Anda di halaman 1dari 28

LETAK LINTANG

DISUSUN OLEH:
1. Erwin Sahat Hamonangan Siregar [070100093]
2. Sheba Julia Tarigan [070100190]

MENTOR
dr. M. Faisal Fahmi

PEMBIMBING
dr. Fadjrir, SpOG

Program Pendidikan Profesi Dokter


Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Umum Pirngadi
Medan
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
rahmat kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada kedua orangtua penulis, dokter pembimbing, dr. Fadjrir, Sp.OG, dan
teman-teman yang telah mendukung dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian
pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior.Penulisan laporan kasus ini
merupakan salah satu untuk melengkapi persyaratan Departemen Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan kasus
ini.Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Medan, Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

1.2. TUJUAN ....................................................................................................... 1

1.3. MANFAAT ................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1. DEFINISI ...................................................................................................... 3

2.2. PEMBAGIAN LETAK LINTANG .............................................................. 3

2.3. ETIOLOGI .................................................................................................... 3

2.4. DIAGNOSIS ................................................................................................. 4

2.5. MEKANISME PERSALINAN ..................................................................... 5

2.6. PENATALAKSANAAN .............................................................................. 9

2.7. PROGNOSIS ............................................................................................... 11

BAB III LAPORAN KASUS............................................................................... 13

Anamnesa Pribadi .................................................................................................. 13

Anamnesa ............................................................................................................... 13

Pemeriksaan Fisik .................................................................................................. 14

Pemeriksaan Laboratorium .................................................................................... 16

Diagnosa dan Rencana ........................................................................................... 16

Laporan Operasi Sectio Caesaria ........................................................................... 19

Follow up ............................................................................................................... 20
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu


panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak
lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat
persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang
tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk
kelainan dalam persalinan (distosia).1,2
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di
Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd
Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama
lebih dari 4 tahun.2
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak
lintang, antara lain: RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung
1,9%; RSUP dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan
Greenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insiden pada wanita dengan
paritas tinggi mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih besar dari nullipara.1
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepaladengan versi luar. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun
janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang
disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga
sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu menguraikan
permasalahan dan penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan


Klinik Senior Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan meningkatkan pemahaman penulis
maupun pembaca mengenai persalinan letak lintang.

1.3. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman


mengenai letak lintang yang berlandaskan teori.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus)
dengan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.1,2
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagai
presentasi bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yang
menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri
atau kanan.1

2.2. Pembagian Letak Lintang3

A. Menurut letak kepala terbagi atas:


a. Lli I : kepala di kiri
b. Lli II : kepala di kanan
B. Menurut posisi punggung terbagi atas:
a. dorso anterior (di depan)
b. dorso posterior (di belakang)
c. dorso superior (di atas)
d. dorso inferior (di bawah)

2.3. Etiologi1,2

Penyebab letak lintang adalah (1) dinding abdomen teregang secara


berlebihan disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas
4 atau lebih terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil
nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat
multipara dapatmenyebabkan uterus jatuh ke depan. Hal ini mengakibatkan
defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi
oblik atau melintang, (2) pada janin prematur letak janin belum menetap,
perputaran janin sehingga menyebabkan letak memanjang, (3) dengan adanya
plasenta atau tumor di jalan lahir maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu
jalan lahir, (4) cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan kembar, (5)
bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak dapat masuk
ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat mengakibatkan sumbu panjang
janin menjauhi sumbu jalan lahir, (6) bentuk dari uterus yang tidak normal
menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin
menjauhi sumbu jalan lahir.

2.4. Diagnosis

Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi.
Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas
umbilikus sehingga lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.1,2

Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang


Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu
fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisis juga
kosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah
masuk kedalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-
tulang iga. Bila aksila dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimana
kepala janin berada. Bila aksila menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri,
sebaliknya bila aksila menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut
jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus. Pada saat yang sama, posisi
punggung mudah diketahui. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula
dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Pada
pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat
diraba, dapat dikenali dengan adanya“rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila
dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat
dibedakan. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang keras
membentang di bagian depan perut ibu; bila punggungnya di posterior, teraba
nodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat
ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat
yang menumbung.1,2
Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan
salah satu tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati
vulva.2

2.5. Mekanisme Persalinan

Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan,
tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa
pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban
pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul
sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas
panggul,dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas
panggul.1,2
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul.
Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi
dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga
batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi
patologis (Ring Van Bandle). Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep
(neglected transverse lie) sedangkan janin akan meninggal.

Gambar 2. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung

Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janin
yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam
rongga perut) atau kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim kelelahan
dan timbul infeksi intrauterin sampai terjadi timponia uteri. Ibu juga berada dalam
keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering menyebabkan
kematian.1
Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan
dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan
dengan kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu
kemudian menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala
dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi dapat
dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan
envolusio spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2)
menurut Douglas.1,2

Gambar 3. Conduplicatio corpora


Gambar 3. cara Denman

Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di
bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir,kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.

Gambar 4. cara Douglas


Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian
dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,selanjutnya
disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu
mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal
dari tubuh janin.1

2.6. Penatalaksanaan

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya


diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya
panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa yang dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan
menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai
letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan
persalinan sehingga bila terjadi perubahan letak dapat segeraditentukan diagnosis
dan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan
mengubah letak lintang menjadi presentasi kepala bila pembukaan masih kurang
dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar
tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada
seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar
menjadi lengkap.
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan diawasi
sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi.
Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang
wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea.
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada
tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini
persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah
pembukaan berlangsung dengan lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukan
pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan
mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati
dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.1,4
Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantung
dari posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawah
rahim dilakukan bila posisi punggung janin adalah dorso superior.5 Bila janin
dorso inferior dan pada keadaan-keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahim
tidak dapat dilakukan, maka insisi klasik (korporal) dapat dilakukan.2,5
2.7. Prognosis1

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi


kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul
sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan
kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang
disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga
sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang
sering dilakukan,tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya
trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan robekan
jalan lahir lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan Sadikin
Bandung,1996), sedangkan angka kematian janin diRumah Sakit Umum Pusat
Propinsi Medan 23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3%.
BAB 3

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. R
Umur : 29 tahun
No MR : 56.95.40
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Karya Sehati Gg. Sepakat No. 7A Medan
Masuk RSUPM : 20 Maret 2012
Jam : 11.30 WIB

Keluhan utama : mules sesekali


Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 20 Maret 2012 pukul
09.00 WIB dan tidak teratur. Riwayat keluar lendir darah
dari kemaluan (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan
(-). BAK (+) Normal, BAB (+) normal.
RPT : Asma (-), Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
RPO : (-)
GPA : G2P1A0
Riwayat Haid
HPHT : 14 Juni 2011
TTP : 21 Maret 2012
Lama siklus : 28 hari
Siklus : teratur
ANC : Periksa kehamilan pada dokter
Trimester I : 2x
Trimester II : 1x
Trimester III : 2x

Riwayat Persalinan :
1. ♀, aterm, SC a/i ?, RS, dokter, 4200 gr, 4 tahun, sehat.
2. Hamil ini.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Keadaan gizi : Baik
Sensorium : Compos mentis
Anemia : Tidak dijumpai
Ikterus : Tidak dijumpai
Sianosis : Tidak dijumpai
Dispnoe : Tidak dijumpai
Oedema : Tidak dijumpai
Tanda–tanda dehidrasi : Tidak dijumpai
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5°C
B. STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen : membesar asimetris
TFU : ½ pusat-px
Tegang :
Bagian terbawah :
Turunnya bag terbawah : (-)
Gerak : (+)
DJJ : 148 x/menit (reguler), sekitar umbilikus
EBW :
Menurut palpasi : 3400 g - 3600 g
Menurut formula Johnson : -
His : (-)

C. PEMERIKSAAN DALAM
Dokter : PPDS
VT : Cx tertutup
ST : lendir darah (-)
Effacement : tubuler (0%)
Bagian terbawah : (-)
Ketuban : belum dapat dinilai
Turunnya bagian terdepan : (-)
Caput : (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 20/03/2012
Darah rutin:
Hb : 10, 9 gr/dl
Leukosit : 10. 430 / mm3
Ht : 32,7 %
Trombosit : 285.000/mm3
KGD ad Random : 110 mg/dl

USG TAS Tanggal 20/03/2012:


- Janin tunggal, Letak lintang
- Fetal Movement (+), Fetal Heart Rate (+) 152x/i
- BPD : 93,8 mm
- FL : 71 mm
- AC : 339 mm
- Plasenta corpus anterior
- AFI : 6 cm
Kesan: IUP (39 - 40 minggu) + L. Lintang + AH

IV. DIAGNOSA SEMENTARA


Prev. Sc 1x a/i ? + SG + KDR (39 6/7 minggu) + Letak Lintang + AH + B.Inpartu

V. PENATALAKSANAAN
- Diet MB
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ampicillin 1 gr/IV/12 jam (loading dose 2 gr/IV) skin test
VI. RENCANA
- SC elektif tanggal 21 Maret 2012
- Konsul bagian Anestesi
- Konsul bagian Anak

VII. PROGNOSIS
Baik.
Follow up pre-op 21 Maret 2012
KU : Persiapan operasi
Status Presens :
Sens : CM
TD : 130/80 mmhg
Pols : 98 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 37˚C
Status Obstetrikus :
Abdomen : membesar, asimetris
TFU : ½ pusat-px
Tegang :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 140 x/i
EBW : 3400-3600 gr (palpasi)
Diagnosa : Prev. Sc 1x a/i ? + KDR (40 mggu) + Letak Lintang + AH + B.Inpartu
Rencana : SC elektif hari ini tanggal 21 Maret 2012
Laporan Sectio Caesaria

Tanggal 21-03-2012 pukul 11.00 WIB

 Lama operasi : 2 jam


 Jenis anestesi : spinal anestesi
 Jenis insisi kulit : pfannensteil (pada bekas luka operasi yang lama)
 Jenis insisi : low cervical
 Cara melahirkan plasenta : traksi tali pusat
 Keadaan ibu post SC : baik
 Keadaan janin : perempuan, BB : 3500 gram, PB : 52 cm, A/S :
8/9, anus (+)

Pasien dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
Dilakukan spinal anestesi dan tindakan aseptik dan antiseptik diseluruh abdomen
dengan larutan betadine dan alkohol 70% dan ditutup dengan doek steril kecuali
lapangan operasi. Dilakukan insisi Pfannenstiel pada bekas luka operasi yang
lama mulai kutis, sub kutis, dan fascia digunting dari kiri ke kanan. Dengan
menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting ke kiri dan kanan.
Otot dikuakkan dan perineum dijinjing keatas dengan klem di gunting keatas dan
kebawah tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan. Plika vesikouterina
digunting ke kiri dan ke kanan kemudian di bebaskan ke arah blast. Uterus di
insisi secara konkaf sampai subendometrium dan ditembus secara tumpul.
Dengan traksi pada kaki posterior sampai kedua kaki lahir, dilakukan Louset &
Maricean, lahir bayi perempuan dengan BB: 3500 gr, PB: 52 cm, APGAR score
8/9, anus (+). Dengan traksi tali pusat, plasenta dilahirkan. Kavum uteri
dibersihkan dari sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka, sampai tidak ada
selaput ketuban atau bagian yang tertinggal. Kemudian uterus dijahit dengan
chromic catgut no.2 secara continues interlocking dan overhecting kemudian
dilakukan repitonealisasi. Evaluasi perdarahan pada uterus, kesan: tidak ada
perdarahan. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan air ketuban.
Kemudian dijahit lapis demi lapis mulai dari peritoneum, fascia, otot, hingga
subkutis dan dilanjutkan penjahitan subkutikuler pada kutis. Luka operasi ditutup
dengan sufratul, hypafix dan kasa steril. Dilakukan vulva toilet. Keadaan umum
ibu post SC stabil.

VIII. NEONATUS
Jenis kelahiran : tunggal
Lahir tanggal : 21 Maret 2012
Keadaan lahir : lahir hidup
APGAR score : 8/9
Bantuan pernafasan : (-)
Jenis kelamin : perempuan
Berat badan : 3500 gr
Panjang badan : 52 cm
Kelainan bawaan : tidak ada
Trauma : tidak ada
Konsul : (-)

IX. KALA IV
Jam 13.00 13.30 14.00 14.30
TD 130/90 mmHg 130/80 mmHg 120/80 mmHg 120/70 mmHg
Pols 88 x/menit 88 x/menit 80 x/menit 80 x/menit
Pernafasan 24 x/menit 22 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
Kontraksi Kuat Kuat Kuat Kuat
uterus
Perdarahan - - - -
Terapi Oxitocin 10 U/I - - -
Hasil laboratorium 2 jam post persalinan
Darah rutin:
Hb : 10,6 gr/dl
Leukosit : 12.800 /mm3
Ht : 33,9 %
Trombosit : 316.000 /mm3

X. FOLLOW UP
Follow up post Sectio Caesaria
Hari ke NH 1 NH 2 NH 3 NH 4
Tanggal 22 Maret 2012 23 Maret 2012 24 Maret 2012 25 Maret 2012
KU Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka
operasi operasi operasi operasi
Sensorium CM CM CM CM
TD 130 / 80 mmHg 130 / 80 mmHg 120 / 80 mmHg 120 / 70 mmHg
Frek Nadi 84 x / menit 88 x / menit 76 x / menit 80 x / menit
Frek Nafas 24 x / menit 22 x / menit 20 x / menit 20 x / menit
Temp. 37,5 ºC 36,7 ºC 37,3 ºC 36,5 ºC
Abdomen Soepel, Soepel, Soepel, Soepel,
peristaltik(+) N peristaltik(+) N peristaltik(+) N peristaltik(+) N
ASI Belum ada Sedikit Sedikit Banyak
TFU 1 jari di bawah 2 jari di bawah 3 jari di bawah 3 jari di bawah
pusat pusat pusat pusat
Kontraksi Baik Baik Baik Baik
P/V Lochia rubra Lochia rubra (+) Lochia rubra (+) Lochia
(+) sanguelenta
BAB/BAK - / kateter +/+ +/+ +/+
terpasang(+)
Diagnosa Post Sectio Caesaria a/i Letak Lintang
Terapi - IVFD RL + - IVFD RL 20 - Amoxicilin - Amoxicilin
Oksitosin gtt/menit tab 2x500 mg tab 2x500 mg
10-5-5 20 - Inj. - As. - As.
gtt/menit Ampicillin 1 Mefenamat Mefenamat
- Inj. gr/IV/12 tab 1x1 tab 1x1
Ampicillin jam - Vit B. - Vit B.
1 gr/IV/12 - I Farmadol Kompleks Kompleks
jam drips/8 jam tab 1x1 tab 1x1
Farmadol
drips/8 jam
BAB IV
ANALISA KASUS

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin tegak
lurus dengan sumbu panjang ibu. Etiologi pada letak lintang adalah multiparitas,
janin prematur, adanya kelainan letak plasenta atau tumor di jalan lahir,
polihidramnion, gemelli, bentuk uterus yang abnormal, dan lumbar skoliosis. Pada
kasus ini faktor risiko terjadinya letak lintang adalah multiparitas.
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut
melebar atau membesar asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan usia kehamilan, fundus uteri dan bagian bawah kosong, dan kepala teraba
di kanan atau di kiri. Pada auskultasi, denyut jantung janin terdengar di sekitar
umbilikus. Pada kasus ini, pada inspeksi perut ibu terlihat melebar, tinggi fundus
uteri 30 cm dengan usia kehamilan 40 minggu, posisi kepala teraba di sebelah kiri
perut ibu, denyut jantung janin 148 x/menit, reguler, terdengar di sekitar
umbilikus.
Berdasarkan teori, apabila pada pemeriksaan ditemukan letak lintang, versi
luar dapat dilakukan apabila memenuhi syarat dan kontraindikasi. Diusahakan
diubah menjadi presentasi kepala atau bokong. Bila versi luar gagal dilakukan
atau terdapat kontraindikasi maka dilanjutkan dengan sectio caesaria. Tindakan
ini merupakan pertolongan pertama pada letak lintang. Pada kasus ini, versi luar
tidak dapat dilakukan pada ibu karena ibu memiliki riwayat sectio caesaria
sebelumnya yang merupakan kontraindikasi versi luar. Dilakukan sectio caesaria
elektif pada ibu.

PERMASALAHAN
1. Apakah boleh dilakukan VBAC pada kehamilan berikutnya?
2. Kontrasepsi apa yang dianjurkan pada ibu?
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan


BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &
Wenstrom, K. D. 2006. Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
3. Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri: Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998; Hal. 366-372.
4. Pernoll’s & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics
& Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994;
416-7.
5. Simon LR : Obstetrical Decision Making, 2nd ed. Huntsmen Offset Printing,
Singapore, 1987; 210-211.

Anda mungkin juga menyukai