NIFAS
Di RuangRawatInap A
Rumah Sakit WavaHusadaKepanjen - Malang
NUROTUL LAILI
NIM. 1830043
Nama :NurotulLaili
NIM : 1830043
Prodi :ProfesiNers
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 28Januari 2019 – 2 Februari
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
(.............................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS
A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Periode pascapartum
(puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Saifuddin, Abdul Bari,
2007).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut
tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati,
2009).
B. Periode Nifas
Menurut Mitayani (2009), Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina dan
perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut dengan
involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar,
dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah
tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8
cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan
lochia.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang
berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas. Pada masa nifas ini akan
terjadi perubahan fisiologi, yaitu:
a.) Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b.) Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum
uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak
dapat diraba lagi di atas symfisis. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm,
sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Otot-otot uterus berkontraksi setelah
post partum. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
1) Involusi Tinggi fundus Berat uterus
2) Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
3) 7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
4) 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
5) 42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
6) 56 hari (minggu) normal 50gr
c.) Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
d.) Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi
menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat
mengakibatkatrombosis masa nifas.
D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh
I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ubu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau
besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali
normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan
sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting
susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama
5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat
mem,Bantu merencanakan keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena
itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap
lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi. Pada ibu nifas juga ter jadi
perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab
merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi
komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu
sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk
merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1.) Kesehatan umum menanyakan bagaimana perasaan ibu
2.) Tanda vital
a.) Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.
b.) Denyut nadi dan pernapasan
Nadi antara 60 sampai 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
mengindikasikan adanya infeksi. Pernapasan normal 20 sampai 30 x/menit,
beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal,
yang denyut nadinya mencapai 40-50 x/menit.
c.) Tekanan darah
Pada beberaapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
3.) Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi, dalam hal melakukan pengkajian fisik
dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, atau abses
serta bagaimana keadaan puting.
4.) Uterus
Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses ketika uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot
hanya 60 gram.
5.) Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan karena reflek
penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih selama
melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan peregangan pelvis renalis
dan ureter, tetapi akan kembali normal pada minggu ke empat.
6.) Genetalia/perinium
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding lunak
dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang kemballi ke
ukuran nuli para. Kadang-kadang pada persalinan lama, ditemukan edema dan
memar pada dinding vagina. Rugai terlihat kembali pada minggu ke tiga,
himen muncul sebagai jaringan kecil yang selama proses sikatrisasi diubah
menjadi karunkulae mirtiformis yang merupakan ciri khas wanita yang pernah
melahirkan.
7.) Lochea
Muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum, warnanya merah
dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas implantasi plasenta
dan serabut dari desidua dan korion.
8.) Ekstremitas bawah
Pada pengkajian ekstremitas bawah, lakukan pemeriksaan kaki apakah ada
varises, warna kemerahan pada betis, atau edema.
b. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas,
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan
depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi tersebut sering disebut
sebagai post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Pada sebagian kasus tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi,
pemahaman, dan rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh ketidaknyamanan
fisik. Post partum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kelima post
partum. Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah
melahirkan dapat menimbulkan duka cita yang bersifat normal. Tiga tahap duka cita
yaitu :
1.) Tahap pertama
Syok yang merupakan respon awal individual terhadap kehilangan.
2.) Tahap kedua
Vase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3.) Tahap ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang signifikan. Selama periode ini, orang yang
berduka cita menerima kehilangan dan individu kembali pada keadaan normal.
c. Riwayat kesehatan
Dalam mengkaji riwayat kesehatan ibu perlu mengkaji hal-hal berikut:
1.) Bagaimana perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan perasaannya menjadi
orang tua.
2.) Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan.
3.) Kesulitan dalam berkemih atau defekasi.
4.) Perasaannya tentang persalinan dan kelahiran bayinya.
5.) Penjelasan tentang kelahiran: adakah komplikasi, laserasi, episiotomi.
6.) Suplemen zat besi : adakah ia mendapat tablet zat besi.
7.) Pemberian ASI : apakah berhasil,adakah kesulitan.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-6 dan minggu
ke-2 sampai minggu ke-6 pasca persalinan :
1.) Melakukan pemeriksaan tanda vital
2.) Melakukan pemeriksaan payudara, periksa apakah terdapat benjolan dan
pembesaran kelenjar atau abses, serta keadaan puting.
3.) Melakukan pemeriksaan abdomen
4.) Melakukan pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan pada betis,
edema
5.)Melakukan pemeriksaan genetalia, lochea dan perineum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan, adanya luka
insisi post SC
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC
3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu
mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan dengan
kriteria hasil :Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan, masukan
dan pengeluaran seimbang.
Intervensi :
1.) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang.
2.) Monitor tanda vital.
3.) Monitor intake dan output setiap 5 - 10 menit.
4.) Evaluasi kandung kencing.
5.) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas
simpisis.
6.) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum.
7.) Berikan infus atau cairan intravena.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan,adanya luka
insisi post SC
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit nyeri klien
berkurang dengan kriteria hasil :skala nyeri klien berkurang, wajah klien
tampak rileks.
Intervensi :
1.) Beri posisi yang nyaman pada pasien.
2.) Berikan kompres hangat di perut klien.
3.) Anjurkan klien tetap untuk menyusui anaknya.
4.) Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
5.) Kolaborasi,pemebrian analgetik.
.
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tanda vital dan
gas darah dalam batas normal dengan kriteria hasil : mukosa bibir,gusi,dan
lidahtidak pucat,
Intervensi :
1.) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit.
2.) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.
3.) Kaji ada/tidak adanya produksi ASI.
4.) Tindakan kolaborasi :monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah
dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan).
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.
Jogjakarta: Andi Offset