Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana Medikamentosa

Topikal antibiotik dan aural toilet. Antibiotik yang diberikan mengeradikasi


Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus Aureus, patogen tersering pada OMK.
Berdasarkan penelitian Macfadyen et al, antibiotik topikal Quinolone lebih dipilih bila
dibandingkan dengan antibiotik sistemik dalam pengobatan otorrhea pada OMSK tanpa
komplikasi.
Kortikosteroid mengurangi edema dan penetrasi antibiotik menjadi leih baik. Bila terjadi
infeksi kronik atau infeksi berulang maka perlu dilakukan kultur dan memberikan
antimikroba yang sesuai. Bila memungkinkan, kultur diambil dari telinga tengah untuk
menghindari kontaminasi dari flora di kanalis auditori externa seperti P. aeruginosa.

Presentasi Klinis1,3,4,6
Gejala khas dari kolesteatoma adalah otorrhea tanpa rasa nyeri, yang terus-menerus atau
sering berulang. Ketika kolesteatoma terinfeksi, kemungkinan besar infeksi tersebut sulit
dihilangkan. Karena kolesteatoma tidak memiliki suplai darah (vaskularisasi), maka
antibiotik sistemik tidak dapat sampai ke pusat infeksi pada kolesteatoma. Antibiotik
topikal biasanya dapat diletakkan mengelilingi kolesteatoma sehingga menekan infeksi
dan menembus beberapa milimeter menuju pusatnya, akan tetapi, pada kolestatoma
terinfeksi yang besar biasanya resisten terhadap semua jenis terapi antimikroba.
Akibatnya, otorrhea akan tetap timbul ataupun berulang meskipun dengan pengobatan
antibiotik yang agresif. Gangguan pendengaran juga merupakan gejala yang umum pada
kolesteatoma. Kolesteatoma yang besar akan mengisi ruang telinga tengah dengan epitel
deskuamasi dengan atau tanpa sekret mukopurulen sehingga menyebabkan kerusakan
osikular yang akhirnya menyebabkan terjadinya tuli konduktif yang berat.
Pusing adalah gejala umum relatif pada kolesteatoma, tetapi tidak akan terjadi apabila
tidak ada fistula labirin akibat erosi tulang atau jika kolesteatoma mendesak langsung
pada stapes footplate. Pusing adalah gejala yang mengkhawatirkan karena merupakan
pertanda dari perkembangan komplikasi yang lebih serius. Pada pemeriksaan fisik, tanda
yang paling umum dari kolesteatoma adalah drainase dan jaringan granulasi di liang
telinga dan telinga tengah tidak responsif terhadap terapi antimikroba. Suatu perforasi
membran timpani ditemukan pada lebih dari 90% kasus.
Kolesteatoma kongenital merupakan pengecualian, karena seringkali gendang telinga
tetap utuh sampai komponen telinga tengah cukup besar. Kolesteatoma yang berasal dari
implantasi epitel skuamosa kadangkala bermanifestasi sebelum adanya gangguan pada
membran tympani. Akan tetapi, pada kasus-kasus seperti ini, (kolesteatoma kongenital,
kolesteatoma implantasi) pada akhirnya kolesteatoma tetap saja akan menyebabkan
perforasi pada membran tympani. Seringkali satu-satunya temuan pada pemeriksaan fisik
adalah sebuah kanalis akustikus eksternus yang penuh terisi pus mukopurulen dan
jaringan granulasi. Kadangkala menghilangkan infeksi dan perbaikan jaringan granulasi
baik dengan antibiotik sistemik maupun tetes antibiotik ototopikal sangat sulit dilakukan.
Apabila terapi ototopikal berhasil, maka akan tampak retraksi pada membran tympani
pada pars flaksida atau kuadaran posterior.
Pada kasus yang amat jarang, kolesteatoma diidentifikasi berdasarkan salah satu
komlikasinya, hal ini kadangkala ditemukan pada anak-anak. Infeksi yang terkait dengan
kolesteatoma dapat menembus korteks mastoid inferior dan bermanifestasi sebagai abses
di leher. Kadangkala, kolesteatoma bermanifestasi pertama kali dengan tanda-tanda dan
gejala komplikasi pada susunan saraf pusat, yaitu : trombosis sinus sigmoid, abses
epidural, atau
meningitis.
Indikasi Pembedahan1
Hampir semua kolesteatoma harus dibersihkan. Kadangkala dilakukan pengecualian
apabila keadaan umum pasien sangat buruk sehingga membuat prosedur pembedahan
terlalu berisiko. Beberapa pasien yang memiliki kolesteatoma di satu-satunya telinga
yang dapat mendengar, dengan alasan yang rasional, enggan untuk menjalani operasi.
Risiko kehilangan pendengaran akibat dari operasi pengangkatan umumnya lebih kecil
daripada risiko yang berhubungan dengan membiarkan kolesteatoma in situ.
Kontraindikasi Pembedahan1
Gangguan pendengaran di telinga kontralateral adalah kontraindikasi relatif untuk
pembedahan. Seringkali, kolesteatoma menyebabkan risiko lebih besar untuk sisa
pendengaran daripada pembedahan itu sendiri, dan, lebih sering daripada tidak, operasi
pengangkatan adalah pilihan yang baik bahkan ketika kolesteatoma berada di satu-
satunya telinga yang dapat mendengar.
Pemeriksaan Pencitraan
CT scan merupakan modalitas pencitraan pilihan karena CT scan dapat mendeteksi cacat
tulang yang halus sekalipun. Namun, CT scan tidak selalu bisa membedakan antara
jaringan granulasi dan kolesteatoma. Densitas kolesteatoma dengan cairan serebrospinal
hampir sama, yaitu kurang-lebih -2 sampai +10 Hounsfield Unit, sehingga efek dari
desakan massa itu sendirilah yang lebih penting dalam mendiagnosis kolesteatoma.7
Gaurano (2004) telah menunjukkan bahwa perluasan antrum mastoid dapat dilihat pada
92% dari kolesteatoma telinga tengah dan 92% pulalah hasil CT scan yang membuktikan
erosi halus tulang-tulang pendengaran. Defek yang dapat dideteksi dengan menggunakan
CT scan adalah sebagai berikut4:
a. erosi skutum
b. fistula labirin
c. cacat di tegmen
d. keterlibatan tulang-tulang pendengaran
e. erosi tulang-tulang pendengaran atau diskontinuitas
f. anomali atau invasi dari saluran tuba

Gambar 5. CT scan yang menggambarkan erosi tulang dan kolesteatoma15

MRI digunakan apabila ada masalah sangat spesifik yang diperkiraka dapat
melibatkan jaringan lunak sekitarnya. Masalah-masalah ini termasuk yang berikut:
a. keterlibatan atau invasi dural
b. abses epidural atau subdural
c. Herniasi otak ke rongga mastoid
d. Peradangan pada labirin membran atau saraf fasialis
e. trombosis sinus sigmoid

Prognosis1,4,7
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin
memerlukan beberapa kali pembedahan. Pada umumnya pembedahan berhasil,
komplikasi dari pertumbuhan tidak terkendali dari kolesteatoma sekarang ini jarang
terjadi. Tingkat kekambuhan setelah timpanomastoidektomi sangat rendah. Pembedahan
ulang pada kolesteatoma terjadi pada 5% kasus.
Meskipun demikian, karena rantai osikular dan/atau membran tympani tidak
selalu dapat sepenuhnya kembali normal, maka kolesteatoma tetaplah menjadi penyebab
umum relatif tuli konduktif permanen.

Pada penelitian yang dilakkukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, didapatkan OMSK
dengan Kolesteatoma sebanyak 91 kasus dari 190 kasus dengan rentang usia terbanyak
adalah 21-40 tahun

Anda mungkin juga menyukai