SKRIPSI
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
Disusun Oleh:
i
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
ESJ
T I K
S
ii
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
ESJ
T I K
S
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Hubungan
antara Self-care dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta”.
Penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan
berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika A., M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi Keperawatan
N
A KA R TA
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta dan
sekaligus sebagai pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan
K A GYA
bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian skripsi ini.
A I YO
3. Miftafu Darussalam M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku penguji dalam skripsi ini.
T YAN
S
4. Wenny Savitri, S.Kep., Ns., MNS selaku pembimbing II yang dengan penuh
U A.
kesabaran telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses
P RAL
penyelesaian skripsi ini.
R
E DE
5. Muhammat Nofiyanto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua LPPM.
P
6. Bapak, Ibu, kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan semangat dan
E N
terima kasih atas segala doa, dukungan, kasih sayang serta semangat dalam
SJ
proses penyelesaian skripsi ini.
E
I K
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan kemudahan
T
S dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan penelitian ini di masa yang akan
datang.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
N
A. Latar Belakang ......................................................................
A KA R TA 1
K A GYA
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
4
T YAN A I YO
D. Manfaat Penelitian ................................................................
E. Keaslian Penelitian ................................................................
4
5
S
U A.
RP RAL
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus.................................................................... 8
PEJENDE
B. Kualitas Hidup ...................................................................... 21
C. Self-care ................................................................................ 23
D. Kerangka Teori...................................................................... 28
E S
E. Kerangka Konsep .................................................................. 29
IK
F. Hipotesis................................................................................ 29
ST
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 30
D. Variabel Penelitian ................................................................ 32
E. Definisi Operasional.............................................................. 33
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .................................... 33
G. Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 36
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 37
I. Etika Penelitian ..................................................................... 40
J. Pelaksanaan Penelitian....................................................... ... 41
v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 55
B. Saran ...................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
vi
DAFTAR TABEL
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
vii
DAFTAR GAMBAR
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
viii
DAFTAR LAMPIRAN
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
ix
HUBUNGAN ANTARA SELF-CARE DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT
DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
INTISARI
K A GYA
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara self-
T YAN
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. A I YO
care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
S
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
U A.
P RAL
sectional. Besar sampel yaitu 100 responden dengan teknik purposive sampling.
R
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner SDSCA (The
E DE
Summary of Diabetes Self-Care Activities) dan DQOL (Diabetes Quality of Life).
P
Hasil: Diketahui nilai self-care pasien DM tipe 2 adalah 4,8 (5 hari) dan nilai
N
kualitas hidupnya adalah 3,3 (puas). Sedangkan uji spearman’s rank correlation
E
SJ
terhadap variabel self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 menunjukkan
E
T I K
signifikansi sebesar 0,000 (r=0,731, p<0,05).
S
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara self-care dengan kualitas
hidup pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta dengan nilai p = 0.000 (r=0,731, p<0,05).
x
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CARE AND THE QUALITY OF
LIFE OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN
POLYCLINIC OF INTERNAL DISEASE IN PANEMBAHAN SENOPATI
HOSPITAL BANTUL YOGYAKARTA
ABSTRACT
T YAN A I YO
Objective: This study aimed to investigate the relationship between self-care and
the quality of life of patients with type 2 diabetes at the Polyclinic of Internal
S
Disease in Panembahan Senopati Hospital Bantul Yogyakarta.
U A.
P RAL
Methods: The study was descriptive correlation with cross sectional approach.
R
The sample size are 100 respondents using purposive sampling technique. The
E DE
data collection was conducted using questionnaires SDSCA (The Summary of
P
Diabetes Self-Care Activities) and DQOL (Diabetes Quality of Life).
E N
Results: The result shows that the value of self-care patients with type 2 diabetes
SJ
mellitus was 4.8 (5 days) and the value of their quality of life is 3.3 (satisfied).
E
T I K
While the Spearman rank correlation test on the variable self-care with the quality
S
of life of patients with type 2 diabetes showed a significance of 0.000 (r=0.731,
p<0.05).
Conclusion: There is a significant relationship between self-care and the quality
of life of patients with type 2 diabetes at the Polyclinic of Internal Disease in
Panembahan Senopati Hospital Bantul Yogyakarta with p=0.000 (r=0.731,
p<0.05).
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (American Diabetes
Association/ADA, 2014). Terdapat 80-90% penderita yang mengalami diabetes
melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh gabungan resistensi perifer
terhadap kerja insulin dengan respon kompensasi sekresi insulin yang tidak
N
A KA R TA
adekuat oleh sel-sel beta pankreas (defisiensi relatif insulin). Berbeda dengan DM
K A GYA
tipe 1, pada diabetes melitus tipe 2 tidak ada bukti yang menunjukkan dasar
T YAN A I YO
autoimun (Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto, 2009).
S
U A.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF)
P RAL
(2013), Indonesia menempati peringkat ke-7 sebagai negara dengan jumlah
R
E DE
penderita diabetes melitus terbesar di dunia dengan usia 20-79 tahun setelah
P N
China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, dan Meksiko. Penelitian tersebut
E
J
menunjukkanSjumlah penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2013
I K Ejuta orang dan diperkirakan naik menjadi 14,1 juta orang di tahun
ST
sebesar 8.5
2035. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013)
menyatakan jumlah rata-rata kejadian penyakit diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5%. Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di D.I. Yogyakarta (2,6%),
disusul DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur
(2,3%). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul (2014) mencatat jumlah penderita
DM tipe 2 mencapai 17.999 kasus. Prevalensi diabetes melitus terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi disebabkan oleh meningkatnya
pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup masyarakat terutama di kota-
kota besar (Suyono, 2009).
Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit
1
2
jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, penyulit pada mata, ginjal dan
syaraf. Penyandang DM mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit jantung
koroner dan penyakit pembuluh darah otak dua kali lebih besar, lima kali lebih
mudah menderita ulkus atau gangren, tujuh kali lebih mudah mengidap gagal
ginjal terminal dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan
retina daripada pasien non DM (Waspadji, 2009).
World Health Organization/WHO (2004) dalam Yusra (2011) menjelaskan
bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam
kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam
N TA
hubungannya dengan tujuan individu, harapan, standar, dan perhatian. Hal ini
A KA R
K A GYA
dipengaruhi oleh kesehatan fisik, mental, psikologi, kepercayaan pribadi dan
hubungan sosial mereka dengan lingkungan sekitar.
T YAN A I YO
Kualitas hidup bagi penderita diabetes melitus yang disebut juga Diabetes
S
U A.
Quality of Life (DQOL) didefinisikan sebagai multidimensi yang menggabungkan
R P RAL
persepsi subyektif individu secara fisik, emosional dan kesejahteraan sosial,
P E DE
termasuk kedua komponen kognitif (kepuasan) dan komponen emosional
EN
(kebahagiaan) (Rubin, 2000). Kualitas hidup digunakan dalam bidang pelayanan
kesehatan E
untuk
J
S menganalisis emosional seseorang, faktor sosial, dan kemampuan
IK
ST memenuhi tuntunan kegiatan dalam kehidupan secara normal (Brooks &
untuk
Anderson dalam Nursalam 2013). Penelitian yang dilakukan Isa dan Baiyewu
(2006) menyimpulkan bahwa kualitas hidup yang rendah pada pasien DM
dihubungkan dengan berbagai komplikasi dan lama menderita diabetes melitus.
Perawat memiliki peran untuk memandirikan pasien DM tipe 2 dalam
mengelola penyakitnya agar tercapai pengontrolan kadar gula darah dan
pencegahan terhadap kejadian komplikasi. Aktivitas yang mendukung
pengelolaan DM adalah dengan self-care. Self-care menggambarkan perilaku
individu yang dilakukan secara sadar, bersifat universal, dan terbatas pada diri
sendiri (Weiler & Janice, 2007). Self-care menurut Orem didefinisikan sebagai
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dimana individu memulai dan melakukan
suatu tindakan berdasarkan keinginannya dengan tujuan untuk mempertahankan
hidup dan kesehatan serta kesejahteraan (Weiler & Janice, 2007). Dalam konsep
3
T YAN A I YO
(exercise), pemantauan kadar gula darah, minum obat secara teratur, dan
S
U A.
perawatan kaki. Self-care diabetes yang efektif merupakan bagian penting dalam
R P RAL
perawatan klien penderita diabetes (Bai et al., 2009). Peningkatan aktivitas self-
P E DE
care diabetes akan berdampak terhadap peningkatan status kesehatan klien
EN
diabetes karena self-care diabetes merupakan dasar untuk mengontrol diabetes
J
S komplikasi yang
IK E
dan mencegah timbul oleh kondisi diabetes (Xu, Toobert,
orang yang mengikuti pola makan yang sehat, 5 orang tidak mengecek kondisi
kaki, dan 10 orang memeriksakan kadar gula darah sekali dalam 7 hari terakhir.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara tingkat self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan suatu
masalah yaitu “Adakah hubungan antara self-care dengan kualitas hidup pasien
Bantul?” N
diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum S
U A.
R P RAL
Diketahui hubungan antara self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes
P
Bantul.
E DE
melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
EN
S J
E
2. Tujuan Khusus
IK
STa. Diketahui self-care pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
b. Diketahui kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tinjauan teoritis dalam ilmu
keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah tentang self-care dan
kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam peningkatan mutu pelayanan
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul tentang
self-care dan kualitas hidup penderita DM tipe 2.
b. Bagi Stikes A. Yani Yogyakarta
Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi untuk mengetahui
hubungan antara self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
N
A KA R TA
K A GYA
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dasar bagi peneliti
selanjutnya khususnya dalam ruang lingkup yang sama yaitu tentang self-
T YAN A I YO
care dan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2.
S
U A.
RP RAL E. Keaslian Penelitian
PEJENDE
1. Aini, (2011), dengan judul “Associate Between Family Support with Self-care
Behavior of Patients with Diabetes Melitus Type 2”. Penelitian tersebut adalah
E S
jenis penelitian analytic correlation dengan menggunakan pendekatan cross
IK
ST
sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jelakombo
Kecamatan Jombang periode 9 Mei – 10 Juni 2010. Subjek penelitian ini
berjumlah 142 orang yang merupakan pasien DM tipe 2. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur self-care behavior menggunakan SDSCA (The
Summary Diabetes Self-care Activities). Hasil penelitian tersebut didapatkan
rata-rata responden melakukan self-care selama 4 hari dan ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan self-care behavior penderita diabetes
melitus tipe 2. Adapun persamaan dengan penelitian tersebut adalah
pendekatan yang digunakan, variabel self-care, dan instrumen penelitian.
Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel dukungan keluarga, jenis
penelitian, teknik sampling, waktu, lokasi, dan sampel penelitian.
6
N TA
kesehatan dengan self-care diabetes. Selain itu, didapatkan nilai rata-rata self-
A KA R
K A GYA
care yakitu selama 5 hari. Adapun persamaan dengan penelitian tersebut
adalah pada pendeketan yang digunakan, variabel self-care, teknik sampling,
T YAN A I YO
dan instrumen self-care yang peneliti adopsi dari penelitian tersebut.
S
U A.
Sedangkan untuk perbedaannya adalah pada jenis penelitian, waktu, lokasi,
R P RAL
dan sampel penelitian.
P E DE
3. Rizkifani, (2014), dengan judul “Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Diabetes
EN
Melitus di RS PKU Muhammadiyah Bantul”. Penelitian tersebut adalah jenis
J
Sobservasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan
E
penelitian
K
di IPoliklinik Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Bantul periode
ST
Oktober – Desember 2013. Subjek penelitian berjumlah 24 orang yang
merupakan pasien DM tipe 2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
kualitas hidup pada penelitian tersebut menggunakan kuesioner DQLCTQ
(Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quessionnaire). Hasil dari penelitian
tersebut menyatakan bahwa skor kualitas hidup yang baik pada pasien DM
tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan presentase 71%. Adapun
persamaan dengan penelitian tersebut adalah desainnya yang menggunakan
cross sectional dan salah satu variabel yang diukur adalah kualitas hidup.
Sedangkan untuk perbedaannya adalah pada kuesioner DQOLCTQ yang
digunakan peneliti tersebut, jenis penelitian observasi, waktu, lokasi, dan
sampel penelitian.
7
N
dukungan keluarga dengan kualitas hidup. Adapun persamaan dengan
A KA R TA
K A GYA
penelitian tersebut adalah pendekatannya yang menggunakan cross sectional,
variabel dependent yang sama berupa kualitas hidup, dan kuesioner DQOL
T YAN A I YO
yang peneliti adopsi dari penelitian tersebut. Sedangkan untuk perbedaannya
S
U A.
ada pada variabel independent yakni dukungan keluarga, jenis penelitian
R P RAL
dengan deskriptif analisis, waktu, lokasi, dan sampel penelitian.
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
F. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul adalah
rumah sakit milik pemerintah dan merupakan rumah sakit tipe B non
pendidikan. RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki pelayanan khusus
rawat jalan atau poliklinik sebanyak 15 unit yang salah satu diantaranya adalah
Poliklinik Penyakit Dalam. Adapun pelayanan yang diberikan kepada pasien
N
A KA R TA
yang berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam meliputi pemeriksaan
K A GYA
kesehatan, konsultasi, dan pemeriksaan penunjang laboratorium rutin. Selain
T YAN A I YO
itu terdapat 5 dokter spesialis dan 7 orang perawat yang bertugas melayani
S
U A.
pasien dalam sehari selama dua kali shift kerja.
P RAL
Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh
R
E DE
pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
P
setelah penyakit hipertensi. Terdapat sekitar 18 – 20 pasien yang berkunjung
E N
J
S di Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan penyakit diabetes
dalam sehari
E
TIK Poliklinik Penyakit Dalam belum memiliki program atau hari khusus
Smelitus.
dalam menangani pasien DM. Pendidikan kesehatan biasa diberikan oleh
perawat dan dokter agar dapat meningkatkan status kesehatan pada pasien DM.
Pendidikan kesehatan yang diberikan berupa pendidikan tentang pengaturan
pola makan (diet), latihan fisik, minum obat teratur, pemeriksaan kadar gula
darah rutin, dan perawatan kaki untuk pasien diabetes. Pendidikan kesehatan
kepada pasien DM diberikan dalam bentuk komunikasi interpersonal antara
petugas kesehatan dengan pasien atau melalui media leaflet.
Alur masuk pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul diawali dengan mendaftar dibagian pendaftaran.
Setelah itu, bagi pasien baru akan diarahkan untuk pergi ke ruang Poliklinik
Penyakit Dalam terlebih dulu sebelum dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah. Sedangkan bagi pasien lama akan langsung pergi ke laboratorium guna
43
44
mendapatkan pemeriksaan gula darah rutin. Setelah pasien baru dan lama
melakukan pemeriksaan gula darah, maka akan masuk ke Poliklinik Penyakit
Dalam untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut oleh dokter dan
perawat. setelah itu, pasien Baru dan Lama akan dialihkan ke Apotek untuk
mendapatkan obat dan pulang.
2. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini merupakan pasien DM tipe 2 sebesar 100 orang
yang melakukan kunjungan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta. Gambaran tentang karakteristik responden
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
N
A KA R TA
K A GYA
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden bedasarkan jenis
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lama menderita dan
T YAN A I YO
komplikasi (n=100).
S
U A.
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
RP RAL
Jenis Kelamin :
Laki-Laki 44 44%
PEJENDE
Perempuan 56 56%
Total 100 100%
Usia :
26 – 35 Tahun
S 0 0%
IK E
36 – 45 Tahun 9 9%
ST 46 – 55 Tahun
56 – 65 Tahun
33
58
33%
58%
Total 100 100%
Pendidikan :
SD/Sederajat 22 22%
SLTP/Sederajat 11 11%
SLTA/Sederajat 48 48%
Akademi/PT 19 19%
Total 100 100%
Pekerjaan :
Tidak Bekerja 16 16%
Buruh Tani/Bangunan/Pabrik 17 17%
Pedagang/Wiraswasta 27 27%
PNS/TNI/POLRI 12 12%
Pegawai Swasta/Karyawan 13 13%
Pensiunan 15 15%
Total 100 100%
Pendapatan :
≥UMK 64 64%
<UMK 36 36%
Total 100 100%
45
N
penelitian ini berjenis kelamin perempuan (56%), berusia 56-65 tahun (58%),
TA
A KA R
riwayat pendidikan SLTA/sederajat (48%), pekerjaan pedagang/wiraswasta
A GYA
K
(27%), penghasilan ≥UMK (64%), lama menderita DM ≤10 tahun (78%), dan
A I YO
T YAN
terdapat komplikasi Hipertensi (36%).
S
U A.
3. Analisis Hasil Penelitian
P RAL
Tabel 4.2. Gambaran distribusi responden dan analisis hubungan self-care
R
P E DE
Variabel
E
dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2
NMean SD Min-Maks r P
S
Self-care
J 4,8 0,3 3,5 – 5,7
IK E 0,731 0,000
ST Kualitas Hidup 3,3 0,1 3,0 – 3,5
Dari tabel 4.2. Menunjukkan bahwa nilai rata-rata self-care yang didapat
responden yaitu sebesar 4,8 dari rentang skala 1 – 7. Sedangkan untuk nilai
self-care terendah yaitu 3,5 dan yang tertinggi 5,7. Selain itu, diketahui bahwa
nilai rata-rata kualitas hidup responden adalah 3,3. Nilai kualitas hidup
responden terendah yaitu 3,0 dan yang tertinggi 3,5.
Nilai uji statistik dengan menggunakan uji spearman’s rank correlation
terhadap variabel self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 (r=0,731; p<0,05). Maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
46
G. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan distribusi frekuensi responden menunjukkan bahwa pasien
DM tipe 2 dengan jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu 56 orang (56%)
daripada laki-laki sebanyak 44 orang (44%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Yusra (2011) yang menyatakan sebagian besar responden dari hasil
penelitian yang dilakukannya berjenis kelamin perempuan yaitu 73 orang
(60,8%). Demikian pula pada penelitian Rizkifani (2014) yang menyatakan
sebagian besar respondennya berjenis kelamin perempuan yaitu 14 orang
N TA
(58%). Tingginya angka kejadian DM pada perempuan dipengaruhi oleh salah
A KA R
K A GYA
satu faktor risiko, yaitu kegemukan. Perempuan memproduksi hormon estrogen
yang menyebabkan pengendapan lemak meningkat pada jaringan subkutis.
T YAN A I YO
Perempuan memiliki jumlah lemak tubuh lebih dari 35% dibanding laki-laki
S
U A.
yang hanya memiliki lebih dari 25%. Keadaan ini menyebabkan kejadian DM
R P RAL
lebih banyak terjadi pada perempuan (Soegondo et al., 2009).
P E DE
Berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam
EN
penelitian ini adalah responden yang berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak 58
J
S Usia termuda dari responden yang didapat adalah usia 38 tahun
E
orang (58%).
TIKyang tertua usia 65 tahun. Penggolongan usia dalam penelitian ini
Sdan
berdasarkan klasifikasi usia Depkes RI (2009) yaitu masa dewasa awal (26-35),
masa dewasa akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), dan masa
lansia akhir (56-65 tahun). Menurut Ignatavicus dan Workman (2006) diabetes
melitus tipe 2 biasanya sering terjadi pada klien setelah usia 30 tahun dan
semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat pada
usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92%.
Semakin meningkatnya usia maka pravalensi diabetes dan gangguan toleransi
glukosa semakin meningkat. Hal ini terjadi karena proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan adanya perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia dalam tubuh. Salah satu organ yang mengalami
perubahan fungsi akibat adanya proses menua adalah sel beta pankreas yang
menghasilkan hormon insulin. Jika terjadi gangguan sekresi hormon ini atau
47
penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada tingkat sel maka akan berdampak
terhadap peningkatan kadar gula darah (Sudoyo et al., 2009).
Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berpendidikan SLTA/sederajat yaitu sebanyak
48 orang (48%). Sejalan dengan penelitian Yusra (2011) yang menyatakan
bahwa mayoritas responden penelitiannya adalah SLTA sebanyak 40 orang
(33,3%). Demikian pula dengan penelitian Aini (2011) yang menyatakan
sebagian besar responden berpendidikan SLTA yaitu 55 orang (55,6%).
Berbeda dengan penelitan tersebut, Rizkifani (2014) menyatakan bahwa
N TA
sebagian besar respondennya berpendidikan SD sebanyak 11 orang (46%).
A KA R
K A GYA
Menurut Notoatmodjo (2010) berpendapat bahwa tingkat pendidikan
merupakan indikator bahwa seseorang telah menempuh jenjang formal di
T YAN A I YO
bidang tertentu. Seseorang dengan pendidikan yang baik akan lebih matang
S
U A.
terhadap proses perubahan. Sehingga dirinya lebih mudah menerima pengaruh
R P RAL
dari luar yang positif, objektif, dan terbuka terhadap berbagai informasi
P E DE
termasuk informasi tentang kesehatan. Akan tetapi, hal ini bukan menjadi
EN
faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian DM.
J
S jenis pekerjaan menunjukkan bahwa mayoritas responden
E
Berdasarkan
TIK pedagang/wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (27%), sedangkan
Smerupakan
yang paling sedikit merupakan responden dengan pekerjaan PNS/TNI/POLRI
yaitu 12 orang (12%). Beberapa penelitian bertentangan dengan penelitian
tersebut, Rizkifani (2014) menyatakan bahwa sebagian besar respondennya
merupakan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 7 orang (29%), sedangkan
Suardana et al (2015) menyatakan bahwa sebagian besar respondennya tidak
bekerja yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). Menurut Butler dalam Yusra (2011)
menyatakan bahwa status sosial ekonomi akan mempengaruhi seseorang dalam
melakukan manajemen perawatan diri. Keterbatasan finansial akan membatasi
penderita DM untuk mencari informasi, mendapatkan perawatan dan
pengobatan bagi dirinya.
Berdasarkan pendapatan menunjukkan bahwa sebagian besar dalam
penelitian ini adalah responden berpenghasilan tinggi (≥UMK) yaitu sebanyak
48
N TA
kesehatannya. Selain itu, klien akan lebih berisiko untuk terjadinya komplikasi
A KA R
diabetes.
K A GYA
Berdasarkan lama menderita DM menunjukkan bahwa sebagian besar
T YAN A I YO
dalam penelitian ini adalah responden dengan lamanya sakit DM ≤10 yaitu
S
U A.
sebanyak 78 orang (78%). Responden yang mengalami penyakit DM tipe 2
R P RAL
dengan durasi terpendek adalah 1 tahun dan yang terpanjang yaitu 25 tahun.
P E DE
Sejalan dengan penelitian Ningtyas (2013) yang menyatakan mayoritas
EN
respondennya merupakan kategori lama menderita DM ≤10 tahun yaitu 23
J
S Menurut Waspadji (2009) menyatakan bahwa diabetes melitus
E
orang (74,19%).
TIK penyakit menahun yang tidak dapat disembuhkan, kadar gula darah
Smerupakan
hanya dapat dikendalikan agar tetap normal. Lamanya sakit DM sering
dihubungkan dengan timbulnya kejadian komplikasi. Komplikasi biasanya
muncul setelah pasien menderita DM selama lebih dari 10 tahun (IDF, 2013).
Berdasarkan komplikasi menunjukkan bahwa sebagian besar dalam
penelitian ini merupakan responden yang memiliki komplikasi. Komplikasi
yang diderita responden berupa penyakit hipertensi (36%), masalah kulit
(gangren, ulkus, gatal-gatal) (18%), neuropati (2%). Terdapat pula responden
yang tidak memiliki komplikasi yaitu sebesar 44 orang (44%). Penelitian ini
sejalan dengan Yusra (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar
penelitiannya merupakan responden yang memiliki komplikasi yaitu sebanyak
78 orang (65%) dengan macam-macam komplikasi seperti hipertensi, ulkus,
stroke dan masalah pada jantung. Penyandang DM mempunyai risiko untuk
49
terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak dua kali
lebih besar, lima kali lebih mudah menderita ulkus atau gangren, tujuh kali
lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal dan 25 kali lebih mudah
mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non DM
(Waspadji, 2009).
2. Self-care
Berdasarkan penelitian terhadap pasien DM tipe 2 yang melakukan rawat
jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
menunjukkan bahwa nilai rata-rata self-care yang didapat responden yaitu
N
sebesar 4,8 dari rentang skala 1 – 7. Sedangkan untuk nilai self-care terendah
A KA R TA
K A GYA
yaitu 3,5 dan yang tertinggi 5,7. Berdasarkan skala instrumen SDSCA pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden melakukan
T YAN A I YO
aktivitas self-care selama 5 hari dalam seminggu. Aktivitas self-care paling
S
U A.
sedikit dilakukan selama 4 hari dan yang paling sering yaitu selama 6 hari.
R P RAL
Aktivitas self-care yang sudah dilakukan dengan nilai rata-rata mendekati
P E DE
sempurna yaitu aktivitas minum obat secara teratur selama 7 hari, pengaturan
EN
pola makan (diet) selama 6 hari, dan latihan fisik (exercise) selama 4 hari.
J
Suntuk tindakan perawatan kaki rata-rata dilakukan selama 3 hari
E
Sedangkan
K kontrol kadar glukosa darah hanya dilakukan selama 1 hari dalam
TIrata-rata
Sdan
seminggu terakhir.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kusniawati (2011) yang
menyatakan bahwa rata-rata aktivitas self-care yang dilakukan respondennya
adalah 5 hari, dengan aktivitas self-care paling sedikit dilakukan selama 2 hari
dan yang paling sering yaitu selama 7 hari. Berbeda dengan penelitian tersebut,
Aini (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata aktivitas self-care yang
dilakukan respondennya adalah selama 4 hari, dengan aktivitas self-care paling
sedikit dilakukan selama 2 hari dan yang paling sering yaitu selama 5 hari.
Berdasarkan data penelitian ini diketahui bahwa nilai rata-rata self-care
tertinggi pada responden dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan
dengan Sousa et al (2005) yang menyatakan bahwa klien dengan jenis kelamin
perempuan menunjukkan perilaku self-care diabetes lebih baik jika
50
N TA
jika klien melakukan aktivitas self-care diabetes secara adekuat dalam
A KA R
kehidupannya sehari-hari.
K A GYA
Nilai rata-rata self-care tertinggi pada penelitian ini didapatkan pada
T YAN A I YO
responden yang menderita DM ≤10 tahun. Hal ini bertentangan dengan Bai et
S
U A.
al (2009) yang menyatakan bahwa klien dengan durasi DM lebih lama
R P RAL
memiliki skor self-care diabetes yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
P E DE
klien yang memiliki durasi DM lebih pendek. Klien yang mengalami DM
EN
selama ≥11 tahun dapat mempelajari perilaku self-care diabetes berdasarkan
J
S yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut, sehingga
E
pengalaman
TIKdapat lebih memahami tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukan
Sklien
untuk mempertahankan status kesehatannya.
Berdasarkan sosial ekonomi didapatkan nilai rata-rata self-care tertinggi
yaitu pada responden dengan pendapatan tinggi (≥UMK). Hal ini sejalan
dengan Nwanko et al (2010) yang menjelaskan bahwa status sosial ekonomi
berpengaruh terhadap self-care diabetes. Klien yang memiliki status sosial
ekonomi yang tinggi akan memperlihatkan perilaku self-care yang lebih baik.
Selain itu, Bai et al (2009) juga menyatakan hal yang sama bahwa status sosial
ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap peningkatan perilaku self-care
diabetes.
3. Kualitas Hidup
Berdasarkan penelitian terhadap pasien DM tipe 2 yang melakukan rawat
jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
51
T YAN A I YO
3,5. Kedua nilai sub item tersebut tidak memiliki nilai rata-rata yang jauh
S
U A.
berbeda. Pada sub item dampak diketahui mendapatkan jawaban dengan nilai
R P RAL
rata-rata yang tinggi, tetapi terdapat juga pertanyaan yang mendapatkan nilai
P E DE
rata-rata terendah dibandingkan dengan pertanyaan lain secara keseluruhan.
EN
Pertanyaan dengan nilai terendah yaitu pada pertanyaan nomor 23 dan 26 yang
J
S mendapat nilai 2. Pertanyaan tersebut membahas dampak
E
masing-masing
TIK diabetes terhadap aktivitas ke kamar mandi dan rasa takut akan
Spenyakit
meninggal dunia. Sedangkan pada pertanyaan lain, responden menjawab
dengan skor yang lebih baik dengan memberi nilai rata-rata 3 dan 4.
Berdasarkan data penelitian ini diketahui bahwa nilai rata-rata kualitas
hidup yang tertinggi terdapat pada responden dengan usia antara 56 – 65 tahun.
Hal ini bertentangan dengan Yusra (2011) yang menjelaskan bahwa semakin
bertambahnya usia maka kualitas hidupnya akan semakin menurun. Lebih jauh
Yusra (2011) menyatakan bahwa seiring bertambahnya usia seseorang terjadi
perubahan baik fisik, psikologis maupun intelektual. Perubahan usia terutama
pada usia lanjut akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimiawi. Hal ini yang menyebabkan kerentanan terhadap suatu penyakit
serta menimbulkan kegagalan dalam mempertahankan homeostasis terhadap
suatu stres. Kegagalan dalam mempertahankan homeostasis ini yang akan
52
N TA
responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sejalan dengan
A KA R
K A GYA
penelitian Yusra (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan memengaruhi
kualitas hidup pasien diabetes melitus. Rata-rata tingkat pendidikan tinggi
T YAN A I YO
memiliki nilai kualitas hidup yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
S
U A.
tingkat pendidikan yang lebih rendah.
R P RAL
Berdasarkan data penelitian ini diketahui bahwa nilai rata-rata kualitas
P E DE
hidup yang tertinggi terdapat pada responden dengan pendapatan tinggi
EN
(≥UMK). Hal ini sejalan dengan Isa & Baiyewu (2006) dalam penelitiannya
J
S bahwa pendapatan yang rendah berhubungan secara bermakna
E
menyatakan
TIK kualitas hidup penderita diabetes melitus yang rendah. Satus sosial
Sdengan
ekonomi akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan manajemen
perawatan diri. Keterbatasan finansial akan membatasi penderita DM untuk
mencari informasi, mendapatkan perawatan dan pengobatan bagi dirinya
(Butler dalam Yusra, 2011).
Nilai rata-rata kualitas hidup tertinggi pada penelitian ini didapatkan pada
responden yang menderita DM tanpa komplikasi. Sedangkan nilai rata-rata
kualitas hidup yang rendah dikaitkan dengan responden yang mengalami
komplikasi. Hal ini sejalan dengan Isa dan Baiyewu (2006) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas hidup yang rendah berhubungan
dengan berbagai komplikasi dari DM tipe 2 seperti hipertensi, gangren,
katarak, obesitas, penurunan berat badan, dan perubahan fungsi seksual.
Menurut Yusra (2011) menyatakan bahwa komplikasi pada pasien DM tipe 2
53
N TA
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Penelitian tersebut sejalan
A KA R
K A GYA
dengan penelitian Rantung (2015) yang menyatakan bahwa semakin
meningkatnya self-care maka akan meningkatkan kualitas hidup pada pasien
diabetes melitus.
T YAN A I YO
S
U A.
Penyakit Diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik dapat
R P RAL
menyebabkan terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebro-
P E DE
vaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, penyulit
EN
pada mata, ginjal dan syaraf. Penyandang DM mempunyai risiko dua kali lebih
J
Sterjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah
E
besar untuk
TIKlima kali lebih mudah menderita ulkus atau gangren, tujuh kali lebih
Sotak,
mudah mengidap gagal ginjal terminal dan 25 kali lebih mudah mengalami
kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non DM (Waspadji, 2009).
Penelitian yang dilakukan Isa dan Baiyewu (2006) menunjukkan bahwa
berbagai komplikasi dan lama menderita diabetes melitus berhubungan dengan
kualitas hidup yang rendah pada pasien DM tipe 2 seperti hipertensi, gangren,
katarak, obesitas, penurunan berat badan, dan perubahan fungsi seksual.
Self-care diabetes yang efektif merupakan bagian penting dalam perawatan
klien penderita diabetes (Bai et al., 2009). Peningkatan aktivitas self-care
diabetes akan berdampak terhadap peningkatan status kesehatan pasien
diabetes karena self-care diabetes merupakan upaya dasar untuk mengontrol
dan mencegah terjadinya komplikasi yang timbul oleh kondisi diabetes (Xu et
al., 2008). Aktivitas self-care yang baik akan mencapai pemantauan kadar
54
5. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat adanya keterbatasan yang mempengaruhi
hasil penelitian, keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
1. Terdapat faktor-faktor pengganggu yang tidak dapat peneliti kendalikan dalam
penelitian ini seperti dukungan sosial, aspek emosional, motivasi, dan
komunikasi petugas kesehatan.
N
A KA R TA
K A GYA
2. Keterbatasan lokasi penelitian yang dianggap kurang kondusif dan tidak
adanya asisten peneliti yang dapat membantu untuk mengawasi proses
pengambilan data penelitian.
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
BAB V
PENUTUP
H. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Menunjukkan bahwa
sebagian besar berjenis kelamin perempuan (56%), berusia 56-65 tahun (58%),
riwayat pendidikan SLTA/sederajat (48%), pekerjaan pedagang/wiraswasta
N
A KA TA
(27%), penghasilan ≥UMK (64%), lama menderita DM ≤10 tahun (78%), dan
R
dan terdapat komplikasi Hipertensi (36%).
K A GYA
T YAN A I YO
2. Diketahui nilai self-care pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit
S
U A.
Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah 4,8 (5 hari).
P RAL
3. Diketahui nilai kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik
R
E DE
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah 3,3 (puas).
P N
4. Terdapat hubungan antara self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes
E
J
S 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
melitus tipe
E
TIKYogyakarta dengan signifikansi sebesar 0.000 (r=0,731; p<0,05).
SBantul
I. Saran
3. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama pelayanan tentang edukasi self-care kepada
pasien yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Selain itu perlu dikembangkannya program-
program terkait aktivitas self-care seperti pemeriksaan kaki DM oleh perawat
dalam hal asuhan keperawatan terkait klien diabetes dalam mengelola self-
care diabetesnya.
55
56
N
A KA R TA
K A GYA
T YAN A I YO
S
U A.
R P RAL
P E DE
E N
E SJ
T I K
S
Daftar Pustaka
Aini, F.U. (2011). Associate Between Family Support with Self-care Behavior of
Patients with Diabetes Mellitus Type 2. Nursing Journal of STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang, 2, 6-11.
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing Theory: Utilization &
Application (3 ed.). Missouri: Mosby.
N TA
American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes
A KA R
Mellitus. Diabetes Care, 37, S81-S90.
K A GYA
Rineka Cipta.
T YAN A I YO
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
S
U A.
P RAL
Bai, Y.L., Chiou, C.P., & Chang, Y.Y. (2009). Self-Care Behaviour and Related
R
Factor in Older People with Type 2 Diabetes. Journal of Clinical Nursing,
E DE
18(23), 3308-3315.
P E N
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul
SJ
Tahun 2014. Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
E
I K
ST (2009).
Gautam, Y., Sharma, A.K., Agarwal, A.K., Bhatnagar, M.K., & Trehan, R.R.
A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at Tertiary
Care Hospital in Delhi. Indian Journal of Community Medicine, 34(4),
346-350.
Goz, F., Karaoz, S., Goz, M., Ekiz, S., & Cetin, I. (2007). Effect of the Diabetic
Patient’s Perceived Social Support on Their Quality of Life. Journal of
Clinical Nursing, 16(7), 1353-1360.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11 ed.).
Jakarta; EGC.
Ignatavicus, D.D., & Workman, L.M. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care (5 ed., vol. 2). Philadelphia: Elsevier
Saunders.
International Diabetes Federation. (2013). IDF Diabetes Atlas. Diambil pada 30
November 2015, dari http://www.diabetesatlas.org/resources/2015-
atlas.html
Ilyas, E.I. (2009). Olahraga bagi Diabetes. In Soegondo, S.S., Soewondo, P., &
Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (pp. 69-110).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Isa B.A., & Baiyewu, O. (2006). Quality of Life Patient With Diabetes Mellitus in
a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry, 16, 27-33.
N TA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
A KA R
A GYA
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
K
EGC.
T YAN A I YO
Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
S
U A.
P RAL
Kriska, A. (2007). Physical Activity and Prevention of Type 2 (Non Insulin
R
Dependent) Diabetes. PCPFS Reseach DIGEST, 2(10), 1-12.
E DE
P
Kusniawati. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terhadap Self-
E N
care Diabetes pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
SJ
Tanggerang. Thesis. Universitas Indonesia.
E
I K
ST Patologis
Mitchell, R.N., Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N. (2009). Buku Saku Dasar
Penyakit (7 ed.). Jakarta: EGC.
Ningtyas, D.W. (2013). Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa,1-7.
Piette, J.D., Schillinger, D., Potter, M.B., & Heisler, M. (2003). Dimensions of
Patient-Provider Communication and Diabetes Self-care in an Ethnically
Diverse Population. Journal of General Internal Medicine, 18, 624-633.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: konsep Klinis Proses-Proses
N
Penyakit (6 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
A KA R TA
K A GYA
Rantung, J. (2015). Hubungan Self-care dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
T YAN A I YO
Melitus (DM) di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Cabang
Cimahi. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1, 38-51.
S
U A.
P RAL
Rizkifani. (2014). Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di RS
R
PKU Muhammadiyah Bantul. Farmasains. 2. 1-4.
E DE
P
Rubin, R.R. (2000). Diabetes and Quality of Life. Diabetes Spectrum, 13, 21.
J E N
S and Diabetes Self-Management. Journal of Psychology, 6(3),
Shigaki, C., Kruse, R.L., Mehr, D., Sheldon, K.M., Bin, G., & Moore, C. (2010).
E
IKMotivation
ST 110-115.
Sirgurdardottir, A.K. (2005). Self-Care In Diabetes : Model Of Factors Affecting
Self-Care. Journal of Clinical Nursing, 14(3), 301-314.
Sousa, V.D., Zauszniewski, J.A., Musil, C.M., Lea, P.J.P., & Davis, S.A. (2005).
Relationship Among Self-Care Agency, Slef-Efficacy, Self-Care, and
Glycemic Control. Research and Theory for Nursing Practice: An
International Journal. 9 (3), 61-67.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simandibrata, M., & Setiati, S. (2009).
Buku Ajar Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: InternaPublishing.
Toobert, D.J., Hampson, S.E., & Glasgow, R.E. (2000). The Summary of
N TA
Diabetes Self-Care Activities Measure. Diabetes Care, 23, 943-950.
A KA R
K A GYA
Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya
T YAN A I YO
yang Rasional. In Soegondo, S.S., Soewondo, P., & Subekti, I.,
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (pp. 31-46). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
S
U A.
R P RAL
Weiler, D.M., & Janice, D.C. (2007). Diabetes Self-management in the Migrant
E DE
Latino Population. Hispanic Health Care International, 5, 27-32.
P E N
Wu, S.F.V., Courtney, M., Edward, H., McDowell, J., Shortridge-Baggett, L.M.,
SJ
& Chang, P.J. (2007). Self-efficacy, Outcome expectation and Self care
E
T I K
behavior in people with type 2 diabetes in taiwan. Journal of Clinical
S Nursing, 16(11), 250-257.
Xu, Y., Toobert, D., Savage, C., Pan, W., & Whitmer, K. (2008). Factor
Influencing Diabetes Self-Management in Chinese People With Type 2
Diabetes. Research in Nursing & Health, 31(6), 613-625.