Anda di halaman 1dari 14

TUGAS DISASTER PLAN

UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN


HUTAN DAN LAHAN DI KOTA PONTIANAK

KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH:

Nurpadila Ramadanti

030.13.151

PEMBIMBING:

dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT

PERIODE 14 JANUARI – 23 MARET 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
BAB 1
PROFIL DAERAH

1.1 Kota Pontianak, Kalimantan Barat

Nama Resmi : Kota Pontianak


Ibukota : Pontianak
Provinsi : Kalimantan BARAT
Koordinat : 0° 02' 24" LU – 0° 01' 37" LS 109° 16' 25" – 109° 23'
04" BT
Batas Wilayah : Utara: Siantan, Mempawah
Selatan: Sungai Raya, Kubu Raya dan Siantan,
Mempawah
Barat: Sungai Kakap, Kubu Raya
Timur: Sungai Ambawang, Kubu Raya
Luas Wilayah : ± 107,82km2
Jumlah : 681,278 jiwa
Penduduk
Wilayah : Kecamatan: 6, Kelurahan: 29
Administrasi
Website : http://www.bapedapontianak.go.id/

Wilayah Kota Pontianak memiliki luas ± 107,82km2. Secara geografis terletak


di antara 0° 02' 24" Lintang Utara (LU) – 0° 01' 37" Lintang Selatan (LS)109° 16'
25" – 109° 23' 04" Bujur Timur (BT). Batas-batas wilayah Kota Pontianak adalah
sebagai berikut :
 Sebelah Utara: berbatasan dengan Siantan, Mempawah
 Sebelah Barat: berbatasan dengan Sungai Kakap, Kubu Raya;
 Sebelah Timur: berbatasan dengan Sungai Ambawang, Kubu Raya;
 Sebelah Selatan: berbatasan dengan Sungai Raya, Kubu Raya dan Siantan,
Mempawah.
Gambar 1. Peta Wilayah Kota Pontianak

1.1.1 Kondisi morfologis


Kota Pontianak terletak di Delta Sungai Kapuas dengan kontur
topografis yang relatif datar dengan ketinggian permukaan tanah antara
berkisar antara 0.1 s/d 1.5 meter diatas permukaan laut. Dengan ketinggian
permukaan wilayah tersebut, maka kota Pontianak sangat dipengaruhi oleh
pasang surut air sungai sehingga mudah tergenang.
Ketinggian air dari permukaan tanah pada saat banjir di wilayah kota
rata-rata 50 cm. Pada pengamatan pasang surut melalui alat ukur ( pada
koordinat 0000’5” LU dan 109002’20” BT) diperoleh titik pasang tertinggi
sebesar 2,42 meter, titik pasang terendah sebesar 0,07 meter dan muka laut
rata-rata maksimal 0,89 meter).
Kota Pontianak terbelah menjadi tiga daratan dipisahkan oleh
Sungai Kapuan Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak dengan
lebar 400 meter, kedalaman antara 12 sampai dengan 16 meter, sedangkan
cabangnya mempunyai lebar sebesar 250 meter. Sungai ini selain sebagai
pembagi wilayah fisik kota juga berfungsi sebagai pembatas perkembangan
wilayah yang mempunyai karakteristik berbeda. Kurangnya jaringan
penghubung yang dapat mengkoneksikan antar ketiga bagian wikayah Kota
Pontianak menyebabkan wilayah kota seperti terkotak-kotak dengan fungsi
dan perkembangan yang berbeda-beda sehinggainfrastruktur pendukungnya
seperti jaringan jalan dan jembatan sangat berperan dalam mengimbangi
perkembangan wilayah kota.
Kota Pontianak terkenal dengan hasil pertanian dan perkebunannya.
Hasil inilah yang dijadikan Kota Pontianak sebagai komoditas utamanya
dalam bidang perekonomian. Hasil pertaniannya antara lain padi, jagung,
kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunannya antara lain karet,
kelapa sawit, kelapa, dan lidah buaya.
Dari hal tersebut, kita mengetahui bahwa keadaan atau morfologi
Kota Pontianak sudah sangat memprihatinkan. Pontianak yang terletak di
Pulau Kalimantan yang terkenal dengan hutan dan tanamannya sekarang
beralih menjadi hutan gundul yang mengenaskan. Perusakan hutan yang
salah satunya dengan pembakaran hutan sudah merajalela. Hutan yang
beralih fungsi menjadi lahan penduduk sementara yang kemudian apabila
sudah tidak produktif lagi lahan itu ditinggal begitu saja menyebabkan
banyak terdapat lahan kosong yang tidak dimanfaatkan lagi.
1.1.2 Kondisi klimatologis
Secara klimatalogi, wilayah Kota Pontianak berkisar 26,1ºC-27,4ºC
dengan kelembapan udara anatar 86%-92%. Adapun besarnya curah hujan
berkisar antara 3000 mm - 4000 mm per tahun. Sedangkan tinggi daratan
hanya 0,10-1,5 m diatas permukaan laut, sehingga Kota Pontianak sangat
rentan terhadap genangan air apabila terjadi pasang air laut yang disertai
hujan.

1.1.3 Kondisi Tanah dan Hidrologis


Jenis tanah di Kota Pontianak terdiri dari jenis tanag organosol,
tanah liat, humus dan tanah gambut dengan karakteristik berbeda satu sama
lainnya. Pada wilayah tanah yang bergambut, ketebalan gambut dapat
mencapai 1-6 meter, sehingga menyebabkan daya dukung tanah yang
kurang baik apabila diperuntukkan untuk mendirikan bangunan besar
ataupun untuk menjadikannya sebagai lahan pertanian.

1.1.4 Kondisi Topografi


Tinggi permukaan tanah darri permukaan laut antara 0,8 s/d 1,5
meter. Struktur tanah merupakan lapisan tanah gambut bekas endapan
lumpur sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4
meter dari permukaan laut. Kota Pontianak dipisahkan dengan lebar 400
meter, kedalaman air antara 12 s/d 16 meter, sedangkan cabangnya
mempunyai lebar 250 meter

1.1.5 Kondisi Administratif


Secara administratif, Kota Pontianak dibagi menjadi 6 kecamatan
(Pontianak Barat, Pontianak Kota, Pontianak Tenggara, Pontianak Timur,
Pontianak Utara) dan 29 kelurahan. Pada kecamatan Pontianak Barat terdiri
dari 4 kelurahan Kelurahan Sungai Jawi Luar, Kelurahan Pal Lima,
Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Kelurahan Sungai Beliun. Pada kecamatan
Pontianak Kota terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Desa Tengah,
Kelurahan Mariana, Kelurahan Sungai Jawi, Kelurahan Sungai Bangkong,
Kelurahan Darat Sekip. Kecamatan Pontianak Selatan terdiri dari 6 kelurahan
yaitu Kelurahan Akcaya, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Parit Tokaya,
Kelurahan Benua Melayu Darat, Kelurahan Benua Melayu Laut, Kelurahan
Bangka Belitung. Pontianak Tenggara terdiri dari 4 kelurahan yaitu
Kelurahan Bangka Belitung Darat, Kelurahan Bangka Belitung Laut,
Kelurahan Bansir Darat, Kelurahan Bansir Laut. Kecamatan Pontianak
Timur Kelurahan Saigon, Kelurahan Tanjung Hulu, Kelurahan Parit Mayor,
Kelurahan Banjar Serasan, Kelurahan Tambelan Sampit,
Kelurahan Dalam Bugis, Kelurahan Tanjung Hilir. Kecamatan pontianak
utara terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Siantan Hulu, Kelurahan
Siantan Tengah, Kelurahan Siantan Hilir, Kelurahan Batu Layang.

1.1.6 Kondisi Demografis


Secara umum, kondisi demografis Kota Pontianak dapat
digambarkan bahwa penduduk tahun 2014 adalah 5.547 jiwa/Km2, jika
dibandingkan dengan tahun 2013 dengan kepadatan penduduk sekitar 5.446
jiwa/Km2 maka terdapat peningkatan sebesar 1,8 persen. Kepadatan
penduduk per kecamatan di Kota Pontianak relatif tidak merata. Kecamatan
Pontianak Timur, walaupun dari sisi jumlah penduduk merupakan
kecamatan yang memilki jumlah penduduk relatif kecil, hanya lebih besar
daripada Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan Pontianak
Tenggara, namun Kecamatan Pontianak Timur adalah kecamatan yang
paling padat diantara kecamatan-kecamatan di Kota Pontianak.
Tabel 1. Jumlah penduduk kota Pontianak menurut Kecamatan
Tahun 2014

No Kecamatan Luas Km2 Penduduk Kepadatan


Jumlah % jiwa/km2
1. Pontianak Selatan 14,54 87.955 14,7 % 6.049,17

2. Pontianak Tenggara 14,83 48.646 8,13% 3.280,24

3. Pontianak Timur 8,78 88.761 14,84% 10.109,45

4. Pontianak Barat 16,94 133.239 22,28% 7.865,35

5. Pontianak Kota 15,51 118.274 19,78% 7.625,66

6. Pontianak Utara 37,22 121.222 20,27% 3.256,90


BAB 2
ANALISIS RISIKO

2.1 Hazard
2.1.1 Hazard morfologis
Salah satu hazard morfologi pada Kota Pontianak adalah ketinggian
permukaan tanah antara berkisar antara 0.1 s/d 1.5 meter diatas permukaan laut
sehingga mudah tergenang. Selain itu pembebasan lahan untuk lahan pertanian
dengan merusakan hutan yang salah satunya dengan pembakaran hutan.

2.1.2 Hazard klimatologis


Hazard klimatologis pada Kota Pontianak adalah curah antara 3000 mm - 4000
mm per tahun. Sedangkan tinggi daratan hanya 0,10-1,5 m diatas permukaan laut,
sehingga Kota Pontianak sangat rentan terhadap genangan air apabila terjadi pasang
air laut yang disertai hujan.

2.2 Vulnerability
Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan, sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
Kebakaran hutan di Kota Pontianak diantaranya adalah :
a. Kerentanan Fisik : ditinjau dari struktur fisik di Kota Pontianak, bangunan
sebagian berjenis semi permanen atau non permanen yang terbentuk dari kayu
dan seng. Semakin banyak bahan bangunan berjenis semi permanen dan
nonpermanen, maka semakin besar skor tingkat ketangguhan di Kota Pontianak.
Jenis bangunan semi permanen dan non permanen mempengaruhi penjalaran api
ketika terjadi bencana kebakaran karena apabila di dominasi oleh bangunan
berjenis semi permanen dan non permanen maka penjalaran api semakin mudah
dan membuat blok tersebut tidak tangguh terhadap bencana kebakaran. Tidak
hanya jenis bangunan yang mempengaruhi penjalaran tetapi kepadatan bangunan
mempengaruhi penjalaran api, ketika suatu bangunan terbakar maka akan
menyebar ke bangunan lain apabila kepadatan bangunannya tinggi.
b. Kerentanan Ekonomi : Rata-rata pekerjaan penduduk miskin di Kota Pontianak
pekerjaannya adalah pemulung dan pengemis. Penduduk miskin di Kota
Pontianak biasanya menempati rumah dengan jenis bangunan kayu
c. Kerentanan Sosial : banyaknya penduduk lokal, tingkat pengetahuan masyarakat
yang masih rendah,

2.3 Capacity
Kapasitas yang dimiliki oleh penduduk Kota Pontianak adalah tingkat
gotong–royong masyarakat tinggi dalam menghadapi bencana. Serta
pemahaman masyarakat tentang bagaimana mengatasi suatu bencana yang
umum terjadi di daerahnya yaitu kebakaran hutan.

Tabel 2. Daftar Puskesmas di Kota Pontianak

Kode Jenis
No. Puskesmas Alamat
Puskesmas Puskesmas
Jl. Tani Makmur Rt 02/29 Parit Tokaya, Kec. Non Rawat
1 GANG SEHAT P6171010201
Pontianak Selatan Inap
Jl. Purnama Rt 02/20 Parit Tokaya, Kec. Pontianak Non Rawat
2 PURNAMA P6171010202
Selatan Inap
Jl. Parit H.Husein II Komp Pemda Jalur 2, Kec. Non Rawat
3 PARIT H. HUSIN II P6171010203
Pontianak Tenggara Inap
Jl. Imam Bonjol Gg. Busri Rt 01/10, Kec. Pontianak Non Rawat
4 KAMPUNG BANGKA P6171011201
Tenggara Inap
Jl. Tanjung Raya I dalam Bugis, Kec. Pontianak
5 KAMPUNG DALAM P6171020101 Rawat Inap
Timur
6 SAIGON P6171020106 Jl. Tanjung Raya II, Kec. Pontianak Timur Rawat Inap
Jl. H Rais Arahman Rt 04/02 Parit Mayor, Kec. Non Rawat
7 PARIT MAYOR P6171020202
Pontianak Timur Inap
Jl. YM Sabran Rt 03/12 Tj Hulu, Kec. Pontianak Non Rawat
8 TANJUNG HULU P6171020203
Timur Inap
Jl. Tanjung Harapan Rt 03/02 Banjar Serasan, Kec. Non Rawat
9 BANJAR SERASAN P6171020204
Pontianak Tmur Inap
Jl. H Abu Naim Rt 04/01Tambelan Sampit, Kec. Non Rawat
10 TAMBELAN SAMPIT P6171020205
Pontianak Timur Inap
Jl. M Yusuf Komp Perum I No1 Rt01/26 S J Luar, Non Rawat
11 PERUMNAS I P6171030201
Kec. Pontianak Barat Inap
Jl. Apel Rt 04/09 No. 62 Suwi Jawi Dlm, Kec. Non Rawat
12 KOM. YOS SUDARSO P6171030202
Pontianak Barat Inap
Jl. Husein Hamzah Gg. Mufakat Rt 03/03 Pal 5, Non Rawat
13 PAL LIMA P6171030203
Kec. Pontianak Barat Inap
Jl. Hasyim Ahmad Rt 03/06 Sui Beliung , Kec. Non Rawat
14 PERUMNAS II P6171030204
Pontianak Barat Inap
Jl. Alianyang No. 121 Sui Bangkong, Kec.
15 ALIANYANG P6171031101 Rawat Inap
Pontianak Kota
Jl. Ampera Rt 001/033 Sui Bangkong, Kec.
16 KARYA MULIA P6171031102 Rawat Inap
Pontianak Kota
Jl. H. Rais Arahman Rw. 25 Rt. 01 Sui Jawi, Kec. Non Rawat
17 PAL TIGA P6171031203
Pontianak Kota Inap
Jl. Jend Urip No. 79 Ptk Rt 02 Rw 04 Kel. Tengah, Non Rawat
18 KAMPUNG BALI P6171031204
Kec. Pontianak Kota Inap
Jl. Khatulistiwa No 151 Rt01/21 Siantan Hilir, Kec.
19 SIANTAN HILIR P6171040101 Rawat Inap
Pontianak Utara
Jl. Parit Pangeran Rt 04/06 Suantan Hulu, Kec. Non Rawat
20 SIANTAN HULU P6171040202
Pontianak Utara Inap
Jl. Selat Sumba No. 40 Rt 4/15 Siantan Tengah, Non Rawat
21 SIANTAN TENGAH P6171040203
Kec. Pontianak Utara Inap
Jl. Khatulistiwa Rt 03/09 Batu Layang, Kec. Non Rawat
22 KHATULISTIWA P6171040204
Pontianak utara Inap
Jl. 28 Oktober Gg. Marga Utama No1 Rt03/14 S, Non Rawat
23 TELAGA BIRU P6171040205
Kec. Pontianak Utara Inap

2.4 Analisis risiko


Dari ketiga hal tersebut diatas, bencana kebakaran hutan merupakan bencana
yang relatif sering terjadi, kemungkinan terjadinya adalah satu kali per tahun yaitu
saat musim kemarau. Dampak yang biasanya terjadi pada bencana kebakaran hutan
di antaranya adalah:
1. Dampak Sosial : masyarakat yang terkena kebakaran hutan ataupun terhirup
asap biasanya berjumlah cukup banyak, pada bencana yang terakir tercatat,
tidak ada korban jiwa.
2. Dampak Lingkungan : dampak yang terjadi diantaranya adalah rusaknya hutan
dan beberapa pemukiman warga
3. Dampak Ekonomi : Adanya rumah tangga miskin mempengaruhi tingkat
ketangguhan di Kota Pontianak. Ratarata pekerjaan penduduk miskin di Kota
Pontianak pekerjaannya adalah pemulung dan pengemis. Penduduk miskin di
Kota Pontianak biasanya menempati rumah dengan jenis bangunan kayu dan
apabila setelah terjadi kebakaran penduduk miskin tidak punya investasi untuk
membangun rumahnya kembali.
4. Dampak Kesehatan : dampak kebakaran hutan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan masyarakat. Secara spesifik, penyakit yang mungkin timbul saat
bencana kebakaran hutan adalah penyakit yang berkaitan dengan pernafasan
yaitu ISPA, bronkhitis, pneumonia dan asma. Namun bisa juga memunculkan
penyakit non-infeksi seperti trauma (kecelakaan) pada lokasi yang terkena
karena sangat minamalnya lapang pandang saat mengendarai kendaraan, yang
dapat menimbulkan risiko kecelakaan lalu lintas.
BAB 3
MANAJEMEN BENCANA

3. 1 Sebelum datangnya kebakaran

 Waspadalah terhadap perubahan cuaca


 Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini
cuaca setempat
 Tindak keras bila ada oknum yang ingin buka lahan tanpa izin resmi
pemerintah setempat.

3.2 Saat datangnya kebakaran hutan

 Segera melakukan tindakan pemadaman api dengan memanggil pemadam


kebarakaran dan bila sudah luas berkoordinasi dengan pemerintah setempat
untuk melakukan penyemaian garam melalui pesawat udara di awan.
 Jika berada di luar rumah pakailah alat pelindung diri seperti masker hidung
agar tidak terkena penyakit ISPA.
 Bila jarak pandang pendek maka berhati-hati dalam mengemudi kendaraan
salah satunya dengan cara menyalakan lampu kendaraan.
 Bila kabut semakin tebal, aktivitas di luar rumah seperti bersekolah dan lain
halnya harus dihentikan sementara waktu agar tidak mengganggu kesehatan
dan mengurangi angka kejadian kecelakaan berlalu lintas.
 Selama berada dirumah, jendela dan ventilasi dirumah ditutup rapat untuk
mengurangi jumlah asap yang masuk ke dalam rumah.

3.2 Program pasca-bencana kebakaran


 Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca
bencana.
 Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,
sekolah, masjid.
 Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter
puskesmas.
 Memberi himbauan agar tidak keluar rumah terlalu sering pada saat kabut
asap tebal, memberikan arahan menggunakan alat pelindung diri berupa
masker, dan bila menggunakan kendaraan agar dapat menyalakan lampu
kendaraan dikarenakan jarak pandang memendek akibat kabut asap yang
tebal.
 Menentukan triase, memilah-milah korban berdasarkan tingkat keparahan
atau kegawatdaruratannya
 Mempunyai sarana prasana seperti masker yang akan di bagikan kepada
masyarakat untuk mengurangi angka kejadian ISPA.
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang.
 Meminta bantuan dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Barat bila ada obat-
obatan atau alat penunjang yang kurang
 Meminta bantuan dan kerja sama dari tenaga medis lainnya seperti bidan,
perawat, dan bahkan mantri-mantri desa untuk berpartipasi dalam
menanggulangi kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan.
 Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk
mengevakuasi korban-korban bencana.
 Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan
triase tersebut.
 Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang-ruang yang
sudah ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang
berbeda dengan pintu masuk awal.
 Membuat data berapa angka kejadian penyakit terbanyak selama kabut asap
terjadi sebagai data bencana di Kota Pontianak itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai