Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL DUA MACAM


PRODUK BAHAN ALAM YANG BEREDAR DI PASARAN
PADA TIKUS PUTIH DIET LEMAK TINGGI

TIM PENELITI :
DEWA AYU SWASTINI, S.F., Apt.
NI PUTU ARIANTARI, S.Farm., Apt.
SG. CHANDRA YOWANI, S.Si., M.Si., Apt.

DIBIAYAI DENGAN DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA


TAHUN ANGGARAN 2008
DENGAN SURAT PERJANJIAN NOMOR:
001652/H.14.11/PG/2008
TERTANGGAL 26 APRIL 2008

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2008

1
ABSTRAK

Kolesterol saat ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi negara-
negara maju tetapi juga negara-negara berkembang. Kelebihan kolesterol
(hiperkolesterolemia) terutama sangat berhubungan dengan munculnya penyakit jantung
koroner (PJK). Terapi awal diutamakan pada terapi non farmakologis seperti diet dan gerak
badan. Apabila gagal, maka dilakukan terapi farmakologis baik dengan menggunakan obat
alami maupun obat modern.
Secara etnomedisin, banyak sekali bahan-bahan tumbuhan, hewani dan fungi yang
telah dimanfaatkan oleh berbagai etnik di dunia sebagai penurun kolesterol (antikolesterol).
Diantaranya adalah buah apel, jamur shiitake dan jamur shimeji yang digunakan di negara-
negara Asia Timur termasuk Jepang dan Cina sebagai sumber makanan sekaligus penurun
kolesterol. Di Bali, ketiga bahan tersebut dibuat menjadi satu formula produk obat
tradisional yang saat ini beredar dipasaran yaitu madu jamur dan madu rocky. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui aktivitas antikolesterol dua macam produk bahan alam tersebut
dalam pengembangannya sebagai antikolesterol.
Uji aktivitas antikolesterol dilakukan pada tikus putih betina galur Wistar diet
kolesterol tinggi dengan metode Enzymatic Fotometric Test CHOD-PAP (Cholesterol
Oxidase Phenol Aminoantipyrin). Hasil analisis data dengan metode One Way Anova
(SPSS) menunjukkan bahwa madu jamur yang diberikan pada kelompok tikus putih galur
Wistar diet lemak tinggi dengan dosis 0,15 ml/200gram BB tidak menunjukkan aktivitas
antikolesterol sedangkan madu rocky yang diberikan pada kelompok tikus putih galur
Wistar diet lemak tinggi dengan dosis 0,5 ml/200gram BB menunjukkan aktivitas
antikolesterol setara dengan simvastatin.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa,
dengan terselesaikannya penelitian yang berjudul “Uji Aktivitas Antikolesterol Dua Macam
Produk Bahan Alam Yang Beredar Di Pasaran Pada Tikus Putih Diet Lemak Tinggi”.
Penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu atas bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pimpinan Fakultas MIPA Universitas Udayana atas ijin dalam pelaksanaan penelitian
2. Pimpinan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas ijin penggunaan fasilitas pada
laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Hewan
3. Seluruh Staf Departemen Fitokimia dan Farmakognosi Fak.Farmasi Universitas
Airlangga atas segala bantuan dan saran selama pengerjaan penelitian.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan sangat membantu
penyelesaian penelitian ini.
Kami menyadari sepenuhnya penelitian masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan penelitian ini. Harapan
kami, hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan.

Denpasar, Oktober 2008


Tim Peneliti

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................. i


Ucapan Terima Kasih .................................................. ii
Abstrak .................................................. iii
Daftar Isi .................................................. iv
Daftar Tabel .................................................. v
Daftar Lampiran .................................................. v
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Kolesterol .................................................. 3
2.2 Peranan Berbagai Jenis Lipid pada .................................................. 6
Aterosklerosis
2.3 Antikolesterol .................................................. 6
2.4 Jamur Shiitake (Lentinula edodes) .................................................. 7
2.5 Jamur Shimeji (Pleurotus ostreatus) .................................................. 8
2.6 Cuka Apel .................................................. 9
Bab III Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 10
3.2 Bahan Penelitian .................................................. 10
3.3 Alat-alat Penelitian .................................................. 10
3.4 Variabel Penelitian .................................................. 10
3.5 Rancangan Penelitian .................................................. 11
3.6 Prosedur Penelitian .................................................. 11
3.7 Analisis Data .................................................. 12
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Peningkatan Kadar Kolesterol .................................................. 13
Hewan Uji
4.2 Penetapan Kadar Kolesterol Total .................................................. 13
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan .................................................. 16
5.2 Saran .................................................. 16
Daftar Pustaka .................................................. 17
Lampiran .................................................. 18

4
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kadar kolesterol kelompok tikus kontrol ....................................... 13


negatif dan diet kolesterol tinggi setelah 10
hari

Tabel 4.2. Kadar kolesterol total masing-masing ....................................... 14


kelompok tikus setelah diberi larutan uji
selama 30 hari

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Personalia Penelitian ....................................... 18


Lampiran 2 Foto-foto Penelitian ....................................... 19
Lampiran 3 Hasil analisis data dengan metode One Way ....................................... 21
Anova (SPSS)

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kolesterol saat ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi negara-
negara maju tetapi juga negara-negara berkembang. Seperti kita ketahui, kolesterol
merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung dewasa
ini merupakan penyebab paling utama keadaan sakit dan kematian bangsa-bangsa industri
maju.
Di Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama, yaitu
kira-kira 37% sebab kematian. Sekitar 88% dari angka tersebut, disebabkan karena penyakit
jantung koroner (Arjatmo, T., Utama, H., 1996). Sedangkan di negara-negara berkembang,
kecenderungan perubahan pola makan masyarakat yang didominasi oleh makanan berlemak
tinggi dan rendah serat (junkfood) dan gaya hidup merokkok serta kurang gerak merupakan
penyebab timbulnya berbagaia penyakit yang berhubungan dengan kolesterol.
Secara normal, kolesterol diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Akan
tetapi pola makan yang cenderung berupa makanan sumber hewani dengan lemak tinggi,
menyebabkan kolesterol berada dalam jumlah berlebihan dalam darah. Kelebihan kolesterol
inilah yang seklanjutnya memacu aterosklerosis yang selanjutnya berpotensi menimbulkan
penyakit jantung koroner (PJK).
Saat ini banyak sekali beredar di pasaran, obat-obat penurun kolesterol atau
antikolesterol baik obat alami maupun obat modern atau sintesis. Untuk tahap awal, terapi
non farmakologis seperti diet dan gerak badan lebih diutamakan, tetapi apabila terapi non
farmakologis ini gagal barulah dibarengi dengan terapi farmakologis baik dengan
menggunakan obat alami maupun obat modern.
Obat antikolesterol golongan statin yang banyak digunakan ternyata dibuat dari
ekstraksi jamur. Jamur lain yang juga telah digunakan sebagai antilipidemik adalah jamur
Lingzhi. Jamur shiitake dan jamur shimeji merupakan sumber makanan dan obat berbagai
macam penyakit termasuk sebagai antikolesterol di negara-negara Asia Timur termasuk
Jepang dan Cina.
Beberapa penelitian mengenai aktivitas antikolesterol jamur shitake dan shimeji
telah dilakukan. Jamur shitake (Lentinus edodes) diketahui memiliki aktivitas
hipokolesterolemia melalui mekanisme modifikasi metabolisme fosfolipid pada liver tikus
(Sugiyama, 1995). Sedangkan jamur shimeji utuh dilaporkan mengandung berbagai serat

6
makanan seperti pektin, β-glukan dan kitin. Oleh karena itu, beberapa preparasi herbal
menggunakan jamur shimeji utuh dilaporkan lebih efektif dibandingkan dengan fraksi atau
isolatnya, termasuk dalam aktivitasnya sebagai antitumor dan antikolesterol (Cohen, 2002).
Selain jamur, apel juga diindikasikan memiliki aktivitas antikolesterol. Leontowicz (2002)
melaporkan, diet tambahan dengan apel Israel (Malus sylvestris) menunjukkan efek
hipokolesterolemia pada tikus diet kolesterol tinggi lebih besar dibandingkan dengan
pemberian pear (Pyrus communis) dan peach (Prinus persica).
Di Bali, jamur shitake, shimeji dan apel diformulasi menjadi formula produk obat
tradisional yang saat ini beredar dipasaran yaitu madu jamur dan madu rocky. Akan tetapi
belum diketahui apakah kedua formula produk tersebut mempunyai aktivitas antikolesterol.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antikolesterol dua macam
produk bahan alam tersebut dalam pengembangannya sebagai antikolesterol.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, timbul permasalahan yaitu: ”Apakah madu jamur dan
madu rocky mempunyai aktivitas antikolesterol pada tikus putih betina galur Wistar diet
kolesterol tinggi?”

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah madu jamur dan madu
rocky memiliki aktivitas sebagai antikolesterol pada tikus putih diet kolesterol tinggi.

1.4. Manfaat Penelitian


Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh:
1. Dalam bidang biologi farmasi dan farmakologi berguna sebagai data awal screening
senyawa antikolesterol dari bahan alam.
2. Dapat digunakan sebagai dasar untuk mempertimbangkan penggunaan madu jamur
dan madu rocky sebagai obat alternatif dalam pengobatan dan pencegahan kelebihan
kolesterol.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak. Lemak dalam darah terdiri dari
kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lemak merupakan salah satu zat
gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral.
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.
Disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol
memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk
dinding sel-sel dalam tubuh, merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid,
pelindung badan dan prekursor prostaglandin3. Tetapi bila kolesterol dalam tubuh berlebih
(hiperlipidemia) akan tertimbun didalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu
kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak darah. Biasanya
dihubungkan dengan resiko terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung koroner (PJK)
(Arjatmo, T., Utama, H., 1996).
Secara normal, kolesterol diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat.
Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena makanan ekstern yang berasal dari lemak
hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sampah (junkfood). Hanya seperempat dari
kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran pencernaan yang
diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi tubuh sendiri oleh sel-sel hati.
Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini
akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Kolesterol dan unsur lemak lain tidak larut
dalam darah. Agar dapat diangkut dalam aliran darah, kolesterol bersama dengan lemak-
lemak lain (trigliserida dan fosfolipid) harus berikatan dengan protein untuk membentuk
senyawa yang larut dan disebut dengan lipoprotein (Katzung, B.G., 1989).
Didalam peredaran darah, lipoprotein merupakan suatu kompleks yang disebut
lipoprotein particle yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam (inti) yang tidak larut
terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol dan bagian luar yang lebih larut, terdiri dari
kolesterol bebas, fosfolipid dan apo-protein. Lipoprotein dibagin menjadi beberapa jenis,
sesuai dengan berat jenisnya yang ditentukan dengan cara ultrasentrifugasi yairu:

8
kilomikron, Very low density lipoprotein (VLDL), Intermediate density lipoprotein (IDL),
Low density lipoprotein (LDL), dan High density lipoprotein (HDL) (Arjatmo, T., Utama,
H., 1996).
Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Dalam
hati, ikatan lemak tersebut akan diuraikan sehingga terbentuk kembali keempat unsur lemak
tersebut, dan asam lemak yang terbentuk akan dipakai sebagai sumber energi atau bila
jumlahnya berlebih akan disimpan dalam jaringan lemak. Bila asupan kolesterol tidak
mencukupi, sel hati akan memproduksinya. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein
yang bernama LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang
memerlukan termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang
disebut HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kehati yang selanjutnya akan
diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.
LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang
di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B).
LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan
kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya HDL disebut sebagai lemak yang baik
karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh
darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah
Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan
mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat.
Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui
lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu
intima. Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya makin mudah pula LDL
tersebut menyusup ke dalam Iintima. LDL demikian disebut LDL kecil padat.
LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama
sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat
yang dpat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus
lapisan endotel dan masuk ke dalam intima disamping itu LDL-teroksidasi juga
menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi
makrofag.
Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL
yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel busa yang

9
terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar
sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga
merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk
masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya
semakin banyak.

Tabel 1. Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida

LDL ("Kolesterol jahat”)

Kurang dari 100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Batas normal tertinggi

160-189 Tinggi

Lebih dari 190 Sangat Tinggi

HDL ("Kolesterol Baik”)

Kurang dari 40 Rendah

Lebih dari 60 Tinggi

Total cholesterol (TC)

Kurang dari 200 Yang diperlukan

200-239 Batas normal tertinggi

Lebih dari 240 Tinggi

Trigliserida

Kurang dari 150 Normal

150-199 Batas normal tertinggi

200-499 Tinggi

500 atau lebih dari 500 Sangat tinggi

Secara klinis, terutama dalam hubungannya dengan penyakit jantung koroner,


hiperlipidemia dapat dikatagorikan hanya kedalam 3 bentuk tergantung pada kadar lipid
yang meningkat, yaitu: Hiperkolesterolemia (kolesterol meningkat), Hipertrigliseridaemia

10
(trigliserida meningkat) dan Hiperlipidemia campuran (kolesterol dan trigliserida
meningkat) (Arjatmo, T., Utama, H., 1996).

2.2. Peranan Berbagai Jenis Lipid pada Aterosklerosis


Telah dibuktikan bahwa lipid memiliki peranan pada patogenesis aterosklerosis
tetapi peran tiap komponen lipid atau lemak tidak sama. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peranan penting pada patogenesis
penyakit jantung koroner.
Dalam keadaan fisiologis, uptake LDL pada sel-sel perifer terjadi apabila terdapat
LDL reseptor. Apabila LDL reseptor jumlahnya sedikit, misalnya pada penyakit
hiperkolesterolemia familial, maka banyak LDL yang tidak tertangkap oleh reseptor LDL
sehingga kadar kolesterol LDL dalam darah meningkat dan akan lebih lama berada dalam
darah. Akibatnya, kemungkinan LDL untuk teroksidasi lebih besar. LDL teroksidasi inilah
yang sangat aterogenik (Arjatmo, T., Utama, H., 1996).
Kolesterol HDL diketahui mempnuyai efek protektif atau melindungiterhadap
jantung karena berperan dalam reverse cholesterol transport yang mengangkut kolesterol
dari jaringan perifer ke hati untuk kemudian dikeluarkan melalui empedu. Bukti klinis dan
epidemiologis menunjukkan bahwa HDL mempunyai korelasi negatif dengan penyakit
jantung koroner.
Lain halnya dengan komponen lemak yang lain yaitu trigliserida. Banyak pasien
penyakit jantung koroner, kadar trigliseridanya tinggi tetapi sampai saat ini masih belum ada
bukti yang meyakinkan bahwa kadar ttrigliserida merupakan faktor aterogenik. Kadar
trigliserida yang sangat meningkat (lebih dari 1000 mg%) dengan kadar kolesterol normal,
biasanya disebabkan oleh peningkatan kilomikron. Efek aterogeniknya tidak ada, tetapi
kemungkinan mendapat pankreatitis besar. Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl
dinaggap ada hubungannya dengan penyakit jantung koroner bila disertai dnegan adanya
penurunan kadar kolesterol HDL (Katzung, B.G., 1989).

2.3. Antikolesterol
Dalam tubuh penurunan kadar LDL-kolesterol dalam darah bisa melalui proses
fagositosis, yang juga dapat mencegah penumpukan LDL-kolesterol yang teroksidasi pada
dinding pembuluh darah, tetapi LDL yang teroksidasi sangat sulit difagosit oleh makrofag,
sehingga dalam tubuh diperlukan adanya antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
oksidasi LDL-kolesterol. Salah satu obat antilipidemik yang kerjanya lewat proses ini

11
adalah probukol. Sementara antioksidan alami dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk
terapi alternatif adalah kombinasi selenium, vitamin C dan vitamin E.
Penurunan kolesterol juga dapat dilakukan dengan cara menghambat perombakan
lemak jaringan, mengurangi pengambilan asam lemak bebas oleh hati dan meningkatkan
pengeluaran kolesterol oleh hati melalui getah empedu, obat yang biasanya digunakan
adalah klofibrat, gemfibrozil dan niacin (asam nikotinat). Dari alam kita dapat memilih ragi,
sereal utuh dan kacang-kacangan sebagai sumber niacin (Galton, D., Krone, W., 1991).
Karena kolesterol juga diproduksi oleh hati, cara lain penurunan kolesterol adalah
dengan menghambat produksinya dalam hati. Dalam hati kolesterol dibentuk melalui
rangkaian pembentukan senyawa yang terdiri atas HMG (hidroksimetilglutaril)-Koenzim A,
mevalonat, skualen, lanosterol dan akhirnya kolesterol. Dengan menghambat enzim
hidroksilase dan reduktase yang diperlukan untuk perubahan HMG-Koenzim A menjadi
mevalonat, produksi kolesterrol akan terhambat (Robbins, S.L., Kumar, V., 1995).
Obat yang biasa digunakan adalah golongan statin yang ternyata dibuat dari ekstraksi
sejenis jamur. Jamur yang sudah dikenal sebagai antilipidemik adalah Lingzhi termasuk
kelompok ganoderma. Untuk mengetahui apakah jenis jamur yang sudah biasa dikonsumsi
dan tersedia dipasaran seperti jamur tiram, shiitake, dan jamur merang, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.

2.4. Jamur Shiitake (Lentinula edodes)


Klasifikasi jamur shiitake adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Homobasidiomycetes
Order : Agaricales
Family : Tricholomataceae atau Marasmiaceae atau Omphalotaceae
Genus : Lentinula
Species : Lentinula edodes
Jamur shitake merupakan jamur yang bisa digunakan sebagai sumber makanan yang
berasal dari Asia Timur. Di setiap Negara di Asia Timur, jamur ini memiliki nama yang
berbeda-beda, misalnya: di Cina dikenal dengan nama “xianggu”, di Korea dikenal dengan
nama “pyogo” dan di Jepang dikenal dengan nama “shitake”. Secara umum, istilah yang
banyak dipakai adalah nama jamur ini di Jepang yaitu jamur shitake. Selama pemerintahan
dinasti Ming di Cina, dokter Wu Juei menulis bahwa jamur shitake selain digunakan untuk

12
makanan, juga digunakan untuk pengobatan penyakit saluran pernafasan atas, kurangnya
sirkulasi darah, penyakit liver, kelaparan, untuk energi dan dipercaya dapat mencegah
penuaan dini.
Penelitian mengenai kegunaan jamur shitake dalam bidang pengobatan telah banyak
dilakukan. Aktivitas anti tumor dari jamur shitake telah diteliti di laboratorium
menggunakan tikus. Diketahui bahwa zat aktif yang berperan sebagai antitumor tersebut
adalah polisakarida yaitu 1,3-β-D-Glukan. Jamur shitake juga diketahui mempunyai
aktivitas antiviral sehingga dapat dimanfaatkan untuk terapi alergi dan arthritis serta
merupakan salah satu sumber alami vitamin D2 (Anonim(c), 2007). Penelitian lain
menunjukkan bahwa senyawa eritadenin dari Lentinus edodes memiliki aktivitas
hipokolesterolemia melalui mekanisme modifikasi metabolisme fosfolipid pada liver tikus
(Sugiyama, 1995).

2.5. Jamur Shimeji (Pleurotus ostreatus)


Klasifikasi jamur shimeji (Pleurotus ostreatus) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Subkelas : Homobasidiomycetidae

Ordo : Agaricales

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus


(http://mikrobia.wordpress.com/category/jamur/page/3/, 2008)

Jamur shimeji merupakan jamur yang bisa dimakan (edible mushroom) dan
sekaligus memiliki berbagai aktivitas farmakologis. Selain itu, jamur shimeji serta jamur-
jamur lain dari genus Pleurotus memiliki arti penting dalam bidang mikrobiologi dan
bioteknologi untuk dekontaminasi tanah dan degradasi limbah.

13
Berbagai senyawa telah berhasil diisolasi dari jamur shimeji antara lain : β-D-glukan
(pleuran), glikopeptida dan ubiquitin like protein. Senyawa-senyawa tersebut dilaporkan
bertanggung jawab atas beberapa aktivitas farmakologis jamur shimeji. Senyawa β-D-
glukan (pleuran) dan glikopeptida berperan dalam aktivitas antibakteri, antioksidan dan
imunomodulator jamur shimeji. Senyawa ubiquitin like protein dilaporkan berperan dalam
aktivitas antiviral jamur shimeji. Jamur shimeji yang tumbuh pada tongkol jagung juga
dilaporkan dapat meningkatkan jumlah serat makanan (dietary fiber) sampai 78%. Selain
itu, dalam percobaan menggunakan hewan coba tikus, jamur shimeji yang tumbuh pada
tongkol jagung terbukti mampu mencegah terjadinya kanker kolon dimana terjadi korelasi
positif antara stadium tumor dan protein p53 (tumor supressor) dalam serum dan sitoplasma
sel.
Jamur shimeji utuh mengandung berbagai serat makanan seperti pektin, β-glukan
dan kitin. Oleh karena itu, beberapa preparasi herbal menggunakan jamur shimeji utuh
dilaporkan lebih efektif dibandingkan dengan fraksi atau isolatnya, termasuk dalam
aktivitasnya sebagai antitumor dan antikolesterol (Cohen, 2002).

2.6. Cuka Apel


Apel termasuk famili Rosaceae, tinggi pohon 5-12 meter, buahnya bulat dan
berwarna antara merah sampai hijau. Buah apel berasal dari Kazakhstan. Di daerah asalnya
tersebut, dikenal dengan nama ”alma”. Saat ini buah apel telah menyebar ke seluruh dunia,
dan telah ditemukan sekitar 7000 jenis apel di seluruh dunia. Buah apel dapat dimakan
langsung, ada pula yang mengolahnya menjadi jus, sirup dan cuka. Cuka apel diperoleh dari
proses fermentasi jus apel. Cuka apel telah lama digunakan untuk terapi penurunan berat
badan dan penyakit- penyakit yang berkaitan dengan sirkulasi darah (Anonim(a), 2007).
Komponen-komponen dalam cuka apel antara lain adalah vitamin (vitamin C, E, A,
P, B2, B6), mineral (mangan, besi, kalsium, natrium, magnesium, tembaga, fosfor, silikon,
kalium), asam amino, asam asetat, asam propionat, dan pektin. Cuka apel telah banyak
digunakan untuk mengontrol tekanan darah, kolesterol, diabetes, dan menjaga kekuatan
tulang. Cuka apel merupakan sumber serat yang terlarut baik dan tidak mengandung
kolesterol dan lemak. Kandungan pektin dalam cuka apel efektif menekan kolesterol jahat
yang menyumbat pembuluh darah (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL),
sehingga dapat mengurangi resiko serangan jantung (Anonim(b), 2007).
Leontowicz (2002) melaporkan, diet tambahan dengan apel Israel (Malus sylvestris)
menunjukkan efek hipokolesterolemia pada tikus diet kolesterol tinggi lebih besar

14
dibandingkan dengan pemberian pear (Pyrus communis) dan peach (Prinus persica).
Pemberian apel juga berpengaruh positif pada potensi antioksidan plasma pada tikus tanpa
dan dengan diet kolesterol tinggi. Apel yang memiliki kandungan serat makanan yang
tinggi, senyawa-senyawa polifenol dan asam fenolat serta aktivitas antioksidan dan
hipokolesterolemia sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suplemen untuk
pencegahan penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit lainnya.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian selama 6 bulan yang berlangsung mulai bulan Juni sampai dengan
bulan Desember 2007. Tempat penelitian adalah di Laboratorium Farmakognosi Jurusan
Farmasi Universitas Udayana dan Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.

3.2. Bahan Penelitian


Bahan penelitian adalah madu jamur dan madu rocky. Bahan lain yang digunakan
adalah suspensi kolesterol, pakan tikus (BR II), lemak sapi, kuning telur, simvastatin
(kontrol obat) dan pereaksi monotest kolesterol total (dyasys).
Subjek uji yang digunakan adalah tikus putih betina galur wistar, berat 200-250 g,
jenis kelamin betina, umur 4-5 bulan
Formula Produk
a. Madu Jamur
Madu 95%
Jamur Shitake 1%
Jamur Shimeji 4%
b. Madu Rocky
Madu 85%
Cuka apel 15%

3.3. Alat-alat Penelitian


Alat-alat gelas, mortir, stamper, spuit 1 cc, 3 cc (Terumo), sonde, neraca analitik
(Ohaus), alat-alat bedah (gunting dan pinset), tabung mikro, spektrofotometer

3.4. Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas adalah madu jamur dan madu rocky
b. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kadar kolesterol total dalam serum
darah
c. Variabel Pengacau terkendali adalah galur wistar, berat 200-250 g, jenis kelamin
betina, umur 4-5 bulan, makanan

16
d. Variabel pengacau tak terkendali adalah kondisi patofisiologis tikus

3.5. Racangan Penelitian


Eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap pola searah (randomized
control group post-test only design). Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. Tahap I : Peningkatkan kadar kolesterol tikus percobaan.
b. Tahap II : Uji Aktivitas Antikolesterol. Lima puluh ekor tikus dibagi menjadi 5
kelompok yaitu :
Kelompok I : Kelompok kontrol dengan larutan Aqua destilata
Kelompok II : Kelompok kontrol diet kolesterol tinggi tanpa perlakuan
Kelompok III : Kelompok diet kolesterol tinggi perlakuan dengan madu
jamur
Kelompok IV : Kelompok diet kolesterol tinggi perlakuan dengan madu
rocky
Kelompok V : Kelompok kontrol positif perlakuan dengan simvastatin

3.6. Prosedur Penelitian


a. Peningkatan kadar kolesterol hewan uji
Lima puluh lima ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai
kelompok kontrol negatif diberikan pakan standar BR II 100 gram/hari. Kelompok II,
III, IV, dan V diberikan pakan dan diet kolesterol tinggi dengan memberikan suspensi
kolesterol 2% sebanyak 7,5 mL secara per oral dan kuning telur sebanyak 2 mL per
200 g Berat Badan. Selain itu, kelompok II, III, IV, dan V, diberikan pakan BR II yang
dicampur dengan lemak sapi dengan perbandingan 16,67 g BR II dicampur dengan
83,88 g lemak sapi. Percobaan dilakukan selama 10 hari, kemudian dilakukan
penetapan kadar kolesterol.

b. Uji Aktivitas Antikolesterol


Kelompok II (kontrol negatif) diberikan Aqua destilata sebanyak 0,15 ml per
hari, kelompok III diberikan madu jamur sebanyak 0,15 ml per hari, Kelompok IV
diberikan madu rocky sebanyak 0,5 ml per hari dihitung berdasarkan konversi dosis
dari manusia ke tikus

17
Kelompok V diberikan Simvastatin 0,9 mg/kg BB yang merupakan konversi
dosis dari manusia ke tikus, diberikan dengan konsentrasi sebesar 0,1 % b/v. Semua
perlakuan diberikan secara oral sekali sehari selama 30 hari.

c. Penetapan kadar kolesterol total


Penetapan kadar kolesterol total mengunakan penetapan kadar kolesterol
serum dengan metode Enzymatic Fotometric Test CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase
Phenol Aminoantipyrin).
Darah masing-masing hewan uji diambil 3 ml dari sinus orbitalis dengan
mikrohematokrit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 5
menit, serum ditampung dalam tabung mikro.
Larutan standar kolesterol maupun sampel (@ 10 μl) ditambah pereaksi
monotest kolesterol sebanyak 1000 μl. Sebagai blanko adalah pereaksi monotest
kolesterol. Masing-masing larutan diaduk, inkubasi selama 20 menit suhu 20-25˚C
atau 10 menit pada suhu 37˚C. Serapan larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 500 nm.

3.7. Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan Metode One Way Anova menggunakan
program SPSS.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Peningkatan Kadar Kolesterol Hewan Uji


Peningkatan kadar kolesterol hewan uji pada kelompok diet kolesterol tinggi
dilakukan dengan pemberian suspensi kolesterol 2% sebanyak 7,5 ml secara per oral dan
kuning telur sebanyak 2 ml per 200 g BB, bersama-sama dengan pakan BR II yang
dicampur dengan lemak sapi dengan perbandingan 16,67 g BR II dicampur dengan
83,88 g lemak sapi. Kelompok kontrol negatif diberikan pakan standar BR II. Setelah 10
hari, diambil secara acak masing-masing 2 ekor tikus dari kelompok tikus diet kolesterol
tinggi dan kelompok kontrol negatif untuk ditetapkan kadar kolesterol darahnya.
Tabel 4.1. Kadar kolesterol kelompok tikus kontrol negatif dan diet kolesterol
tinggi setelah 10 hari
Kelompok hewan uji Kadar kolesterol (mg/dl)
Kontrol negatif 1 58
2 59
Diet kolesterol tinggi 1 69
2 79

Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa setelah diberikan pakan diet
kolesterol tinggi selama 10 hari, kadar kolesterol kelompok tikus diet kolesterol tinggi
(kelompok II, III, IV dan V) meningkat rata-rata 10-20 mg/dl dibandingkan dengan
kelompok tikus yang diberikan pakan standar (kontrol negatif).

4.2.Penetapan Kadar Kolesterol Total


Setelah terjadi peningkatan kadar kolesterol pada kelompok tikus diet kolesterol
tinggi, selanjutnya dilakukan pemberian larutan uji berupa madu jamur pada kelompok
III, madu rocky pada kelompok IV dan obat antikolesterol standar simvastatin pada
kelompok V (kontrol positif) selama 30 hari. Penetapan kadar kolesterol total
mengunakan penetapan kadar kolesterol serum dengan metode Enzymatic Fotometric
Test CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin).

19
Tabel 4.2. Kadar kolesterol total masing-masing kelompok tikus setelah diberi
larutan uji selama 30 hari
Kadar kolesterol (mg/dl) kelompok -
No Kontrol (-) Lemak tinggi Madu Jamur Madu Rocky Kontrol (+)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
1 58 89 67 60 60
2 67 85 85 76 69
3 63 82 78 81 60
4 58 82 82 69 70
5 63 97 76 68 84

Data pada tabel diatas kemudian dianalisis dengan metode One Way Anova
menggunakan program SPSS dengan taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil analisis dengan metode One Way Anova, diperoleh nilai F
hitung sebesar 8,714 dan p (significancy level) = 0,000 pada α = 0,05. Oleh karena nilai
p < α (0,05), berarti ada perbedaaan signifikan antara minimal satu pasang kelompok
uji. Uji Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana saja yang memberikan
respon berbeda secara signifikan menggunakan Tukey HSD (Honestly Significant
Difference) dan LSD (Least Significant Difference).
Dari uji post hoc dengan parameter Tukey HSD dan LSD, diketahui bahwa ada
perbedaan kadar kolesterol antara kelompok 1 dengan 2 (selisih 25,20 dari harga HSD
dan LSD), kelompok 1 dengan 3 (selisih 15,80 dari harga HSD dan LSD), kelompok 2
dengan 4 (selisih 16,20 dari harga HSD dan LSD) dan kelompok 2 dengan 5 (selisih
18,40 dari harga HSD dan LSD).
Data-data tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol kelompok kontrol
negatif berbeda signifikan dengan kadar kolesterol kelompok diet kolesterol tinggi tanpa
perlakuan. Kadar kolesterol kontrol negatif juga berbeda signifikan dengan kadar
kolesterol kelompok tikus diet kolesterol tinggi yang diberi perlakuan dengan madu
jamur. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu jamur sekali sehari dosis 0,15
ml/200 gram BB tidak mampu menurunkan kadar kolesterol tikus yang diberi diet
kolesterol tinggi sampai kadar normal (dibandingkan dengan kontrol negatif). Padahal,
berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya jamur shitake dan shimeji diketahui
memiliki aktivitas antikolesterol. Jamur shitake (Lentinus edodes) diketahui memiliki

20
aktivitas hipokolesterolemia melalui mekanisme modifikasi metabolisme fosfolipid pada
liver tikus (Sugiyama, 1995). Sedangkan jamur shimeji utuh dilaporkan mengandung
berbagai serat makanan seperti pektin, β-glukan dan kitin. Oleh karena itu, beberapa
preparasi herbal menggunakan jamur shimeji utuh dilaporkan lebih efektif dibandingkan
dengan fraksi atau isolatnya, termasuk dalam aktivitasnya sebagai antitumor dan
antikolesterol (Cohen, 2002).
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan pemberian madu jamur tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol total kelompok tikus diet lemak tinggi yaitu: 1).
Dosis kurang (dibawah dosis terapi) sehingga tidak menimbulkan efek atau perlu
diberikan dalam multiple dose; 2). Kelompok tikus tetap diberikan diet lemak tinggi
selama perlakuan menggunakan madu jamur, 3). Pembawa yang digunakan adalah
madu, dimana madu mengandung gula (karbohidrat) yang merupakan sumber kalori.
Sebaliknya, kadar kolesterol total kelompok tikus diet lemak tinggi tanpa
perlakuan menunjukkan perbedaan signifikan dengan kelompok tikus diet lemak tinggi
yang diberi perlakuan dengan madu rocky sekali sehari dosis 0,5 ml/200 gram BB dan
kelompok tikus diet lemak tinggi yang diberi perlakuan dengan obat antikolesterol
standar simvastatin (kontrol positif). Data ini menunjukkan bahwa pemberian madu
rocky sekali sehari dosis 0,5 ml/200 gram pada tikus diet lemak tinggi mampu
menurunkan kadar kolesterol hampir setara dengan obat antikolesterol standar
simvastatin. Sesuai dengan penelitian Leontowicz (2002), diet tambahan dengan apel
Israel (Malus sylvestris) menunjukkan efek hipokolesterolemia pada tikus diet kolesterol
tinggi. Aktivitas antikolesterol apel kemungkinan berhubungan dengan kandungan
seratnya yang tinggi, adanya senyawa-senyawa polifenol dan asam fenolat sehingga
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suplemen untuk pencegahan obesitas,
penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit lainnya.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uji aktivitas antikolesterol dengan metode Enzymatic Fotometric
Test CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin):
1. Madu jamur yang diberikan pada kelompok tikus putih galur Wistar diet lemak
tinggi dengan dosis 0,15 ml/200gram BB tidak menunjukkan aktivitas antikolesterol
2. Madu rocky yang diberikan pada kelompok tikus putih galur Wistar diet lemak
tinggi dengan dosis 0,5 ml/200gram BB menunjukkan aktivitas antikolesterol setara
dengan simvastatin

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk uji aktivitas antikolesterol madu jamur
dengan dosis lebih besar atau pemberian multiple dose serta disertai dengan diet
makanan

22
DAFTAR PUSTAKA

(a)
Anonim, 2007. Menyimak lebih jauh khasiat cuka apel,.
www.sinarharapan.co.id/berita/0701/19/ipt04.html, 06 Pebruari 2007
(b)
Anonim, 2007. Health and weight loss benefits apple cider vinegar.
www.healthrecipes.com/apple_cider_vinegar.htm, 06 Pebruari 2007
(c)
Anonim, 2007. Shiitake. en.wikipedia.org/wiki/shitake, 6 Pebruari 2007
Arjatmo, T., Utama, H., 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Cohen, R., Persky, L., Hadar, Y., 2002. Minireview: Biotechnological Applications and
Potential of Wood-degrading Mushrooms of The Genus Pleurotus. Appl
Microbiol Biotechnol, 58: 582-594
Galton, D., Krone, W., 1991. Hiperlipidaemia in Practice, Gower Medical Publishing,
London
Katzung, B.G., 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Leontowicz, H., Gorinstein, S., Lojek, A., Leontowicz, M., Ciz, M., Soliva-Fortuny, R.,
Park, Y., Jung, S., Trakhtenberg, S., Martin-Belloso, O., 2002. Comparative
Content of Some Bioactive Compound in Apples, Peaches and Pears and Their
Influence on Lipid and Antioxidant Capacity in Rats. The Journal of Nutritional
Biochemistry, 13: 603-610
Robbins, S.L., Kumar, V., 1995. Buku Ajar Patologi II, Cetakan I, Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Sugiyama, K., Akachi, T., Yamakawa, A., 1995. Hypocholesterolemic Action of
Eritadenine is Mediated by a Modification of Hepatic Phospholipid Metabolism in
Rats. Nutrient Metabolism: 2134-2144

23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dan gelar : Sagung Chandra Yowani, S.Si., Apt.
b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda / IIIa / 132 164 589
c. Jabatan fungsional : Asisten ahli
d. Jabatan struktural :-
e. Fakultas : MIPA
f. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
g. Bidang Keahlian : Mikrobiologi Farmasi
h. Waktu untuk penelitian ini : 10 jam / minggu

2. Anggota Penelitian I
a. Nama lengkap dan gelar : Ni Putu Ariantari, S.Farm., Apt.
b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda / IIIa / 132 311 964
c. Jabatan fungsional : Asisten ahli
d. Jabatan struktural :-
e. Fakultas : MIPA
f. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
g. Bidang Keahlian : Biologi Farmasi
h. Waktu untuk penelitian ini : 10 jam / minggu

3. Anggota Penelitian II
a. Nama lengkap dan gelar : Dewa Ayu Swastini, S.F., Apt.
b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda Tk I / IIIb / 132 318 167
c. Jabatan fungsional : Asisten ahli
d. Jabatan struktural : Sekretaris Jurusan Farmasi FMIPA
e. Fakultas : MIPA
f. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
g. Bidang Keahlian : Farmakologi
h. Waktu untuk penelitian ini : 10 jam / minggu

24
Lampiran 2. Foto-foto Penelitian

Gambar 1. Kandang hewan coba, setiap kandang terdiri dari 5 ekor tikus

Gambar 2. Pakan yang diberikan pada kelompok tikus diet kolesterol tinggi
(kelompok II, III, IV dan V), terdiri dari campuran pakan standar, suspensi kolesterol
2%, kuning telur dan lemak sapi

25
1 2 3

Gambar 3. Larutan uji yang diberikan pada kelompok tikusdiet kolesterol tinggi yaitu
simvastatin (1), madu jamur (2) dan madu rocky (3)

Gambar 4. Larutan uji diberikan secara per oral pada tikus putih galur Wistar

26
Lampiran 3. Hasil analisis data dengan metode One Way Anova (SPSS)

Descriptives

KOLEST
Std. 95% Confidence Interval for
N Mean Std. Deviation Error Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound


1 5 61.80 3.834 1.715 57.04 66.56 58 67
2 5 87.00 6.285 2.811 79.20 94.80 82 97
3 5 77.60 6.877 3.076 69.06 86.14 67 85
4 5 70.80 8.044 3.597 60.81 80.79 60 81
5 5 68.60 9.839 4.400 56.38 80.82 60 84
Total 25 73.16 10.965 2.193 68.63 77.69 58 97

ANOVA

KOLEST
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1833.360 4 458.340 8.714 .000
Within Groups 1052.000 20 52.600
Total 2885.360 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: KOLEST

95% Confidence Interval


Mean
Difference
(I) KLP (J) KLP (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tukey 1 2 -25.20(*) 4.587 .000 -38.93 -11.47
HSD 3 -15.80(*) 4.587 .019 -29.53 -2.07
4 -9.00 4.587 .319 -22.73 4.73
5 -6.80 4.587 .585 -20.53 6.93
2 1 25.20(*) 4.587 .000 11.47 38.93
3 9.40 4.587 .280 -4.33 23.13
4 16.20(*) 4.587 .016 2.47 29.93
5 18.40(*) 4.587 .005 4.67 32.13
3 1 15.80(*) 4.587 .019 2.07 29.53
2 -9.40 4.587 .280 -23.13 4.33
4 6.80 4.587 .585 -6.93 20.53
5 9.00 4.587 .319 -4.73 22.73
4 1 9.00 4.587 .319 -4.73 22.73
2 -16.20(*) 4.587 .016 -29.93 -2.47
3 -6.80 4.587 .585 -20.53 6.93
5 2.20 4.587 .988 -11.53 15.93
5 1 6.80 4.587 .585 -6.93 20.53
2 -18.40(*) 4.587 .005 -32.13 -4.67
3 -9.00 4.587 .319 -22.73 4.73

27
4 -2.20 4.587 .988 -15.93 11.53
LSD 1 2 -25.20(*) 4.587 .000 -34.77 -15.63
3 -15.80(*) 4.587 .003 -25.37 -6.23
4 -9.00 4.587 .064 -18.57 .57
5 -6.80 4.587 .154 -16.37 2.77
2 1 25.20(*) 4.587 .000 15.63 34.77
3 9.40 4.587 .054 -.17 18.97
4 16.20(*) 4.587 .002 6.63 25.77
5 18.40(*) 4.587 .001 8.83 27.97
3 1 15.80(*) 4.587 .003 6.23 25.37
2 -9.40 4.587 .054 -18.97 .17
4 6.80 4.587 .154 -2.77 16.37
5 9.00 4.587 .064 -.57 18.57
4 1 9.00 4.587 .064 -.57 18.57
2 -16.20(*) 4.587 .002 -25.77 -6.63
3 -6.80 4.587 .154 -16.37 2.77
5 2.20 4.587 .637 -7.37 11.77
5 1 6.80 4.587 .154 -2.77 16.37
2 -18.40(*) 4.587 .001 -27.97 -8.83
3 -9.00 4.587 .064 -18.57 .57
4 -2.20 4.587 .637 -11.77 7.37
* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets
KOLEST

Subset for alpha = .05


KLP N 1 2 3
Tukey 1 5 61.80
HSD(a) 5 5 68.60 68.60
4 5 70.80 70.80
3 5 77.60 77.60
2 5 87.00
Sig. .319 .319 .280
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

28

Anda mungkin juga menyukai