Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah Sakit merupakan suatu Organisasi Sosial – Ekonomi Non Profit terintegrasi yang
berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap bagi masyarakat.

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit lebih menekankan pada pelayanan yang bersifat Kuratif
dan Rehabilitatif dimana obat-obatan dan alat kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting
sebagai penunjang dalam penyembuhan penderita sehingga dibutuhkan pelayanan yang baik.
Upaya dalam bidang pelayanan kesehatan antara lain dengan peningkatan mutu pelayanan
melalui peningkatan ketepatan, rasionalisasi, dan efisiensi dalam penggunaan obat. Untuk
memenuhi tugas dan tujuan dari pelayanan kefarmasian maka disusun suatu organisasi yaitu
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

Seorang farmasis yang bekerja sebagai tenaga professional di Rumah Sakit,bertanggung


jawab terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perbekalan farmasi yaitu mulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran, pemberian informasi yang baik
terhadap sesama petugas kesehatan maupan pasien dalam pemantauan dan penggunaan obat,
serta pemantauan dari segi sosial ekonomi.

Farmasis merupakan profesi di bidang kesehatan, dimana ciri-ciri profesi adalah keahlian
didasarkan atas pengetahuan teoritis, dimana seorang farmasis di didik dan menerima
pengetahuan yang khas dan pengetahuan ini tidak diperoleh di bidang lain.

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit merupakan kegiatan penjabaran
disiplin ilmu pengetahuan dan teori yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada
dilapangan. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2 Kefarmasian meliputi pengelolaan Perbekalan
Farmasi dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kefarmasian.
Setelah menjalani PKL yang dilaksanakan di Rumah Sakit GMIM PANCARAN KASIH
diharapkan mahasiswa /i mampu untuk melakukan kegiatan kefarmasian khususnya di rumah
sakit.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan Rumah Sakit adalah :

1 Menerapkan dan mengembangkan antara teori yang didapat selama pendidikan dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
2 Mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasin dan Sistem Manajemen pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit GMIM PANCARAN KASIH.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit yaitu :

1 Agar mahasiswa memperoleh gambaran peran Ahli Madya Farmasi dengan menerapkan serta
membandingkan ilmu kefarmasian selama masa pendidikan dengan kenyataan dilapangan.
2 Mendapatkan Ilmu Kefarmasian di Rumah Sakit yang tidak diketahui sebelumnya.
3 Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa selanjutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Instalasi farmasi adalah bagian dari rumah sakit yang bertugas menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta
melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit (Undang-Undang Republik
Indonesia No. 44 Tahun 2009, 2009).

2.2. Tugas Instalasi Farmasi

Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah pengelolaan mulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan maupun untuk semua
unit termasuk poliklinik rumah sakit. IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan
farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai
bagian/unit diagnosis danterapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit
keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik.

2.3. Tujuan IFRS

a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan dan kepada
profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan memenuhi syarat.
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah sakit yang
memenuhi syarat.
c. Menjamin praktik profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan pemeliharaan
standar etika profesional, pendidikan, pencapaian dan melalui peningkatan kesejahteraan
ekonomi.
d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam ilmu farmasetik pada
umumnya.
e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi antara para
apoteker rumah sakit, anggota profesi spesialis serumpun.
f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk secara efektif
mengelola pelayanan farmasi yang terorganisasi; mengembangkan dan memberikan
pelayanan klinik, melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi dalam
program edukasi untuk praktisi kesehatan, penderita, mahasiswa dan masyarakat.
g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit
kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional kesehatan
lainnya.
h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS.
i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi farmasi.

2.4. Kegiatan IFRS

A. Manajemen Farmasi

1) Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Penentuan standar obat merupakan peran dari apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas
dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian 16.

2) Perencanaan Perbekalan Farmasi

Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Adapun perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui metode konsumsi, metode
morbiditas atau kombinasi konsumsi dan morbiditas.

3) Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan


dan disetujui melalui, pembelian, produksi/pembuatan sediaan farmasi dan sumbangan/droping.
4) Penerimaan Perbekalan Farmasi

Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan.

5) Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Penyimpanan perbekalan farmasi bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi,


menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, memudahkan pencarian dan
pengawasan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk
sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) atau First Expired
First Out (FEFO). Pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian terhadap lingkungan (suhu,
cahaya, kelembaban, kondisi sanitasi dan ventilasi) untuk mempertahankan obat dan alat
kesehatan dalam kondisi dan persyaratan yang tepat.

Sistem pencatatan keluar masuknya barang juga perlu diperhatikan dengan penerapan
penggunaan kartu stock serta sistem penyimpanan yang digunakan untuk mencegah
tertimbunnya barang-barang lama yang dapat mengakibatkan terlewatnya waktu kadaluarsa obat
atau sediaan lainnya 17.

B. Pendistribusian Perbekalan Farmasi

Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan


secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah. Pendistribusian perbekalan farmasi dibagi menjadi
empat sistem, yaitu :

1) Sistem Resep Individual

Resep individual adalah resep yang ditulis dokter untuk setiap penderita. Dalam sistem
ini, penyiapan semua obat yang diperlukan untuk pengobatan dilakukan di IFRS. Resep asli
dikirim ke IFRS oleh perawat, kemudian resep itu diproses sesuai dengan cara penyiapan obat
yang baik dan obat siap didistribusikan kepada pasien. Kelebihan sistem ini adalah semua resep
dikaji langsung oleh apoteker sebelum obat disiapkan, untuk mencegah kesalahan pengobatan
dan menentukan dosis yang tepat; memberikan kesempatan terjadinya interaksi profesional yang
dekat antara dokter, perawat dan apoteker; memungkinkan pengendalian persediaan obat lebih
sedikit; mempermudah penagihan biaya penderita. Keterbatasan sistem ini adalah
memungkinkan keterlambatan obat sampai ke penderita, jumlah kebutuhan personel di IFRS
meningkat, memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di
ruang rawat pada waktu konsumsi obat, terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada
waktu penyiapan konsumsi.

2) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)

Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah sistem penyampaian obat
kepada penderita rawat inap berdasarkan permintaan dokter atau keperluan masing-masing
penderita dan obatnya disiapkan sendiri oleh perawat dari persediaan obat yang ada di ruang
perawatan. Sistem ini biasanya di pakai di 18 Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) karena
jarang dipakai obat-obatan mahal kecuali pada resep khusus. Sistem ini sekarang mulai dikurangi
penggunaannya karena tanggung jawab yang besar dibebankan perawat yang
menginterpretasikan resep dan menyiapkan obat yang sebetulnya adalah apoteker. Keuntungan
sistem ini adalah obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita, peniadaan pengembalian
obat yang tidak terpakai ke IFRS, berkurangnya penyalinan kembali resep obat dan pengurangan
jumlah personel IFRS yang diperlukan. Kelemahan sistem ini adalah kesalahan obat sangat
meningkat karna resep obat tidak dikaji oleh apoteker, persediaan obat di ruang rawat meningkat
dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas, pencurian obat meningkat, meningkatnya bahaya
karena kerusakan obat, penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
obat yang sesuai di setiap daerah perawatan penderita, diperlukan waktu tambahan bagi
perawatan untuk menangani obat dan meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.

3) Sistem Kombinasi Resep Individu dan Total Floor Stock

Sistem distribusi obat kombinasi persediaan ruamg dan resep individual adalah sistem
penyampaian obat kepada penderita berdasarkan permintaan dokter, sebagian obat disiapkan
oleh instalasi farmasi sesuai dengan resep dokter dan sebagian lagi disiapkan dari persediaan
obat yang terdapat diruangan. Kelebihan sistem ini adalah semua resep individu di kaji langsung
oleh apoteker; obat segera tersedia karena obat yang tersedia di ruangan hanya obat obat yang
digunakan sehari-hari oleh penderita; terjadi interaksi yang dekat antara apoteker; perawat dan
dokter; persediaan obat di ruang tidak memerlukan 19 tempat yang terlalu besar jika di
bandingkan dengan sistem persediaan lengkap di ruangan. Keterbatasan sistem ini adalah
kemungkinan keterlamabatan sediaan obat sampai kepada penderita, (obat resep individual) dan
kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruangan).

4) Sistem Unit Dosis Tunggal (Single Unit Dose)

Sistem distribusi unit dosis adalah sistem penyampaian dan pengendalian obat yang
dikoordinasi oleh instalasi farmasi yang obatnya menggunakan wadah dalam bentuk kemasan
dosis unit tunggal yang siap pakai dalam jumlah persediaan yang cukup untuk satu waktu
tertentu. Keuntungan sistem ini adalah penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam dan penderita
hanya membayar obat yang dikonsumsi saja; semua dosis obat yang diperlukan pada unit
perawat telah disipkan oleh IFRS. Jadi, perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk
perawatan langsung penderita; adanya sistem pemeriksaan ganda dapat mengurangi kesalahan
obat; menghemat ruangan di unit perawat; meniadakan pencurian dan pemborosan obat;
memperluas cakupan dan pengendalian IFRS secara keseluruhan sejak dokter menulis resep
sampai ke penderita menerima dosis unit; kemasan dosis unit secara sendiri-sendiri di berikan
etiket dan kemasan tetap utuh sampai obat sisap dikonsumsi pada penderita; apoteker dapat
datang ke unit perawat atau ruang penderita, untuk melakukan konsultasi obat, membantu
memberikan masukan pada tim sebagai upaya untuk perawatan penderita yang lebih baik.
Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya tenaga farmasi yang lebih banyak dan meningkatnya
biaya operasional. Sistem distribusi dapat dioperasikan dengan salah satu dari dua metode di
bawah ini, antara lain:

(a) Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)

Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu
tempat instalasi farmasi. Seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan barang daras ruangan, disuplai langsung dari pusat
pelayanan farmasi tersebut.

(b) Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)

Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai


cabang/depo/satelit di dekat setiap unit perawatan atau pelayanan. Pada desentralisasi
penyimpanan dan pendistribusian perbekalan untuk unit perawatan tidak lagi dilayani oleh pusat
pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan
keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi atau satelit farmasi.

(c) Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi


perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Pelaporan bertujuan agar
tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi yang akurat,
tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan dan tersedianya data yaang
lengkap untuk pembuatan perencanaan.

(d) Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan merupakan


pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat
kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan
profesi kesehatan lainnya. Berikut ini pelayanan kefarmasian :

(1) Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dengan pemeriksaan administratif, pemeriksaan


farmasetik dan pemeriksaan klinis baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.

(2) Dispensing

Kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik


obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai
disertai sistem dokumentasi. Dispensing dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu dispensing
sediaan farmasi parenteral nutrisi, dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, dan
dispensing sediaan farmasi berbahaya.

(3) Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat


Kegiatan pemantauan setiap respon obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Kegiatan
yang dilakukan adalah menganalisa laporan efek samping obat, mengidentifikasi obat dan pasien
yang memiliki resiko tinggi mengalami efek samping obat, mengisi formulir efek samping obat
dan melaporkan ke panitia efek samping obat.

(4) Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan untuk memberikan


informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan dalam pelaksanaan PIO meliputi : memberikan dan
menyebarkan informasi kepada konsumensecara aktif dan pasif: menjawab pertanyaan dari
pasien maupun tenaga kesehatan; membuat buletin; leaflet dan label obat; menyediakan 22
informasi bagi PTF sehubung dengan penyusunan formularium rumah sakit; melakukan
pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan; mengkoordinasi penelitian
tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

(5) Konseling

Suatu proses yang sistematik untung mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap.

(6) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit. Kegiatan yang dilakukan adalah memisahkan serum
dan plasma darah, memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan menggunakan alat
Therapeutic Drug Monitoring (TDM), membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.

(7) Ronde/Visite Pasien

Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan
lainnya.
(8) Pengkajian Penggunaan Obat

Program penggunaan evaluasi obat yang terstruktur dan berkesimabungan untuk


menjamin obat-obatanyang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman Dan terjangkau oleh pasien.

5. Struktur Organisasi IFRS

Struktur organisasi dasar (segmentasi utama) dari IFRS adalah pengadaan, pelayanan dan
pengembangan. Struktur organisasi dasar ini juga disebut kumpulan berbagai pekerjaan karena
dalam struktur organisasi dasar itu berkumpul berbagai 23 kegiatan atau pekerjaan. Struktur
organisasi dapat dikembangkan dalam tiga tingkat, yaitu :

a. Tingkat puncak, bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, pemfungsian yang efektif
dari sistem mutu secara menyeluruh.
b. Tingkat menengah, bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan mutu dalam daerah/bidang fungsional mereka untuk mencapai mutu
produk dan/atau pelayanan yang diinginkan.
c. Garis depan, terdiri atas personel pengawas yang secara langsung memantau dan
mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu selama barbagai tahap memproses
produk dan/atau pelayanan.
d. Struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit disesuaikan dengan situasi dan kondisi
rumah sakit.
BAB III

PEMBAHASAN

1. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES & BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Pengelolaan sediaan farmasi atau sistem manajemen sediaan farmasi, alkes & bahan medis habis
pakai merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling
terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup merancang proses yang efektif, penerapan,
dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pemusnahan, dokumentasi, monitoring dan evaluasi, dan kegiatan khusus
A. Pemilihan
Dalam proses pelayanan, dengan tujuan efektivitas dan efisiensi, Instalasi Farmasi tidak
menyediakan semua jenis obat atau alkes yang beredar di Indonesia, tetapi menentukan obat dan alkes
tertentu yang dapat digunakan dalam Rumah Sakit, dalam periode tertentu.
Dalam pelayanan obat, proses tersebut merupakan proses pemilihan obat oleh KFT dalam
penyusunan Formularium Rumah Sakit.
1. Mengutamakan penggunaan obat generik.
2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut :1 (satu) obat
generik; dan 5 (lima) obat me too, jika memungkinkan (satu) obat generik; 1 (satu) obat
original; dan 4 (empat) obat me too.
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
8. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak langsung.
9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan
pada :
a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
c. Obat yang stabilitasnya lebih baik
d. Mudah diperoleh
e. Obat yang telah dikenal
10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
a. Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap
b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada
masing-masing komponen
c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk
sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut
d. Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
e. Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
resistensi dan efek merugikan lainnya.
11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang
paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, dengan
harga yang terjangkau.

Kriteria Penghapusan Obat :


1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi.
2. Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan diingatkan
kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3 (tiga) bulan
berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari buku formularium.
3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan. Pembuatan
formularium melalui Komite Farmasi dan Terapi dengan ketua dokter, sekretaris apoteker dan
anggota yang terdiri dari dokter , baik dokter spesialis maupun dokter umum , apoteker, perawat dan
dapat juga ditambahkan petugas non medis.

Komite Farmasi dan Terapi ( KFT ) memberitahukan adanya rencana seleksi obat untuk
formularium kepada principle obat 3 – 4 bulan sebelumnya dan kepada tenaga medis di rumah sakit.
Pengusulan draft usulan obat ke Komite Farmasi dan Terapi ( KFT ) oleh dokter. Komite Farmasi dan
Terapi ( KFT ) menerima proposal pengajuan kerjasama produk oleh principle obat, dengan disertai
kondisi diskon, dokter spesialis user, dan focus produk yang diajukan untuk kerjasama, disertai dengan
deskripsi produk. Komite Farmasi dan Terapi ( KFT ) membuat draft perbandingan produk masing-
masing prinsipel dengan produk obat yang sudah masuk di formularium sebelumnya. Komite Farmasi
dan Terapi ( KFT ) membahas dalam rapat KFT. Untuk obat baru yang generiknya belum pernah ada di
rumah sakit, maka harus didukung literature maupun evidence based medicine yang mendukung
efektifitas obat yang bersangkutan dengan efek samping yang minimal. Nama-nama obat yang sudah
terpilih melalui rapat Tim Farmasi dan Terapi, disusun dalam formularium obat, dan diedarkan kepada
semua dokter, tim pengadaan, ruangan poliklinik, ruangan rawat inap, dan instalasi farmasi. Untuk
pengajuan sisipan produk baru setelah formularium terbit, tahap – tahapnya adalah sebagai berikut :

• Dokter membuat permintaan obat baru ke KFT


• KFT membahas usulan tersebut.
B. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian.
Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan sediaan farmasi, alkes & bahan medis habis
pakai dengan harga yang efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu,
proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Proses pengadaan dilaksanakan melalui satu pintu. Untuk pengadaan sediaan farmasi, alkes dan
bahan medis habis pakai langsung di PBF yang sudah menjalin kerja sama dengan RSU GMIM Pancaran
Kasih dan dilakukan oleh pertugas farmasi.
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif merupakan suatu metode penting untuk
mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok,
pelaksana pembelian harus mendasarkan pada kriteria berikut: mutu produk, reputasi produsen, harga,
berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan
tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.
Pada proses pengadaan ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan :
a) Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan“biaya tinggi”
b) Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu, dan tempat
c) Beberapa jenis obat, bahan aktif yang mempunyai masa kadaluwarsa relatif pendek harus
diperhatikan waktu pengadaannya. Untuk itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar,
kadaluarsa paling lambat 2 tahun. Obat-obat yang digolongkan “ cito “ dan segera pakai maka
tanggal kadaluarsa paling lambat satu tahun.

Pengadaan reagensia laboratorium melalui pembelian dengan distributor terpercaya yang telah
melakukan perjanjian kerjasama.
Kegiatan :
1. Pihak laboratorium memberikan informasi pada bagian gudang farmasi mengenai reagensia
dengan ketersediaan stok yang menipis
2. kemudian dari farmasi Mencari informasi mengenai barang/reagen kimia yang diperlukan
ekonomis pada beberapa supplier/distributor.
3. Mencari informasi mengenai barang/reagen kimia yang diperlukan dengan harga yang
terjangkau/ekonomis pada beberapa supplier/distributor.
4. Tentukan supplier yang sesuai dan dapat memenuhi pesanan barang dengan tepat, sesuaikan
harga, diskon, dan cara pembayaran
5. Apabila alat pemeriksaan laboratorium yang bersangkutan dengan reagen yang diminta sudah
melakukan perjanjian kerjasama, maka reagensia diadakan melalui distributor / produsen yang
bersangkutan

Pengadaan bahan radiologi melalui pembelian dengan distributor terpercaya yang telah melakukan
perjanjian kerjasama.
Kegiatan :
1. Bagian radiologi memberikan informasi mengenai kondisi stok yang menipis
2. Mencari informasi mengenai bahan yang diperlukan dengan harga yang terjangkau/ekonomis
pada beberapa supplier/distributor.
3. Tentukan supplier yang sesuai dan dapat memenuhi pesanan barang dengan tepat, sesuaikan
harga, diskon, dan cara pembayaran.
4. Pesan/order barang yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan stok yang diperlukan dalam
suatu periode yang telah ditentukan.
Guna menjamin tata kelola sediaan farmasi yang baik, dalam proses pengadaan harus diperhatikan
adanya:
a) Prosedur yang transparan dalam proses pengadaan
b) SPO dalam pengadaan.
c) Sistem manajemen informasi
d) monitoring secara rutin pada proses pengadaan.
Dalam proses pelayanan, seringkali diperlukan obat-obat yang tidak tersedia di stok namun sangat
dibutuhkan bagi terapi pasien. Tahap-tahap proses yang dilalui antara lain :
a) Petugas farmasi melakukan konfirmasi ke dokter apakah obat bisa di subtitusi, jika tidak maka
diputuskan order cito
b) Melakukan proses order cito dengan jumlah obat sesuai resep dokter
c) Bila diputuskan menawarkan alternatif obat pengganti pada dokter, maka petugas farmasi yang
berdinas melakukannya sesuai dengan prosedur komunikasi SBAR.
C. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima sediaan farmasi yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin sediaan farmasi yang diterima sesuai kesepakatan
baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu. Penerimaan sediaan farmasi harus dilakukan oleh petugas
yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung
jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari sediaan farmasi. Dalam tim penerimaan
farmasi harus ada tenaga farmasi. Semua sediaan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua sediaan farmasi harus ditempatkan
dalam tempat persediaan, segera setelah diterima, sediaan farmasi harus segera disimpan di dalam
lemari atau tempat lain yang aman. Sediaan farmasi yang diterima harus sesuai permintaan.
Kegiatan :
1. Siapkan lembar penerimaan barang
2. Lakukan pengecekan apakah sediaan farmasi (termasuk juga reagensia laboratorium, bahan
radiologi, gas medis) yang datang sesuai permintaan
3. Jika sesuai permintaan, lakukan pengecekan terhadap jenis, jumlah, apakah sesuai dengan
Droping dan pesanan
4. Lakukan pengecekan tanggal kadaluarsa dan no. batch apakah sesuai dengan faktur /
permintaan
5. Lakukan pengecekan harga dan diskon
6. Jika sudah sesuai maka asisten apoteker atau apoteker yang bertugas menerima sediaan
farmasi tersebut dengan membubuhkan tanda tangan dan nomor SIPA/ SIKTTK pada faktur/
tanda terima
7. Bubuhkan tanggal pada tanda tangan penerimaan
8. Ambil 2 lembar copy faktur / 1 copy tanda terima untuk arsip rumah sakit
9. Faktur dicatat pada buku penerimaan
10. Lakukan SPO penyimpanan untuk kebutuhan farmasi
11. Untuk reagensia, bahan radiologi, dan gas medis, bagian gudang farmasi memberi informasi
pada laboratorium dan bagian radiologi, dan sarana prasana, kemudian bagian yang
bersangkutan melakukan distribusi barang permintaan .

D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan
sediaan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah sebagai
berikut :
 Penataan sediaan farmasi disesuaikan dengan bentuk sediaan , dan kestabilan , untuk yang
stabil pada suhu 2-8 °C disimpan dalam lemari pendingin, yang dikontrol dengan thermometer
dengan sensor pada lemari pendingin, sediaan farmasi yang lain disimpan dalam suhu , 25 °C ,
kemudian disusun sesuai efek farmakologis dan selanjutnya secara alphabetis. Perhatikan obat
yang termasuk LASA agar penempatannya tidak berdekatan dengan LASA yang lain. Kelola
tanggal expired dengan melakukan penataan secara FEFO selanjutnya FIFO
 Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan perputaran stok sediaan farmasi. Keuntungan penggunaan pallet:
 Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 Dapat menampung sediaan farmasi lebih banyak
 Pallet lebih murah dari pada rak
 Kondisi penyimpanan khusus
 Sediaan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik dsimpan dalam lemari
terkunci dengan double lock, kunci harus dibawa oleh asisten apoteker atau apoteker yang
bertanggung jawab pada shift.
 Obat-obat High Alert disimpan dalam lemari terkunci dengan label merah bertuliskan High
Alert, untuk yang stabil pada suhu 2-8 °C disimpan dalam lemari pendingin dengan area
khusus high alert
 Produk nutrisi disimpan dalam kondisi suhu < 25 °C dengan kelembapan relative 40 -60 %
dan tidak terkena cahaya matahari, selain itu juga disesuaikan dengan kriteria penyimpanan
dari brosur produk tersebut
 Sediaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diidentifikasi melalui label B3 yang disesuaikan
dengan sifat keberbahayaannya dengan daftar jenis B3 yang tersedia di bagian yang
bersangkutan , disimpan dengan aman dalam rak / lemari khusus penyimpanan B3 dengan
tabel MSDS untuk penanganan jika terpapar atau terkena tumpahan yang dikelola dengan
prosedur yang ditetapkan rumah sakit. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang
tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.
 Gas medis disimpan terpisah dari tempat sediaan farmasi, bebas dari sumber api,
berventilasi baik, dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan. .

 Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,
karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara
berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.
 Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label : isi,
tanggal kadaluwarsa, dan peringatan
 Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker NORUM / LASA
 Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir rekonsiliasi obat dan
disimpan di instalasi farmasi
 Sediaan farmasi dalam kemasan besar disusun di atas pallet secara rapi dan teratur
 Apabila persediaan sediaan farmasi cukup banyak, maka sediaan farmasi tetap dibiarkan
dalam boks masing-masing.
 Ada proses pemantauan penyimpanan obat dan alkes yang dilakukan setiap Satu bulan sekali
oleh apoteker atau asisten apoteker yang ditunjuk.

Selain adanya sistem penyimpanan yang baik, dibuat pula sistem pengawasan obat, dengan tujuan
agar sediaan farmasi terlindung dari kehilangan dan pencurian, yaitu dengan cara :
1. Membuat peringatan tertulis “Selain Petugas Farmasi dilarang masuk”
2. Melakukan proses komputerisasi stok

 Penyimpanan reagen di laboratorium


1. Simpan reagen dan pelarut reagen dalam lemari khusus
2. Sesuaikan stabilitasnya
• Stabil pada suhu 2-8 °C , simpan dalam lemari pendingin
• Stabil dalam suhu < 25°C, simpan dalam ruangan AC
1. Simpan reagen dan pelarut yang termasuk golongan B3 dalam ruang B3 / lemari asam
2. Simpan obat dan alat kesehatan dengan Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out).
3. Dokumentasikan jumlah penerimaan, pengeluaran dalam kartu stok dan SIM
 Penyimpanan sediaan radiologi
1. Simpan sediaan radiologi dalam lemari khusus
2. Sesuaikan stabilitasnya
• Stabil pada suhu 2-8 °C , simpan dalam lemari pendingin
• Stabil dalam suhu < 25°C, simpan dalam ruangan AC
3. Simpan sediaan radiologi yang termasuk golongan B3 dalam ruang B3 / lemari asam
4. Simpan obat dan alat kesehatan dengan Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out).
5. Dokumentasikan jumlah penerimaan, pengeluaran dalam kartu stok dan SIM
E. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan sediaan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan
medis.
Tujuan pendistribusian adalah tersedianya sediaan farmasi di unit- unit pelayanan secara tepat
waktu, tepat jenis dan jumlah.
1. Sistem distribusi sediaan farmasi yang diselenggarakan :
a. Distribusi sediaan Farmasi untuk pasien rawat inap
Diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem floor stock untuk IGD kombinasi resep
perorangan dengan system One Daily Dose untuk pasien rawat inap .
b. Distribusi sediaan Farmasi untuk pasien rawat jalan diselenggarakan secara sentralisasi
dengan sistem resep perorangan
c. Distribusi sediaan farmasi untuk unit penunjang / instalasi lain
Diselenggarakan secara sentralisasi dengan system floor stock
d. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat didelegasikan
kepada perawat Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran kasih yang mengikuti dan memilki
sertifikat pelatihan pengelolaan obat emergency dan pemberian obat pasien dan sudah di
kredensial.
2. Pendistribusian obat pasien rawat inap dilakukan melalui telaah obat yang dilakukan oleh
farmasi dan keperawatan pada lembar kartu obat untuk mencegah terjadinya kesalahan
3. Pemberian obat yang aman dengan melakukan telaah / verifikasi terhadap
a. Ketepatan obat deangan resep atau pesanan
b. Waktu dan frekuensi pemberian
c. Jumlah dosis
d. Rute pemberian
e. Identitas pasien
Bahan radiologi dan reagen laboratorium setelah diterima kemudian diadakan proses distribusi.
Kegiatan :
1. Petugas laboratorium / petugas radiologi menulis permintaan pada nota permintaan.
2. Berikan nota permintaan pada petugas gudang farmasi .
3. Petugas gudang farmasi menyiapkan permintaan yang dibutuhkan.
4. Cek kembali permintaan yang telah disiapkan
5. Berikan kebutuhan yang telah disiapkan sesuai permintaan kepada petugas.
F. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan / kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian mencakup :
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah stok ini disebut
stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan/kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan
sampai obat diterima.
Selain itu, beberapa pengendalian yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kefarmasian adalah sebagai
berikut :
a. Catatan pemberian obat
Catatan pemberian obat adalah formulir yang digunakan perawat untuk menyiapkan
obat sebelum pemberian. Pada formulir ini perawat memeriksa obat yang akan diberikan pada
pasien. Dengan formulir ini perawat dapat langsung merekam/mencatat waktu pemberian dan
aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
b. Pengembalian obat yang tidak digunakan
Semua sediaan farmasi yang belum diberikan kepada pasien rawat tinggal harus tetap
berada dalam kotak obat. Hanya sediaan farmasi dalam kemasan tersegel yang dapat
dikembalikan ke instalasi farmasi.
c. Penarikan obat
Penarikan obat merupakan suatu proses penilaian kembali (reevaluasi) terhadap obat jadi
yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat, terutama terhadap obat-obat yang mempunyai
resiko tinggi, komposisi dianggap tidak rasional, indikasi tidak tepat dan pemborosan karena
efek terapi yang tidak bermakna. Tahap – tahap proses penarikan obat antara lain sebagai
berikut :
 Mencatat nama dan nomer batch / lot produk
 Menelusuri histori mutasi stok keluar
 Mencatat lokasi stok disimpan atau nama pasien yang telah dilayani
 Mengirim memo pemberitahuan penarikan ke depo dimana produk disimpan
 Memberitahukan pada pasien akan penarikan produk, bila perlu dilakukan penarikan hingga
ke tangan pasien. Mengambil produk dari lokasi penyimpanan (depo dan pasien)
 Melakukan proses “karantina” produk dengan memberi label “JANGAN DIGUNAKAN”
sampai produk diambil oleh distributor / pabrik.
 Mendokumentasikan nama, nomer batch / Lot obat yang ditarik, tindakan yang diambil
dan hasil penarikan produk. Dokumen disertai dengan lampiran form pemberitahuan
penarikan dari distributor serta dokumen serah terima barang dengan distributor / pabrik.

G. Pemusnahan
Pemusnahan obat dan sediaan kesehatan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-
obatan dan sediaan kesehatan yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah
tidak memenuhi standar.
Tujuan dilakukan pemusnahan adalah sebagai berikut :
a. Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau sediaan
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan
b. Untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat
atau sediaan kesehatan lainya yang sudah tidak layak untuk dipelihara.
c. Untuk menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari pengotoran lingkungan, dan
penyalahgunaan. Pembuangan yang tidak layak dapat menjadi berbahaya jika kemudian
menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Selain itu obat-obatan kadaluarsa dapat
disalahgunakan dan digunakan kembali jika tempat pembuangan tidak dipilih secara tepat dan
aman.
Tahap – tahap proses pemusnahan obat dan sediaan kesehatan adalah :
a. Inventarisasi terhadap obat dan sediaan kesehatan yang akan dimusnahkan
b. Persiapan adminstrasi, meliputi laporan dan berita acara pemusnahan
c. Penentuan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan, dan koordinasi dengan pihak terkait
d. Persiapan tempat pemusnahan
e. Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan jenis dan bentuk sediaan
f. Pembuatan laporan pemusnahan obat dan sediaan kesehatan, yang memuat :
 Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan obat dan alat kesehatan
 Nama dan jumlah obat dan alat kesehatan
 Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan sediaan kesehatan
 Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan obat dan sediaan kesehatan
g. Laporan pemusnahan obat dan sediaan kesehatan, ditandatangani oleh apoteker dan saksi
dalam pelaksanaan pemusnahan (berita acara terlampir).
Dalam proses pemusnahan obat, prosedur yang dipilih adalah dengan cara ditimbun di dalam
tanah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi penimbunan obat adalah jarak lokasi
dengan sumber air tanah, untuk mengurangi resiko adanya kontaminasi air tanah. Sebelum ditimbun
di dalam tanah obat dikeluarkan dari kemasan primernya agar lebih cepat terurai di dalam tanah.
H. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi sediaan
farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan instalasi farmasi. Adanya pencatatan akan
memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub
standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan bentuk
digital secara komputerisasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencatatan :
• Pencatatan / entri data dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu secara real time saat
pelayanan obat
• Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Informasi yang bisa diperoleh dari kartu stok antara lain :
• Jumlah sediaan farmasi yang tersedia (sisa stok)
• Jumlah sediaan farmasi yang diterima
• Jumlah sediaan farmasi yang keluar
• Jumlah sediaan farmasi yang hilang/rusak/kadaluwarsa
• Jangka waktu kekosongan sediaan farmasi Manfaat informasi yang didapat:
• Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan sediaan farmasi
• Penyusunan laporan
• Perencanaan pengadaan dan distribusi
• Pengendalian persediaan
• Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian
• Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala instalasi farmasi
b. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi,
tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan
pelaporan adalah :
• Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
• Tersedianya informasi yang akurat
• Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
• Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan

Jenis laporan yang dibuat oleh IFRS meliputi:

No Jenis Laporan Kegunaan Keterangan

Keuangan (laporan yang telah


dikeluarkan oleh Untuk audit
IFRS)
1
2 Mutasi sediaan farmasi Untuk perencanaan

Penulisan resep generik dan Untuk perencanaan dan


non generik evaluasi
3
Untuk audit POM dan
Psikotropik dan narkotik perencanaan
4

Untuk audit dan


Stok opname perencanaan
5

Pendistribusian obat dan Untuk audit dan


alkes (jumlah dan rupiah) perencanaan
6
Untuk perencanaan dan
Kepatuhan formularium evaluasi KFT
7

Anda mungkin juga menyukai