Anda di halaman 1dari 15

PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

DIABETES MELLITUS (DM)


Di Ruang 23i

Oleh :

KELOMPOK 9

1. Arika Firdaus
2. M. Khairul Anam
3. Nurul Qomariah
4. Yuniar Titis Melawati

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Jalan Jaksa Agung Suprapto Nomor 02 Kota Malang Jawa Timur 65112

TAHUN 2018

LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN (SAP)

“DIABETES MILITUS”

DI RUANG 23 I

RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan

(……………………….) (………………………….)

Kepala Ruang

(…………………………)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM

2
dr. Saiful Anwa
Motto
“Kepuasan dan Keselamatan Pasien Adalah Tujuan Kami”
VISI
Menjadi Rumah Sakit Berstandar Kelas Dunia Pilihan Masyarakat
MISI

 Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan
perbaikan manajemen yang berkualitas dunia. Profesional
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan system
pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif
 Menyelenggarakan pendidikan dan peneliian melalui pengembangan
pendidikan dan penelitian berkualitas internasional
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik
secara professional

SLOGAN
WITH LOVE WE SERVE
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus

3
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien Ruang 23i
Hari, tanggal : Kamis, 27 Desember 2018
Waktu : ± 20 menit
Tempat : Ruang 23i

I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) atau biasa dikenal dengan kencing manis merupakan
penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit
tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien
dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya
guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit
DM, dan penatalaksanaannya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan
mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan. Dalam konteks ini
keberadaan organisasi perkumpulan penyandang diabetes seperti PERSADIA,
menjadi sangat dibutuhkan, yang akan membantu meningkatkan pengetahuan
mereka tentang DM dan memikirkan kepentingan mereka sendiri semaksimal
mungkin. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil
guna serta untuk menekan angka kejadian penyulit DM, diperlukan suatu standar
pelayanan minimal bagi penyandang diabetes. Penyempurnaan dan revisi secara
berkala standar pelayanan harus selalu dilakukan dan disesuaikan dengan
kemajuan-kemajuan ilmu mutakhir, sehingga dapat diperoleh manfaat yang
sebesar- besarnya bagi penyandang diabetes (PERKENI, 2006).
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa jumlah penderita diabetes
melitus memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi. Untuk mengurangi angka
kematian, diperlukan perawatan dan penanganan yang optimal yang mengacu
pada fokus permasalahan yang tepat. Oleh karena itu, penulis akan membahas
lebih lanjut mengenai Diabetes Melitus lebih lengkap dalam pembahasan makalah
SAP berikut ini.

II. ANALISA SITUASI


1) Sasaran/ Peserta penyuluh
1) Keluarga pasien dan pasien ruang 23i

4
2) Jumlah peserta ± 25 orang
2) Penyuluh
1) Mampu berkomunikasi dengan baik
2) Mempunyai kemampuan ilmu tentang penyakit Diabetes Mellitus
3) Mampu membuat peserta penyuluh paham tentang Diabetes Mellitus
3) Ruangan
1) Ruang 24A RSUD dr. Saiful Anwar Malang
2) Ruangan cukup baik, dapat menampung ±30 orang
3) Penerangan, ventilasi, dan fasilitator cukup baik yang disertai suasana
kondusif untuk terlaksananya kegiatan penyuluhan.
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Diabetes Mellitus ” diharapkan
keluarga dapat mengerti tentang Diabetes Mellitus dan cara pencegahan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Diabetes Mellitus” diharapakan
keluarga pasien mampu untuk:
1) Mengetahui dan memahami definisi DM.
2) Mengetahui dan memahami faktor risiko DM.
3) Mengetahui dan memahami gejala DM.
4) Mengetahui dan memahami pencegahan DM.
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik DM.
6) Mengetahui dan memahami cara mengontrol DM.
7) Mengetahui dan memahami komplikasi DM.
IV. MATERI PENYULUHAN
(Terlampir).
V. MEDIA
1. LCD (Power Point)
2. Leaflet
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
VII. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Titis
2. Penyaji : Arika
3. Notulis : Tazkia
4. Fasilitator dan Pembaca Doa : Chairul

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No TIK Kegiatan Metode Waktu

5
Tahap
Penyuluh Peserta
Kegiatan
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan 1. Perkenalan 1. Mendengarkan Ceramah 3 Menit
salam
2. Menanyakan 2. Memperhatikan
2. Menggali
kepada peserta dan Menjawab
pengetahuan
mengenai pertanyaan
tingkat
3. Apersepsi dan pengetahuan
3. Menjawab
3. Menyamakan
Relevansi
pertanyaan
persepsi
4. Menjelaskan
dengan peserta 4. Mendengarkan
tujuan umum dan 4. Menjelaskan
dan
tujuan khusus tujuan umum
Memperhatikan
dan khusus
2 Penyajian 1. Menjelaskan 1. Menyebutkan Mendengarkan Ceramah 10
Definisi DM. Pengertian DM dan menit
2. Menjelaskan 2. Menyebutkan
memperhatikan
Faktor risiko DM. faktor risiko
Karsinoma
Nasofaring
3. Menjelaskan 3. Tanda Dan
Gejala DM. Gejala DM
4. Menyebutkan

4. Menjelaskan Pencegahan
Pencegahan DM. DM
5. Menyebutkan
pemeriksaan
5. Menjelaskan
diagnostic DM
Pemeriksaan
6. Menyebutka
diagnostik DM.
cara mengontrol
6. Menjelaskan Cara
DM
mengontrol DM. 7. Menyebutkan
komplikasi DM
7. Menjelaskan
Komplikasi DM.

6
3 Penutup 1. Evaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi 1. Mendengarkan Tanya 2 Menit
2. Membuat
kegiatan dan menjawab jawab
kesimpulan 2. Menyampaika 2. Mendengarkan
dan
3. Tindak lanjut
n kesimpulan kesimpulan
diskusi
3. Menindaklanju 3. Sanggup
ti kepahaman mengaplikasika
mengenai n dan
penyusun yang menggunakann
telah ya
disampaikan

IX. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
 Peserta hadir di tempat penyuluhan
 Peralatan dan media penyuluhan siap
 Penyelenggaraan penyuluhan di lakukan di Ruang 23i RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang
 Tepat waktu dalam pelaksanaan penyuluhan
2. Evaluasi Proses
 Peserta memperhatikan dan mendengarkan pemateri dengan seksama
 80% peserta aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
Dilakukan secara lisan degan berisi tujuh pertanyaan
 100% peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi hasil
 Peserta mampu memahami mengenai Diabetes Melitus
 80 % peserta mampu menjawab pertanyaan saat evaluasi

7
Lampiran
PEMBAHASAN MATERI

1. Pengertian DM
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai
kelainan akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Sedangkan menurut Francis dan John
(2000), Diabetes mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Menurut Brooker
(2001), Diabetes Mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol
kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun keleihan gula
sehingga mengganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan.

2. Faktor Resiko
a) Riwayat
- Diabetes dalam keluarga
- Diabetes gestasional
- Melahirkan bayi dengan berat badan >4kg
- Kista ovarium
- Polycystic Ovary Sindrome
- IFC atau IGT
b) Obesitas >120% berat badan ideal
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target
insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c) Umur : 20-59th (8,7%) dan >65th (18%)
d) Etnik/ras : ras kulit hitam risiko naik
e) Hipertensi >140/90mmHg
f) Hiperlipidemia : kadar HDL rendah <35mg/dl
kadar lipid darah tinggi >250mg/dl
g) Faktor-faktor lain :
- kurang olahraga dan pola makan rendah serat, tinggi lemak, rendah
karbohidrat
- pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali
- riwayat terkena penyakit infeksi virus, misalnya virus rubella, morbili
- riwayat lama mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan
kortikosteroid.

3. Gejala
Gejala khas pada Diabetes Mellitus adalah :
a) Poliuri (banyak kencing)

8
Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah yang meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing
b) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
polusi,sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum
c) Polifagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(kelaparan) sehingga untuk memenuhinya klien akan banyak makan. Tetapi
walaupun banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai
pada pembuluh darah.
d) Berat badan turun, lemas, cepat lelah, tenaga kurang
Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi danpenurunan secara
otomatis. Karena otot kurang mendapat makanan, maka klien tidak/kurang
bertenaga, cepat lelah
e) Keluhan lain
- Mata kabur. Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa sehingga menyebakan pembentukan katarak.
- Meningkatnya kadar gula darah dan air seni
- Kesemutan pada ekstremitas, gatal sekitar kemaluan terutama pada wanita, visus
menurun, bisul/luka yang lama sembuh, keputihan, mudah mengantuk, infeksi
kulit, pruritus vulva pada wanita, peka rasa dan kram otot
- Timbul gejala ketoasidosis dan samnolen bila berat
- Gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi ateroklerosis
- Kemampuan seksual menurun atau bahkan impotensi pada pria
- Kulit terasa panas (medangen) atau seperti tertusuk jarum
- Rasa tebal di kulit/baal : terjadi gangguan dalam proses regenerasi sel persyarafan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya
banyak sel persyarafan terutama perifer rusak
- Gigi mudah lepas dan mudah goyah
- Terjadi hambatan dalam pertumbuhan dalam anak-anak

4. Pencegahan
a. Menjaga berat badan tetap seimbang
b. Mempertahankan program olahraga teratur
c. Tidak makan terlalu banyak makanan yang mengandung gula tinggi.
d. Minimal 30 menit dalam 3 hari dalam seminggu
e. Budayakan hidup sehat
f. Hindari merokok dan asap rokok

5. Pemeriksaan

9
a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS)
b. Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP)
Bukan DM Belum pasti DM Pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu:
- Plasma vena < 110 110 – 199
> 200
- Darah kapiler < 90 90 – 199
> 200
Kadar glukosa darah puasa:
- Plasma vena < 110 110 – 125 > 126
- Darah kapiler < 90 90 – 109
> 110

c. Pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah makan (GDPP)


d. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Cara pemeriksaan TTGO menurut WHO adalah:
1. 3 hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
3. Pasien puasa semalam selama 10 – 12 jam
4. Periksa glukosa darah puasa
5. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
e. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/l
f. Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
h. Insulin darah: mungkin menurun/bahkan tidak ada (pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi (pada tipe 2)
i. Urine: gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
j. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pasa luka.
k. Tes HbA1c: dianggap DM jika kadar HbA1c  6,5 % pada 2 pemeriksaan yang
terpisah.

6. Cara mengontrol diabetes


Tujuan utama terapi :mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Diet
a) Syarat diet Diabetes Mellitus hendaknya dapat :
- memperbaiki kesehatan umum penderita
- mengarahkan pada berat badan normal
- menormalkan pertumbuhan DM anak dan dewasa muda
- mempertahankan kadar gula darah normal
- menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
- memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita

10
- menarik dan mudah diberikan
b) Prinsip diet Diabetes Mellitus, 3J yaitu :
- Jumlah sesuai kebutuhan
- Jadwal diet ketat (harus sesuai dengan intervalnya)
- Jenis : boleh dimakan atau tidak
c) Diet Diabetes Mellitus sesuai paket-paket yang telah disesuaikan
dengan kandungan kalorinya
- Diet DM I : 1100 kalori
- Diet DM II : 1300 kalori
- Diet DM III : 1500 kalori
- Diet DM IV : 1700 kalori
- Diet DM V : 1900 kalori
- Diet DM VI : 2100 kalori
- Diet DM VII : 2300 kalori
- Diet DMVIII : 2500 kalori
2) Latihan
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4x/minggu) selama kurang lebih
30menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penderita.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30menit,
olahraga sedang dengan berjalan cepat 20menit dan olahraga berat jogging.
3) Penyuluhan : untuk memberikan informasi atau edukasi pada penderita
4) Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a. Mekanisme kerja sulfanilurea :
- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan
orang tua karena risiko hipoglikemi yang berkepanjangan, demikian juga
gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan
fungsi hatiatau ginjal.
b. Biguanida
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk (IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat
badan lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan
sulfonilurea
c. Inhibitor alfa glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascapandrial
d. Insulin sensitizing agent

11
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek
farmakologi, meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bisa mengatasi
masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia, obat ini belum beredar Indonesia.
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM :
- Diabetes Mellitus dengan berat badan menurun cepat/kurus
- Ketoasidosis, asidosislaktat, koma hiperosmolar
- Diabetes Mellitus yang mengalami stres berat (infeksi sistematik, operasi
berat, dll)
- Diabetes Mellitus gestasional yang tak terkendali dengan perencanaan
makan
- Diabetes Mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
7. Komplikasi
1) Akut
a Diabetik Ketoasidosis (DKA) merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan Diabetes mellitus. DKA disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
b Koma Hiperglikemi Hiperosmolar NonKetotik (KHHNK) merupakan keadaan
yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemi dan disertai
perubahan tingkat kesadaran salah satu perbedaan utama KHHNK dengan
DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHNK
c Hipoglikemi (kadar glukosa darah <50-60mg/dl) akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
Tanda hipoglikemi : rasa lapar, gemetar, keringat dingin,pusing, dsb.
2) Kronik : terjadi pada semua pembluh darah di seluruh tubuh (Angopati diabetik)
a Mikrovaskuler
- Penyakit ginjal/nefropati diabetik
Bila kadar GDT, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stres yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
- Retinopati
Penyakit mata (katarak) disebabkan karena hiperglikemi yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa
- Neuropati
Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf
otonom, medulla spinalis. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan
metabolik lain dalam sintesa dan fungsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemi dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.

b Makrovaskuler

12
Jantung
- Hipertensi : penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke
seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik
- Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arter (arteriosclerosis) dengan risiko penderita penyakit
jantung koroner atau stroke
- Kaki diabetik
- Pembuluh darah otak : pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah ke otak menurun
- Rentan infeksi : TBC paru, gingivitis, ISK

13
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC, 2000
Jan Tambayong. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC, 2000
Towarto, Wartonal. Kebutuhan Dasar dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika, 2007
Alimul H., A. Aziz. Pengantar KDM Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2006
NANDA Internasional. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC, 2009
Sugondo S., dkk. Penatalaksanaan DM Terpadu. Cetakan ke enam. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2007
J. Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Terjemahan Nike
Budhi Subekti. Jakarta : EGC, 2009
L. Brasher, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan
Manajemen edisi 2. Terjemahan H.Y. Kuncara. Jakarta : EGC, 2007

14

Anda mungkin juga menyukai