Sri Judiani
Setditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendiknas
email: srijudiani@yahoo.com
Abstrak: Saat ini pelajar Indonesia semakin banyak yang patut dibanggakan, karena telah berhasil
menjuarai olimpiade sains di tingkat internasional. Bahkan, pelajar Indonesia menjadi juara umum dalam
Konferensi Internasional Ilmuwan Muda se-Dunia yang diikuti ratusan pelajar SMA dari 19 negara di Bali
pada 12-17 April 2010. Namun, tidak sedikit pula pelajar yang tidak punya sopan santun, suka tawuran,
minum minuman keras, mabok-mabokan, senang narkotika, dan hobi kebut-kebutan mengendarai sepeda
motor di jalan raya. Melihat kenyataan ini maka Pemerintah mulai tahun ajaran 2010 telah melakukan
piloting penyelenggaraan pendidikan karakter di 125 sekolah yang tersebar di 16 kabupaten/kota dari
16 Propinsi. Implementasi pendidikan karakter di sekolah tidak merupakan mata pelajaran tersendiri,
tidak pula merupakan tambahan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), tetapi dapat
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri, dan budaya sekolah, serta
muatan lokal.
Kata kunci: pendidikan, karakter, terintegrasi, pengembangan diri, budaya sekolah, dan muatan lokal.
Abstract: Nowadays we should be proud because the more Indonesian students have succeeded in
International Science Olympic. The Indonesian student team was even once to be overall champion in
the International Conference of Young Scientists with participant from 19 countries held in Bali on April
12th-7th 2010. On the other hand, some other Indonesian students have shown their disrespectful
attitude to public, they like to brawl or fight with the student from other school, get drunk, drugs or
narcotic addiction, wild races along the crowded traffic. The phenomenon is then to be the reason for
government to conduct “Piloting Project” in 125 schools in 16 districts/cities in within 16 provinces since
September 2010. The Objectives of conducting the “Piloting Projects” is to implement the values of
character to the students so they can turn their attitude to the positive one. The implementation of
character education does not need to be the typical subject nor additional standard of competence but
this is, however, integrated into the existing subject or through the self-development and school culture
as well as local content.
Key words: education, character, integrated, self-development, school culture, and local content.
280
Sri Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
dengan kelemahan individu per individu, melain- olimpiade sains dan seni, serta kesenian tradi-
kan telah membentuk sebuah kultur sekolah yang sional, misalnya, telah sarat dengan pendidikan
tidak menghargai kejujuran. Masifnya perilaku karakter. Tinggal guru yang mesti memunculkan
ketidakjujuran ini telah merambah dalam diri nilai-nilai dalam program itu sebagai bagian dari
siswa, pendidik, dan anggota komunitas sekolah. pendidikan karakter di sekolah (Fasli Jalal, 2010a).
Pe mbanguna n karakt er dan pendi dikan Untuk menerapkan pendidikan karakter, seluruh
karakt er menjadi s ua tu keharus an karena warga sekolah harus memiliki kesepakatan ten-
pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik tang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan
menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan di sekolahnya (Anita Lie, 2010b).
sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai Selanjutnya, Anita Lie juga menyatakan
anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi bahwa pendidikan karakter tidak merupakan mata
dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi harus
yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak diintegrasikan dalam kurikulum, artinya menjadi
masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya penguat kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan
pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter mengimplementasikannya dalam mata pelajaran
di SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lain- dan keseharian anak didik. Mata pelajaran biologi
nya tidak mendapat perhatian namun porsinya misalnya, siswa di ajak l angsung mena nam
saja yang berbeda (Mendiknas, 2010). tumbuh-tumbuhan, diberi pemahaman tentang
Pendidikan karakter yang diterapkan di manfaatnya, dikaitkan dengan kerusakan ling-
sekolah-sekolah tidak diajarkan dalam mata kungan, dan sebagainya. Pada mata pelajaran
pelajaran khusus. Namun, dilaksanakan melalui kesenian, siswa diajak mengenal dan memprak-
keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di tekkan beragam peninggalan seni budaya yang
sekolah. Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, mengatakan menjadi muatan lokal, falsafah budaya, dan
pendidikan karakter yang didorong pemerintah manfaatnya. Masalahnya. Mayoritas guru belum
untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan punya kemauan untuk melakukan itu. Kesadaran
membebani guru dan siswa. Sebab, nilai-nilai yang sudah ada, hanya saja belum diujudkan menjadi
terkandung dalam pendidikan karakter sebenar- sebuah aksi nyata. Hal ini disebabkan pendidikan
nya sudah ada dalam kurikulum, namun selama di Indonesia masih terfokus pada aspek-aspek
ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara kognitif atau akademik, sedangkan aspek soft skills
tersurat. Kita mintakan pada guru supaya nilai- atau non-akademik yang merupakan unsur utama
nilai yang terkandung dalam mata pelajaran pendidikan karakter selama ini masih kurang
maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler disampai- mendapatkan perhatian.
kan dengan jelas pada siswa. Pendidikan karakter Berdasar latar belakang masalah di atas,
bisa terintegrasi juga menjadi budaya sekolah. maka permasalahan yang dikaji di sini dapat
Jadi, pendidikan karakter yang hendak diterapkan dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
secara nasional tidak membebani kurikulum yang implementasi pendidikan karakter bangsa di
ada saat ini. Pendidikan karakter yang dikembang- sekolah dasar? Adapun tujuan penulisan artikel
kan adalah yang dapat membangun wawasan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara
kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi umum tentang implementasi pendidikan karakter
siswa. Selain itu, nilai-nilai yang perlu dibangun bangsa di sekolah dasar sehingga dapat diguna-
dalam diri generasi penerus bangsa secara kan sebagai referensi para pembaca terutama
nasional yakni kejujuran, kerja keras, menghargai para guru dan kepala sekolah ketika mengimple-
perbedaan, kerjasama, toleransi, dan disiplin. mentasikan pendidikan karakter di sekolahnya
Sekolah bebas untuk memilih dan menerapkan masing-masing.
nilai-nilai yang hendak dibangun dalam diri siswa.
Ba hkan pemerintah me nd orong munculnya Kajian Literatur dan Pembahasan
kerag aman untuk p elaksanaan pendidikan Tujuan Pendidikan dan Kompetensi Lulusan
karakter. Program-program di sekolah seperti Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pramuka, kanti n ke jujuran, sekolah hijau, tentang Sistim Pendidikan Nasional disebutkan
281
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010
282
Sri Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan baik, yaitu warga negara yang memiliki kemam-
karakter bangsa. Perbaikan, yakni memperkuat puan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai
kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga
jawab dalam pengembangan potensi peserta negara.
didik yang lebih bermartabat. Penyaring, yaitu Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa
untuk menseleksi budaya bangsa sendiri dan tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai- yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang
nilai karakter yang bermartabat. diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu
Tujuan pendidikan karakter adalah: 1) me- dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap
ngembangkan pot ensi kalbu/nurani/afekti f suatu konsep dan arti dalam komunikasi antara-
peserta didik sebagai manusia dan warganegara anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang
yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa; 2) demikian penting dalam kehidupan masyarakat
mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta mengharuskan budaya menjadi sumber nilai
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumus-
3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung an kualitas yang harus dimiliki setiap warga
jawab peserta didik sebagai generasi penerus negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
bangsa; 4) mengembangkan kemampuan peserta satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur.
didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai
berwawasan kebangsaan; dan 5) mengembang- kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
kan lingkunga n kehidupan sekolah sebagai Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh nasional adalah sumber yang paling operasional
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa dalam pengembangan pendidikan budaya dan
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. karakter bangsa.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendi- Berdasarkan keempat sumber nilai itu, ter-
dikan karakter bersumber dari: 1) Agama, 2) identifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan
Pancasila, 3) Budaya, dan 4) Tujuan Pendidikan karakter bangsa sebagai berikut (Pusat Kurikulum,
Nasional (Pusat Kurikulum, 2010). 2010).
Agama : masyarakat Indones ia adalah Sekolah bebas untuk memilih dan menerap-
masyarakat b eragama. Ole h karena itu, kan nilai-nilai mana dulu yang hendak dibangun
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa dalam diri siswa. Bahkan pemerintah mendorong
selalu didasari pada ajaran agama dan keper- munc ulnya ke ragaman untuk pelaks anaa n
cayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pendidikan karakter (Fasli Jalal, 2010a). Di sekolah
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari A dapat saja mendahulukan nilai-nilai religius,
agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai- sekolah B memprioritaskan nilai-nilai kejujuran,
nilai pendidikan karakter harus didasarkan pada sekolah C memprioritaskan nilai-nilai toleransi,
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. sedangkan di sekolah D sudah melaksanakan
Pa ncasil a: negara kesatuan Republik nilai-nilai religius, kejujuran, toleransi, dan ke-
Indo nesia ditegakkan atas prinsi p-prinsi p disiplinan. Namun, sebaiknya untuk menerapkan
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang pendidikan karakter, seluruh warga sekolah harus
disebut Pancasil a. Pa ncasila terdapat pada memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut yang akan dikembangkan di sekolahnya (Anita Lie,
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 2010a). Bila nilai-nilai karakter yang sudah
1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam disepakati untuk dikembangkan sudah diimple-
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur mentasikan maka selanjutnya ditambah dengan
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyara- nilai-nilai karakter yang lain untuk diimplementasi-
katan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan kan, demikian seterusnya, sampai pada suatu
karakter bangsa be rtujuan mempersi apkan saat semua nilai-nilai karakter sudah diimplemen-
peserta didik menjadi warga negara yang lebih tasikan di sekolah dan di luar sekolah.
283
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010
284
Sri Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
Prinsip dan Pendekatan Pengembangan handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjuk-
Pendidikan Karakter kan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan
Pendidikan karakter bukan merupakan mata bahwa proses pendidikan di lakukan dalam
pelajaran baru yang berdiri sendiri, bukan pula suasana belajar yang menimbulkan rasa senang
dimasukkan sebagai standar kompetensi dan dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan
kompetensi dasar baru, tetapi terintegrasi ke terhadap pengertian nilai yang dikembangkan
dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengem- maka guru menuntun peserta didik agar secara
bangan diri, dan budaya sekolah (Pusat Kurikulum, aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan
2010), serta muatan lokal (Widyastono, 2010). kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif,
Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu menginte- tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang
grasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam menyebabkan peserta didik aktif merumuskan
pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat pertanyaan, mencari sumber informasi, dan
Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, dan Rencana mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah
Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi
Pri nsip-pri nsip yang digunakan dalam data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekon-
pengembangan pendidikan karakter (Pusat Kuri- struksi atau proses pengembangan nilai, menum-
kulum, 2010): 1) Berkelanjutan; mengandung buhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri
makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang
karakter merupakan sebuah proses yang tiada terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar
berhenti, dimulai dari awal peserta didik masuk sekolah.
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan,
bahkan setelah tamat dan terjun ke masyarakat; Perencanaan Pengembangan Pendidikan
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan Karakter
diri, dan budaya sekolah, serta muatan lokal; Perencanaan dan p elaksanaan pendidika n
mensyaratkan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru,
nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-
pelajaran, serta dalam setiap kegiatan kurikuler sama sebagai suatu komunitas pendidik dan
dan ekstrakurikuler; 3) Nilai tidak diajarkan tapi diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal
dikembangkan dan dilaksanakan; mengandung berikut ini.
makna bahwa materi nilai karakter tidak dijadikan Pe rt ama, Penginteg rasian dal am mata
pokok bahasan seperti halnya ketika mengajarkan pelajaran. Pengembangan nilai-nilai pendidikan
suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap
dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-
PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
dan kesehatan, seni, dan ketrampilan, ataupun Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus
mata pelajaran lainnya. Guru tidak perlu mengu- ditempuh melalui cara-cara: (a) mengkaji Standar
bah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
menggunakan pokok bahasan itu untuk mengem- Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-
bangkan nilai-nilai karakter bangsa. Juga, guru nilai karakter bangsa yang tercantum itu sudah
tidak harus mengembangkan proses belajar tercakup di dalamnya; (b) menggunakan tabel 1
khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan
yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan
belajar dapat digunakan untuk mengembangkan nilai yang akan dikembangkan; (c) mencantum-
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan kankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
psikomotor; 4) Proses pendidikan dilakukan dalam tabel 1 ke dalam silabus; (d) mencantumkan
peserta didik secara aktif dan menyenangkan; nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke
prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan dalam RPP; (e) mengembangkan proses pembel-
nilai karakter dilakukan oleh peserta didik bukan ajaran peserta didik secara aktif yang memungkin-
oleh guru. Guru menerapkan prinsip “tut wuri kan peserta didik memiliki kesempatan melakukan
285
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010
internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam budaya dan karakter bangsa maka guru dan
perilaku yang sesuai; dan (f) memberikan bantuan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang
kepada peserta didik, baik yang mengalami pertama dan utama memberikan contoh ber-
kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun perilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu.
untuk menunjukkannya dalam perilaku. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada
Kedua, Program Pengembangan Diri. Dalam waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan,
program pengembngan diri, perencanaan dan kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik,
pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan jujur, menjaga kebersihan.
melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari- Keempat, Pengkondisian. Untuk mendukung
hari sekolah yaitu melalui hal-hal: a) Kegiatan rutin keterlaksanaan pendidikan karakter maka sekolah
sekolah. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan
dilakukan peserta didik secara terus menerus dan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-
konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan.
upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksa- Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah
an kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan,
lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan
atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang teratur.
beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai
pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, Muatan Lokal
tenaga kependidikan, atau teman; (b) Kegiatan Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
spontan. Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dilakukan secara spontan pada saat itu juga. dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai
dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau
adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta teerlalu banyak sehingga harus menjadi mata
didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal
Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas
sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga pada mata pelajaran keterampilan (BSNP, 2006).
guru harus melakukan koreksi sehingga peserta Dalam hubungannya dengan pendidikan
didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak karakter, muatan lokal dapat berupa Kesenian
baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah Daerah, Nyanyian Daerah, Bahasa Daerah, Adat
tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga dan Budaya Daerah. Seperti dinyatakan Anita Lie
mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, (2010a) pada mata pelajaran kesenian daerah,
berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak siswa diajak mengenal dan mempraktekkan
senonoh. Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku beragam peninggalan seni b ud aya da erah,
dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang falsafah budaya, dan manfaatnya.
baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh
nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh Budaya Sekolah
prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani Budaya seko lah adalah suasana kehidup an
menentang atau mengkoreksi perilaku teman sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan
yang tidak terpuji. sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
Ketiga, Keteladanan. Keteladanan adalah sesamanya, pe gawai administ rasi denga n
perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan sesamanya, dan antaranggota kelompok masya-
yang lain dalam memberikan contoh terhadap rakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharap- antarkelompok terikat oleh berbagai aturan,
kan menjadi panutan bagi peserta didik untuk norma, moral serta etika bersama yang berlaku
mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan,
yang la in menghendaki agar pe serta di di k keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin,
berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa
286
Sri Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan didik bertema budaya dan karakter bangsa,
nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya pameran foto hasil karya peserta didik bertema
sekolah. budaya dan karakter bangsa, lomba membuat
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karak- tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan
ter dalam budaya sekolah mencakup kegiatan- wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, budaya dan karakter bangsa, mengunda ng
konselor, tenaga administrasi ketika berkomuni- berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar
kasi dengan peserta didik dan menggunakan wicara, atau berceramah yang berhubungan
fasilitas sekolah. dengan budaya dan karakter bangsa.
Kegiatan di luar sekolah, melalui kegiatan
Pengembangan Proses Pembelajaran ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
Pembelajaran pendidikan karakter menggunakan se luruh at au sebag ian pe serta didi k, yang
pendekatan proses belajar peserta didik secara dirancang sejak awal tahun pelajaran, dan
aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui dimas ukkan ke d alam Kalender Akademik.
berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masya- Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang
rakat. menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air,
Kegiatan di Kelas, pengembangan nilai-nilai menumbuhkan semangat kebangsaan, melaku-
tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, kan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan
disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta kepedulian dan kesetiakawanan sosial (memban-
tanah air, dan gemar membaca dapat melalui tu mereka yang tertimpa musibah banjir, memper-
kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk baiki atau membersihkan tempat-tempat umum,
pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli membantu membersihkan atau mengatur barang
sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan di tempat ibadah tertentu).
kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehing-
ga peserta didik memiliki kesempatan untuk Indikator Sekolah dan Kelas.
memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai- Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang
nilai itu. digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan perso-
Kegiatan di Sekolah, melalui kegiatan yang nalia sekolah dalam merencanakan, melaksana-
dapat dimasukkan ke dalam program sekolah kan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga
adalah lomba vocal group antarkelas tentang lagu- pelaksana pendidikan karakter.
lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu
lomba pidato bertema budaya dan karakter telah mengimplementasikan pendidikan karakter,
bangsa, pagelaran bertema budaya dan karakter maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas
bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba antara lain seperti berikut :
kesenian antarkelas, pameran hasil karya peserta
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Implementasi Pendidikan Karakter
NILAI
NILAI DESKRIPSI
DESKRIPSI INDIKATOR
INDIKATOR SEKOLAH
SEKOLAH INDIKATOR
INDIKATOR KELAS
KELAS
287
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010
Pustaka Acuan
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Bohlin, E. Karen., Deborah Farmer, & Kevin Ryan, 2001. Building Character inSchool Resource Guide,
San Fransisco, Jossey Bass. .
Jalal, Fasli. 2010a. Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter: Tiga Stream Pendekatan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.
Jalal, Fasli. 2010b. Pendidikan Karakter Diintegrasikan, Kompas.com, Minggu, 31 Agustus, 2010.
Diunduh 30 Januari 2011.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Lie, Anita. 2010a. Pendidikan Karakter Sulit Diterapkan. KOMPAS.com, 15 Januari 2010. Diunduh 30
Januari 2011.
288
Sri Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
Lie, Anita. 2010b. Guru Belum Terapkan Pendidikan Karakter. http: //buntetpesantren.org/index, 16
Januari 2010. Diunduh 31 Januari 2011.
Menteri Pendidikan Nasional. 2010. Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai di SD. http: //
www.antaranews.com/berita/1273933824/mendiknas, Sabtu, 15 Mei 2010. Diunduh 30 Januari
2011.
Phillips, Simon., 2008. Refleksi Karakter Bangsa – Makalah. Jakarta: tanpa penerbit.
Widyastono, Herry. 2010. Bahan Pelatihan Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jakarta: Yayasan Pendidikan Masjid Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
289