REUMATOID No. Dokumen : 174/SOP/UKP/2016 No. Revisi : SOP Tanggal Terbit : 10 Februari 2016 Halaman :
UPTD PUSKESMAS dr. Oneng Soekiraten
MUARA BUNGO 1 NIP. 198009202008032004
1. Pengertian Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif
simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan arthritis reumatoid dan mencegah komplikasi untuk semua pasien yang menderita arthritis reumatoid yang datang di Puskesmas Muara Bungo 1. 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/045/PKM-MB1/2016 tentang Penyusunan Rencana Layanan Medis dan Rencana Layanan Terpadu 4. Referensi Permenkes No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Layanan Kesehatan Primer 5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa a. Sapa pasien dengan ramah b. Tanyakan keluhan: i. Gejala prodromal: lelah (malaise), anoreksia, seluruh tubuh terasa lemah yang berlangsung berminggu- minggu atau berbulan-bulan. ii. Gejala spesifik pada banyak sendi (poliartrikular) secara simetris, dapat mengenai seluruh sendi terutama sendi PIP (proximal interphalangeal), sendi MCP (metacarpophalangeal) atau MTP (metatarsophalangeal), pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Sendi DIP (distal interphalangeal) umumnya tidak terkena. iii. Gejala sinovitis pada sendi yang terkena: bengkak, nyeri yang diperburuk dengan gerakan sehingga gerakan menjadi terbatas, kekakuan pada pagi hari > 1 jam. iv. Gejala ekstraartikular: mata (episkleritis), kardiovaskular (nyeri dada pada perikarditis), hematologi (anemia). 2. Pemeriksaan Fisik a. Manifestasi artikular: Bengkak/efusi sendi, nyeri tekan sendi, sendi teraba hangat, deformotas (swan neck, boutonniere, deviasi ulnar) b. Manifestasi ekstraartikular: i. Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg banyak menerima penekanan, vaskulitis. ii. Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel syndrome atau frozen shoulder. iii. Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang merupakan manifestasi sindrom Sjorgen, episkleritis/ skleritis. Konjungtiva tampak anemia akibat penyakit kronik. iv. Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau fibrosis paru luas. v. Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis konstriktif, disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan konduksi, aortritis, kardiomiopati. 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laju endap darah (LED) b. Pemeriksaan di pelayanan kesehatan sekunder atau rujukan horizontal: i. Faktor reumatoid (RF) serum. ii. Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan jaringan lunak, diikuti oleh osteoporosis juxta-articular dan erosi pada bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat penyempitan celah sendi, osteoporosis difus, erosi meluas sampai daerah subkondral. iii. ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody)/anti- CCP iv. CRP v. Analisis cairan sendi vi. Biopsi sinovium/ nodul rheumatoid 4. Penatalaksanaan a. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak 50-100 mg 2x/hari, meloksikam 7,5–15 mg/hari, celecoxib 200-400 mg/sehari. b. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil prednisolon dosis rendah (sebagai bridging therapy). 5. Konseling dan edukasi Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada stadium akut dengan menggunakan decker. 6. Kriteria rujukan: a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis rendah. b. RA dengan komplikasi. c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas. d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis. 6. Unit Terkait Poli Umum, Poli Lansia, Apotek, Laboratorium 7. Dokumen terkait Buku laporan kegiatan, rekam medis