SKRIPSI
MARDIANSYAH
0806368004
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
Januari 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
MARDIANSYAH
0806368004
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
Januari 2011
Nama : Mardiansyah
NPM : 0806368004
Tanda Tangan :
Tanggal : 7Januari2011
iii
Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iv
Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi dengan judul Sistem Produksi Hidrogen Melalui
Proses Elektrolisis Plasma Non-Termal Dalam Larutan Elektrolit KOH Dengan
Penambahan Metanol Dan Etanol dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Bapak Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
(2) Bapak Prof. Dr. Ir. Widodo W. Purwanto, DEA., selaku kepala Departemen
Teknik Kimia Universitas Indonesia.
(3) Bapak Ir. Sukirno M.Eng., selaku pembimbing akademis.
(4) Ibu dan kakak tercinta, yang telah memberikan doa, kasih sayang dan
motivasi yang tak ternilai harganya kepada saya.
(5) Tiwi, Mr. Ijal, Kang Jajat, Mas Eko, Mas Taufik, serta para karyawan DTK
yang telah banyak membantu penelitian dari awal hingga akhir.
(6) Iryandi selaku tim peneliti, Jacko, Eka, Sonny, Andri dan teman – teman
Ekstensi Teknik Kimia 2008, atas bantuan, motivasi, dan semangatnya pada
waktu penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa makalah skripsi ini masih jauh dari sempurna dengan
segala keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, semua saran dan kritik yang
membangun sangat saya harapkan.
Akhirnya semoga makalah skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan arti bagi
semua pihak pada umumnya dan bagi saya sendiri pada khususnya.
Penulis
v
Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Nama : Mardiansyah
NPM : 0806368004
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
( Mardiansyah )
vi
Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
ABSTRAK
Nama : Mardiansyah
Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Sistem Produksi Hidrogen Melalui Proses Elektrolisis Plasma Non-
Termal dalam Larutan Elektrolit KOH dengan Penambahan Metanol
dan Etanol.
Gas hidrogen banyak diperoleh dari proses elektrolisis yang memerlukan energi listrik
yang besar. Elektrolisis plasma adalah teknologi baru dalam meningkatkan produktifitas
hidrogen sekaligus menekan kebutuhan listrik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji
efektivitas proses elektrolisis plasma dengan penambahan aditif (larutan metanol dan
etanol) yang dinyatakan sebagai jumlah produk hidrogen per satuan energi listrik yang
dikonsumsi dengan memvariasikan temperatur, tegangan listrik dan konsentrasi larutan
KOH. Efektivitas proses ini dibandingkan dengan efektivitas elektrolisis Faraday dan
elektrolisis plasma tanpa penambahan aditif. Hasil percobaan menunjukkan kenaikan
konsentrasi KOH dan tegangan listrik menyebabkan kenaikan jumlah produk hidrogen.
Proses elektrolisis plasma pada penelitian ini dapat meningkatkan efektivitas proses
hingga 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan elektrolisis plasma tanpa
penambahan aditif .
Kata Kunci :
Elektrolisis Plasma Non- Termal, Produksi Hidrogen, KOH, Penambahan Larutan
Metanol dan Etanol.
ABSTRACT
Nama : Mardiansyah
Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Hydrogen Production System Through Non-Thermal Plasma Electrolysis
Method in KOH Electrolyte Solution with the Addition of Methanol and
Ethanol.
Kata Kunci :
Non - thermal plasma electrolysis, hydrogen production, KOH, Methanol and Ethanol
addition
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………... I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH… vi
ABSTRAK………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI……………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL……………………………………………........ x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………....... 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………....... 3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………......... 3
1.5 Batasan Masalah……………………………………………… 3
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………… 4
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………… 46
4.1 Fenomena Pembentukan Plasma………………………………. 46
4.2 Pengaruh Variabel-Variabel Operasi………………………….. 50
4.2.1 Pengaruh Suhu Operasi Terhadap Produktivitas
Hidrogen, Wr, dan G (H2)…………………………... 51
4.2.2 Pengaruh Tegangan Terhadap Produktifitas Hidrogen,
Wr, dan G (H2)………………………………………. 53
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi Larutan KOH Terhadap
Produktifitas Hidrogen, Wr, dan G (H2)……………. 54
4.2.4 Perbandingan Kinerja Elektrolisis Plasma Yang
Menggunakan Larutan KOH Dengan elektrolsis
Plasma Dengan Penambahan Aditif………………… 56
4.2.5 Uji Stabilitas Plasma Pada Tegangan Tinggi (300 V).. 58
4.2.6 Komposisi Gas Yang Dihasilkan Pada Proses
Elektrolisis Plasma Dengan penambahan aditif…….. 59
DAFTAR REFERENSI…………………………………………. 62
LAMPIRAN………………………………………………………. 64
Halaman
Tabel 2.1 Persamaan Reaksi dan Tahap Proses Steam Reforming .... 8
Tabel 2.2 Beberapa warna plasma yang timbul akibat adanya aliran
gas tertentu …………………………................................ 13
Tabel 2.3 Klasifikasi Plasma ............................................................. 15
Tabel 2.4 Energi-energi foton dalam spektrum elektromagnetik…... 16
Tabel 2.5 Komposisi gas hasil elektrolisis plasma non-termal dari
larutan metanol ………………………………………….. 21
Tabel 2.6 Komposisi gas yang dibebaskan Katoda pada RPP
dengan variasi konsentrasi etanol. Temperatur 303.15 K,
perbedaan tegangan 1000 V, konduktifitas 5.6 mS/cm … 22
Tabel 2.7 Produk yang dihasilkan pada plasma pijaran elekrolisis
dengan menggunakan larutan etanol. Temperatur 303.15
K, konduktifitas 5.6 mS cm-1……………………………. 23
Tabel 2.8 Komposisi gas yang dibebaskan Katoda pada RPP
dengan variasi beda tegangan. Temperatur 303.15 K,
konsentrasi etanol 99.5%, konduktifitas 5.6 mS cm-1....... 28
Tabel 2.9 Komposisi gas yang dibebaskan Anoda pada RPP dengan
variasi beda tegangan. Temperatur 303.15 K, konsentrasi
etanol 99.5%, konduktifitas 5.6 mS cm-1………………... 28
Tabel 2.10 Perbandingan kinerja teknologi non-plasma untuk
produksi hidrogen .............................................................. 32
Tabel 4.1 Pengaruh tegangan terhadap waktu pembentukan plasma 49
Tabel 4. 2 Data konduktifitas larutan sebelum dan setelah proses
elektrolisis plasma……………………………………….. 55
Tabel 4.3 Data perbandingan kinerja antara elektrolisis plasma
tanpa penambahan aditif dengan penambahan aditif pada
rentang suhu 80-850C……………………………………. 56
Tabel 4.4 Produk dan komposisi gas yang dihasilkan dari proses
elektrolisis plasma dengan menggunakan penambahan
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Proses Steam Reforming……………………….. 7
Gambar 2.2 Kondisi Operasi Proses Elektrolisis……………………... 11
Gambar 2.3 Skema alat elektrolisis plasma…………………………... 18
Gambar 2.4 Hubungan Parameter Arus Listrik, Produktifitas
Hidrogen, dan Temperatur terhadap Waktu dalam
Larutan KOH 0,1 M, Tegangan 100 Volt........................ 18
Gambar 2.5 Pengaruh tegangan terhadap rasio H2 dan O2.................. 19
Gambar 2.6 Pengaruh tegangan pada G(H2). Konduktivitas : 11,55
mS/cm, Suhu : 64 oC. Konsentrasi metanol : 99,5 %........ 21
Gambar 2.7 Pengaruh tegangan pada konsumsi energi konduktivitas:
11,55 mS/cm, suhu : 64 oC, konsentrasi metanol : 99,5 % 21
Gambar 2.8 Efek tegangan terhadap pembentukan radikal *OH pada
grafik waktu terhadap konsentrasi radikal *OH................. 24
Gambar 2.9 Efek tegangan terhadap pembentukan radikal *H pada
grafik waktu terhadap konsentrasi radikal *H…………… 24
Gambar 2.10 Efek konduktivitas larutan terhadap pembentukan radikal
*OH pada grafik waktu terhadap konsentrasi radikal
*OH……………………………………………………… 25
Gambar 2.11 Efek konduktivitas larutan terhadap pembentukan radikal
*H pada grafik waktu terhadap konsentrasi radikal *H…. 25
Gambar 2.12 Efek pH larutan terhadap pembentukan radikal *OH pada
grafik waktu terhadap konsentrasi radikal *OH…………. 26
Gambar 2.13 Efek pH larutan terhadap pembentukan radikal *H pada
grafik waktu terhadap konsentrasi radikal *H…………… 26
Gambar 2.14 Efek tegangan (V) pada G(H2) 99.5 % larutan etanol.
Temperatur 303.15 K, konduktifitas 5.6 mS cm-1………. 27
Halaman
Lampiran 1 Data Penelitian Elektrolisis Plasma ................................... 62
Lampiran 2 Contoh Perhitungan Dari Data …………………………. 66
Lampiran 3 Data Analisis Komposisi Untuk Elekrolisis Plasma
Dengan Penambahan Larutan Etanol 5%........................... 68
Lampiran 4 Data Analisis Komposisi Untuk Elekrolisis Plasma
Dengan Penambahan Larutan Metanol 5%….................... 69
Lampiran 5 Contoh perhitungan metode normalize pada hasil analisis
produk dan komposisi dengan penambahan etanol ……... 70
1 Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1 Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air,
genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol
H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna,
tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik
yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah
unsur teringan di dunia.
Hidrogen merupakan unsur paling melimpah di alam semesta, dan nomor
tiga terbanyak di permukaan bumi. Tetapi gas hidrogen murni hampir tidak ada di
permukaan bumi, karena gas hidrogen bereaksi dengan unsur lain membentuk
persenyawaan yang lebih stabil. Kelimpahan persenyawaan hidrogen dalam
bentuk air dan bahan bakar fosil, relatif tak terbatas jumlahnya. Karena hidrogen
murni hampir tidak ada, maka hydrogen tidak bisa disebut sebagai sumber energi,
tetapi sebagai energy carrier seperti halnya dengan listrik. Energy carrier
merupakan media yang praktis untuk menyimpan, mentransfer, maupun
menggunakan energi. Sebagai energy carrier,hidrogen harus mudah disimpan,
mudah digunakan, dan mudah dikonversi menjadi berbagai bentuk energi.
Hidrogen alam tidak ada di permukaan bumi, sehingga hidrogen harus
dibuat. Pada prinsipnya, hidrogen bisa diperoleh dengan memecah senyawa yang
paling banyak mengandung unsur hidrogen. Sampai saat ini, produksi hidrogen
skala komersial yang paling maju adalah produksi hidrogen berbasis bahan bakar
fosil dan air. Untuk produksi hidrogen dengan bahan baku bahan bakar fosil,
steam reforming metana merupakan proses yang paling maju di dunia. Lebih dari
85% kebutuhan hidrogen dunia dipasok dengan sistem produksi steam reforming
metana. Produksi hidrogen dengan bahan baku air yang sudah komersial adalah
proses elektrolisis. Sayangnya, karena proses elektrolisis membutuhkan listrik
dalam jumlah besar sebagai pemicu terjadinya reaksi, sehingga proses ini
memberikan efisiensi termal total yang relatif rendah. Proses elektrolisis hanya
bisa ekonomis jika tersedia listrik dalam jumlah besar dengan harga murah.
6 Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
7
Meskipun proses steam reforming sampai saat ini masih mendominasi, tetapi
dimungkinkan akan tergeser oleh proses berbahan baku air, karena beberapa
alasan:
a. Gas alam bukanlah bahan terbarukan sehingga ada batas keekonomian tertentu
yang memungkinkan sebagai bahan baku,sementara air sebagai bahan baku
relatif melimpah dan terbarukan
b. Harga gas alam sebagai komoditi energi juga terus meningkat
c. Tuntutan lingkungan, mengingat produksi berbasis bahan bakar fosil akan
mengemisi CO2 dalam jumlah cukup besar.
Gambar 2.1. Diagram Proses Steam Reforming (Djati H Salimi, Ida N Finahari, 2008)
Ada 2 reaksi utama yang terjadi pada proses steam reforming. Yang
pertama, reaksi reforming yang merupakan reaksi sangat endotermis yang terjadi
pada suhu tinggi menggunakan katalisator. Reaksi kedua adalah shift reaction,
merupakan reaksi eksotermis yang bertujuan untuk mengontrol kuantitas produk
yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan proses penghilangan CO2 dan
Universitas Indonesia
pemurnian hidrogen. Persamaan reaksi dan tahapan proses dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1. Persamaan Reaksi dan Tahap Proses Steam Reforming
Persamaan
Tahap Nama Reaksi ΔH (kJ/mol)
Reaksi
Universitas Indonesia
2.2.2 Elektrolisis
Elektrolisis air adalah proses dekomposisi air (H2O) menjadi oksigen (O2)
dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang mengalir melalui air.
Umpan masuk electrolyzer berupa (H2+H2O) dalam fase uap. Energi listrik dan
energi termal digunakan untuk memecahkan ikatan molekul H2O menjadi molekul
H2 dan O2-. Selanjutnya ion-ion O2- selanjutnya bermigrasi melewati membran
elektrolit untuk mencapai sisi anoda sesuai prinsip fisika electron-hole. Setelah
mencapai sisi anoda, ion-ion O2- akan melepaskan electron dan membentuk
molekul oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Anoda (oksidasi) : 2H 2 O l O 2 g 4H + aq 4e E o 1, 23 V
Katoda (reduksi):2H + aq 2e H 2 g Eo 0 V
(2.3)
Reaksi di atas dilakukan pada kondisi ruang (suhu 25 oC dan tekanan 1
atm). Kedua reaksi di atas dapat digabungkan menjadi:
2H 2 O l O 2 g 2H 2 g E o 1, 23 V ; H = 285,83 kJ/mol
(2.4)
Besarnya energi bebas standar, entalpi, dan entropy masing-masing adalah
ΔG = 1,23 V, ΔH = 285,83 kJ/mol, dan ΔS = 70,08 J/kmol. Energi bebas sebesar
1,23 V merupakan tegangan bolak balik yang menyatakan tegangan minimal yang
diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi. Total energi (ΔH) yang diperlukan
agar reaksi dapat berlangsung dapat dipasok dengan energi listrik, energi panas,
atau gabungan keduanya. Menurut termodinamika, ΔH bisa diperoleh dengan
rumus
ΔG = ΔH – TΔS (2.5)
Universitas Indonesia
pada sel elektrolisis dengan jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda. Ia
merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.
Hukum elektrolisis Faraday:
1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik
yang melalui sel.
2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di
elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik
yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96485 C
(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya.
Arus listrik satu Faraday (1F) didefinisikan sebagai jumlah arus listrik
yang terdiri dari 1 mol elektron. Untuk menghitung jumlah zat-zat yang terbentuk
di katoda dan anoda, hukum faraday dirumuskan sebagai berikut :
W=e.F (2.5)
W = massa hasil elektrolisis (gram)
e = massa ekuivalen hasil elektrolisis
F = jumlah arus listrik (Faraday)
Dengan 1 Faraday = 96500 Coulomb dan 1 Coulomb = 1 ampere x detik, maka
rumus diatas dapat dijabarkan menjadi :
W = e . i . t / 96500 (2.6)
i = kuat arus (ampere)
t = waktu lamanya elektrolisis (detik)
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Kondisi Operasi Proses Elektrolisis (Djati H Salimi, Ida N Finahari, 2008)
Universitas Indonesia
2.3 Plasma
Plasma dapat dikategorikan sebagai bentuk keempat dalam klasifikasi
material selain padat, cair, dan gas karena plasma memiliki bentuk seperti gas,
namun plasma memiliki konduktivitas yang cukup tinggi dalam daerah
elektromagnetiknya sama seperti padatan dan cairan. Plasma dapat didefinisikan
sebagai gas yang terionisasi sebagian dalam perbandingan antara elektron bebas
dibandingkan dengan yang terikat pada atom atau molekul. Plasma juga memiliki
kemampuan untuk mengeluarkan arus positif dan negatif sehinga sangat konduktif
dan terpengaruh dengan medan magnet.
Plasma adalah aliran gas terionisasi, yang merupakan campuran dari
elektron, ion dan partikel netral, namun muatan keseluruhannya adalah netral dan
dianggap sebagai bentuk ke-empat materi. Pada keadaan ini, gas mempunyai
Universitas Indonesia
viskositas seperti liquid pada tekanan atmosferik dan muatan listrik bebas
memberikan konduktivitas listrik relatif tinggi yang besarnya mendekati
konduktivitas logam.Tingkat ionisasi plasma adalah proporsi dari atom-atom yang
kehilangan atau mendapatkan elektron, dan biasanya dikendalikan oleh suhu.
Teknologi plasma melibatkan pembentukan bunga api listrik dengan melewatkan
arus listrik melalui suatu gas dalam proses yang disebut pemutusan listrik
(electrical breakdown). Karena tahanan listrik sepanjang sistem, dihasilkan
sejumlah panas dalam jumlah yang signifikan, yang mengambil elektron dari
molekul-molekul gas menghasilkan suatu aliran gas yang terionisasi, atau plasma
(Gomez, et al, 2009). Gas yang mengalir ini akan membuat plasma tampak
berwarna. Tiap gas yang mengalir akan menghasilkan warna tersendiri. Berikut
ini merupakan beberapa warna plasma yang ditimbulkan dapat dilihat pada Tabel
2.2:
Tabel 2.2 Beberapa warna plasma yang timbul akibat adanya aliran gas tertentu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.3 Klasifikasi Plasma [Treatment of organic waste using thermal plasma pyrolysis
technology; H. Huang a, L. Tang ]
2.5.1 Foton
Foton dihasilkan dalam spektrum panjang gelombang yang luas
pada spektrum elektromagnetik seperti disarikan dalam Tabel 2.4. Dalam
spektrum elektromagnetik infra merah, energi foton infra merah terlalu
rendah untuk berinteraksi dengan gas kerja dan membangkitkan radiasi
dari plasma. Foton jenis ini mengandung energi di bawah 1,7 eV dan
kebanyakan mempunyai efek umum yang sama dengan dinding panas atau
reaksi-reaksi kimia biasa.
Foton sinar tampak mempunyai energi yang lebih besar, berkisar
antara 1,6 sampai 3,3 eV. Foton ini dapat memutuskan beberapa ikatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Skema alat elektrolisis plasma (Nelson S,et al, 2009)
Kondisi operasi seperti suhu larutan, tegangan dan kuat arus listrik akan
sangat menentukan tingkat efektivitas proses ini, hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Sebelum plasma terbentuk arus akan meningkat dengan
bertambahnya waktu, setelah plasma mulai terbentuk arus akan mengalami
penurunan secara signifikan (Jaenal, 2010).
Gambar 2.4 Hubungan Parameter Arus Listrik, Produktifitas Hidrogen, dan Temperatur terhadap
Waktu dalam Larutan KOH 0,1 M, Tegangan 100 Volt (Nelson S, 2010)
Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Pengaruh tegangan terhadap rasio H2 dan O2 (Mizuno, et al, 2003)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.6. Pengaruh tegangan pada G(H2). Konduktivitas : 11,55 mS/cm, Suhu : 64 oC.
Konsentrasi metanol : 99,5 % (Zong, et al, 2009)
Gambar 2.7 Pengaruh tegangan pada konsumsi energi ,Konduktivitas : 11,55 mS/cm,
Suhu : 64 oC. Konsentrasi metanol : 99,5 % (Zong, et al, 2009)
Tabel 2.5 Komposisi gas hasil elektrolisis plasma non-termal dari larutan metanol
Universitas Indonesia
Tabel 2.6. Komposisi gas yang dibebaskan Katoda pada RPP dengan variasi konsentrasi
etanol. Temperatur 303.15 K, perbedaan tegangan 1000 V, konduktifitas 5.6 mS
mS/cm
Universitas Indonesia
Tabel 2.7. Produk yang dihasilkan pada plasma pijaran elekrolisis dengan menggunakan
larutan etanol. Temperatur 303.15 K, konduktifitas 5.6 mS cm-1
Konsentrasi Beda Discharged Produk
Etanol (W%) Potensial (V) polarity
H2, C, HCHO, CH3CHO, (CH3CHOH)2,
99.5 1000 Anoda CH3COOH, C2H6, CH4, C3H8, C4H10
H2, C, HCHO, CH3CHO, H2O, HCOOH,
75 1000 Anoda CH3COOH, C5H12, C2H6, CH4, C3H8,
C4H10, CO
H2, HCHO, CH3CHO, H2O, HCOOH,
40 1000 Anoda CH3COOH, C5H12, C2H6, CH4, C3H8,
C4H10,CO2, CO
H2, C, HCHO, CH3CHO, H2O,
99.5 1000 Katoda (CH3CHOH)2, CH3COOH, C5H12, C2H6,
CH4, C3H8, C4H10, CO
H2, C, HCHO, CH3CHO, H2O, HCOOH,
75 1000 Katoda CH3COOH, C5H12, C2H6, CH4, C3H8,
C4H10, CO
H2, HCHO, CH3CHO, H2O, HCOOH,
40 1000 Katoda CH3COOH, C5H12, C2H6, CH4, C3H8,
C4H10, CO, CO2
Sumber: Zong, et al, 2008
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Efek tegangan terhadap pembentukan radikal *OH pada grafik waktu terhadap
konsentrasi radikal *OH (GAO Jinzang, et al., 2008)
Gambar 2.9 Efek tegangan terhadap pembentukan radikal *H pada grafik waktu terhadap
konsentrasi radikal *H (GAO Jinzang, et al., 2008)
Pada grafik Gambar 2.8 dan 2.9,, bisa dilihat bahwa semakin tinggi
tegangan listrik yang digunakan untuk menghasilkan plasma, konsentrasi
radikal *OH maupun *H yang terbentuk semakin tinggi pula. Hal ini
diakibatkan karena dengan perbedaan tegangan yang tinggi, energi untuk
mengeksitasi elektron untuk menghasilkan radikal juga semakin tinggi,
akibatnya semakin tinggi tegangan listrik yang dipakai, pembentukan
radikalnya pun juga semakin besar.
Universitas Indonesia
Gambar 2.10 Efek konduktivitas larutan terhadap pembentukan radikal *OH pada grafik
waktu terhadap konsentrasi radikal *OH (GAO Jinzang, et al., 2008)
Gambar 2.11 Efek konduktivitas larutan terhadap pembentukan radikal *H pada grafik
waktu terhadap konsentrasi radikal *H (GAO Jinzang, et al., 2008)
Universitas Indonesia
tumbukan antara elektron dengan elektron pada molekul juga semakin besar,
sehingga pembentukan radikal pun juga akan terjadi dengan lebih baik.
Konduktivitas larutan bisa ditingkatkan dengan larutan elektrolit.
c. Efek pH larutan
Pada kedua grafik Gambar 2.12 dan 2.13, bisa dilihat bahwa
pembentukan radikal *OH maupun *H paling tinggi terjadi ketika pH larutan
sekitar 3. Yan ZC, et al. 2009, telah melakukan percobaan elektrolisis plasma
pancaran pijar dengan larutan dielektrikum berupa metanol. Parameter-
parameter yang mereka gunakan adalah G(H2) yaitu perbandingan mol
hidrogen yang terbentuk dari elektrolisis plasma dengan mol hidrogen dari
proses elektrolisis konvensional.
Gambar 2.12 Efek pH larutan terhadap pembentukan radikal *OH pada grafik waktu terhadap
konsentrasi radikal *OH (GAO Jinzang, et al., 2008)
Gambar 2.13 Efek pH larutan terhadap pembentukan radikal *H pada grafik waktu terhadap
konsentrasi radikal *H (GAO Jinzang, et al., 2008)
Universitas Indonesia
Pada jurnal
urnal yang lain, Yan ZC (2008),
( , juga melakukan pada larutan
etanol, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
a. Efek perbedaan tegangan.
Peningkatan perbedaan tegangan menyebabkan peningkatan kerapatan
elektron, mempertingggi pengaruh proses pengeluaran elektron dan karena itu
etanol terdekomposisi dan menyebabkan
menyebabkan lebih banyak gas yang terlepaskan
dari elektroda. Selain itu volume RPP juga dapat meningkat dengan
pertambahan
mbahan tegangan. Pada grafik Gambar 2.14 menunjukkan bahwa yield
hidrogen meningkat tajam dengan pemakaian voltase yang meningkat
sedangkan konsumsi
konsu energi menurun dengan pemakaian voltase yang
ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.144. Efek tegangan pada G(H2) 99.5% larutan etanol. Temperatur
303.15 K, konduktivitas 5.6 mS cm-1(Yan ZC, 2008)
Gambar 2.15. Efek perbedaan tegangan (V) pada Wr 99.5 % larutan etanol. Temperatur
303.15 K, konduktifitas 5.6 mS cm-1 (Yan ZC, 2008)
Universitas Indonesia
Tabel 2.8. Komposisi gas yang dibebaskan Katoda pada RPP dengan variasi beda tegangan.
Temperatur 303.15 K, konsentrasi etanol 99.5%, konduktifitas 5.6 mS cm-1 (Yan ZC, 2008)
Tabel 2.9. Komposisi gas yang dibebaskan Anoda pada RPP dengan variasi beda tegangan.
Temperatur 303.15 K, konsentrasi etanol 99.5%, konduktifitas 5.6 mS cm-1 (Yan ZC (2008)
Universitas Indonesia
Gambar 2.16. Efek perbedaan tegangan (V) pada YH2 99.5 % larutan etanol.
Temperatur 303.15 K, konduktifitas 5.6 mS cm-1 (Yan ZC, 2008)
Kerapatan plasma dan tingkat energi elektron pada anoda lebih rendah
jika dibandingkan dengan katoda pada kondisi voltase yang sama, sehingga
produktifitas hidrogen pada katoda RPP lebih tinggi dibandingkan pada
anoda.
Universitas Indonesia
Gambar 2.18. Efek konsentrasi etanol pada Wr. Temperatur 303.15 K, konduktifitas 5.6 mS cm-1,
perbedaan tegangan 1000 V (Yan ZC (2008)
Universitas Indonesia
Pada katoda terbentuk ion OH- yang segera terurai menjadi radikal OH● dan e-
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
33 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 3.4 Sistem pemisahan dan pemurnian a). Kondenser ; b.) Absorber
Universitas Indonesia
Gambar 3.5 Peralatan pengambilan data a). Bubble soap flowmeter dan Hydrogen
Analyzer ; b). Slide Regulator dan Power Analyzer ; c). kromatografi gas
Universitas Indonesia
Dari komponen – komponen sistem di atas, akan dirangkai menurut skema pada
Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Skema sistem produksi hidrogen dengan elektrolisis plasma non-termal
Keterangan :
1. Wadah Pendingin 7. Logam Anoda 14. Dioda Bridge
2. Pompa 8. Logam Katoda 15. Power Analyzer
3. Ruang Elektrolisis 9. Kondenser 16. Slide Regulator
4. Thermometer 10. Absorber Silika 17. Sumber Listrik PLN
5. Outlet Hidrogen dan 11. Bubble Soap
Oksigen (H2 dan O2) Flowmeter
6. Coil (sekaligus sebagai 12. Hidrogen Analyzer
Anoda) 13. Kromatografi Gas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dikonsumsi diukur dengan alat power analyzer, gas hidrogen yang dihasilkan
diukur dengan hidrogen analyzer diperoleh komposisi hidrogen tersebut dan laju
alir gas diukur dengan buble soap analyzer, sedangkan pengukuran konsentrasi
dari hasil gas hidrokarbon, N2 dan CO2 keluaran reaktor dengan menggunakan
GC. Berikut prosedur pengoperasian GC dalam rangka pengambilan data
percobaan sampel.
3.7.1 Preparasi GC
Memanaskan GC kurang lebih l hari untuk GC yang sudah lama tidak dipakai
dan kurang lebih 15 menit untuk GC yang sering dipakai untuk menstabilkan dan
memanaskan agar kotoran-kotorannya terbawa.
Prosedur mengalirkan gas Argon
Pastikan tekanan input dan output di regulator berada pada angka 0 dan
tidak ada kebocoran pada sambungan-sambungannya.
Buka valve utama dari kencang menjadi kendur, sehingga tekanan akan
langsung naik.
Buka valve regulator dari kendur menjadi kencang sehingga tekanan akan
naik perlahan-lahan.
Prosedur membuka tabung gas:
1. Pastikan tekanan input dan output di regulator, jarum pressure gauge
menunjukkan 0 dan valve dalam keadaan tertutup (posisi valve longgar)
2. Buka valve induk di tabung dengan memutar kearah kiri (arah kebalikan
jarum jam) dan Mutt tekanan gas, yang rnenunjukkan 'ekanan dalam
tabung.
3. Buka valve regulator perlahan-lahan ke arah kanan (searah jarum jam),
lalu atur tekanan gas yang diinginkan.
4. Pastikan instalasi gas baikdari tabung sampai perpipaan tidak bocor (cek
kebocoran menggunakan pipa sabun).
5. Untuk gas-gas yang beracundan mudah terbakar (CO, H2, CH4), langkah 4
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum langkah 1 menggunakan gas inert
N2.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian pembahasan ini akan dibahas mengenai segala hal tentang fenomena –
fenomena yang terjadi pada larutan di dalam reaktor dari awal (sebelum terbentuk
plasma) hingga plasma yang dihasilkan stabil, pengaruh variabel proses meliputi
temperatur, tegangan, dan konsentrasi larutan serta penambahan aditif terhadap
konsumsi listrik, produktivitas dari hidrogen yang dihasilkan, dan nilai rasio antara
elektrolisis Faraday dengan elektrolisis plasma.pada bab ini juga dibahas mengenai
perbandingan kinerja elektrolisis plasma, kestabilan plasma pada suhu tinggi, dan
komposisi produk gas yang dihasilkan pada elektrolisis plasma dengan penambahan
aditif.
46 Universitas Indonesia
Gambar 4.2, hal ini disebabkan adanya ion hidrokarbon dimana atom karbon bila
tereksitasi akan memancarkan warna biru-putih (Barros, 2008).
Gambar 4.1. Warna plasma larutan KOH Gambar 4.2. Warna plasma dengan penambahan aditif
Universitas Indonesia
pelepasan energi sehingga menyebabkan tahanan meningkat. Hal ini diperkuat ketika
telah dilakukan elektrolisis plasma, sampel larutan diukur resistansinya dan mengalami
peningkatan dibanding sebelum elektrolisis plasma. Peningkatan tahanan yang
signifikan ketika terjadinya plasma akan mempengaruhi arus yang mengalir. Hubungan
arus dengan resistansi seperti pada persamaan 4.2 dibawah ini.
V=i.R (4.2)
Gambar 4.3. Sebelum proses elektrolisis Gambar 4.4. Proses elektrolisis berlangsung
Gambar 4.5. Awal proses elektrolisis plasma Gambar 4.6. Proses elektrolisis plasma stabil
Pada awal (sebelum proses elektrolisis) pada Gambar 4.3 terlihat larutan KOH
yang digunakan masih jernih. Produksi hidrogen juga berbeda pada saat sebelum dan
sesudah terbentuk plasma. Pada saat sebelum terbentuk plasma (proses elektrolisis),
hidrogen yang diproduksi cenderung kecil dan stabil ditandai dengan adanya gelembung
disekitar katoda dan larutan KOH secara visual terlihat keruh yang ditunjukkan pada
Gambar 4.4, sedangkan pada saat sesudah terbentuk plasma (awal elekrolisis plasma),
sudah mulai terbentuk plasma berwarna ungu kemerahan dan larutan KOH secara visual
tampak keruh ditunjukkan pada Gambar 4.5. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Universitas Indonesia
larutan yang dipakai sudah mulai jenuh akibat adanya tegangan yang tinggi. Adapun
laju alir yang dihasilkan akan semakin besar dan tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada
suhu yang semakin tinggi, maka penguapan yang terjadi pada air di larutan akan
semakin besar sehingga menyebabkan laju alir gas produk pun semakin besar. Akan
tetapi pada suhu yang mendekati titik didih air maka laju alir gas produk akan kembali
menurun akibat terbentuknya spesi uap air yang menghambat produktifitas hidrogen.
Adapun ketidakstabilan juga dipengaruhi oleh besar/kecilnya wujud plasma. Semakin
besar wujud plasma, maka produksi hidrogen akan semakin besar karena pada kondisi
plasma yang besar, pembentukan radikal – radikal *OH, *H, dan *OH2 semakin intensif
sehingga produksi gas hidrogen pun semakin besar yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Kemunculan plasma juga diiringi suara gemuruh yang muncul dari reaktor yang
disebabkan oleh terbentuknya fasa gas di dalam reaktor ditunjukkan pada Gambar 4.5
dan Gambar 4.6. Munculnya suara gemuruh ini tidak dipermasalahkan selama arus tidak
melebihi 10 A (spesifikasi power analyzer hanya mampu digunakan hingga arus 10
Ampere) dan daya tidak melebihi 3000 Watt (slide regulator yang digunakan memiliki
spesifikasi untuk daya maksimal 3000 Watt). Terbentuknya plasma sangat dipengaruhi
oleh tegangan yang digunakan pada proses elektrolisis plasma, pengaruh tegangan
terhadap waktu pembentukan plasma dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengaruh tegangan terhadap waktu pembentukan plasma
Tegangan (V) Bentuk plasma Waktu (detik) Suhu (oC)
150 kecil 67 66
180 sedang 39 51
225 Cukup besar 31 50
240 besar 24 49
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tegangan yang digunakan
maka akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan plasma, hal ini
disebabkan tegangan yang tinggi akan memicu proses penjenuhan ikatan molekul air
(H2O). Pada tegangan 240 V waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan plasma adalah
24 detik artinya sebelum waktu tersebut berlangsung proses elektrolisis faraday yang
ditandai adanya gelembung di sekitar katoda artinya terjadi penjenuhan ikatan molekul
H2O ditunjukkan pada Gambar 4.3. Tabel 4.1 juga menunjukan hubungan suhu sesaat
Universitas Indonesia
terbentuknya plasma dengan tegangan, semakin tinggi tegangan yang digunakan untuk
proses elektrolisis plasma maka suhu pada saat terbentuknya plasma juga semakin
rendah. Sementara tegangan juga mempengaruhi bentuk plasma yaitu semakin besar
tegangan yang digunakan pada penelitian ini maka akan semakin banyak elektron yang
mengalami eksitasi (loncatan listrik) sehingga akan mempengaruhi bentuk plasma
menjadi semakin besar. Pada Tabel 4.1 menunjukkan pada tegangan 240 V plasma
terbentuk paling besar
Saat plasma mulai terbentuk, maka pengambilan data – data dapat dilakukan.
Dalam pengambilan data dibutuhkan perlatan sistem pendingin. Sistem pendingin yang
digunakan adalah sebuah coil yang terpasang didalam reaktor yang fungsinya
mengalirkan air masuk reaktor dan keluar ke dalam steinless steel yang disirkulasikan
ke dalam wadah berisi air dingin yang dicampur dengan es dengan menggunakan
pompa sentrifugal. Coil tersebut memiliki dwifungsi yaitu sebagai sistem pendingin
selain itu juga digunakan sebagai logam anoda. Sistem pendingin ini adalah merupakan
modifikasi dari sistem pendingin sebelumnya dengan menghindarkan kontak secara
langsung dengan larutan yang digunakan selama proses elektrolisis plasma berlangsung
yang bertujuan untuk menjaga kestabilan plasma dalam proses elektrolisis plasma
tersebut.
Universitas Indonesia
(P), produktifitas hidrogen, dan nilai rasio antara elektrolisis Faraday dengan elektrolisis
plasma (G (H2)). Adapun untuk data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Produk gas hasil elektrolisis air secara faraday adalah gas hidrogen dan oksigen
dimana gas hidrogen yang dihasilkan dua kali lebih besar dibandingkan gas oksigen
sesuai dengan reaksi kimia pada persamaan 2.1 dan 2.2 pada Bab 2.
Sedangkan pada elektrolisis plasma akan terbentuk radikal *OH, *H, dan *HO2
yang dapat meningkatkan produksi gas hidrogen. Hal inilah yang menyebabkan
produktivitas hidrogen pada elektrolisis plasma lebih besar daripada elektrolisis faraday
(Mizuno, 2003). Pada saat reaktor baru menyala, yang terjadi adalah proses elektolisis
biasa (tanpa plasma) dengan laju alir gas kecil dan persentase hidrogen yang dihasilkan
juga kecil. Besarnya ruang (kondenser dan absorber) yang harus diisi oleh hidrogen juga
menyebabkan laju alir produk menjadi kecil. Selain itu, hidrogen analyzer GNL-400F
hanya dapat menganalisa gas dengan laju alir 350 – 450 mL/menit. Hal inilah yang
menyebabkan produksi gas hidrogen pada mulanya akan rendah kemudian naik dengan
bertambahnya gas hidrogen di dalam reaktor.
Pada aspek kuantitatif ini akan dibahas hubungan antara produktifitas hidrogen,
konsumsi listrik, dan rasio produktivitas hidrogen (plasma dengan faraday) terhadap
tegangan, suhu operasi, dan konsentrasi larutan KOH serta pengaruh penambahan aditif.
4.2.1 Pengaruh Suhu Operasi Terhadap Produktivitas Hidrogen, Wr, dan G (H2)
Pada Gambar 4.7 terdapat grafik yang menunjukkan hubungan antara
produktifitas hidrogen (mmol/menit), Wr (konsumsi energi tiap volume H2 (KJ/L)), dan
G (H2) dengan temperatur pada percobaan. Adapun G (H2) sendiri adalah perbandingan
produktivitas hidrogen pada elektrolisis plasma dengan produktivitas hidrogen pada
elektrolisis faraday. Jika nilai G (H2) lebih besar dari 1, artinya produktivitas elektrolisis
plasma lebih baik daripada elektrolisis faraday, sedangkan jika kurang dari 1, artinya
produktivitas elektrolisis faraday lebih baik daripada elektrolisis plasma. Adapun
persamaan yang digunakan untuk menghitung G (H2) dapat dilihat pada Persamaan 3.3.
Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur pada percobaan
maka akan semakin tinggi pula laju produksi hidrogen yang berkaitan juga dengan
semakin tinggi G (H2). Hal ini terjadi karena peningkatan suhu larutan akan
mengakibatkan densitas ion – ion KOH meningkat. Densitas ion yang meningkat akan
Universitas Indonesia
memicu membesarnya wujud plasma. Wujud plasma yang besar, akan membuat
pembentukan radikal – radikal *H, *OH, dan *HO2 semakin besar yang pada akhirnya
akan memperbesar produksi hidrogen. Sementara pada suhu 90-95oC terdapat anomali
yaitu terjadi penurunan laju produktivitas hidrogen. Peristiwa ini disebabkan oleh
banyaknya uap air yang terbentuk sehingga akan menekan pembentukan H2 yang
secara langsung akan mempengaruhi produktifitas hidrogen, sehingga suhu optimum
pada penelitian ini adalah 80-85 oC. Sedangkan untuk konsumsi energi, dengan
menggunakan konsentrasi dan tegangan yang sama, peningkatan suhu akan menurunkan
konsumsi energi seperti yang sudah dijelaskan pada Sub Bab 4.1. Tetapi pada rentang
suhu 90-95 oC terjadi kenaikan konsumsi energi, hal ini disebabkan oleh penurunan
produktifitas Hidrogen seperti yang dijelaskan sebelumnya.
2,00 2,50
Produktifitas Hidrogen
1,37
2,00
1,00 1,97
GH2(mol/mol)
0,71 1,50
1,53
0,70 1,00
0,50
0,77 0,50
0,35
0,25 0,00
0,27
70 75 80 85 90 95
Temperatur (0C)
Gambar 4.7. Grafik RasioProduktivitas Hidrogen, laju produksi Hidrogen, dan Wr dalam Konsentrasi
KOH 0,1 M dan Tegangan 225 V Sebagai Fungsi Suhu
Pada awal pengambilan data, jumlah gas hidrogen yang dihasilkan belum
signifikan. Hal ini terjadi karena laju alir gas produk pun masih kecil. Laju alir gas
produk yang kecil, akan menyebabkan udara dari luar berdifusi ke dalam gas produk.
Difusi ini tentu saja akan menurunkan jumlah gas hidrogen yang diperoleh. Peristiwa
difusi ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya laju alir gas produk sehingga
Universitas Indonesia
dapat mendorong udara yang telah berdifusi dan udara yang masih terperangkap dalam
rangkaian pembangkit elektrolisis plasma) dengan gas produk keluar dari saluran.
4,40
2,00 1,81
GH2 (mol/mol)
1,63
3,00
1,00
1,97
0,50 0,45 1,00
0,79
0,25 0,27
0,16
0,13 -1,00
100 150 200 250 300 350
Tegangan (V)
Gambar 4.8. Grafik Rasio Produktivitas Hidrogen, Produktifitas Hidrogen, dan Wr dalam Konsentrasi
KOH 0,1 M dan rentang Suhu 80-850C V Sebagai Fungsi Tegangan
Universitas Indonesia
Pada Gambar 4.8 terdapat grafik yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
tegangan yang digunakan dalam percobaan maka akan semakin tinggi nilai rasio G (H2)
dan produktifitas hidrogen yang diperoleh, artinya nilai G(H2) dan produktifitas
hidrogen berbanding lurus dengan besarnya tegangan. Selain itu juga tegangan juga
sangat mempengaruhi parameter lain yaitu konsumsi energi. Semakin tinggi tegangan
maka akan semakin menurunkan konsumsi energi listrik (KJ/L), artinya konsumsi
energi listrik berbanding terbalik dengan besarnya tegangan. Hal ini disebabkan akibat
semakin tinggi tegangan yang digunakan maka akan semakin banyak ion yang
mengalami eksitasi sehingga menurunkan arus listrik. Penurunan arus tersebut diiringi
dengan peningkatan laju produktifitas sehingga konsumsi energi listrik akan mengalami
penurunan.
GH2 (mol/mol)
Gambar 4.9. Grafik Rasio Produktivitas Hidrogen (G), Produktifitas Hidrogen, dan Wr dalam Tegangan
225 V dan rentang Suhu 80-850C V Sebagai Fungsi Konsentrasi larutan KOH
Dari grafik Gambar 4.9, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi KOH
maka meningkatkan nilai G (H2). Hal ini terjadi karena konsentrasi KOH yang semakin
Universitas Indonesia
besar tentu diiringi pula dengan membesarnya wujud plasma. Plasma yang semakin
membesar akan menyebabkan kenaikan produksi radikal *H yang kemudian akan
menyebabkan kenaikan produksi hidrogen (seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya). Sehingga dengan bertambahnya konsentrasi larutan akan
menyebabkan kenaikan produktivitas dari hidrogen. Sedangkan pada konsumsi energi
listrik semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan maka akan menurunkan
konsumsi energi listrik akibat besarnya laju produktifitas hidrogen lebih besar daripada
peningkatan daya (Whr).
Pengaruh konsentrasi akan sebanding dengan konduktifitas larutan, semakin
besar konduktifitas suatu larutan mengindikasikan konsentrasi yang digunakan juga
tinggi. Pengaruh konduktifitas larutan sebelum dan setelah proses elektrolisis plasma
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data konduktifitas larutan sebelum dan setelah proses elektrolisis plasma
Konduktifitas mS/cm
Jenis Larutan Sebelum proses elektrolisis Setelah proses elektrolisis
KOH 0,1 M 16,95 18,28
KOH 0,1 M + Metanol 5%(%v) 13,09 14,60
KOH 0,1 M + Etanol 5%(%v) 12,54 13,63
Universitas Indonesia
karena itu penambahan larutan etanol memiliki nilai konduktifitas lebih kecil
dibandingkan dengan larutan metanol.
Tabel 4.3. Data perbandingan kinerja antara elektrolisis plasma tanpa penambahan aditif dengan
penambahan aditif pada rentang suhu 80-850C dalam laruatan KOH 0,1 M
Universitas Indonesia
Berdasarkan data elektrolisis aktual pada Tabel 4.3, terlihat bahwa data hasil
percobaan dengan penambahan aditif (etanol 10% (%v)) lebih besar sampai 5 kali dari
elektrolisis plasma tanpa penambahan aditif. Terlihat pada tegangan 300 V,
produktifitas hidrogen dan besarnya nilai G(H2) pada elektrolisis tanpa penambahan
aditif (hanya larutan KOH 0,1 M) mendapatkan hasil berturut-turut yaitu 5,17
(mmol/menit) dan 4,4 (mol/mol) sedangkan pada elektrolisis plasma dengan
penambahan aditif etanol 10% (%v) diperoleh hasil berturut-turut sebesar 22,49
(mmol/menit) dan 21,80 (mol/mol). Semakin tinggi tegangan yang digunakan pada
percobaan maka perbandingan kinerjanya akan semakin besar. Hal ini sudah dijelaskan
pada uraian tentang pengaruh tegangan.
Pada Tabel 4.3 juga menunjukkan pada tegangan tinggi 300 V nilai G(H2)
terbesar adalah pada larutan dengan penambahan aditif etanol 10% (%v), hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi tegangan yang digunakan maka penggunaan etanol
sebagai aditif akan berperan efektif dalam hal menurunkan konsumsi energi listrik
karena larutan etanol tersebut akan mengalami disosiasi yang dapat menghambat arus
listrik lebih besar dibandingkan larutan metanol. Sehingga konsumsi listrik pada
penambahan etanol akan lebih rendah dibandingkan pada penambahan metanol. Pada
tegangan 225 V penggunaan metanol lebih efektif dibandingkan dengan etanol sebagai
aditif terlihat dari produktifitasnya dan nilai G(H2) yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh tegangan, pada tegangan tersebut energi yang diberikan kepada larutan
mampu untuk mengkonversi seluruh metanol yang tersedia.
Universitas Indonesia
45
Produktifitas hidrogen
40
Gas Hidrogen (%mol)
35
30 Produktifitas
25 Hidrogen
20
15 Komposisi Gas
10 Hidrogen
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu proses (menit)
Gambar 4.10. Grafik hubungan antara produktivitas hidrogen dan komposisi gas hidrogen dengan suhu
pada tegangan 300 V
Pada Gambar 4.10, terlihat bahwa semakin lama waktu proses maka diperoleh
produktifitas hidrogen dan komposisi gas hidrogen yang stabil. Hal ini tentu saja
berkaitan dengan uraian sebelumnya bahwa semakin tinggi tegangan yang digunakan
pada proses elektrolisis plasma maka diperoleh plasma yang memiliki kestabilan yang
baik. Pengukuran uji stabilitas hanya sampai 40 menit, hal tersebut disebabkan oleh
ketidakmampuan peralatan untuk melakukan proses elektrolsis plasma dengan
Universitas Indonesia
menggunakan tegangan tinggi dalam waktu yang lebih dari 40 menit, penyebabnya
yaitu pada trafo yang digunakan sering terjadi overheating karena spesifikasi dari trafo
hanya tahan sampai maksimum 1000 watt, sementara watt yang digunakan pada proses
ini akan bertambah dengan seiring bertambahnya waktu. Oleh karena itu, proses
elektrolisis plasma dengan menggunakan tegangan tinggi (300 V) mengindikasikan
produktifitas hidrogen yang optimum tetapi terhalang oleh daya dukung peralatan.
4.2.6 Komposisi Gas Yang Dihasilkan Pada Proses Elektrolisis Plasma Dengan
Penambahan Aditif
Tabel 4.4 Produk dan komposisi gas yang dihasilkan dari proses elektrolisis plasma dengan
menggunakan penambahan larutan methanol dan etanol
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dihasilkan produk gas lain selain H2 dan O2 yaitu
hidrokarbon C!-C3 dan CO2. Pada penambahan metanol produk gas lain yang memiliki
komposisi yang terbesar adalah C1 (gas metana) yaitu sebesar 9,54% (%mol), sementara
produk gas lain yang dihasilkan komposisinya kurang dari 1% (%mol). Sedangkan pada
penambahan etanol produk gas lain yang memiliki komposisi yang terbesar adalah C1
(gas metana) dan C2(gas etana) yaitu masing-masing sebesar 1,89% (%mol) dan 4,67%
(%mol), sementara produk gas lain yang dihasilkan memiliki komposisi kurang dari 1%
mol. Komposisi CO2 pada penambahan metanol dan etanol kurang dari 0,5%, hal ini
menjelaskan bahwa penelitian ini menghasilkan emisi gas CO2 rendah.
Pada penjelasan sebelumnya pada Sub Bab 4.1 dijelaskan bahwa pengukuran
komposisi dipengaruhi juga oleh adanya difusi udara oleh karena itu terdapat pula
komposisi N2 pada produk gas ini yaitu 29,91% (%mol) pada penambahan metanol dan
24,5% (%mol ) pada penambahan etanol. Nitrogen tersebut juga bisa terjadi karena
sampling yang tidak baik, oleh karena itu sampling dilakukan dengan wadah yang telah
vakum dari udara sehingga hanya produk gas dari elektrolisis plasma yang terdapat
dalam wadah.
Data analisis lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dari data analisis
pada Lampiran 3 dan 4 produk gas lain yaitu hidrokarbon, N2 dan CO2 akan dikonversi
dengan metode normalize yang terdapat pada Lampiran 5, sehingga diperoleh
komposisi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
Pada Bab 5 ini, akan dijelaskan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
5.2. Saran
1. Pada rangkaian, baik apabila flowmeter yang digunakan digital dan
rangkaian terpasang secara online.
2. Perlu dilakukan pemisahan antara produk utama yaitu H2 dan produk
samping yaitu hidrokarbon agar produk samping juga dapat dimanfaatkan.
3. Perlu dilakukan karakterisasi dari setiap parameter yang diujikan.
61 Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
Holladay, J.D., J. Hu, D.L. King, Y. Wang. (2009). “An overview of hydrogen
production technologies”, Catalysis Today 139 (2009) 244–260.
Saksono, Nelson., Bagus, S U., Setidjo Bismo., (2010) ” Rancang bangun sistem
produksi hidrogen melalui porses elektrolisis plasma non-termal”
Proceeding Seminar rekayasa proses, UNDIP, Semarang.
Chaffin, John H., Sthepen M. Bobbio, Hillary, Inyang, Life Kaanagbara (2006).
“Hydrogen Production By Plasma Electrolysis”. ASCE: 0733-9402.
62 Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
63
Yan ZC., Li, C., Wang Hong Lin W H., (2008). “ Hydrogen generation by glow
discharge plasma electrolysis of methanol solutions”. International journal
of hydrogen energy, vol 34 pp : 48 – 55.
Yan ZC., Li, C., Wang Hong Lin W H., (2008). “ Hydrogen generation by glow
discharge plasma electrolysis of ethanol solutions”. College of Chemical
and Energy Engineering, South China University of Technology,
Guangzhou.
Universitas Indonesia
Sistem produksi..., Mardiansyah, FT UI, 2011
LAMPIRAN
Lampiran 1
64
65
66
67
56 , 0184 gram
56 gr / mol mol
Molaritas larutan = 1, 0003
1L L
V1 .M 1 V2 .M 2
V1 50 mL
Jadi besarnya volume larutan KOH 1 M yang harus diambil adalah 50 mL.
V1 100 mL
Jadi besarnya volume larutan KOH 1 M yang harus diambil adalah 100 mL
68
V1 150 mL
Jadi besarnya volume larutan KOH 1 M yang harus diambil adalah 150 mL
ହ,ଵଶ௫,ଷଵ
= 5,17 mmol/menit
ଶଶ,ସ௫
G(H 2 )
1,93mL / s x300 det ik / 1000 L . (96500)C / mol
(11,2)mol / L . (3,78) Amperex300 det ik
G ( H 2 ) 4,4 mol.mol 1
69
70
INTERNAL REPORT
Extended Gas Analysis Results
GPA 2286 / GPA 2145 & 2172
Printing. 16:00 , 27 November 2010
Sample Information
Company :
Sample Description :
Project No. : Sample Type : Gas Sample
Sampling Date & Time : Instrument Type : HP_6890N
Container No : File Raw Data :
Sampling Pressure &
Temp : Date Injection : 27-Nov-2010
Opening Pressure &
Temp : Date Modified : 27-Nov-2010
Acquisition Method : Gas_Ngpa2286_AG6890N
Calibration Standard : Messa Gas Singapore
Database ID : Gas-Link Calibration Raw Data. :
Comments : Analyzed Date Calibration : 27-Nov-2010
Modification Calibration : Gas_Ngpa2286_AG6890N
Short -Form Gas Composition GPSA 2145-96 & GPSA 2172-96 Data
Air =
Ideal Relative Density 0.8720
Component Mole% GPM 1.0000
Hydrogen 0.000 Real Relative Density 0.8722 @ 14.73psia, 60°F
Hydrogen Sulfide 0.000 Pseudo Critical Press. 538.7 psia
Carbon Dioxide 0,213 Pseudo Critical Temp. 257.4 Rankine
Nitrogen 78,640 Gas Compressibility Factor, Z 0.9994 @ 14.73psia & 60°F
-1
Methane 6,081 Whole Pseudo Liquid Density 0.6419 g.cc @14.696 psia, 60°F
-3
Ethane 15,002 0,000 Ideal Gross Calorific Value 244.3 BTU.ft @ 14.73psia, 60°F
-3
Propane 0,064 0,000 Ideal Net Calorific Value 220.0 BTU.ft @ 14.73psia, 60°F
-3
i-Butane 0.000 0.000 Real Gross Calorific Value 244.5 BTU.ft @14.73psia, 60°F
n-Butane 0,000 0,000
Neo-pentane 0.000 0.000 Wobbe Indices = Btu gross / SG^0.5
Wobbe Index (14.696 psia,
i-Pentane 0,000 0,000 60°F) 261.0
n-Pentane 0,000 0,000 Wobbe Index (14.73 psia, 60°F) 261.6
Hexanes 0.000 0.000 Heating Value, 14.73 psia, 60°F
Real Gross Heat Value KJoule /
M-C-Pentane 0.000 0.000 kg 12048.0
Benzene 0.000 0.000 Real Net Heat Value KJoule / kg 10848.2
Cyclohexane 0.000 0.000 Real Gross Heat Value Btu / lbm 5765.7
Heptanes 0.000 0.000 Real Net Heat Value Btu / lbm 5191.6
M-C-Hexane 0.000 0.000 Gas Compress at Sampling Cond
Toluene 0.000 0.000 Gas Compressibility Factor ???
Octanes 0.000 0.000
71
INTERNAL REPORT
Extended Gas Analysis
Results
GPA 2286 / GPA 2145 & 2172
Printing. 16:00 , 06 November 2010
Sample Information
Company :
Sample Description :
Project No. : Sample Type : Gas Sample
Sampling Date & Time : Instrument Type : HP_6890N
Container No : File Raw Data :
Sampling Pressure & Temp : Date Injection : 06-Nov-2010
Opening Pressure & Temp : Date Modified : 06-Nov-2010
Acquisition Method : Gas_Ngpa2286_AG6890N
Calibration Standard : Messa Gas Singapore
Database ID : Gas-Link Calibration Raw Data. :
Comments : Analyzed Date Calibration : 06-Nov-2010
Modification Calibration : Gas_Ngpa2286_AG6890N
Short -Form Gas Composition GPSA 2145-96 & GPSA 2172-96 Data
Air =
Ideal Relative Density 0.8720
Component Mole% GPM 1.0000
Hydrogen 0.000 Real Relative Density 0.8722 @ 14.73psia, 60°F
Hydrogen Sulfide 0.000 Pseudo Critical Press. 538.7 psia
Carbon Dioxide 0.695 Pseudo Critical Temp. 257.4 Rankine
Gas Compressibility
0.9994 @ 14.73psia & 60°F
Nitrogen 75.235 Factor, Z
Whole Pseudo Liquid -1
0.6419 g.cc @14.696 psia, 60°F
Methane 24.002 Density
-3
Ethane 0.055 0.015 Ideal Gross Calorific Value 244.3 BTU.ft @ 14.73psia, 60°F
-3
Propane 0.005 0.001 Ideal Net Calorific Value 220.0 BTU.ft @ 14.73psia, 60°F
-3
i-Butane 0.000 0.000 Real Gross Calorific Value 244.5 BTU.ft @14.73psia, 60°F
n-Butane 0.004 0.001
Neo-pentane 0.000 0.000 Wobbe Indices = Btu gross / SG^0.5
Wobbe Index (14.696
i-Pentane 0.002 0.001 psia, 60°F) 261.0
Wobbe Index (14.73 psia,
n-Pentane 0.002 0.001 60°F) 261.6
Hexanes 0.000 0.000 Heating Value, 14.73 psia, 60°F
Real Gross Heat Value
M-C-Pentane 0.000 0.000 KJoule / kg 12048.0
Benzene 0.000 0.000 Real Net Heat Value KJoule / kg 10848.2
Cyclohexane 0.000 0.000 Real Gross Heat Value Btu / lbm 5765.7
Heptanes 0.000 0.000 Real Net Heat Value Btu / lbm 5191.6
M-C-Hexane 0.000 0.000 Gas Compress at Sampling Cond
Gas Compressibility
Toluene 0.000 0.000 Factor ???
Octanes 0.000 0.000
72
% ଵ
x 100% - (%mol H2 + %mol O2)
ଵ%
,଼ଵ%
x 100% - (45,9%+22,95%) = 1,89 %
ଵ%
% ଶ
x 100% - (%mol H2 + %mol O2)
ଵ%
ଵହ,ଶ%
x 100% - (45,9%+22,95%) = 4,67 %
ଵ%
% ଷ
x 100% - (%mol H2 + %mol O2)
ଵ%
,ସ%
x 100% - (45,9%+22,95%) = 0,02 %
ଵ%
% ைଶ
x 100% - (%mol H2 + %mol O2)
ଵ%
,ଶଵଷ%
x 100% - (45,9%+22,95%) = 0,07 %
ଵ%
73
଼,ସ%
x 100% - (45,9%+22,95%) = 24,5 %
ଵ%
74