Paper Tanatology
Paper Tanatology
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Tanatologi berasal dari kata thanatos (segala hal yang berhubungan dengan
kematian) dan logos (ilmu). Jadi Tanatologi adalah : Bagian dari Ilmu Kedokteran
Forensik, yang mempelajari tentang kematian dan perubahan-perubahan yang terjadi
setelah kematian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan
tersebut. 1,2
Dalam Tanatologi terdapat beberapa istilah tentang kematian yaitu : Kematian
somatis (mati klinis) dan kematian seluler (mati mollekuler)
2
1. Mati suri (suspended animation, apparent death)
Terhentinya ketiga sistem kehidupan di atas, yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana. Tetapi dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi pada batas basal metabolik. Mati suri
sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, koma karena morfin dan
barbiturat, tersengat aliran listrik dan tenggelam.2
2. Mati serebral
Kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya otak dan susunan saraf pusat.
Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible, kecuali batang otak dan serebelum,
sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.2
Agar dapat menentukan dengan pasti bahwa korban telah mati, perlu diketahui perihal
tanda-tanda kehidupan dan tentunya perihal tanda-tanda kematian serta perubahan lanjut yang
terjadi pasca kematian.2
Tanda-tanda kematian yang penting adalah :
1. Kerja jantung dan peredaran darah berhenti
2. Pernapasan berhenti
3. Refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang
4. Kulit pucat
5. Relaksasi otot tubuh
6. Terhentinya aktifitas otak serta perubahan-perubahan yang timbul beberapa waktu
kemudian setelah mati (post mortem), yang dapat menjelaskan kemungkinan
diagnosis kematian dengan lebih pasti.2
Dalam kepustakaan ilmu kedokteran forensik dikenal suatu metode untuk menentukan
suatu kematian saat kematian dalam kasus kejahatan yang disebut metode tri klasik atau The
Clasic Triad yang meliputi tiga metode sebagai berikut2 :
1. Livor Mortis (Lebam Mayat)
2. Rigor Mortis (Kaku Mayat)
3. Algor Mortis (Suhu Mayat)
3
II. TANDA-TANDA KEMATIAN
Para ahli ilmu kedoteran forensik menyimpulkan bahwa ahli forensik hanya mampu
memberikan estimating the time of death, yaitu suatu perkiraan mengenai saat kematian.
Sedangkan mengenai the exact moment of death, yaitu suatu penentuan saat kematian yang
pasti tidaklah dapat ditentukan. Dengan kata lain bahwa aplikasi ilmu kedokteran forensik
dalam menentukan saat kematian seseorang dalam suatu kasus kejahatan hanya dapat
menghasilkan suatu estimasi bukan suatu determinasi.2
Jenis-jenis tanda kematian :
1. Tanda kematian yang tidak pasti.
a. Terhentinya pernafasan, selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
b. Terhentinya sirkulasi, selama 15 menit nadi karotis tidak teraba (palpasi).
c. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin
terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan
kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih
muda. Tanda-tanda kematian tidak pasti ini muncul atau dapat dinilai pada kematian
somatik/induvidu/klinis.
e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
f. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan meneteskan air.3
4
Ada beberapa pemeriksaan (subsidairy test) yang dapat dilakukan untuk memastikan
kematian pada seseorang, disamping pemeriksaan fisik pada umumnya. Pemeriksaan
sederhana ini untuk menilai 3 sistem penunjang kehidupan, yaitu :
1. Terhentinya sirkulasi darah.
Untuk menyatakannya harus diperiksa dengan inspeksi,palpasi,auskultasi yangteliti
terus menerus selama 5 menit. Dengan berhentinya jantung yang berdenyut, maka aliran
darah dalam arteri jugaberhenti. Denyut nadi tidak dapat lagi diraba dan pada auskultasi
juga tidak dapat didengar bunyi jantung.
Beberapa pemeriksaan subsidairyyang dapat memastikan berhentinya sistem
sirkulasi adalah sebagai berikut :
Test Magnus
Karena jantung berhenti maka sirkulasi juga berhenti. Caranya dengan
mengikat/menutup ujung jari korban dengan karet, lalu dilepaskan, maka tidak
tampak adanya perubahan warna dari pucat menjadi merah dan juga menjadi bengkak
dan sianose pada orang hidup.
Test Spointing
Dengan memotong arteri, maka darah masih memancar aktif pada orang hidup,
sementara pada orang mati mengalir pasif.
Test nail ( Tes ujung jari)
Dengan menekan ujung kuku, bila dilakukan pada orang yang masih hidup, kuku
yang ditekan akan berwarna pucat dan kembali ke warna semula, setelah tekanan
dilepaskan. Tetapi warna pucat tidak berubah pada orang yang sudah mati.1,2
2. Berhentinya Pernafasan
Dengan inspeksi dan palpasi tidak terlihat dan teraba adanya gerakan pernapasan,
dengan stetoskop selama 5 menit tidak terdengar suara pernafasan. Biasanya untuk
memastikan berhentinya fungsi pernafasan cukup hanya dengan auskultasi pada bagian
dada. Tetapi selain itu ada juga pemeriksaan subsidairy yang dapat dilakukan antara lain :
Test Winslow
5
Secangkir cairan air raksa atau air diletakkan di atas bagian dada atau abdomen. Pada
orang yang masih hidup maka gerakan respirasi akan menunjukkan gelombang pada
cairan, yang bisa diamati dari pantulan cahaya pada cairan tersebut.
3. Berhentinya Innervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti, dapat dilihat dengan hilangnya semua refleks
pada tubuh tersebut. Subsidairy test yang dilakukan, dengan menguji reflek motorik dan
sensorik itu sendiri. Misalnya : refleks kornea, refleks cahaya, refleks menelan atau batuk
ketika tuba endo trakeal di dorong ke dalam, refleks vestibuloookularis rangsangan air es
yang dimasukkan ke dalam telinga.2
6
Ada beberapa teori dalam menentukan lamanya kematian berdasarkan
penurunan temperatur tubuh mayat, yaitu :
Bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan
temperatur 2,50F atau 1,50C (Modi’s teks book) setiap jam, pada enam jam
pertama dan 1,6-20F atau 0,9-1,20C (Modi’s teks book) pada enam jam berikutnya,
sehingga dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya. Sympson
keith (Inggris).1,2
Jasing P Modi (India) menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan lama
kematian adalah sebagai berikut :
Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh
dan suhu sekitarnya.
Dua jam berikutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai pertama (dua
jam pertama).
Dua jam selanjutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai terakhir (dua
jam ke dua), atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.1,2
Dengan membuat tabel nomogram Henssege, lamanya waktu kematian tubuh
mayat di lingkungan subtropis (< 230C) berbeda dengan di lingkungan tropis (>
230C). Henssege (1995).1
Penurunan suhu tubuh mayat dalam keadaan telanjang dengan suhu lingkungan
15,50C yaitu 0,550C tiap jam pada 3 jam pertama. Dan 1,1 0C pada 6 jam
berikutnya serta 0,80C tiap jam periode selanjutnya. Marshall dan Hoare
(1962).2,3
Biasanya dalam 12 jam suhu tubuh mayat akan sama dengan suhu lingkungan.1,2
Penentuan lama kematian dapat ditentukan melalui rumus :1,2
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (370C) – suhu rektal (saat diperiksa) + 3
Contoh kasus :
7
Seorang wanita muda didapatkan tewas dengan kedua tangan terpotong,kedua bola
mata dan muka hancur,serta tubuh bagian atas dubenamkan dalam lumpur.wanita ini
hampir telanjang,hanya mengenakan sehelai kutang dan celana dalam,kasus ini
merupakan kasus pembunuhan.diketahui pengukuran suhu rektal mayat menggunakan
termometer Hg menunjukkan suhu 14°C.menurut perhitungan saudara sudah berapa
lama sesosok mayat tersebut meninggal?
Jawab :
Diketahui suhu rektal 14°C
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (370C) – suhu rektal (saat diperiksa) + 3
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lama kematian,
antara lain :
a. Suhu sekitar
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Gizi
e. Penutup tubuh
f. Ruangan
g. Penyakit 2
Artinya : Di media air (tenggelam) penurunan suhu tubuh mayat lebih cepat 4 kali
dibanding di dalam tanah (kubur).2
Aspek medicolegalnya :
1. Menetukan kematian yang pasti.
2. Memperkirakan lamanya kematian.
3. Memperkirakan keadaan lingkungan/lokasi korban saat kematian
4. Mengarahkan penyebab kematian.2
8
Setelah seseorang yang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati
sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan (hukum gravitasi) di daerah yang
letaknya paling rendah dari tubuh. Aliran darah akan terus mengalir pada daerah
tersebut, sehingga pembuluh-pembuluh kapiler akan mengalami penekanan oleh
aliran darah tersebut, dan menyebabkan sel-sel darah ke luar dari kapiler menuju sel-
sel serta jaringan sekitar dan memberi kesan warna ungu kemerahan. Kemudian
dalam waktu sekitar 6 jam, lebam mayat ini semakin meluas dan menetap (setelah
darah masuk ke jaringan), yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi
gelap (livid).2
Kadang-kadang cabang dari pembuluh darah kecil, arterio, dan venule pecah
sehingga terlihat bintik-bintik perdarahan yang disebut tardieu spots.2,5
Perbedaan lebam mayat dengan kongesti2
Sifat Lebam Mayat Kongesti
1. Warna merah Tidak beraturan dan terdapat Sama merahnya di
pada bagian tubuh yang letaknya seluruh organ tubuh
rendah
2. Membran mukosa Pucat Normal
3. Eksudat Tidak terdapat eksudat Bisa tampak eksudat
peradangan
4. Organ dalam Lambung dan usus halus jika Warnanya sama
diregang, akan tampak daerah
yang berwarna tidak sama
5. Sifatnya Normal Patologis
Perbedaan antara lebam mayat dengan memar2
9
sampai ke permukaan kulit bisa superfisial atau lebih dalam
2. Kultikula Kulit ari tidak rusak Kulit ari rusak
(Kulit ari)
3. Lokasi Terdapat pada daerah yang luas, Bisa tampak di mana saja dari
terutama luka pada bagian bagian tubuh dan tidak meluas
tubuh yang letaknya rendah.
4. Gambaran Pada lebam mayat tidak ada Biasanya membengkak, karena
evalasi terangkat dari kulit resapan darah dan edema.
5. Pinggiran Jelas Tidak jelas
6. Warna Warnanya sama Warnanya bervariasi. Memar
yang baru berwarna lebih tegas
dari pada warna lebam mayat
disekitarnya.
7. Pada Pada pemotongan, darah Menunjukkan resapan darah ke
pemotongan
tampak di dalam pembuluh jaringan sekitar, susah
darah, dan mudah dibersihkan. dibersihkan jaringan sekitar,
Jaringan subkutan tampak pucat jika hanya dengan air mengalir.
Jaringan subkutan berwarna
merah kehitaman
8.Dampak Akan hilang walaupun hanya Warnanya berubah sedikit saja
setelah diberi penekanan yang ringan jika diberi penekanan
penekanan
Aspek mediko-legal :
1. Merupakan tanda pasti dari kematian.
2. Dapat memperkirakan lamanya kematian tersebut. Bila kematian di jumpai
dengan lebam mayat yang warnanya masih dapat menghilang karena penekanan,
maka kematian tersebut masih di bawah 6 jam.
3. Bisa membantu dalam menentukan posisi dari mayat saat kematian. Jika mayat
terletak pada posisi punggung di bawah, maka lebam mayat pertama sekali terlihat
pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung. Pada mayat
dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan lengan.
4. Dapat memperkirakan penyebab kematian. Pada beberapa kasus, warna dari
lebam mayat ini bisa lain dari pada umumnya, misalnya :
a. Kematian karena keracunan karbon monoksida, lebam mayat berwarna merah
cerah (bright red).
b. Pada keracunan asam hidrosianida, lebam mayat berwarna merah terang atau
merah jambu (cherry red).
10
c. Pada keracunan potasium klorat, lebam mayat berwarna coklat (light brown).
d. Pada keracunan fosfor, lebam mayat berwarna kebiruan lebih gelap.2
11
akibatnya actin dan myosin menjadi masa seperti jelli yang kaku (stiffgel) dan
akhirnya muncul keadaan rigiditas. Reaksi biokimia terjadi serentak di seluruh otot
tubuh, yang mulai kaku otot kecil (mempunyai kandungan glikogen relatif sedikit).
Akibat kaku mayat ini seluruh tubuh menjadi kaku, otot memendek dan persendian
pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama
24-48 jam pada musim dingin dan 18-36 jam pada musim panas. Disebabkan oleh
karena otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada
oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).1,2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat :
1. Keadaan Lingkungan.
Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan
berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab.
Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
2. Usia.
Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru
tampak pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur).
3. Cara kematian.
Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot.
Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana
otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.2
Diagnosis banding kaku mayat ;
Kekakuan karena panas (heat stiffening).
Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750C, atau
jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan di atas akan
menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku, keras,
memendek, dan warna merah muda. Pada kasus terbakar, keadaan mayat
menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugelistic attitude, yaitu
suatu posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan sedikit
menggenggam/terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif. Heat
stiffening berlangsung tetap sampai pembusukan1,2
12
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas :
a. Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku
karena panas.
b. Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
c. Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut terus sampai
terjadinya pembusukan.2
Penentuan lama kematian secara kasar dengan menggunakan perubahan temperatur dan kaku mayat dapat dipedomani tabel berikut.2
13
2. Faktor Tidak ada Kematian mendadak, aktivitas
predisposisi
berlebih, ketakutan, terlalu
lelah, perasaan tegang, dll.
3. Otot yang Semua otot, termasuk Biasanya terbatas pada satu
terkena
otot volunter dan kelompok otot volunter
involunter
4. Kaku otot Tidak jelas, dapat Sangat jelas, perlu tenaga yang
dilawan dengan sedikit kuat untuk kekakuannya
tenaga
5. Kepentingan Untuk perkiraan saat Menunjukkan cara kematian
dari segi
kematian yaitu bunuh diri, pembunuhan
medikolegal
atau kecelakaan
6. Suhu mayat Dingin Hangat
7. Kematian sel Ada Tidak ada
8. Rangsangan Tidak ada respon otot Ada respon otot
listrik
14
Pembusukan dimulai di usus, manifestasinya terlihat di perut kanan bawah daerah
caecum yang isinya lebih cair, penuh dengan bakteri, dan dekat dinding perut. Terlihat
bewarna kehijauan kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan
penyebaran ke jaringan tetangga (continuitatum). Dalam 2 hari akan terlihat tanda-tanda
pembusukan berupa :
1. Garis-garis pembusukan di seluruh aliran darah.
2. Warna hitam kehijauan di sepanjang aliran darah disebabkan cairan dan butir darah
yang mengalami pembusukan.
3. Darah keluar dari pembuluh darah memasuki jaringan di sekitar pembuluh darah.
4. Menghasilkan gas pembusukan, menyebabkan perut gembung, kantong pelir
gembung (membesar), prolaps uterus, prolaps anus dan akhirnya seluruh tubuh
gembung (kulit, otot, organ)
5. Kulit mudah terkelupas dan mudah dilepaskan dengan sedikit tekanan saja.
6. Mayat menjadi besar karena gas pembusukan memasuki jaringan, apalagi
perut yang banyak mengandung kuman pembusukan menjadi sangat besar, mulut
terbuka karena bibir atas dan bawah menjadi bengkak.
7. Gas pembusukan juga terjadi di dalam sendi-sendi sehingga jika tekanan
cukup tinggi dapat membuat persendian menjadi bengkok, sendi utama adalah lutut,
siku, dan pangkal paha sehingga terjadi posisi seperti petinju.1,2
15
4. Umur
5. Keadaan tubuh
6. Penyakit 2
16
Selain perubahan post mortem diatas, ada 2 modifikasi pembusukan yang juga
penting yaitu, adiposere dan mummifikasi.1
Adiposere
Adiposere adalah fenomena yang terjadi pada mayat yang tidak mengalami
proses pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan adiposere.
Adiposere merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya
bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.2
17
Mummifikasi adalah mayat yang mengalami pengawetan akibat proses
pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras, dan
menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari pembusukan
sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang. Fenomena ini terjadi pada
daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan
angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh.2
Jangka waktu yang diperlukan sehingga terjadi mumifikasi biasanya lama, bisa dalam
waktu 3 bulan atau lebih, mayat relatif masih utuh, maka identifikasi lebih mudah
dilakukan. Begitu pula luka-luka pada tubuh korban kadang masih dapat dikenal.1,2
Tanda-tanda mummifikasi :
o Mayat jadi mengecil.
o Kering, mengkerut, atau melisut.
o Warna coklat kehitaman.
o Kulit melekat erat dengan tulangnya.
o Tidak berbau.
o Keadaan anatominya masih utuh.
18
Aspek Medikolegal :
1. Memperkirakan lamanya kematian
2. Memastikan adanya kematian
3. Mengarahkan penyebab kematian
4. Membantu dalam identifikasi bila telah terjadi proses pengawetan tubuh mayat
secara alami (adiposere dan mummifikasi)2
19
8. 3 hari, pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps. Demikian anus, mata menonjol keluar,
muka sangat bengkak kehitaman. Rambut dan kuku mudah dicabut.
9. 4-5 hari, perut mengempes kembali karena gas keluar dari celah jaringan yang
rusak/hancur, sutura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan menjadi seperti
bubur.
10. 6-10 hari, jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur, rongga dada
dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah hancur dan seterusnya hingga akhirnya
tinggal tulang belulang.1
BAB III
KESIMPULAN
Tanatologi berasal dari kata thanatos (segala hal yang berhubungan dengan kematian)
dan logos (ilmu). Jadi Tanatologi adalah : Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik, yang
mempelajari tentang kematian dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah kematian, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut.
Dalam thanatologi dikenal beberapa istilah mati, yaitu : mati somatis atau sistemik, mati
seluler (molekuler), mati suri (suspended animation, apparent death), mati serebral, mati otak
(mati batang otak).
Penilaian lamanya kematian menurut perubahan-perubahan pada tubuh mayat, antara lain:
1. Penurunan Suhu (Algor Mortis)
20
2. Lebam Mayat (Livor Mortis)
3. Kaku mayat (Rigor mortis)
4. Pembusukan
5. Adiposere
6. Mumifikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik USU. Edisi Ke-2, Medan 2005.Hal. 45-71.
2. Muin A Idris. Ilmu Kedokteran Forensik . Edisi 1.FKUI. 1997. Hal 25-36
3. Singh S. Thanatologi. Ilmu Kedokteran Forensik . Hal 44-77
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi
Ke-3. FKUI 2000. Hal 209-211
5. Muin .A Idris, Tjiptomartona. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama I, C. V
Binarupa Aksara 1997. Hal 54-84.
6. Chadha P. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta 1995.Hal 46-65
21