Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial: Menarik Diri

1.2 PROSES TERJADINYA MASALAH


1.2.1 Pengertian
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari
kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
Isolasi sosial (menarik diri) merupakan keadaan dimana seseorang individu
berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas
sosial yang tidak efektif (Towsend, 1998).

1.2.2 Penyebab
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang, individu mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi, dan setiap tahap perkembangan
mempunyai spesifikasi sendiri. Bila tugas dalam perkembangan tidak
terpenuhi akan menghambat fase perkembangan sosial dan terjadi
gangguan hubungan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan
masalah (Stuart & Sundeen, 1990)
a) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam berhubungan sosial organ tubuh yang dapat
mempengaruhi adalah otak, contoh pada pasien skizophrenia
terdapat struktur abnormal pada otak.
b) Faktor sosial cultural
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, hal ini
dikarenakan norma-norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain atau adanya anggota masyarakat yang tidak
produktif seperti usia lanjut, penyandang cacat diasingkan dari
lingkungan sosialnya
c) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam hal
ini yang termasuk masalah dalam komunikasi sehingga
menimbulkan ketidak jelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
2. Faktor Presipitasi
1) Faktor eksternal
Stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
2) Faktor internal
Adanya kecemasan berat yang berkepanjangan yang terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan individu. ( Stuart &
Sunden, 1990: 349).

1.2.3 Tanda dan gejala


1. Apatis
2. Ekspresi wajah sedih
3. Afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain
5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain
6. Komunikasi kurang
7. Kontak mata kurang
8. Berdiam diri
9. Kurang mobilitas
10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)
11. Mengambil posisi tidur seperti janin
12. Kemunduran kesehatan fisik
13. Kurang memperhatikan keperawatan diri
Batasan karakteristik menurut Towsend, Isolasi sosial: menarik diri
dibuktikan dengan:
1) Menyendiri dalam ruangan
2) Sedih
a. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
b. Melakukan pengulangan tindakan yang tidak bermakna
c. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain

1.2.4 Rentang Respon


Respon adaptif Respon Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Menarik diri


2. Otonomi 2. Depensi 2. Ketergantungan
3. Bekerjasama 3. Curiga 3. Manipulasi
4. Interdependen 4. Curiga

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah
sikap yang termasuk respon adaptif:
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan/ terjadi di lingkungan sosialnya.
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah sikap yang termasuk
respon maladaptif:
1) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan-hubungan secara teratur dengan orang lain.
2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
4) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadaporang
lain.
1.3 POHON MASALAH
1.3.1 Pohon Masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri

Resiko tinggi menciderai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan

Defisit perawatan diri Resiko Perubahan Persepsi sensori: halusinasi

Intoleransi aktivitas Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

1.3.2 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu di Kaji


1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
4. Perubahan Persepsi sensori: Halusinasi
5. Data yang perlu di kaji

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Isolasi sosial: Menarik Subjektif:
Diri 1. Klien mengatakan malas bergaul dengan
orang lain
2. Klien mengatakan dirinya tidak ingin
ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
3. Klien mengatakan tidak ingin berbicara
dengan orang lain
4. Tidak mau berkomunikasi
5. Data tentang pasien biasanya didapat dari
keluarga yang mengetahui keterbatasan
pasien atau dari status pasien.
Objektif:
1. Apatis
2. Ekspresi wajah sedih
3. Afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain
5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang
lain
6. Komunikasi kurang
7. Kontak mata kurang
8. Berdiam diri
9. Kurang mobilitas
10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/
kurang tidur)
11. Mengambil posisi tidur seperti janin
12. Kemunduran kesehatan fisik
13. Kurang memperhatikan keperawatan diri

1.3.3 Diagnosa Keperawatan


Isolasi sosial: menarik diri

1.3.4 Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan menggunakan Strategi Pelaksanaan
(SP) yang meliputi pasien dan SP keluarga di antaranya:
Tujuan Umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga klien tidak
terjadi halusinansi
1. TUK 1
klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk bersampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
Intervensi:
1) Sapa klien dengan nama, baik verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukan sikapempati dan menerima klien apa adanya.
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. TUK 2
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria hasil:
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal
dari diri sendiri,orang lain, lingkungan.
Intervensi:
1) kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya
2) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
yang menyebabkan klien tidak mau bergaul.
3) berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
3. TUK 3
Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Kriteria hasil:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain misalnya
banyak teman, tidak sendiri, bisa diskusi, dll.
Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan
orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Intervensi:
1) kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
2) beri kesempatan kepadsa klien untuk berinteraksi dengan orang
lain
3) diskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
4) beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
5) bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan
sosial
6) kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
7) beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. TUK 4
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria hasil:
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
dengan perawat, perawat lain, klien lain,kelompok
Intervensi:
1) Observasi perilaku klien soal hubungan sosial
2) Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/ berkomunikasi
3) Libatkan klien dalam TAK
4) diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
5) motivasi klien untuk mengikuti kegiatan yang telah dibuat
6) beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
5. TUK 5
Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan
sosial
Kriteria hasil:
Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan
sosial dengan orang lain dan kelompok
Intervensi
1) Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah
berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok
2) beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
klien dalam memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakannya
6. TUK 6
Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan sosial.
Kriteria hasil
Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri,
tanda dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat menarik diri, cara
merawat klien yang menarik diri.
Intervensi:
1) Diskusikan pentingnya peran serta dari keluarga sebagai
pendukung bagi klien untuk mengatasi perilaku menarik diri
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku menarik diri
3) Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian menarik diri, tanda
dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat menarik diri, cara
merawat klien yang menarik diri
4) Latih keluarga cara merawat klien yang menarik diri
5) Tanya perasaan keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatih
6) Beri motivasi kepada keluarga agar membantu klien untuk
bersosialisasi
7) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit
7. TUK 7
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak
minum obat, nama obat.
Intervensi:
1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama obat
2) Pantau klien saat menggunakan obat
3) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4) Diskusikan akibat dari menghentikan penggunaan obat tanpa
berkonsultasi dengan dokter
5) Anjurkan klien untuk berkonsultasi kepada dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

1.3.4 Implementasi Keperawatan


1. SP1 pasien
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraski dengan
orang lain
4) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
5) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
2. SPII pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara
berkenalan dengan satu orang
3) Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
3. SP III Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan denga dua
orang atau lebih
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. SP I Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
5. SP II Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
2) Melatih keluarga melakukan cara mrawat langsung kepada pasien
isolasi sosial
6. SP III keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada


Keperawatan Psikiatrik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Lp dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai