Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RINGKASAN EKSEKUTIF
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Ringkasan Eksekutif
Kata Pengantar
Kocko Koswara T
Direktur Utama
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar viii
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Dasar Hukum 1
1.3 Lokasi Pekerjaan 2
5 Alternatif Lokasi
5.1 Pengantar 92
5.2 Alternatif Lokasi Paga 1 93
5.3 Alternatif Lokasi Paga 2 97
5.4 Alternatif Lokasi Paga 3 97
5.5 Matriks Penilaian 102
5.5.1 Penilaian Aspek Teknis 102
5.5.2 Kriteria Pembobotan 103
5.5.3 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan
Rencana Pelabuhan Paga 105
Daftar Tabel
1
Daftar Gambar
1 Pendahuluan
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak
diantaranya merupakan daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan
belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana transportasi.
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang
mempersatukan semua wilayah Indonesia. Undang‐Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan
perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat
perpindahan intramoda dan antarmoda transportasi, sehingga
pembangunan pelabuhan tersebut harus direncanakan secara tepat,
memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan,
dan memperhatikan keterpaduan intramoda dan antarmoda
transportasi. Hal ini diamanatkan lebih rinci dalam Peraturan Menteri
Perhubungan No. KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan. Persiapan
pembangunan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat untuk
operasional kapal‐kapal dengan selamat, aman dan lancar perlu
ditunjang oleh aktivitas studi yang mampu memberikan gambaran
secara lebih komprehensif tentang kelayakan pada beberapa aspek
penting sebelum dimulainya pembangunan pelabuhan tersebut.
Dasar Hukum
Landasan hukum pelaksanaan kegiatan penyusunan studi kelayakan
dalam rangka pembangunan pelabuhan laut ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Undang-Undang 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
3. Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Peraturan Pemerintah 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
5. Peraturan Pemerintah 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
6. Peraturan Pemerintah 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim;
7. Peraturan Pemerintah 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;
8. Peraturan Pemerintah 11 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Perhubungan;
Lokasi Pekerjaan
Pelaksanaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Paga berada di Kecamatan Paga Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Orientasi lokasi rencana studi kelayakan Pelabuhan Paga
diberikan dalam Gambar 1.
Lokasi Rencana
Pelabuhan Paga
Gambar 1 Lokasi Studi Kelayakan Pelabuhan Paga Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kondisi Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Provinsi Nusa Tenggara
Timur didominasi oleh sektor pertanian, jasa-jasa, dan perdagangan,
hotel dan restoran yang persentase kontribusi masing-masing sektor
adalah 34,18%, 26,49%, dan 18,19%. Nilai total PDRB ADHB dan ADHK
NTT tahun 2014 menurut data NTT dalam Angka masing-masing adalah
Rp 68.602.603.000.000 dan Rp 54.108.480.000.000, dimana nilai PDRB
ADHB dan ADHK Kabupaten Manggarai tahun yang sama masing-masing
Rp 3.024.860.000.000 (4,41%) dan Rp 2.358.940.000.000 (4,36%). Laju
pertumbuhan rata-rata PDRB Provinsi NTT sejak tahun 2010 sampai saat
ini adalah 5,13%. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB dan
ADHK tahun 2010 – 2014 Provinsi Nusa Tenggara Timur diberikan pada
Tabel 2 – Tabel 3 serta Gambar 7 dan Gambar 8.
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB Provinsi NTT Tahun 2010 – 2014 (miliar rupiah)
Tahun
No. Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.963,14 15.196,04 16.528,72 18.272,37 20.446,91
2 Pertambangan dan Penggalian 629,95 689,43 767,94 894,15 1.070,35
3 Industri Pengolahan 555,18 616,41 685,72 758,82 843,71
4 Pengadaan Listrik dan Gas 22,12 23,18 23,70 23,60 31,54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5 31,77 34,94 37,89 41,82 45,53
Daur Ulang
6 Konstruksi 4.436,39 5.017,54 5.715,89 6.344,81 7.095,98
Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan
7 4.753,75 5.410,75 5.934,07 6.570,52 7.285,71
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 2.152,92 2.412,64 2.766,58 3.195,32 3.566,95
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 247,89 276,35 316,29 367,82 422,44
10 Informasi dan Komunikasi 3.508,93 3.848,14 4.427,24 4.660,24 5.134,43
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.403,00 1.651,05 2.011,44 2.389,33 2.714,85
12 Real Estat 1.161,58 1.295,87 1.487,24 1.705,50 1.860,88
13, 14 Jasa Perusahaan 125,80 144,13 166,5 188,49 210,88
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
15 5.135,32 5.764,54 6.738,86 7.592,14 8.392,73
Jaminan Sosial Wajib
16 Jasa Pendidikan 3.767,84 4.247,26 4.904,50 5.679,55 6.568,19
17 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 931,50 1.072,31 1.165,78 1.279,70 1.414,58
18, 19 Jasa Lainnya 1.019,51 1.114,67 1.214,82 1.361,28 1.496,97
PDRB NTT dengan Migas 43.846,59 48.815,25 54.893,18 61.325,46 68.602,63
Sumber: NTT dalam Angka, 2015
Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Provinsi NTT Tahun 2010 – 2014 (miliar rupiah)
Tahun
No. Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.963,14 14.244,98 14.669,95 15.069,28 15.610,60
2 Pertambangan dan Penggalian 629,95 664,14 705,18 740,64 780,67
3 Industri Pengolahan 555,18 587,15 622,39 652,63 674,63
4 Pengadaan Listrik dan Gas 22,12 25,37 27,78 2,99 33,80
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5 31,77 33,40 35,02 37,35 39,15
Daur Ulang
6 Konstruksi 4.436,39 4.834,57 5.178,45 5.450,01 5.733,39
Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil
7 4.753,75 5.090,75 5.422,06 5.826,34 6.112,18
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 2.152,92 2.296,96 2.402,91 2.536,17 2.702,26
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 247,89 263,41 279,07 299,56 318,29
10 Informasi dan Komunikasi 3.508,93 3.756,16 4.023,03 4.268,91 4.595,31
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.403,00 1.561,62 1.730,92 1.940,54 2.070,59
12 Real Estat 1.161,58 1.235,45 1.311,29 1.383,08 1.402,82
13, 14 Jasa Perusahaan 125,80 135,15 143,03 150,35 157,72
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
15 5.135,32 5.571,01 5.968,14 6.405,82 6.785,67
Jaminan Sosial Wajib
16 Jasa Pendidikan 3.767,84 3.986,44 4.216,87 4.490,44 4.770,35
17 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 931,50 990,41 1.045,59 1.108,22 1.148,84
18, 19 Jasa Lainnya 1.019,51 1.057,15 1.081,50 1.123,03 1.172,22
PDRB NTT dengan Migas 43.846,59 46.334,12 48.863,18 51.485,36 54.108,49
Sumber: NTT dalam Angka, 2015
PDRB ADHB
Provinsi NTT
17
15
13
11
no. uraian
9
7
5
3
1
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Nilai PDRB (miliar Rp)
PDRB ADHK
Provinsi NTT
17
15
13
11
no. uraian
9
7
5
3
1
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Nilai PDRB (miliar Rp)
Panjang Kondisi
No. Status
(km) km %
1 Nasional 1.340,92 1.251,22 93,31
2 Provinsi 2.683,63 1.999,37 74,50
3 Kabupaten 17.450,47 0,00 0,00
Total 21.475,02 3.250,59 15,14
Sumber: NTT dalam Angka 2015
1 Alor Baranusa PR
2 Alor Dulionong PL
3 Alor Kabir PL
4 Alor Kalabahi PR
5 Alor Kolana PL
6 Alor Maritaing PP
7 Alor Moru PL
8 Belu Atapupu PR
9 Ende Ende PR
10 Ende Ippi PP
11 Ende Maurole PL
12 Ende Pulau Ende PL
13 Flores Timur Lamakera PL
14 Flores Timur Larantuka PP
15 Flores Timur Menanga PL
16 Flores Timur Paitoko PR
17 Flores Timur Terong PL
18 Flores Timur Waiwadan PP
19 Flores Timur Waiwerang PL
20 Flores Timur Tabilota PL
21 Kota Kupang Pelra Nunbaun Sabu (Namosain) PL
22 Kota Kupang Tenau/Kupang PU
23 Kupang Batubao PL
24 Kupang Naikliu PL
25 Lembata Balauring PP
26 Lembata Lembata PR
27 Lembata Lewoleba PL
28 Lembata Wulandoni PL
29 Manggarai Iteng PL
30 Manggarai P. Mules PL
31 Manggarai Reo PR
32 Manggarai Robek PL
33 Manggarai Barat Bari PL
34 Manggarai Barat Komodo PR
35 Manggarai Barat Labuan Bajo PP
36 Manggarai Barat Rinca PL
37 Manggarai Timur Mborong PL
38 Manggarai Timur Nanga Baras PL
39 Manggarai Timur Waiwole PL
40 Manggarai Timur Pota PL
41 Nagekeo Marapokot PR
42 Ngada Riung PL
43 Ngada Aimere PL
44 Ngada Maumbawa PL
45 Ngada Waebela PL
46 Rote Ndao Baa PL
47 Rote Ndao Batutua PL
48 Rote Ndao Ndao PL
49 Rote Ndao Oelaba PL
50 Rote Ndao Papela PL
51 Sabu Raijua Biu PL
52 Sabu Raijua Raijua PL
53 Sabu Raijua Seba PR
54 Sikka Hepang PL
55 Sikka Laurens Say PR
56 Sikka Maumere PP
57 Sikka Paga PL
58 Sikka Palue PL
59 Sikka Pemana PL
60 Sikka Sukun PL
61 Sikka Wuring PR
62 Sumba Barat Binanatu PL
63 Sumba Barat Rua PL
64 Sumba Barat Daya Pero PL
65 Sumba Barat Daya Waikelo PR
66 Sumba Tengah Mamboro PR
67 Sumba Timur Baing PL
68 Sumba Timur Gonggi PL
69 Sumba Timur Pelra Waingapu PL
70 Sumba Timur Pulau Salura PL
71 Sumba Timur Waingapu PP
72 Timor Tengah Selatan Boking PL
73 Timor Tengah Selatan Kolbano PL
74 Timor Tengah Utara Wini PP
Sumber: Kepmenhub KP 725-2014 tentang Perubahan atas Kepmenhub 414-2013
tentang Penetapan RIPN
Keterangan:
PU: Pelabuhan Utama;
PP: Pelabuhan Pengumpul;
PR: Pelabuhan Pengumpan Regional;
PL: Pelabuhan Pengumpan Lokal.
1 Kupang Eltari PS
2 Maumere Frans Seda P
3 Waingapu Umbu Mehang Kunda P
4 Labuhan Bajo Komodo P
5 Ende H. Hasan Aroeboesman P
6 Ruteng Frans Sales Leda P
7 Waikabukak Tambolaka P
8 Larantuka Gewayantana P
9 Atambua Haliwen (A. A. Bere Tallo) P
10 Alor Mali P
11 Rote Lekunik (David Constantijn Saudele) P
12 Sabu Tardamu P
13 Bajawa Soa P
14 Lewoleba Wunopito P
Sumber: Permenhub PM 69-2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
Keterangan:
PS: Pengumpul Skala Sekunder;
P: Pengumpan.
Bahwa Izin lokasi tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan
konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan pantai umum,
menjadikan alternatif lokasi ke 3 di Desa Mbengu tidak bisa dilanjutkan.
Kabupaten Sikka
Letak Geografis dan Adminitatif Wilayah
Letak geografis Kabupaten Sikka berada pada pada 8o 22’ – 8o 50’ LS dan
121o 55’ 40” – 122o 41’ 30” BT, dimana hal ini menyebabkan letak
Kabupaten Sikka sangat strategis karena merupakan pintu gerbang
utama bagi masuk/keluarnya barang dan jasa di daratan Flores, baik
melalui darat, laut dan udara. Ibukota Kabupaten Sikka adalah
Maumere, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Flores Timur;
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ende;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu.
Luas Kabupaten Sikka memiliki adalah 7.436,10 km², meliputi luas
daratan (Pulau Flores 1.614,80 km², luas pulau–pulau lainnya,17 buah,
117,11 km², dan luas lautan 5.821,33 km²). Luas daratan Kabupaten
Sikka adalah 47.349,91 km² (3,66%). Wilayah Administrasi Kabupaten
Sikka terdiri dari 21 kecamatan, 147 desa, dan 13 kelurahan. Kecamatan
terluas adalah Kecamatan Talibura seluas 260,11 km² (15%). Distribusi
luas dan wilayah administrasi diberikan pada Tabel 8 dan Gambar 7 -
Gambar 8.
2.3.5.2 Perkebunan
Tanaman perkebunan di Kabupaten Sikka meliputi tanaman kelapa,
kakao, cengkeh, kopi, jambu mete, kemiri, kapuk, pala, lada, vanili,
pinang, tembakau, dan tanaman jarak. Secara umum tanaman
perkebunan yang paling banyak diusahakan dan merupakan favorit
adalah tanaman kelapa, kakao, dan jambu mete. Pada tahun 2013 luas
areal tanaman jambu mete adalah 21.858 hektar, sementara jumlah
produksinya sebesar 8.320 ton, sedangkan luas areal tanaman kelapa
dan kakao adalah 20.053 hektar dan 22.237 hektar, sementara jumlah
produksinya sebesar 7.055 ton dan 7.118 ton.
2.3.5.3 Kehutanan
Hutan di Kabupaten Sikka tidak terlalu luas persentasenya dibandingkan
dengan areal pertanian atau perkebunan, dimana produk hasil hutan di
Kabupaten Sikka juga masih terbatas pada beberapa jenis komoditi
seperti asam dan kemiri.
2.3.5.4 Peternakan
Kabupaten Sikka dikategorikan sebagai daerah yang produksi ternak,
khususnya sapi, rendah dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi
NTT, khususnya pulau Timor yang dikenal sebagai produsen ternak sapi.
Populasi Sapi di Kabupaten Sikka pada tahun 2012 hanya 10.751 ekor,
dimana umumnya ternak yang dipelihara oleh penduduk adalah ayam
dan babi yang populasinya mencapai 224.782 dan 68.773 ekor.
2.3.5.5 Perikanan
Potensi perikanan setiap tahun sebesar 11.642,66 ton/tahun dengan garis pantai
444,50 km. Letak geografis Kabupaten Sikka yang terletak di antara Laut
Flores dan Laut Sawu menyebabkan Kabupaten Sikka memiliki potensi
laut yang sangat besar, dimana saat ini kegiatan perikanan dan hasil laut
lainnya masih terpusat di pesisir Laut Flores.
Gambar 10 Rencana Pengembangan Transportasi Laut dan Transportasi Udara Kabupaten Sikka
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 27
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
2. Transportasi Lokal
Pengembangan transportasi lokal di kabupaten Sikka ditujukan
untuk:
a. Meningkatkan aksessibilitas antar wilayah dengan membuka
isolasi dan hambatan transportasi;
b. Meningkatkan pelayanan transportasi sistem koleksi dan dan
distribusi ekonomi;
c. Mendukung kelancaran arus pergerakan orang dan barang antar
wilayah dan kawasan di Kabupaten Sikka.
Gambar 14 Bathimetri Lokasi Rencana Pelabuhan Paga pada Peta Laut Indonesia
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 33
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
Sumber: Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nama Rencana
1 Paga
Pelabuhan
2 Lokasi Administrasi Kecamatan Paga
3 Lokasi Laut Pantai Selatan
4 Hierarki Pengumpan Lokal
5 Fasilitas Belum Tersedia
6 Cakupan Pelayanan Kecamatan Paga
7 Jenis Kapal Rencana Kapal Kayu Nelayan < 10 GT
8 Pasang Surut ±2m
9 Kondisi Pantai Landai
10 Status Lahan Milik masyarakat
11 Kedalaman Draft 5 m didapatkan ± 300 m dari bibir pantai
12 Gelombang/Arus Kecepatan arus berkisar 0,8 – 1,5 m/det
• Jalan Utama → Jalan Provinsi, kondisi sangat baik;
• Akses Masuk →
13 Akses Jalan - Melalui permukiman warga;
- Lebar jalan 3,5 m;
- Perkerasan beton.
Jarak ke Ibukota 85 km, jalan aspal, baik, namun berliku dengan
14
Kabupaten turunan dan tanjakan tajam
Dekat permukiman warga;
15 Kondisi Sekitar
Berada di teluk.
Arahan
16 Sebagai pengumpan untuk Pelabuhan Ende
Pengembangan
Sumber: Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Struktur Ruang 5%
1 Aspek Tata Ruang dan Kebijakan 10% Kawasan Strategis 5%
Aksesibilitas Darat 7%
Aksesibilitas Laut 7%
2 Aspek Transportasi Wilayah 30%
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (Trip Generation) 8%
Sebaran Pergerakan (Trip Distribution) 8%
Potensi Komoditas Hinterland 8%
3 Aspek Ekonomi Wilayah 15%
Indeks Pertumbuhan Wilayah 7%
Jumlah Penduduk 6%
4 Aspek Sosial Kependudukan 13%
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 7%
Komponen Fisik-Kimia 3%
5 Aspek Lingkungan 10% Komponen Biologi-Hayati 3%
Rawan Bencana 4%
Topografi dan Kelerengan 5%
Bathimetri 6%
6 Aspek Teknis 22%
Hidro-Oceanografi 5%
Klimatologi 6%
Total Bobot 100% Total Sub Bobot 100%
Sumber: Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tabel 13 Akumulasi Penilaian Lokasi Rencana Pelabuhan di Kabupaten Sikka berdasarkan Aspek Kajian
Aspek Penilaian
Pelabuhan
No. Tata Ruang Transportasi Ekonomi Sosial
Rencana Lingkungan Teknis Total
dan Kebijakan Wilayah Wilayah Kependudukan
1 Paga 8,5 31 10 6 20 31 106,5
2 Hepang 5 10 10 10 25 8 68
3 Geliting 7 33 5,5 15 16 26 102,5
4 Pulau Besar 5,5 20 10 6 12 26 79,5
5 Pulau Sukun 11,5 20 10 6 21 35 103,5
Sumber: Pra FS Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tabel 14 Akumulasi Pembobotan Lokasi Rencana Pelabuhan di Kabupaten Sikka berdasarkan Aspek Kajian
Aspek Penilaian
Pelabuhan
No. Tata Ruang Transportasi Ekonomi Sosial
Rencana Lingkungan Teknis Total
dan Kebijakan Wilayah Wilayah Kependudukan
1 Paga 0,425 2,32 0,75 0,41 0,65 1,66 6,215
2 Hepang 0,25 0,72 0,75 0,65 0,8 0,46 3,630
3 Geliting 0,35 2,51 0,41 0,95 0,58 1,36 6,160
4 Pulau Besar 0,275 1,42 0,75 0,41 0,37 1,36 4,585
5 Pulau Sukun 0,575 1,42 0,75 0,41 0,73 1,9 5,785
Sumber: Pra FS Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tabel 15 Akumulasi Pembobotan Lokasi Rencana Pelabuhan di Kabupaten Sikka berdasarkan Nilai Tertinggi
Aspek Penilaian
Pelabuhan
No. Tata Ruang Transportasi Ekonomi Sosial
Rencana Lingkungan Teknis Total
dan Kebijakan Wilayah Wilayah Kependudukan
1 Paga 0,425 2,32 0,75 0,41 0,65 1,66 6,215
2 Hepang 0,35 2,51 0,41 0,95 0,58 1,36 6,160
3 Geliting 0,575 1,42 0,75 0,41 0,73 1,9 5,785
4 Pulau Besar 0,275 1,42 0,75 0,41 0,37 1,36 4,585
5 Pulau Sukun 0,25 0,72 0,75 0,65 0,8 0,46 3,630
Sumber: Pra FS Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 19 Prioritas Lokasi Rencana Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi NTT
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 40
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
Lokasi Survei
Lokasi terletak di Desa Paga, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka,
Provinsi Nusa Tenggara Timur, dimana lokasi serta kondisi situasinya
diberikan dalam Gambar 20 - Gambar 21.
Metodologi Survei
Survei Topografi
3.4.1.1 Pengantar
Metodologi teknis survei topografi dalam kegiatan Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa
Tenggara Timur ini dijabarkan secara singkat dalam uraian di bawah ini
dan digambarkan dalam suatu bagan alir yang diberikan dalam Gambar
22. Lingkup pekerjaan Survei Topografi dalam Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa
Tenggara Timur ini terdiri dari:
1. Orientasi lapangan;
2. Pemasangan patok Bench Mark (BM);
3. Pengukuran kerangka dasar pemetaan;
4. Pengukuran situasi detail;
5. Pengukuran situasi untuk lokasi tapak bangunan;
6. Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapangan.
Survei Topografi
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa • Jadwal; disusun • Ahli Geodesi;
• Lokasi Survei; • Ahli Perencana Pelabuhan.
• Personil;
• Peralatan.
Pelaksanaan Survei:
• Lokasi survei: lahan darat eksisting
alternatif rencana Pelabuhan Paga;
• Alat survei:
- Theodolit T0;
- Waterpass;
- Pencatat ketinggian.
Pengolahan Data:
• Kompilasi data;
• Penggambaran Peta Kontur;
• Penggambaran Peta Situasi.
Penyusunan Laporan
Survei Bathimetri
3.4.2.1 Pengantar
Metodologi teknis survei bathimetri dalam kegiatan Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa
Tenggara Timur ini digambarkan dalam suatu bagan alir yang diberikan
dalam Gambar 25.
Survei Bathimetri
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa • Jadwal; disusun • Ahli Geodesi;
• Lokasi Survei; • Ahli Perencana Pelabuhan.
• Personil;
• Peralatan.
Pelaksanaan Survei:
• Lokasi survei: kawasan perairan
alternatif rencana Pelabuhan Paga
yang diperkirakan menjadi kawasan
kepentingan pelabuhan;
• Alat survei:
- GPS MapSounder;
- Notebook;
- Kapal/perahu.
Pengolahan Data:
• Kompilasi data;
• Penggambaran Peta Bathimetri.
Penyusunan Laporan
Gambar 27 Peta Situasi Topografi dan Bathimetri Rencana Pelabuhan Paga Alternatif Lokasi 1
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 49
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
Gambar 28 Peta Situasi Topografi dan Bathimetri Rencana Pelabuhan Paga Alternatif Lokasi 2
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 50
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
Gambar 29 Peta Situasi Topografi dan Bathimetri Rencana Pelabuhan Paga Alternatif Lokasi 3
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 51
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa • Jadwal; disusun • Ahli Geodesi;
• Lokasi Survei; • Ahli Perencana Pelabuhan.
• Personil;
• Peralatan.
Pelaksanaan Survei:
• Lokasi survei: kawasan perairan
seluruh alternatif rencana
Pelabuhan Paga yang diperkirakan
menjadi kawasan kepentingan
pelabuhan;
• Alat survei:
- Palem;
- Alat Pencatat.
Pengolahan Data:
• Kompilasi data;
• Perhitungan periode pasang surut.
Penyusunan Laporan
AO1 + AK1
F=
AM2 + AS2
dimana:
AO : amplitudo komponen O1
AK1 : amplitudo komponen K1
AM2 : amplitudo komponen M2
AS2 : amplitudo komponen S2
3. 1,50 < F < 3,0 : Pasang Surut campuran condong harian tunggal
4. F > 3,0 : Pasang Surut harian tunggal
Rencana Kerja:
Ketua Tim
diperiksa • Jadwal; disusun • Ahli Geodesi;
• Lokasi Survei; • Ahli Perencana Pelabuhan.
• Personil;
• Peralatan.
Pelaksanaan Survei:
• Lokasi survei: kawasan perairan seluruh lokasi
rencana Pelabuhan Paga yang diperkirakan
menjadi kawasan kepentingan pelabuhan;
• Waktu pengamatan: 5 hari berturut-turut, 24
jam, 2 sesi pengukuran (pagi dan sore), spring
tide dan neap tide;
• Kedalaman 0,2 d, 0,6 d, dan 0,8 d (d =
kedalaman lokasi pengamatan arus);
• Alat survei:
- Currentmeter Tohodenta MC2;
- Perahu;
- Tali;
- Pemberat.
Pengolahan Data:
• Kompilasi data;
• Perhitungan arus.
Penyusunan Laporan
Pt = P0 * (1 + rt)
dimana
Pt : jumlah produksi pada tahun rencana/proyeksi
P0 : jumlah produksi pada tahun awal
r : angka pertumbuhan
t : selisih tahun rencana/proyeksi dengan tahun awal
Kec. Kec.
No. Tahun Kec. Mago Total
Paga Tanawawo
12 2011 18.593 6.010 6.467 31.070
13 2012 18.759 6.064 6.525 31.348
14 2013 18.927 6.118 6.583 31.628
15 2014 19.096 6.173 6.642 31.911
Sumber: Sikka dalam Angka 2011 - 2015
Penduduk Hinterland
Rencana Pelabuhan Paga
33.000
32.000
31.000
Penduduk (jiwa)
30.000
29.000
28.000
27.000
26.000
200020012002200320042005200620072008200920102011201220132014
tahun
Penduduk Penduduk
No. Tahun No. Tahun
Hinterland Hinterland
4 2025 35.195 15 2036 38.816
5 2026 35.509 16 2037 39.163
6 2027 35.827 17 2038 39.513
7 2028 36.147 18 2039 39.867
8 2029 36.471 19 2040 40.223
9 2030 36.797 20 2041 40.583
10 2031 37.126
Sumber: Analisa Konsultan, 2016
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
jiwa
20.000
15.000
10.000
5.000
0
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
tahun
1 2000 3.931.315
2 2001 3.983.720
3 2002 4.036.823
4 2003 4.090.634
5 2004 4.145.162
6 2005 4.200.417
7 2006 4.256.409
8 2007 4.313.148
9 2008 4.370.642
10 2009 4.428.903
11 2010 4.487.941
12 2011 4.547.765
13 2012 4.608.387
14 2013 4.669.817
15 2014 4.732.066
Sumber: Sikka dalam Angka 2011 - 2015
5.000.000
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
PDRB (Rp)
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
tahun
0 2021 5.191.672
1 2022 5.260.878
2 2023 5.331.006
3 2024 5.402.068
4 2025 5.474.078
5 2026 5.547.048
6 2027 5.620.990
7 2028 5.695.919
8 2029 5.771.845
9 2030 5.848.784
10 2031 5.926.749
11 2032 6.005.753
12 2033 6.085.810
13 2034 6.166.934
14 2035 6.249.140
15 2036 6.332.441
16 2037 6.416.853
17 2038 6.502.390
18 2039 6.589.068
19 2040 6.676.900
20 2041 6.765.904
Sumber: Analisa Konsultan, 2016
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
jiwa
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
tahun
Analisa Kebutuhan
Potensi demand untuk angkutan rencana pelabuhan laut di Paga
diperhitungkan dari produksi komoditi yang dapat dibawa keluar dari
Paga dan angkutan barang konsumsi/kebutuhan sehari-hari penduduk.
Komoditi tersebut meliputi hasil pertanian pangan berupa padi,
perkebunan berupa kelapa, kakao, dan jambu mete, kehutanan berupa
asam, kemiri, dan kayu olahan, serta ternak terutama kambing dan
babi, dimana selain itu di wilayah Paga terdapat potensi wisata,
khususnya wisata pantai. Potensi perikanan di wilayah Paga ini pun
cukup besar, namun dalam studi ini potensi perikanan tidak dimasukan
ke dalam bagian demand pelabuhan laut dikarenakan telah ada
pelabuhan perikanan yang beroperasi di wilayah ini.
4.5.1.1 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh para pihak yang terkait dengan adanya
pembangunan Pelabuhan Laut Paga ini berupa manfaat langsung,
benefit tidak langsung, dan manfaat sosial. Pihak-pihak yang akan
mendapatkan manfaat dengan keberadaan pelabuhan laut ini adalah:
1. Produser, dalam hal ini adalah penduduk wilayah hinterland yang
menggunakan pelabuhan sebagai bagian dari mata pencahariannya;
Analisa Finansial
Terdapat tiga kriteria kelayakan yang sering digunakan dalam
menganalisa kelayakan finansial, yaitu:
1. Analisa Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV)
Nilai bersih sekarang adalah nilai sekarang (net present) dari selisih
antara benefit dan biaya pada tingkat discount rate tertentu. Rumus
yang dipakai dalam perhitungan NPV adalah:
dimana:
Bt : Benefit Tahun t
Ct : Cost Tahun t
Harga
No. Item Volume Satuan Biaya Sumber
Satuan
Kantor + Terminal 100 m2 4,531,639 453,163,872 HSD
Gudang 150 m2 4,236,305 635,445,720 HSD
2
Pos Keamanan 6 m 7,684,440 46,106,639 HSD
2
Mushola 35 m 5,226,693 182,934,248 HSD
Poliklinik Kesehatan 50 m2 4,236,305 211,815,240 HSD
2
Bangunan Genset 9 m 7,684,440 69,159,959 HSD
Sub Total III 2,667,912,078
IV Pekerjaan Utilitas
IV.1 Pekerjaan Utilitas 749,560,011 Analisa
Sub Total IV 749,560,011
Total Direct Cost (I - IV) 17,406,449,138
Biaya Lain-Lain (10%) 1,740,644,914
Total Biaya Konstruksi 19,147,094,052
Sumber: Analisa Konsultan, 2016
3. Analisa EIRR
Analisa EIRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu proyek setiap tahun. Rumus perhitungan EIRR adalah:
dimana:
i1 : tingkat bunga pada NPV positif
i2 : tingkat bunga pada NPV negatif
Dengan asumsi tahun awal operasi 2021 dan masa layan kelayakan
diperhitungkan sampai dengan 20 tahun mendatang. Rekapitulasi hasil
perhitungan kelayakan finansial Pelabuhan Laut Paga diberikan pada
Tabel 24 yang menunjukan bahwa ketiga parameter yang menjadi
kriteria suatu proyek layak secara ekonomi tidak memenuhi ketiga
syarat batas layak yang ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa
pembangunan pelabuhan laut di Paga Tidak Layak Secara Finansial,
sedangkan indikator kelayakan finansial rencana Pelabuhan Paga
diberikan pada Tabel 25.
Analisa Ekonomi
Tujuan dari analisa kelayakan ekonomi suatu proyek adalah:
1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai atas investasi
proyek tersebut;
2. Melakukan penilaian terhadap kesempatan investasi yang ada;
3. Menentukan prioritas investasi.
..
..
Lingkungan Abiotis
4.6.1.1 Iklim
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Sikka per bulan rata-ratanya di tahun
2015 adalah 27,5C, dimana suhu udara rata-rata terendah 26,7C pada
bulan Juli dan suhu tertinggi 28,5C pada bulan Juni.
4.6.1.3 Bathimetri
Kondisi batimetri berdasarkan survei lapangan yang dilakukan konsultan
di 3 (tiga) lokasi rencana Pelabuhan Paga memiliki kedalaman berkisar
0,5 meter sampai 5 meter. Kedalaman -5,00 meter untuk Lokasi Paga 1
dicapai di titik yang berjarak ± 100 meter, untuk lokasi Paga 2 dicapai
di titik yang berjarak ± 1.000 meter, dan untuk Lokasi 2 di desa Mbengu
dicapai di titik yang berjarak ± 450 meter.
4.6.1.5 Arus
Arus dominan di rencana lokasi Pelabuhan Paga berkisar antara 0,02 –
0,285 m/dt. Kecepatan arus akan mencapai maksimum pada saat
permukaan laut berada pada posisi duduk tengah (Mean Sea Level, MSL)
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Sikka 84
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ringkasan Eksekutif
dan semakin melemah pada waktu mendekati pasang tinggi (spring tide)
dan surut rendah (neap tide).
Metoda Acuan
Parameter Satuan Baku Mutu
No. Method of
Parameter Unit Specification
Reference
8 Nitrat (NO3) mg/l 0.008 SM 4500 – NO3 E **
9 Nitrit (NO2) mg/l - SNI 06-6989.9-2004
10 Oksigen Terlarut mg/l >5 SNI 06-2424-1991
11 pH - 6.0 – 9.0 SNI 06-6989.11-2004
o
12 Salinitas /oo Alami Potensiometri
13 Seng (Zn) mg/l 0.05 SNI 19-1137-1989
14 Sulfida sebagai H2S mg/l 0.002 SNI 19-1664-1989
15 Tembaga (Cu) mg/l 0.008 SNI 19-1421-1989
16 Timbal (Pb) mg/l 0.008 SM 3500 – Pb B **
Mikrobiologi
1 Coliform jml/100 ml 1.000 SM 9221 B **
Sumber: PPLH No.51/Men LH/Per/IX/2004
Lingkungan Biotis
4.6.2.1 Lingkungan Darat
Secara umum, lahan darat di lokasi yang diusulkan sebagai rencana
pembangunan pelabuhan adalah berupa semak dan pohon. Jenis
binatang yang ada di daerah Paga dan sekitarnya adalah burung-burung
kecil. Di lokasi ini tidak terdapat flora maupun fauna yang dilindungi.
Jenis dampak yang dapat timbul adalah penurunan kualitas air yang
disebabkan oleh kegiatan pemasangan tiang pancang (pile) yang terjadi
sewaktu pembangunan dermaga yang mengakibatkan masuknya bahan
pencemar dan kekeruhan pada badan air, selain itu pun penurunan
dampak kualitas air disebabkan oleh buangan limbah dan ceceran dari
material adukan beton serta sampah-sampah material buangan
konstruksi lainnya. Tingkat kekeruhan yang terjadi tergantung pada
kondisi substrat/sedimen dan kekuatan arus.
Jenis dampak yang timbul sama dengan dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan tahap konstruksi, yaitu penurunan kualitas air, hanya saja
dengan sumber penyebab yang berbeda. Dampak penurunan kualitas air
akibat kegiatan pelayanan kapal ini bersifat sementara, yakni pada saat
adanya ceceran limbah dari kapal dan pada saat arus di teluk tidak
terlalu tinggi. Dampak ini dapat mengganggu kehidupan biota air dan
merugikan jika tidak ditangani dengan semestinya sehingga dapat
digolongkan sebagai dampak mengarah ke negatif.
Perairan di kawasan Paga berada pada teluk dan hasil survei bathimetri,
khususnya di lokasi 1 menunjukan tidak ada palung ataupun gosong,
sehingga secara keamanan dan keselamatan pelayaran di wilayah ini
dapat terpenuhi. Hasil penilaian dari analisa keselamatan pelayaran
rencana pembangunan Pelabuhan Paga diberikan pada Tabel 32.
5 Alternatif Lokasi
Pengantar
Justifikasi pemilihan lokasi pelabuhan di Paga Kabupaten Sikka antara
lain:
1. Paga Merupakan kawasan secara umum adalah kawasan dengan
kelerengan yang cukup tinggi namun pada lokasi rencana pelabuhan
berada pada 0 – 2 meter (landai);
2. Paga Merupakan kawasan rencana pelabuhan yang memiliki pasang
surut cukup tinggi dengan nilai interval 2,5m;
3. Paga Merupakan kawasan rencana pelabuhan yang memiliki ombak
yang tinggi karena merupakan kawasan pantai selatan namun
karena letak lokasi pelabuhan berada pada teluk sehingga aman bagi
kapal untuk bersandar;
4. Paga memiliki hasil pertanian berupa jagung juga hasil perkebunan
antara lain biji mete, kopra, dan coklat, sedangkan hasil
peternakannya yaitu kambing dan babi.
Matriks Penilaian
Penilaian Aspek Teknis
Penilaian terhadap alternatif lokasi di Kecamatan Paga didasarkan pada aspek teknis masing-masing lokasi
karena aspek lainnya memiliki nilai sama mengingat lokasi masing-masing terletak berdekatan, yakni kurang
dari 3 km. Hasil penilaian aspek teknis terbesar adalah lokasi 1 dengan nilai 27,20 dan diberikan pada Tabel
33.
Tabel 33 Nilai Kelayakan Aspek Teknis Rencana Pelabuhan Paga
Kriteria Nilai
Bobot
No. Paga Paga Mbengu NxB
Utama Sub (%)
1 2
2 a Jarak ke Kedalaman Perairan Rencana 100 50 50 5 3,33
b Aksesibilitas 60 60 60 4 2,40
c Infrastruktur penunjang utama 100 100 100 3 3,00
d Tinggi gelombang 100 100 100 3 3,0 0
Teknis
e Waktu operasional dalam 1 tahun 80 80 80 3 2,40
f Sedimentasi 100 100 100 3 3,00
g Arus 100 100 100 3 3,00
h Pasang surut 80 80 80 3 2,40
i Topografi 100 100 100 3 3,00
Total 30 25,53
Sumber: Analisa Konsultan, 2016
Kriteria Pembobotan
Penentuan bobot tiap aspek ditentukan berdasarkan arahan dalam draft Petunjuk Teknis Studi Kelayakan
Pelabuhan yang diterbitkan Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Tabel kriteria pembobotan dan passing grade kelayakan pelabuhan diberikan pada Tabel 34 – Tabel 35.
Tabel 34 Kriteria Pembobotan Aspek Kelayakan Lokasi Pelabuhan
PDRB
Economic Interest Rate Return (EIRR)
4 Finansial + Biaya Pembangunan Financial Internal Rate of Return (FIRR) 5%
Status Tanah
Dampak lingkungan pembangunan dan pengoperasian pelabuhan
5 Lingkungan 15%
Tingkat Kerawanan Konstruksi
Aktivitas kepelabuhanan eksisting
Alur Pelayaran Cukup
Rekomendasi
Sehubungan dengan beberapa hal yang menjadi kesimpulan dalam Studi
Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Paga Provinsi Nusa
Tenggara Timur di atas, maka beberapa hal yang direkomendasikan
antara lain:
1. Pembangunan pelabuhan laut di lokasi Paga dapatlah menjadi layak
apabila didukung kebijakan yang mengarahkan kapal dari Kupang
dapat langsung menuju wilayah Paga, sehingga dapat memotong
jalur distribusi barang yang melalui Maumere ataupun Ende;
2. Penataan potensi pariwisata di wilayah Kabupaten Sikka, khususnya
di wilayah Paga dan sekitarnya agar dapat menjadi tujuan wisata
internasional dan mengundal kapal pesiar;
3. Memenuhi persyaratan yang di cantumkan pada kesimpulan diatas
untuk dapat dilanjutkan ke studi berikutnya.