Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HERNIA

Di Ruang 17

Oleh:

Kelompok 9

1. Arika Firdaus
2. M. Khairul Anam
3. Nurul Qomariah
4. Yuniar Titis Melawati

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Jalan Jaksa Agung Suprapto Nomor 02 Kota Malang Jawa Timur 65112
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN (SAP)

“HERNIA”

DI RUANG 17

RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan

(……………………….) (………………………….)

Kepala Ruang

(…………………………)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Hernia
Hari / Tanggal : Jumat, 11 Januari 2019
Tempat : Ruang tunggu pasien (17) Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 09.25 WIB
Waktu Acara : 25 menit
Peserta / Sasaran : Pasien, Keluarga dan Pengunjung di Ruang 17
Penyaji Penyuluhan : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang

Latar Belakang
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di
Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita.
Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa khusunya Provinsi Jawa
Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat,
sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu
kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi
kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang
dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari
berbagai organ tubuh.

Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti mengangkat
benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi
sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam
meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot - otot abdomen yang dapat
menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia
inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat
paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian
masyarakat yang merasa malu bila diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Dapat juga karena sebab didapat
atau anomali congenital.

Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat turunnya buah
zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki
terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya
misalnya jika anak-anak penderitanya terlalu aktif. Berasal dari bahasa Latin, herniae yaitu menonjolnya
isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah
itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.

Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot
dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene
yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang
tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera
menghinggapinya. Untuk itu perlu adanya pembahasan tentang penyakit hernia agar pembaca khususnya
penderita penyakit hernia dapat lebih jelas mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan penyakit
hernia dapat berkurang dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang penyakit hernia.

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan audience dapat mengerti dan memahami
apa itu yang dimaksud dengan Hernia

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan, audience mampu :

1. Memahami pengertian Hernia


2. Memahami etiologi Hernia
3. Memahami tanda dan gejala Hernia
4. Memahami patofisiologi Hernia
5. Memahami klasifikasi Hernia
6. Memahami pemeriksaan diagnostic Hernia
7. Memahami penatalaksanaan Hernia
8. Memahami komplikasi Hernia
C. Materi
1) Pengertian Hernia
2) Etiologi Hernia
3) Tanda dan gejala Hernia
4) Patofisiologi Hernia
5) Klasifikasi Hernia
6) Pemeriksaan diagnostic Hernia
7) Penatalaksanaan Hernia
8) Komplikasi Hernia
D. Metode
Ceramah, tanya jawab

E. Media
LCD, Laptop, Leaflet, Video

F. Kegiatan Penyuluhan
No TahapKegiatan KegiatanPenyuluh KegiatanPesertaPenyuluhan Metode Waktu

1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 5


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan menit
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
4. Membuat kontrak 3. Menjawab pertanyaan
waktu 4. Menyutujui kontrak waktu
5. Menggali pengetahuan 5. Audience menjawab
tentang Hernia pertanyaan
2. Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan Ceramah 15
A. Definisi Hernia memperhatikan penjelasan dan menit
B. Etiologi Hernia penyuluh tanyajawab
C. Tanda dan Gejala 2. Aktif bertanya
Hernia 3. Audience mendengarkan
D. Patofisiologi
Hernia
E. Klasifikasi Hernia
F. Pemeriksaan
Diagnostik Hernia
G. Penatalaksanaan
Hernia
H. Komplikasi Hernia
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
3. Menjawab pertanyaan
peserta
3. Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan Diskusi 5
pada audience 2. Kaur Ruang 17 menit
2. Kritikan dan saran dari memberikan kritikan dan
Kaur Ruang 17 saran
3. Kritikan dan saran dari 3. Pembimbing Institusi
pembimbing institusi memberikan kritikan dan
saran
4. Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Menyimpulkan materi Diskusi 5
yang disampaikan penyuluhan menit
dengan audience 2. Menjawab salam
2. Salam penutup

H. Evaluasi
a. Evaluasi proses
 Persiapan penyuluhan tentang Hernia telah dipersiapkan sebelum acara dimulai.
 Peserta mengerti tentang Hernia yang diajarkan petugas.
 Peserta aktif bertanya.
 Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan tanpa alasan yang tidak jelas.
b. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
a. 80% sasaran mampu menyebutkan pengertian Hernia dengan benar
b. 60% sasaran mampu menjelaskan tanda gejala Hernia
c. 60% sasaran mampu menjelaskan penyebab Hernia dengan benar
d. 60% sasaran mampu mendemonstrasikan Hernia
Kesimpulan :
Dari hasil penyuluhan tersebut di harapkan pasien dan keluarga yang awam dapat
mengerti bagaimana perawatan dini dan mengetahui tanda-tanda terjadinya serta
dapat mengerti apa itu Hernia

Kritik dan saran :


Dari hasil penyuluhan nanti audien dapat memberikan kritik dan saran mengenai hal
yang mungkin bisa di tambahkan dalam penyuluhan ini.
I. Materi Penyuluhan (terlampir)

LAMPIRAN

Materi Penyuluhan

1. Definisi Hernia

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan
laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.

Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.

Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada
orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut.

Hernia merupakan penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena
adanya faKtor yang didapat.

2. Etiologi

Hernia Inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominus yang menutup annulus
inguinalis internus. Ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi
trigonum haselback yang umumnya hampir tidak berotot, gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia.

 Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Pasien
– pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut.

 Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses
perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan
tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.

 Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan
berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke
dalam kanalis inguinalis.

 Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

 Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

 Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian
perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

 Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

 Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena
hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

Tanda dan Gejala


1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)

Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang
timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk,
tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.

Nyeri

Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus
inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus
menerus.

7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.


8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan
dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong
hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.

3. Patofisiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia
dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah
apendiktomi.

4. Klasifikasi
 Menurut lokalisasi atau topografinya : Hernia inguinalis (medialis dan lateralis), hernia
umbilikalis femoral dan sebagainya.
 Menurut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum dan sebagainya.
 Menurut terlihat atau tidaknya. Bila terlihat disebut hernia eksterna misalnya hernia
inguinalis, hernia skrotalis dan sebagainya. Sedang bila tidak terlihat dari luar disebut
hernia interna, contohnya hernia diafgramatika, hernia foramen Winslowi, hernia
obturatoria dan sebagainya.
 Hernia menurut kausanya : Hernia traumatika, hernia insisional dan sebagainya.
 Menurut keadaan : Hernia reponibilis, hernia ireponibilis, hernia inkaserata, hernia
strangulata.
 Disebut reponibilis, bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Bila tidak dapat
dimasukkan kembali maka disebut hernia ireponibilis.
 Bila selain tidak dapat masuk terdapat juga gangguan jalannya isi usus, maka dinamakan
hernia inkarserata. Bila selain inkarserasi terdapat gangguan sirkulasi darah, maka
keadaan itu disebut hernia strangulata.

a. Hernia Bawaan atau Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita.

b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia
eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika
bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya.

 Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut
hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.

3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

 Berdasarkan Letaknya
1) Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis
umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan
ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada
pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

2) Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi.

Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan
tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini
terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.

3) Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan.

4) Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah
zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia
inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak
daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana
korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum.

Hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :

a) Hernia inguinalis indirek

Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi
dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan
tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b) Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti
pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya
defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
 Laboratorium
 Rontgen
 EKG
 USG
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
 Herniografi.
 CT dan MRI
 Laparaskopi
 Operasi Eksplorasi

 Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak maka penderita
disuruh menejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka
akan tampak benjolan. Bila benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi
tidur, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat
skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat
ditegakan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada
benjolan tersebut.
 Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa. Caranya adalah dengan mengikuti fasikulus
spermatikus sampai ke anulus inguinalis interna. Pada keadaan normal, maka jari tangan
tidak dapat masuk, maka penderita disuruh mengejan dan rasakan apakah ada massa yang
menekan. Bila massa itu menekan ujung jari, maka itu adalah hernia inguinalis lateralis.
Sedang bila menekan sisi jari, maka diagnosisnya adalah hernia ingunalis medialis.

6. Penatalaksanaan
 Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah elektif, karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
 Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali. Penderita
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu
pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres untuk mengurangi
pembengkakan. Lakukan usaha ini berulangulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian
dilakukan bedah elektif dikemudian hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan
strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
 Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan hernior (menjahit
kantong hernia).
 Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat dan dilakukan
“Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
 Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari
dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut dan
bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis “End to end”.
 Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.

1. Indikasi Pembedahan

Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik
dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum
ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar secara
perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi
merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia
femoralis.

2. Terapi Umum

Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan
pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan
alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada
hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan karena
selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan dinding perut.Umumnya terapi operatif
merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi
elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba
melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif
setelah 2-3 hari setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik. Pada hernia
inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai saat
operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi hernia
diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi kembali warna, peristaltis,
dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang
memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut
setempat

7. Komplikasi

Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, hematom
dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti
perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang menjalani
hernioraphy

.
Daftar Pustaka

Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. EGC

Syamsuhidayat, et.al. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, dr. Jan. 2010. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai