Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus.Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung
meluas kearah samping dan ke dalam.
Selulitis sendiri mempunyai tiga karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai di
jaringan subkutis, Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak jelas dan
cepat meluas.
Penyebab selulitis diantaranya adalah infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan oleh
penyebab lain seperti genetic, gigitan serangga dan lain – lain.
Untuk menghindari terkena selulitis bias dilakukan dengan melembabkan kulit secara
teratur, Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, Lindungi tangan dan kaki, Rawat
secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari selulitis ?
2. Apa epidemiologi dari selulitis ?
3. Bagaimana patofisiologi selulitis ?
4. Apa saja faktor resiko terjadinya selulitis?
5. Apa saja manifestasi klinis selulitis ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk selulitis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis selulitis ?
8. Bagaimana askep untuk selulitis?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhu tugas mata kuliah --pada semester II, dan agar para
mahasiswa mengetahui dan memahami serta mampu membuat asuhan keperawatan dengan
selulitis.
B. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa memahami atau mengetahui tentang :
1. Definisi dari selulitis
2. Epidemiologi dari selulitis
3. Patofisiologi selulitis
4. Faktor resiko terjadinya selulitis
5. Manifestasi klinis selulitis
6. Pemeriksaan diagnostik untuk selulitis
7. Penatalaksanaan medis selulitis
8. Asuhan Keperawatan untuk selulitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Selulitis
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan
(Arif, 2000).
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokusaureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung
meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).

Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut
:

 Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis


 Mengenai pembuluh limfe permukaan
 Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas
Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi
berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan.
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and Soft-Tissue
Infection (B) (Morris, 2008)

2.2. Epidemiologi Selulitis


Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade
keempat dan kelima (2). Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa
studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi
peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis
kelamin.

Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa tingkat kejadian selulitis adalah sekitar 24.6/1000
orang/tahun, dengan tingkat kejadian antara individu berusia 45-64 tahun. Kasus yang paling
umum dari infeksi selulitis didapat dari bagian tungkai bawah (39,9%). Sebagian besar pasien
rata-rata mendapat perawatan rawat jalan (73,8%).Terdapat kejadian yang sangat rendah dari
komplikasi selulitis, termasuk nekrotik fasciitis. Kasus selulitis cukup umum, biasanya dirawat
dalam pengaturan rawat jalan, dan jarang disertai oleh erysipelas, limfadenitis, limfangitis, atau
nekrotik fasciitis.

2.3. Patofisiologi Selulitis


Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu bakteri patogen yang menembus
lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit
infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada
orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua
ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat,
nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan
oleh streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang
terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.
Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini
dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat
rendah

2.7. Faktor Resiko

Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang rentan mengalami selulitis adalah,
adanya luka yang terkontaminasi, infeksi jamur yang berlangsung lama pada kaki, diabetes,
ulkus pada kaki, gangguan sirkulasi terutama pada kaki, gangguan pembuluh darah tepi, penyakit
pada hati seperti hepatitis kronis atau sirosis, obesitas dengan kaki yang membengkak, penyakit
kulit seperti psoriasis atau dermatitis alergi, penyakit infeksi pada kulit seperticacar air, jerawat
yang parah, luka bakar, infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan, infeksi tulang
di bawah kulit, dan gigitan serangga atau binatang.

2.8. Manifestasi Klinis

Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di
kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang
mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena infeksi
menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak
dan teraba lunak. Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai,
kelenjar getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan. Penderita bisa mengalami
demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit kepala dan tekanan darah rendah. Kadang-
kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada
beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada. Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai
akibat dari selulitis. Meskipun jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d
bawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan fasitis
nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh lainnya.
Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening di dekatnya bisa
mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.
Komplikasi
 Lokal nanah dengan pembentukan abses dan nekrosis kulit (cellulitis gangren) kadang-
kadang dapat diamati.
 Myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (dalam selulitis ekstremitas atas),
dan osteomyelitis dapat terjadi.
 Thrombophlebitis dapat mengembangkan, terutama di bagian bawah kaki.
 Bakteremia dengan pembenihan situs yang jauh dapat menyulitkan selulitis.
 Meningitis dapat mempersulit selulitis wajah.
 Demam Scarlet rumit selulitis streptokokus telah diamati tapi jarang.
 Bakteri-dan-terkait efek racun dapat mengakibatkan shock dan kegagalan organ
multisistem.
 Glomerulonefritis dan endokarditis bakteri adalah komplikasi yang mungkin.
 Kambuh dapat menyebabkan selulitis lymphedema gigih local. Hasil akhir adalah
fibrosis hipertrofik yang permanen untuk jangka nostras kaki gajah telah diberikan.

2.9. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi,
batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis.
Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H.
influenza, lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan.
Lesi kebiru-biruan atau keunguan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh
Streptokokus pneumonia. Anak dengan selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tampak sakit
berat dan toksik dan sening disertai gejala infeksi tnaktus respiratonius bagian atas, bakteriemi
dan septikemi. Pada pemeriksaan laboratonium danah tepi enisipelas didapatkan leukositosis
(15.00020.000). Pada pemeriksaan urine ditemukan proteinuria dan hematuria bila telah ada
komplikasi pada ginjal.
Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.00040.000) dengan hitung jenis
bergeser ke kiri. Seringkali tidak mungkin membuat kultur dan lesi terhadap Streptokokus
kanena hanya positif untuk Streptokokus saat gejala klinis erisipelas bdum timbul; tetapi kuman
tersebut dapat dijumpai pada tenggorokan, hidung atau mata. Titer ASTO meningkat pada
minggu I.

2. 10. Penatalaksanaan Medis pada Selulitis


Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Pemberian
antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan, infeksi
ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik, antipretik. Posisi
dan imobilisasi ekstrimitas, Bergantian kompres lembab hangat ( Long, 1996 : 670).
 Pemeriksaan Laboratorium
1. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
2. BUN level.
3. Creatinin level.
4. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga.
5. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada
tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak
ada faktor resiko.
 Pemeriksaan Imaging
1. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap.
2. CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya
dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika infeksinya ringan,
diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik
jika:
a. penderita berusia lanjut.
b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2.11. Asuhan Keperawatan Pada Selulitis
1. Pengkajian
1) Biodata
Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku bangsa, dan
penyakit ini dapat menyerang segala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut.
2) Identitas
Sering menyerang pada lingkungan yang kurang bersih
3) Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise.
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya.
4) Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil.
5) Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana.
6) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
Mulut : Kebersihan, tidak pucat
Telinga : Tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung : Denyut jantung meningkat
Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

2. Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
2) Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.

3. Rencana Keperawatan
1. Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
teratasi/terkontrol.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
b. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang.
c. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi
nyeri.
d. Pergerakan penderita bertambah luas.
e. Tidak ada keringat dingin.
f. tanda vital dalam batas normal.
S: 36-37,5 0C
N: 60 – 80 x /menit
T : 100-130 mmHg
RR : 18-20 x/menit.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi 1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien. nyeri yang dialami pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang 2. Pemahaman pasien tentang
sebab-sebab timbulnya nyeri. penyebab nyeri yang terjadi akan
3. Ciptakan lingkungan yang tenang mengurangi ketegangan pasien dan
4. Ajarkan teknik distraksi dan memudahkan pasien untuk diajak
relaksasi. bekerjasama dalam melakukan
5. Atur posisi pasien senyaman tindakan.
mungkin sesuai keinginan pasien. 3. Rangsangan yang berlebihan dari
6. Lakukan massage dan perawatan lingkungan akan memperberat rasa
luka dengan teknik aseptic saat nyeri.
rawat luka. 4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
7. Kolaborasi dengan dokter untuk mengurangi rasa nyeri yang
pemberian analgesic dirasakan pasien.

5. Posisi yang nyaman akan membantu


memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6. Massage dapat meningkatkan
vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan perawatan luka dengan
teknik aseptic dapat mempercepat
penyembuhan.
7. Obat –obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri pasien.

2. Dx. 2 : Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada


ekstrimitas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mulai tercapainya
proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
a. Berkurangnya oedema sekitar luka.
b. Pus dan jaringan berkurang
c. Adanya jaringan granulasi.
d. Bau busuk luka berkurang.
Intervensi Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka serta 1. Pengkajian yang tepat terhadap luka
proses penyembuhan. dan proses penyembuhan akan
2. Rawat luka dengan baik dan benar membantu dalam menentukan
: membersihkan luka secara tindakan selanjutnya.
abseptik menggunakan larutan 2. Merawat luka dengan teknik aseptik,
yang tidak iritatif, angkat sisa dapat menjaga kontaminasi luka dan
balutan yang menempel pada luka larutan yang iritatif akan merusak
dan nekrotomi jaringan yang mati. jaringan granulasi tyang timbul, sisa
3. Kolaborasi dengan dokter balutan jaringan nekrosis dapat
pemeriksaan kultur pus dan menghambat proses granulasi.
pemberian anti biotik. 3. Pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti
biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit.

3. Dx. 3 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien dapat
menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan
rendah diri.
b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan/persepsi pasien 1. Mengetahui adanya rasa negatif
tentang perubahan gambaran diri pasien terhadap dirinya.
berhubungan dengan keadaan 2. Memudahkan dalm menggali
anggota tubuhnya yang kurang permasalahan pasien.
berfungsi secara normal. 3. Pasien akan merasa dirinya di
2. Lakukan pendekatan dan bina hargai.
hubungan saling percaya dengan 4. Dapat meningkatkan kemampuan
pasien. dalam mengadakan hubungan
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dengan orang lain dan
dan penerimaan pada pasien. menghilangkan perasaan terisolasi.
4. Bantu pasien untuk mengadakan 5. Untuk mendapatkan dukungan
hubungan dengan orang lain. dalam proses berkabung yang
5. Beri kesempatan kepada pasien normal.
untuk mengekspresikan perasaan 6. Untuk meningkatkan perilaku yang
kehilangan. adiktif dari pasien.
6. Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri
dan hargai pemecahan masalah
yang konstruktif dari pasien.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana
respon pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam
menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan yaitu Selulitis adalah penyebaran
infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan, selulitis sendiri disebabkan oleh jamur,
virus dan penyebab lain seperti genetic dan gigitan serangga. Faktor resiko untuk terjadinya
infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada
pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening. Daerah predileksi yang sering terkena
yaitu wajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan
klinis selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat
dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran
klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.

Pada asuhan keperawatan ditemukan tiga diagnosa yang sering muncul yaitu Nyeri
berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan, Ganguan integritas
jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas., Gangguan gambaran diri
berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

3.2 Saran

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya kita
menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan menemukan kasus pasien
dengan selulitis haruslah dirawat lukanya dengan baik sesui prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk..2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica. Aesculpalus, FKUI,
Jakarta
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4, (p337-50).
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGCNovriani, Erni. 2008. Laporan
Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30.
Isselbacher, Baraundwald, Wilson. 1994. Harrison’s Principles of Internal Medicine,
Internasional edition. Mcgraw Hill Book Co, Singapore

Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK. 1708

Peterson L J., et al. 2003. Contemporary Oral and Maxillofascial Surgery. 4th ed. Mosby. Saint
Louis. Missouri

Anda mungkin juga menyukai