarana penunjang untuk menegakkan
diagnosa terutama dibidang radiologi.
Salah satu pemeriksaan tractus urinarius (saluran kencing) yang
memanfaatkan sifat sinar-X tersebut adalah pemeriksaan Intra Vena
Pielografi. Pemeriksaan tractus urinarius semakin mendapat perhatian
banyak dari kalangan medis, mengingat banyaknya gangguan yang sering
terjadi di saluran tersebut. Pemeriksaan Intra Vena Pielografi adalah suatu
pemeriksaan secara radiologi untuk melihat sistem tractus urinarius dengan
menggunakan media kontras positif yang dimasukkan kedalam intra vena,
dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan-kelainan lain
tractus urinarius. Pemeriksaan Intra Vena Pielografi bisa digunakan pada
kasus kolik ginjal, batu ginjal dan lain-lain.
Pemeriksaan Intra Vena Pielografi menggunakan berbagai proyeksi
antara lain foto abdomen polos/ sebelum penyuntikan kontras, foto 5 menit,
foto 15 menit, foto 30 menit, dan foto post miksi setelah penyuntikan media
kontras. Penulis akan membahas pemeriksaan Intra Vena Pielografi pada
kasus Ren Mobilis Bilateral di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Pada
praktek Kerja Lapangan II ini penulis membuat laporan kasus dengan judul
“Teknik Pemeriksaan Radiologi Intra Vena Pielografi dengan Kasus Ren
Mobilis Bilateral di RS Dr. Sardjito Yogyakarta“.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah teknik pemeriksaan Intra Vena Pielografi pada kasus Ren
Mobilis Bilateral di RS Dr. Sardjito Yogyakarta?
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan praktek kerja lapangan II ini yaitu mengetahui,
maksud dan tujuan teknik pemeriksaan Intra Vena Pielografi di RS Dr.
Sardjito Yogyakarta. pada kasus Ren Mobilis Bilateral sampai dengan
interval waktu 60 menit.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan Intra Vena
Pielografi khususnya pada kasus Ren Mobilis Bilateral dan melatih
dalam pembuatan Laporan praktek kerja lapangan II yang berkaitan
dengan tugas – tugas profesionalisme.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan radiografer, radiolog, dan pihak yang terkait
dalam melakukan pemeriksaan Intra Vena Pielografi pada kasus Ren
Mobilis Bilateral.
3. Bagi Politeknik Jurusan Teknik Radiodiagnostikdan Radioterapi
Semarang
Menambah khasanah ilmu teknik radiografi khususnya kasus
Ren Mobilis Bilateral.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI berisi tentang anatomi fisiologi tractus urinarius,
patologi, prosedur dan persiapan pasien, indikasi dan kontra indikasi
dan teknik pemeriksaan.
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN berisi tentang metode
penelitian, analisa data konsep pemikiran.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama
didaerah lumbal sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus
lapisan minyak tebal. Kedudukan Ginjal dapat diperkirakan mulai dari
ketinggian vertebra thorakalis XI – XII sampai vertebra lumbal III.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena hati menduduki
ruang banyak disebelah kanan.
Panjang setiap ginjal 6 sampai 7 ½ cm. Pada orang dewasa
beratnya kira-kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti bentuk kacang dan
berjumlah dua buah, sisi dalamnya menghadap ke tulang punggung dan
sisi luar cembung, terdiri bagian kortek disebelah luar dan bagian
medulla di sebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas lima belas
sampai enam belas massa berbentuk pyramid yang disebut piramis
ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke kalises. Kalises ini
menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
2. Ureter
Terdapat dua ureter berupa dua saluran, yang masing-masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing.
Tebal ureter kira – kira setebal tangkai bulu angsa dan panjangnya 35
3
sampai 40 centi meter, terdiri atas dinding luar fibrus, lapisan tengah
yang berotot dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai
pelebaran hilum ginjal dan berjalan kebawah melalui rongga abdomen
masuk kedalam pelvis dan dengan oblik bermuara kedalam sebelah
posterior kandung kencing.
Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya,
yaitu pada ruang piala ginjal yang berhubungan dengan ureter, pada
waktu ureter manjadi kaku sewaktu melewati pinggir pelvis dan pada
waktu menembus dinding kemih yaitu :
a. Uretropelvic junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal
pelvis sampai bagian ureter yang mengecil.
b. Pelvic brim, yaitu ureter yang bermula dari sisi pelvis yang
berpotongan antara pembuluh darah iliaka dengan uterus.
c. Uretrovesical junction, yaitu ujung ureter dan masuk ke dalam
vesika urinaria.
3. Kandung Kencing
Kandung kencing bekerja sebagai penampung urine, organ ini
berbentuk buah pier atau kendi. Letaknya didalam panggul besar. Daya
tampungnya maksimumnya kira-kira 500 cc. Rasa ingin kencing terjadi
pada saat kandung kencing kira-kira 250 cc, terletak di belakang
sympisis pubis, uterus dan vagina sedangkan pada pria berhubungan erat
dengan prostat dan vesica seminalis
4. Urethra
Urethra merupakan saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang luar, dilapisi mimbran mukosa yang bersambung
dengan membran yang melapisi kandung kencing (Pearce, 1999).
B. Patologi Ginjal
Ren Mobilis
Suatu kondisi dimana ginjal tidak berada pada letaknya baik berpindah
ke atas, bawah atau ke kanan dan kiri, biasanya ginjal bergeser ke bawah
lebih dari satu korpus atau 5 cm. Dalam keadaan normal atau fisiologis
pergesaran tidak lebih dari 1 korpus ditunjukan pada saat berdiri.
4
C. Prosedur Pemeriksaan
1. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan Intra Vena Pielografi merupakan pemeriksaan traktus
urinarius dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukkan
kedalam intra vena dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi ginjal
dan kelainan-kelainan lain dari traktus urinarius (Amstrong dan Wastie,
1987).
2. Media Kontras
Media kontras merupakan bahan yang dapat di gunakan untuk
menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh (baik anatomi maupun
fisiologi) dalam pemeriksaan radiologi, dimana dengan foto polos biasa
organ tersebut kurang dapat dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena
mempunyai densitas relatif sama. Media kontras yang sering digunakan
pada pemeriksaan Intra Vena Pielografi adalah urografin 60%, urografin
70% dan ultrafis yang dimasukkan secara intra vena sebanyak 20 ml. Tes
sensitifitas dilakukan dengan memasukkan media kontras ke tubuh pasien
untuk melihat kerentanan terhadap media kontras. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut (Rasad, 1998) :
a. Skin tes
Memasukkan media kontras beberapa cc di bawah kulit
secara intra kutan kemudian ditunggu beberapa menit, jika timbul
benjolan merah berarti sensitive. Untuk pasien ruangan dilakukan
dengan cara memoleskan yodium di permukaan kulit, ditutup kassa
dan diplester.
b. Tes langsung
Memasukkan media kontras 2 cc melalui intra vena. Tidak
jarang orang yang dilakukan Intra Vena Pielografi ini terjadi alergi
sehinga tidak diperlukan pengawasan secara khusus terhadap pasien.
Pada pasien yang tidak tahan terhadap media kontras dapat terjadi
reaksi mayor atau minor. Reaksi minor ditunjukkan dengan gejala-
gejala seperti : mual-mual, gatal-gatal, mata menjadi merah, sesak
nafas dan muka menjadi sembab.Reaksi mayor dapat ditunjukkan
5
dengan gejala-gejala sebagai berikut : kolaps pembuluh darah tepi,
kejang dan cardiac arrest (berhentinya denyut jantung) keadaan ini
diikuti dengan badan terasa dingin. Tindakan untuk mengatasi reaksi
terhadap media kontras adalah (Amstrong dan Wastie, 1989) :
1) Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak
nafas.
2) Memberikan obat anti alergi baik intra meskuler atau intra vena
menurut petunjuk dokter.
D. Indikasi Kontra indikasi
1. Indikasi (Bontrager, 2001)
Indikasi Pemeriksaan radiologi pada pemeriksaan traktus
urinarius adalah sebagai berikut :
a. Pembesaran prostat jinak
b. Batu kandung kemih
c. Radang ginjal
d. Batu ginjal
e. Ginjal mengalami kelainan, sehingga air seni tidak bisa dikandung
kemih yang menyebabkan ginjal penuh dengan cairan, sehingga
fungsi ginjal terganggu / Hydronephrosis
f. Kasus hipertensi untuk mengetahui kelainan ginjal
g. Penyempitan ginjal
h. Ren Mobilis
2. Kontra Indikasi (Bontrager, 2001)
Pemeriksaan Intra Vena Pielografi tidak dilakukan pada
kelainan-kelainan sebagai berikut:
a. Penyakit Kencing manis
b. Penyakit hati / lever
c. Kegagalan jantung
d. Anemia berat
6
E. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan alat (Bontrager, 2001)
Alat dan bahan untuk pemeriksaan Intra Vena Pielografi yang
harus dipersiapkan antara lain : Pesawat rontgen siap pakai, kaset dan
film ukuran 24 x 30 cm dan 35 x 43 cm, grid, marker dan plester.
Pada pemeriksaan Intra Vena Pielografi perlu dipersiapkan alat
untuk memasukkan media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril.
Alat steril yang diperlukan antara lain : spuit 20 cc, jarum ukuran 20-21,
kassa, kapas alkohol, obat anti alergi dan infus set. Sedangkan alat bantu
non steril terdiri atas : bengkok, pengatur waktu, tensimeter dan tabung
oksigen.
2. Persiapan penderita ( Ballinger, 1995 )
Persiapan pemeriksaan pada traktus urinarius perlu dilakukan
bertujuan agar abdomen bebas dari feses dan udara dengan melakukan
urus-urus. Selain itu juga harus dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin
(normal 0,6-1,5 mg/100ml) dan ureum normal (8-25 mg/100 ml) darah
di laboratorium serta pengukuran tekanan darah pasien.
Prosedur pelaksanaan urus – urus (Ballinger, 1995) :
a. Diet makan makanan lunak yang tidak berserat satu sampai dua hari
sebelum pemeriksaan.
b. Dua belas jam sebelum pemeriksaan penderita puasa hingga
pemeriksaan selesai. Selama berpuasa penderita diharapkan
mengurangi berbicara dan tidak merokok untuk menghindari
adanya bayangan gas.
c. Penderita dimohon buang air kecil dahulu sebelum pemeriksaan
untuk pengosongan kandung kencing.
F. Teknik Pemeriksaan
1. Foto Polos Abdomen (Bontrager, 2001)
Tujuan pemotretan adalah untuk melihat persiapan dari penderita,
apakah usus sudah bebas dari udara dan fekal. Kelainan-kelaian anatomi
pada organ saluran kemih dan ntuk menentukan faktor eksposi pada
7
pengambilan radiograf selanjutnya. Teknik pemotretan (menurut
Bontrage,2001) adalah sebagai berikut :
a. Posisi penderita : berbaring terlentang diatas meja
pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh.
b. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane
berada di tengah meja pemeriksaan,
c. Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang
sejajar tubuh dengan batas atas kaset
pada proccecus xypoideus dan batas
bawah pada sympisis pubis.
d. Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
e. Titik bidik : pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi
garis yang menghubungkan crista iliaca
kanan dan kiri.
f. FFD : 100 cm.
g. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan
nafas.
h. Kriteria
dapat menampakkan organ abdomen secara keseluruhan,
tidak tampak pergerakan tubuh, kedua crista iliaca simetris kanan
dan kiri, gambaran vertebra tampak di pertengahan radiograf.
2. Penyuntikan Media Kontras ( Ballinger, 1995 )
Sebelum penyuntikan media kontras terlebih dahulu dilakukan
skin test terhadap pasien. Selanjutnya setelah pasien tidak mengalami
alergi maka pasien tersebut telah memenuhi syarat dilakukan
pemeriksaan Intra Vena Pielografi. Penyuntikan Intra Vena Pielografi
mempunyai dua cara pemasukan media kontras yaitu penyuntikan
langsung dan drip infus. Penyuntikan media kontras secara langsung
dilakukan melalui pembuluh darah vena dengan cara memasukkan wing
needle ke dalam vena mediana cubiti. Penyuntikan media kontas drip
8
infus adalah media kontras sebanyak 40 ml dicampur dengan larutan
fisiologis sebanyak 100 ml kemudian dimasukkan melalui selang infus.
3. Foto post penyuntikan media kontras
a. Foto 5 menit setelah pemasukan media kontras (Bontrager,
2001)
a. Tujuan : pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi
ginjal dan untuk melihat pengisian media
kontras pada pelviocalises.
b. Posisi penderita : berbaring terlentang diatas meja
pemeriksaan, kedua lengan disamping tubuh.
c. Posisi objek : batas atas processus xypoideus dan batas
bawah crista iliaca.
d. Kaset : ukuran 24 cm x 30 cm diatur melintang
tubuh.
e. CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
f. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh
setinggi 10 cm diatas crista iliaca.
g. FFD : 100 cm.
h. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
i. Kriteria : dapat menampakkan kedua kontur ginjal
yang terisi media kontras.
b. Pemotretan 15 menit setelah pemasukan media kontras
(Bontrager,2001).
Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian media kontras
pada ureter. Teknik pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Posisi penderita : terlentang diatas meja pemeriksaan
b. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane
berada di tengah meja pemeriksaan
c. Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang
sejajar tubuh dengan batas atas kaset pada
proccecus xypoideus dan batas bawah pada
sympisis pubis.
9
d. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh
setinggi garis yang menghubungkan crista
iliaca kanan dan kiri.
e. CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
f. FFD : 100 cm.
g. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
h. Kriteria : dapat menampakkan media kontras mengisi
kedua ureter. (Bontrager, 2001)
c. Pemotretan 30 menit ( Ballinger, 1995 )
Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian ureter dan
kandung kencing. Teknik pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Posisi penderita : terlentang diatas meja pemeriksaan
b. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane
berada di tengah meja pemeriksaan
c. Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang
sejajar tubuh dengan batas atas kaset pada
proccecus xypoideus dan batas bawah pada
sympisis pubis.
d. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh
setinggi garis yang menghubungkan crista
iliaca kanan dan kiri.
e. CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
f. FFD : 100 cm.
g. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
h. Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakal XII,
batas bawah sympisis pubis terlihat jelas
dalam foto harus simetris (Ballinger, 1995)
Apabila pada pengambilan radiograf tujuan pengambilan
radiograf belum terpenuhi maka dibuat radiograf 60 menit, 90 menit,
120 menit. Dan apabila diperlukan maka dibuat proyeksi oblik terutama
untuk kasus prostat hipertrofi
10
d. Pemotretan Post Miksi
Apabila pada foto 30 menit kandung kemih sudah terisi
penuh media kontras, dan susudah diberikan proyeksi tambahan
tertentu, maka pasien dipersilahkan buang air terlebih dahulu,
dilanjutkan foto post miksi, namun apabila pada foto 45 menit
kandung kemih belum terisi penuh dengan media kontras maka
perlu ditunggu untuk foto 1 jam, 2 jam dan seterusnya. Teknik
pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Posisi penderita : terlentang diatas meja pemeriksaan
b. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane
berada di tengah meja pemeriksaan
c. Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang
sejajar tubuh dengan batas atas kaset pada
proccecus xypoideus dan batas bawah pada
sympisis pubis.
d. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh
setinggi garis yang menghubungkan crista
iliaca kanan dan kiri.
e. CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
f. FFD : 100 cm.
g. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
h. Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakal XII,
batas bawah sympisis pubis terlihat jelas
dalam foto harus simetris (Ballinger, 1995)
11
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Kasus
Pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2005 pasien bernama Ny. SK, umur 73
tahun dari poli penyakit dalam mendaftarkan ke instalasi Radiologi RS Dr.
Sardjito Yogyakarta untuk pemeriksaan IVP dengan Suspect ureterolitiasis
bilateral. Persiapan pemeriksaan IVP dilakukan di rumah pasien karena pasien
berasal dari poli dan berstatus rawat jalan.engan data sebagai berikut:
Nama Pasien : Ny. SK
Umur : 73 tahun
No. RM : 0395556
No. Foto : 92054
Berat badan : 54 kg
Creatinin : 2,04
Faktor exposi : KVp = 60
mAs= 40
Pada hari senin , tanggal 25 Juli 2005 penderita datang ke instalasi
Radiologi RS Dr. Sardjito Yogyakarta untuk dilakukan pemeriksaan dengan
sinar-X. Penderita datang dengan membawa surat permintaan pemeriksaan
dari dokter yang memeriksa.
B. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Persiapan Penderita
Penderita yang diperiksa di instalasi Radiologi RS Dr. Sardjito
Yogyakarta merupakan penderita rawat jalan. Persiapan yang dilakukan
untuk pemeriksaan IVP adalah sebagai berikut:
a. Sehari sebelum pemeriksaan pasien makan-makanan yang
mengandung serat seperti bubur kecap.
b. Jam 08.00 malam makan terakhir
c. Aktivitas suara dikurangi
d. Jam 10.00 malam, minum garam inggris 30 gr
e. Jam 24.oo minum terakhir
12
f. Jam 8.00 pagi pasien datang ke radiologi untuk dilakukan
pemeriksaan.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan untuk IVP ini antara lain:
a. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan bucky table dan memiliki
kapasitasa yang tinggi.
b. Kaset dan film dengan ukuran 24 cm x 30 cm dan 30 cm x 40 cm yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Peralatan steril yang digunakan antara lain: spuit 20 ml, wing needle,
kapas alkohol. Peralatan non steril yang digunakan antara lain:
tensimeter, standar infus, plester, pengukur waktu.
d. Marker tanda radiografi R untuk kanan dan L untuk kiri dan tanda
waktu setelah injeksi pada waktu pengambilan radiograf, printer serta
kertas untuk identitas pasien dan tanggal pemeriksaan.
C. Hasil Pemeriksaan
Penderita datang ke bagian radiologi kemudian penderita
dipersilahkan untuk buang air kecil terlebih dahulu dengan tujuan agar
kandung kencing menjadi kosong. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan.
Pemotretan Foto Polos Abdomen dengan posisi penderita tidur
telentang diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping tubuh. Bidang
tengah sagital tubuh diatur sedemikian rupa sehingga terletak pada garis
tengah meja pemeriksaan. Pemotretan ini bertujuan untuk memperlihatkan
persiapan penderita, bentuk, letak serta ukuran ginjal, dan untuk menentukan
faktor eksposi pada pemotretan selanjutnya. Kaset ukuran 30 cm x 40 cm
diatur membujur sejajar tubuh didalam bucky table. Batas atas kaset setinggi
prosessus xipoideus sedang batas bawah kaset setinggi sympisis pubis. Arah
sumbu sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset, titik bidik ditujukan pada
bidang sagital tengah tubuh setinggi garis menghubungkan dengan crista
iliaka kanan dan kiri. Eksposi dilakukan pada saat penderita tahan nafas
setelah ekspirasi.
Media kontras yang digunakan untuk pemeriksaan Intra Vena
Pielografi di instalasi Radiologi RS Dr. Sardjito Yogyakarta adalah Iopamiro
13
370mg/50 cc. Teknik pemasukan media kontras secara bolus atau penyuntikan
langsung pada inta vena.
14
i. Kriteria : kedua kontur ginjal yang terisi media
kontras.
16
Pemotretan 60 menit
Tujuan pemotretan untuk melihat perpindahan kedua ginjal. Teknik
pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1. Posisi penderita : berdiri atau erect
2. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane berada di
tengah bucky stand
3. Kaset : ukuran 30 cm x 40 cm diatur memanjang sejajar
tubuh.
4. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi
garis yang menghubungkan crista iliaca kanan dan
kiri.
5. CR : horisontal tegak lurus terhadap kaset.
6. FFD : 100 cm.
7. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
8. Kriteria : tampak gambaran kedua ginjal yang berpindah
kedudukannya atau ren mobilis.
17
Pemotretan Post Miksi
Tujuan pemotretan untuk melihat pengosonganvesica urinaria. Teknik
pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Posisi penderita : terlentang diatas meja pemeriksaan
b. Posisi objek : atur pasien sehingga Mid Sagital Plane berada di
tengah meja pemeriksaan
c. Kaset : ukuran 30 cm x 40 cm diatur memanjang sejajar
tubuh dengan batas atas kaset pada proccecus
xypoideus dan batas bawah pada sympisis pubis.
d. Titik bidik : ditujukan pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi
garis yang menghubungkan crista iliaca kanan
dan kiri.
e. CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
f. FFD : 100 cm.
g. Eksposi : dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
h. Kriteria : tampak pengosongan vesica urinaria
18
D. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi yang diusahakan oleh instalasi Radiologi RS Dr.
Sardjito Yogyakarta dalam pemeriksaan Intra Vena Pielografi adalah sebagai
berikut:
a. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi adalah dengan berlindung dibalik
dinding pelindung dan kaca timbal selama pemotretan berlangsung.
b. Proteksi radiasi untuk penderita adalah dengan menghindari semaksimal
mungkin pengulangan foto dan lapangan penyinaran secukupnya sesuai
dengan objek yang diperiksa.
c. Proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah dengan tidak mengijinkan
pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada diruang pemeriksaan.
E. Pembahasan
19
Pada pengambilan menit ke 15 tampak kontras mengisi kedua ginjal
dan kedua ureter sampai dengan Vesica Urinaria. Letak ginjal kanan setinggi
vertebra lumbal 1 dan 2, sedang ginjal kiri setinggi vertebra lumbal 2-3, kedua
ureter tak tampak melebar, terjadi “kinking” ureter kiri 1/3 proximal atau
gambaran ureter yang menekuk di 1/3 proximal. Sedangakan pada saat
pengambilan foto menit ke 30 dilakukan posisi prone atau tidur tertelungkup
gambaran radiograf masih sama dengan gambaran menit yang ke 15, vesca
urinaria terisi kontras tetapi tidak maksimal, tidak tampak batu di vesica
urinaria.
Kemudian dilanjutkan pada menit ke 60, pada pengambilan foto menit
ini dilakukan dengan posisi pasien berdiri dengan tujuan untuk melihat apakah
letak kedua ginjal pada pasien normal atau tidak, ternyata pada foto 60 menit
ini letak ginjak kanan setinggi vertebra lumbal 4-5 sedangkan ginjal kiri
setinggi vertebra lumbal 4. Dilanjutkan pada foto post miksi, pasien di
perintahkan untuk buang air kecil, kemudian di lakukan pemotretan dengan
posisi psien supine diatas meja pemeriksaan dengan proyeksi antero posterior.
Pada gambaran radiograf tampak residu kontras minimal tak tampak
gambaran batu opak.
20
BAB IV
PE N UTU P
A. Kesimpulan
Dari uraian studi kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan
Radiologi Intra Vena Pielografi dengan Kasus Ren Mobilis Bilateral di
RS Dr. Sardjito Yogyakarta“ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Intra Vena Pielografi di instalasi Radiologi RS Dr. Sardjito
Yogyakarta merupakan pemeriksaan tractus urinarius dengan
menggunakan media kontras positif yang dimasukkan langsung secara
intra vena, dan memerlukan persiapan penderita secara khusus.
b. Pemeriksaan Intra Vena Pielografi di instalasi Radiologi RS Dr. Sardjito
Yogyakarta menggunakan proyeksi Antero Posteor pada pengambilan foto
polos, 5 menit, 15 menit, dan post miksi. Kemudian pada pengambilan
foto ke 30 menit dilakukan dengan posisi postero anterior dengan posisi
pasien supine diatas meja pemeriksaan.
c. Pada kasus ren mobilis ini dilakukan pemotretan dengan posisi pasien
berdiri proyeksi antero posterior dengan arah sinar horizontal pada menit
ke 60.
B. Saran
Saran yang penulis sampaikan dalam studi kasus ini adalah:
a. Persiapan pasien pemeriksaan perlu benar-benar diperhatikan sehingga
tidak tampak gambaran udara dan feces yang dapat mengganggu
gambaran objek yang diinginkan.
b. Untuk menentukan letak ginjal mengalami perubahan tempat atau tidak
dilakukan pada menit ke 15, karena pada menit ini bertujuan untuk
melihat kontras mengisi ureter dari ginjal sampai vesica urinaria.
c. Pada saat akan melakukan expose diharapkan petugas menutup pintu
ruang pemeriksaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22