Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

Eka Dewinta Putri, 2016. Konflik Batin Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Air
Mata Tuhan karya Aguk Irawan Berdasarkan Tinjauan Psikoanalisis Erikson sebagai
Alternatif Bahan Ajar dan Model Pembelajarannya di SMA. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Wiralodra Indramayu.

Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut (1) Bagaimanakah struktur intrinsik
yang terkandung dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan meliputi, tema, alur, latar,
tokoh dan amanat?; (2) Bagaimanakah konflik batin tokoh utama perempuan yang terdapat
dalam novel Air Mata Tuhan Karya Aguk Irawan?; (3) Apakah novel Air Mata Tuhan karya
Aguk Irawan sesuai dengan alternatif bahan ajar di SMA?; (4) Bagaimankah model
pembelajaran yang digunakan untuk novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan?. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) Struktur intrinsik pada novel Air
Mata Tuhan karya Aguk Irawan meliputi tema, tokoh, alur dan amanat; (2) konflik batin
tokoh perempuan dalam novel Air Mata Tuhan Karya Aguk Irawan; (3) kesesuaian novel Air
Mata Tuhan Karya Aguk Irawan dijadikan sebagai bahan ajar di SMA; (4) membuat model
pembelajaran sastra yang tepat untuk novel Air Mata Tuhan Karya Aguk Irawan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Sumber data novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan terbitan Imania, cetakan ke II
september 2015 dengan tebal buku 352 halaman.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, (1) Struktur yang terkandung dalam
novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan yaitu tema, alur, latar, tokoh dan amanat; (2)
Konflik yang terjadi dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan yaitu konflik dengan
dirinya sendiri dan konflik dengan orang lain, konflik yang terjadi dalam novel Air Mata
Tuhan karya Aguk Irawan berdasarkan psikoanalisis Erikson yaitu Ego kretaif (religius,
kesetiaan, dan cinta), ego otonom fungsional ( hubungan baik antara bunda dan Fisha), aspek
psikoseksual (menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi masalah), tahap-tahap
perkembangan (tahap keenam, menyatukan identitas dengan orang lain); (3) Novel Air Mata
Tuhan karya Aguk Irawan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar di SMA, memiliki
aspek bahasa, aspek psikologi dan aspek latar belakang budaya; (4) Model pembelajaran
personal (pengajaran tak terarah) digunakan dalam menganalisis konflik batin tokoh utama
perempuan dalam pembentukan karakter pribadi siswa yang bisa diarahkan.

Bagi peneliti selanjutnya dapat memunculkan ide-ide baru untuk menumbuhkan jiwa
kreatif dan inovatif dalam karya sastra khususnya tentang novel untuk mengadakan penelitian
dari sudut lain seperti nilai-nilai pendiidkan dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan.

Kata kunci : konflik batin, novel Air Mata Tuhan, psikoanalisis erikson, bahan ajar dan
model pembelajaran
PENDAHULUAN
Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam suatu
tulisan oleh pengarang secara fiksi. Sastra dipandang sebagai sesuatu yang dapat dinikmati
oleh semua kalangan dengan mendengar atau membacanya. Priyatni (2010:12) bahwa sastra
merupakan sebuah cerminan yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih
kuat, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik.

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karangan prosa fiksi yang di
dalamnya menceritakan tokoh beserta latar kehidupannya dan mempunyai unsur pembangun
berupa struktur intrinsik yang meliputi tema, latar, alur, tokoh atau penokohan, dan amanat.

Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku
manusia (Minderop, 2010 : 3). Selain mempelajari perwatakan tokoh dan juga aspek-aspek
pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh
pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh dalam suatu karya semakin hidup
dengan sentuhan-sentuahan emosi melalui dialog dan pemilihan kata mampu
menggambarkan kekalutan dan kejernihan batin pengarangnya.

Salah satu kepribadian yang tidak mengenal putus asa dalam menghadapi masalah yaitu
psikoanalisis Erikson yang menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego
kreatif seperti kepercayaan, penghargaan, kerajinan, kesetiaan, keakraban dan cinta. Ego
kreatif ini dapat menemukan pemecahan atas masalah pada setiap tahap masalah kehidupan.
Apabila menemui hambatan atau konflik, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan
menggunakan percampuran antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan oleh
lingkungan. Ego otonom fungsional berkaitan dengan hubungan antara ibu dan anak. Aspek
psikoseksual merupakan tahapan kepribadian yang terjadi karena faktor sosial. Tahap-tahap
perkembangan membutuhkan tahap demi tahap untuk membentuk kepribadiannya mulai dari
tahap pertama (usia bayi) sampai tahap kedelapan (usia tua).

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa kepribadian manusia itu tidak terbentuk dengan
sendirinya, melainkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, termasuk kepribadian
seseorang dalam menghadapi setiap konflik batin yang terjadi selama hidupnya.

TEORI
Novel

Novel berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008 : 969) adalah
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel memiliki
unsur-unsur pembangun untuk melengkapi jalannya cerita, yaitu unsur intrinsik. Unsur
intrinsik yang secara langsung turut serta membangun cerita. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
unsur-unsur intrinsiknya :
Unsur-unsur Intrinsik :

1. Tema
Menurut Nurgiyantoro (2010 : 70) tema dipandang sebagai dasar cerita, gagasan
dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah
ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan
cerita.
Tema dibedakan menjadi lima tingkatan, yaitu : (1) tema tingkat fisik, tema yang
lebih banyak menyaran dan atau ditunjukan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada
kejiwaan; (2) tema tingkat organik, tema yang lebih banyak menyangkut dan atau
mempersoalkan masalah seksualitas mahluk hidup; (3) tema tingkat sosial, tema aksi-
interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung
banyak permasalahan/konflik; (4) tema tingkat egoik, tema yang manusia senantiasa
“menuntut” pengakuan atas hal individualitasnya; (5) tema tingkat divine, tema yang
belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya.

2. Alur
Aminuddin (2013 : 83) mengemukakan bahwa alur/plot adalah rangkaian cerita
yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Priyatni (2010 : 113) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam alur/plot
tersusun sebagai berikut : (1) Exposition, tahap perkenalan; (2) Inciting Force, tahap
mucnulnya konflik; (3) Rising Action, situasi yang panas karena pelaku-pelaku dalam
cerita berkonflik; (4) Crisis, cerita mulai berkonflik dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh pengarangnya; (5) Climax, merupakan puncaknya masalah
dalam cerita; (6) Falling Action, kadar konflik yang sudah menurun, sehingga
ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau
penyelesaian cerita.

3. Latar
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan
sosial. Berikut pejelasan ketiga unsur pokok tersebut : (1) latar tempat, berhubungan
dengan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi; (2)
latar waktu, berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi; (3) latar sosial, berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi.

4. Tokoh dan Penokohan


Penokohan novel tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan tokoh. Istilah
“tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku dalam cerita sedangkan “penokohan”
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010 : 165).
Berdasarkan fungsinya dibedakan atas tokoh utama dan tokoh
bawahan/pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran utama,
frekuensi kemunculannya sangat tinggi, menjadi pusat penceritaan. Sedangkan tokoh
bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang menambah cerita lebih
hidup (Aminuddin, 2013 : 79-80).

5. Amanat
Merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui karya yang diciptakan. Amanat dalam novel akan disampaikan
secara rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.

Konflik

Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian dibedakan ke dalam dua kategori yaitu konflik
eksternal (eksternal conflict) dan konflik internal (internal conflict). (1) konflik eksternal
adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang diluar dirinya, mungkin
dengan lingkungan alam atau mungkin lingkungan manusia; (2) konflik internal, adalah
konflik yang terjadi dalam hati dan jiwa seorang tokoh cerita.

Psikologi Sastra

Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari
sisi dalam. Aspek “dalam” ini yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat para
pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya mempelajari psikologi sastra amat
indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat luas dan amat
dalam.

Psikologi Kepribadian

Bagi para psikoanalisis, istilah kepribadian adalah pengutamaan alam bawa sadar
(unconcsious) yang berada di luar sadar yang membuat struktur berpikir diwarnai oleh emosi.
Mereka beranggapan perilaku seseorang sekedar wajah permukaan karakteristiknya, sehingga
untuk memahami secara mendalam kepribadian seseorang harus diamati gelagat simbolis dan
pikiran yang paling mendalam dari orang tersebut. Mereka juga mempercayai bahwa
pengalaman masa kecil individu bersama orang tua telah membentuk kepribadian kita.

Teori Psikoanalisis Erikson

Erikson memberi jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis dengan memberi perhatian lebih
besar kepada ego daripada id dan superego. Dia masih tetap menghargai teori Frued, namun
mengembangkan ide-ide khususnya dalam hubungannya dengan tahap perkembangan dan
peran sosial terhadap pembentukan ego. Ego berkembang melalui respon terhadap kekuatan
dalam dan kekuatan lingkungan sosial.

Menurut buku teori kepribadian milik Yusuf (2007), teori Erikson dibagi menjadi 4
bagian, yaitu :

a. Ego Kreatif
Ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah pada setiap
tahap kehidupan. Apabila menemui hambatan atau konflik, ego tidak
menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan
batin dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan.

b. Ego Otonom Fungsional


Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian terpenting dari
perkembangan kepribadian. Tetapi, Erikson tidak membatasi teori hubungan
id-ego. Menurutnya situasi memberi makan merupakan model interaksi sosial
antar bayi dengan dunia luar. Lapar jelas manifestasi biologis, tetapi
konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu akan menimbulkan kesan bagi
bayi tentang dunia luar.

c. Aspek Psikoseksual
Erikson mengakui adanya aspek psikoseksual dalam perkembangan yang
menurutnya bisa berkembang positif (aktualisasi seksual yang dapat diterima)
atau negatif (aktualisasi ekspresi seksual yang tidak dikehendaki).

d. Tahap-tahap Perkembangan
Tahapan pembentuka kepribadian dari tahap pertama (usia bayi) sampai
tahap ke delapan (usia tua). Tahap pertama, mengembangkan sikap percaya
dan menghindari sikap curiga; tahap kedua, anak diberi kebebasan yang
terbatas maka akan belajar mandiri; tahap ketiga, Anak mulai memahami
perbedaannya dengan orang lain; tahap keempat, nak-anak harus memulai
pendidikannya serta mempelajari keterampilan sosial yang sesuai dengan
tuntutan yang ada di lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal; tahap
kelima, pembentukkan identitas yang akan merasakan penderitaan di masa lalu
sehingga jika individu tidak dapat mengatasinya maka akan timbul krisis
identitas; tahap keenam, dalam tahap ini orang dewasa awal siap dan ingin
menyatukan identitasnya dengan orang lain; tahap ketujuh, ciri tahap ini
adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan serta pembentukan dan
penetapan garis pedoman untuk generasi mendatang; tahap kedelapan,
seseorang setelah memelihara benda maupun ide serta setelah berhasil
menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan ataupun kegagalan-
kegagalan dalam hidup.
Bahan Ajar

Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu
dipertimbangkan. Berikut ini akan dibicarakan tiga aspek penting menurut Rahmanto (1988 :
27-31) yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan ajar sastra, yaitu :

a. Bahasa
Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu
mengembangkan keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih
bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa siswanya.

b. Psikologi
Dalam memilih pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini
hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya
terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal.

c. Latar Belakang Budaya


Siswa dapat mengenal budaya asing yang lain dibandingkan dengan budaya
mereka sendiri. guru sastra hendaknya mengembangkan wawasannya untuk
dapat menganalisis pemilihan materinya sehingga dapat menyajikan pengajaran
sasra yang mencakup dunia yang lebih luas.

Kriteria Bahan Pengajaran Sastra


Majid (2014 : 24) mengemukakan bahwa kurikulum adalah dokumen yang berisikan
hasil belajar yang diharapakan dimiliki oleh siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan kurikulum selama ini yang selalu memperhatikan
adanya pembelajaran kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra, maka teks dalam
kurikulum 2013 dapat dibedakan antara teks sastra dan nonsastra. Materi tentang novel
terdapat di kelas XII semester II (genap).

Model Pembelajaran
Hakikat mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil (dalam Sagala, 2013 : 176) adalah
membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana
untuk mengekspresikan dirinya dan belajar bagaimana cara belajar. Model mengajar tidak
hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian akan tetapi juga bermakna prospektif dan
berorientasi kemasa depan.
Huda (2015 : 71) mengemukakan ada empat kategori yang penting dalam model
mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku.
Berdasarkan keempat model diatas, salah satunya yang sesuai dengan novel Air Mata Tuhan
karya Aguk Irawan yang memilih moel personal (pengajaran tak terarah) merupkan sebuah
model yang menekankan pada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan
memperhatikan kehidupan emosional, untuk membantu siswa mengeksplorasi gagasan baru
terkait kehidupan, tugas akademik, dan hubungan siswa dengan orang lain. Model tak terarah
ini lebih fokus pada pengasuhan dan bimbingan pada siswa dibanding mengontrol urutan
proses pembelajaran.
Berikut langkah-langkah dalam penerapan Model Pengajaran Tak Terarah :
1. Sintak
Tahap 1 : Identifikasi Masalah personal
a. Guru mendorong siswa mengungkapkan perasaannya dengan bebas.
Tahap 2 : Penelusuran Masalah
a. Siswa didorong untuk menjabarkan masalah.
b. Guru menerima dan mengapresiasi perasaan siswa.
Tahap 3 : Pengembangan Wawasan
a. Siswa mendiskusikan masalah.
b. Guru menyemangati siswa.

Tahap 4 : Perencanaan dan Pembuatan Keputusan


a. Siswa merencanakan rangkaian proses pengambilan keputusan.
b. Guru menjelaskan keputusan yang akan diambil
Tahap 5 : Keterpaduan Wawasan
a. Siswa mendapat wawasan lebih mendalam dan mengembangkan
tindakan yang lebih positif.
b. Guru bekerja sebagai penyemangat.
Tahap 6 : Tindakan di Luar Wawancara
a. Siswa mulai melakukan tindakan yang positif.

2. Sistem Sosial
3. Peran/Tugas Guru
4. Sistem Dukungan
5. Pengaruh

METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, mulai dari bulan April sampai dengan Juli
2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Teknik penelitian, di bagi menjadi 3 yaitu teknik studi pustaka, teknik dokumentasi dan
teknik analisis. Sumber data yang digunakan, yaitu sumber data primer, novel Air Mata
Tuhan karya Aguk Irawan terbitan Imania, cetakan ke II september 2015 dengan tebal buku
352 halaman. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kartu data.
HASIL PENELITIAN
Analisis dan Pembahasan Konflik Batin Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Air
Mata Tuhan karya Aguk Irawan.

Biografi Pengarang

Aguk Irawan sebagai penulis novel Air Mata Tuhan lahir di Lamongan 1 April 1979.
Sekolah di MA Negeri Babat samping Darul Ulum, Langitan, Widang, Tuban. Kemudian
ia melanjutkan kuliah di Al-Azhar University Cairo jurusan aqidah dan filsafat atas
beasiswa Majelis A’la Al-Islamiyah sampai jenjang tasfiyah.

Unsur-unsur Intrinsik

a. Tema
Tema dibagi menjadi 2 yaitu tema mayor dan tema minor. (1) tema mayor dalam
Novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan menceritakan tentang pengorbanan seorang
istri bernama Fisha Agustina yang mengikhlaskan suaminya untuk menikah lagi dengan
perempuan lain, untuk kebahagiaan suaminya dan juga impian keluarga besar Fikri
Ilyas; (2) tema minor dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan yaitu pergolakan
batin yang dialami tokoh perempuan yaitu Fisha.

b. Alur
a. Exposition (tahap perkenalan)
Tahap pengenalan tentang kehidupan tokoh perempuan bernama Fisha agustina
bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, bunda, dan adiknya (Amirah) yang
menjalaini hari-harinya dengan hidup dalam kesederhanaan.

b. Inciting Force (tahap pemunculan konflik)


Pada tahap pemunculan konflik ini, bermula saat akad nikah. Ibu Fikri tidak
suka dengan sosok besannya yang jauh dari keinginannya, ia terus memperhatikan
calon besannya yang tampak sangat udik dan kampungan di lingkungan yang suci
dan terberkati ini.

c. Rising Action (tahap peningkatan konflik)


Setelah resmi menjadi sepasang suami istri, inilah awal kehidupan baru Fisha
sebagai seorang istri yang harus tinggal di rumah keluarga besar Fikri. Kebecian ibu
Fikri membuatnya memperlakukan Fisha bukan sebagai menantu, melainkan
disejajarkan dengan seorang pembantu yang harus mengerjakan semua pekerjaan
rumah.
d. Crisis
Kasus yang semakin berkembang menjadi situasi yang semakin panas adalah
ketika Fisha mengalami keguguran sampai 2 kali. Hal ini semakin membuat ibu
Fikri yakin atas kebenciannya selama ini terhadap Fisha.

e. Climax (tahap klimaks)


Puncak ketegangan terjadi, ketika Fisha mengetahui bahwa selama ini dirinya
terkena penyakit yang sangat mematikan yaitu kanker rahim stadium 3, karena
penyakit ini juga dia selalu mengalami keguguran dan tidak akan pernah bisa hamil
untuk selamanya.

f. Falling Action (tahap penyelesaian)


Pada peyelesaian akhir cerita ini adalah ketika tokoh perempuan (Fisha)
bersedia menyambut dan menerima kehadiran perempuan lain di rumah tangganya
bersama Fikri.

c. Latar
Latar yang terdapat dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan, terbagi 3 latar,
yaitu (1) latar tempat, Jogjakarta, Cilacap, Rumah Fisha, Pesantren, Masjid
Baiturrahim, Aceh dan Rumah Sakit; (2) latar sosial, tanggal 15 hari Jumat (dini hari)
dan hari Jumat, tanggal 17; (3) latar sosial, mahasiswa, guru, pengusaha dan tukang
becak.

d. Tokoh dan Penokohan


Tokoh dibagi menjadi 2 yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Novel Air Mata
Tuhan memiliki tokoh utama perempuanyaitu Fisha Agustina. Tokoh tambahan dalam
novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan yaitu Fikri Ilyas, Hamzah dan Ibu Fikri.
Sedangkan tokoh pendukungnya yaitu, ayah dan bunda (orang tua Fisha), Amirah (adik
Fisha), Weni, Ilham, Firman, Pak Parwito, Dian (adik Fikri), Desi Lailiyah dan Pak
Kandar.
Perwatakan pada tokoh utama perempuan, Fisha yaitu ikhlas, sabar, gigih dalam
meraih cita-cita, tulus, rajin beribadah, taat kepada suami. Perwatakan tokoh tambahan
yaitu Fikri, romantis, penyayang dan taat kepada orang tua. Hamzah, suka cemburu dan
pemarah. Ibu Fikri, sombong dan suka mengancam.

e. Amanat
Aguk Irawan dalam novelnya judul Air Mata Tuhan menyampaikan pesan yaitu
sebagai umat islam haruslah selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena hanya
dengan kepada-Nya hati menjadi lebih tenang. Serta seorang istri yang harus selalu
berbakti kepada suami.
Konflik Batin Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Air Mata Tuhan karya Aguk
Irawan.

Konflik merupakan hal yang terjadi dalam hati dan jiwa seorang tokoh tercinta. Novel
Air Mata Tuhan menceritakan konflik yang terjadi pada tokoh perempuan bernama Fisha
Agustina. Konflik yang dialaminya yaitu konflik dengan dirinya sendiri dan konflik dengan
orang lain.

a. Konflik dengan dirinya sendiri


Ketika ia mengalami keguguran akibat kelelahan, tidak membuatnya membenci
ibu mertuanya, melainkan ia selalu memaafkannya walaupun hatinya begitu sakit
akibat kecelakaan itu. Konflik selanjutnya, ibu mertuanya menjauhkan Fisha dari
Fikri karena Fisha tidak bisa memberikan momongan untuk keluarga Fikri.

b. Konflik dengan orang lain


Orang lain itu adalah Fikri yang menuduh Fisha sudah melakukan “sesuatu”
dengan Hamzah sebelum dirinya resmi menjadi sepasang suami istri. Fisha benar-
benar tidak menyangka, bahwa suaminya yang ia kenal sekarang berbeda dengan
pertama kali bertemu.
Konflik masih berlanjut, kali ini konflik dengan ibu mertuanya. Ketika Fisha
dicaci maki oleh ibu mertuanya karena pernikahannya selama 5 tahun belum
menujukkan tanda-tanda kehamilan, melainkan kabar keguguran yang selalu ibu
mertuanya dapatkan.

Konflik Batin Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Air Mata Tuhan karya Aguk
Irawan Berdasarkan Pandangan Psikoanalisis Erikson.

a. Ego Kreatif
Fungsi ego kreatif adalah ego ditonjolkan yang berhubungan dengan tingkah
laku yang nyata. Sekian banyak konflik yang ia terima dari mertuanya tidak
membuat sikapnya menjadi pendendam, melainkan menerima semua
perlakuannya dengan selalu menanamkan jiwa kesabaran dalam hatinya.

b. Ego Otonom Fungsional


Hubungan yang baik antara ibu dan anak. Hubungan baik antara Fisha dan
bundanya, apapun yang bundanya sampaikan selalu ia ingat, terutama pesan
tentang selalu sabar dan mengajarkan pribadi yang religius.

c. Aspek Psikoseskual
Pada tahap ini, kepribadian di pengaruhi oleh kondisi-kondisi sosial yang ikut
dalam perkembangan kepribadian seseorang. perkembangan kepribadian yang
semakin kuat dan hidup dalam diri Fisha untuk menghadapi semua konflik-konflik
yang ia terima selama hidupnya, tidak dibalas dengan kejahatan juga melainkan
dengan hati yang begitu tulus dan ikhlas.
d. Tahap-tahap perkembangan
Tahap perkembangan psikoanalisis Erikson dalam novel Air Mata Tuhan ini
ada pada tahap keenam. Karena, dalam tahap ini orang dewasa awal siap dan ingin
menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan cinta dan
mempersatukannya dalam bentuk sebuah pernikahan. Begitu juga dengan Fikri
dan Fisha yang memutuskan untuk mengikat cinta keduanya dalam sebuah rumah
tangga.

Bahan Ajar

Ide cerita dan pengalaman yang diuraikan dalam novel ini, dapat mengembangkan dan
pembentukan karakter siswa.

a. Aspek Bahasa
Novel Air Mata Tuhan ini sebagian besar Membiasakan diri menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti dan dibaca oleh anak SMA. Membiasakan peserta didik
untuk berbicara menggunakan bahasa yang sopan dan santun mencirikan kalau
mereka adalah anak-anak yang memiliki tata krama dalam hal berbicara.

b. Aspek Psikologi
Novel ini mengangkat masalah tentang konflik seorang perempuan. Peserta didik
dapat diberikan contoh rasa hormat kepada orang tua dan ketaatan kepada Allah swt.,
seperti sikap tokoh perempuan dalam novel Air Mata Tuhan yang menghadapi semua
konfliknya dengan penuh kesabaran walaupun batinnya tersakiti. pentingnya
pembentukan karakter selama pembelajaran untuk mengajarkan pentingnya rasa
hormat kepada orang tua, bagaimanapun orang tua adalah sosok yang selalu berjasa
untuk hidup anaknya.

c. Latar Belakang Budaya


Novel Air Mata Tuhan ini mengajarkan kepada peserta didik untuk terus berusaha
dalam kondisi apapun, karena kita itu hidup untuk menjadi penerus bangsa bukan
perusak bangsa dengan moral-moral yang jelek. perubahan moral itu tidak hanya dari
perilaku yang dilihat oleh banyak orang tetapi moral dari dalam (hati) dengan
memaafkan semua kesalahan orang lain dan memohon perlindungan kepada Allah
untuk dijauhkan dari hal-hal buruk.

Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang berkaitan dengan konflik batin salah satunya menggunakan
model pembelajaran personal (pengajaran tak terarah), model ini menekankan pada
pengembangan gaya pembelajaran yang efektif dan jangka panjang serta pengembangan
karakter pribadi yang kuat dan bisa diarahkan.

Tahap Pelaksanaan Pengajaran Tak Terarah dalam Pembelajaran Novel :


1. Sintak
Tahap 1 : Identifikasi Masalah Personal
Guru memberikan pengenalan tentang apa itu masalah, bagaimana masalah itu
bisa hadir dengan memanfaatkan sesi tanya jawab kepada peserta didik tentang
masalah apa saja yang pernah mereka alami selama proses pembelajaran. Hal ini,
untuk mempermudah peserta didik dalam menganalisis permasalahan apa saja
yang ada dalam novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan.

Tahap 2 : Penelusuran Masalah


Guru bersama-sama mengajak peserta didik untuk mencari tahu permasalahan
yang terjadi dalam novel Air Mata Tuhan ini kenapa bisa terjadi dan bagaimana
menyelesaikannya, semua itu dapat memanfaatkan analisis tentang unsur intrinsik
melalui perwatakan para tokoh dalam novel tersebut.

Tahap 3 : Pengembangan Wawasan


Guru harus bisa mengembangkannya untuk memberikan pemahaman yang lebih
lagi dalam menganalisis suatu novel, khususnya novel Air Mata Tuhan karya
Aguk Irawan yang di dalamnya memiliki banyak permasalahan yang harus
diungkapkan dalam bentuk analisis konflik batinnya.

Tahap 4 : Perencanaan dan Pembuatan Keputusan


Tugas seorang guru dalam tahap ini yaitu menjadi seseorang yang dapat
mengambil keputusan dari semua pemikiran dan perasaan peserta didiknya
selama proses analisis ini. Untuk menghindari ketidakmampuan peserta didik
dalam berkonsentrasi.

Tahap 5 : Keterpaduan Wawasan


Guru berperan sebagai dunia bagi peserta didiknya dengan menciptakan suasana
yang penuh dengan empati, untuk menjadi arah dan pendirian pribadi siswa dapat
dibimbing dan dikembangkan.

Tahap 6 : Tindakan di Luar Wawancara


Salah satu tindakan di luar wawancara dalam proses pembelajaran yaitu selain
memberikan pengajaran tentang materi yang terkait, harus juga memberikan
pengajaran tentang pendidikan karakter peserta didik, seperti sikap hormat kepada
orang tua, menanamkan kesabaran, ketabahan dan pastinya jangan pernah
melupakan rasa cinta dan sayang kepada Allah.

2. Sistem Sosial
Guru memberikan sepenuhnya kebebasan untuk menentukan dan memilih minat
tentang novel mana yang sangat mereka sukai. Untuk menumbuhkan rasa semangat
ketika menganalisisnya. Karena, sebagai seorang guru harus bisa melihat kemampuan
peserta didiknya untuk membuat pembelajaran lancar dan sesuai yang diinginkan.
3. Peran/Tugas Guru
Peran guru dalam model pembelajaran ini yaitu mengajak peserta didik untuk bisa
membentuk pribadinya yang lebih baik lagi setelah membaca novel Air Mata Tuhan,
contohnya menjadi pribadi yang selalu menanamkan rasa kesabaran, selalu taat kepada
allah, dan selalu menghormati orang tua.

4. Sistem Dukungan
Peserta didik juga membutuhakan sosok peran guru yang memberikan kenyamanan
untuk mereka saat pembelajaran, contohnya ketika peserta didik berani maju ke depan
kelas, berani mengungkapkan pendapatnya akan diberikan reward atas keberaniannya
dan untuk memberikan rasa semangat kepada siswa dan rasa percaya diri dalam diri
siswa.

5. Pengaruh
Pengaruh yang diberikan model ini yaitu untuk mendorong peserta didik untuk
berani mengugkapkan masalahnya selama pembelajaran, untuk memudahkan peserta
didik dalam menerima pembelajaran yang akan di lakukan dan memberikan rasa percaya
diri untuk meningkatkan keberhasilan mereka selama pembelajaran.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil analisis novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan yang sudah
diuraikan pada bab IV, berikut adalah simpulannya :
1. Unsur Intrinsik
a) Tema mayor, pengorbanan seorang istri bernama Fisha. Tema minor, minornya
pergolakan batin yang dialami oleh tokoh perempuan Fisha.
b) Alur yang digunakan adalah alur mundur
c) Latar tempat, Jogjakarta, Cilacap, Rumah Fisha, Pesantren, Masjid Baiturrahim, Aceh
dan rumah sakit. Latar waktu, ada tanggal 15 hari Jumat (dini hari) dan hari jumat,
tanggal 17. Latar sosial, mahasiswa, guru, pengusaha dan tukang becak.
d) Tokoh dan penokohan. Fisha Agustina, tokoh utama (ikhlas, gigih dalam meraih cita-
cita, sabar, tulus, rajin beribadah, taat kepada suami). Fikri Ilyas, tokoh tambahan
(romantis, penyayang, patuh kepada orang tua). Hamzah, teman kecil Fisha (suka
cemburu dan pemarah). Ibu Fikri (sombong dan suka mengancam).
e) Amanat yang disampaikan oleh pengarang yaitu sebagai umat islam haruslah selalu
mendekatkan diri kepada Allah Swt, dan menjadi seorang istri harus selalu berbakti
kepada suaminya.

2. Konflik batin yang dialami, konflik dengan dirinya sendiri dan konflik dengan orang lain.
Konflik batin berdasarkan psikoanalisis Erikson, (a) Ego kreatif pada tokoh perempuan
yaitu kesabaran, kesetiaan dan cinta, (b) Ego Otonom Fungsional, hubungan baik antara
Fisha dan bundanya, (3) Aspek Psikoseksual, kepribadiannya yang begitu kuat
menghadapi semua konflik selama hidupnya (4) Tahap-tahap Perkembangan, Fikri dan
Fisha memutuskan untuk mengikat cinta keduanya dalam sebuah pernikahan.
3. Bahan ajar, (1) Segi bahasa novel ini menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan di
baca oleh anak SMA; (2) Segi psikologi pentingnya rasa hormat kepada orang tua dan
ketaatan kepada Allah swt (3) Segi latar belakang budaya mengajarkan tentang perubahan
moral tidak hanya dari perilaku yang dilihat tapi moral dari dalam (hati).

4. Model pembelajaran yang sesuai dengan penelitian mengenai konflik batin dalam novel
Air Mata Tuhan adalah model Pengajaran Tak Terarah. Model ini memberikan dorongan
kepada peserta didik untuk berani mengungkapkan perasaannya dan pembentukan karakter
pribadi siswa yang bisa diarahkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

[2] Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Azza Grafika.

[3] Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress.

[4] Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[5] Irawan, Aguk. 2015. Air Mata Tuhan. Depok: Imania.

[6] Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.

[7] Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

[8] Minderop, Albertine. 2016. Psikologi Sastra : Karya Sastra, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

[9] Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

[10] Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[11] Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).

[12] Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

[13] Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.

[14] Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[15] Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: CAPS.

[16] Syamsudin, dan Vismaia Saberiah. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

[17] Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.

[18] Yusuf Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai