Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS
Di RuangRawatInap A
Rumah Sakit WavaHusadaKepanjen - Malang

NUROTUL LAILI
NIM. 1830043

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN
TA 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan PendahuluanNifasdi RuangRawatInap ARumah Sakit WavaHusadaKepanjen -


Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama :NurotulLaili

NIM : 1830043

Prodi :ProfesiNers

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 28Januari 2019 – 2 Februari
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Februari 2019

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Periode pascapartum
(puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Saifuddin, Abdul Bari,
2007).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut
tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati,
2009).

B. Periode Nifas
Menurut Mitayani (2009), Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina dan
perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut dengan
involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar,
dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah
tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8
cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan
lochia.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang
berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas. Pada masa nifas ini akan
terjadi perubahan fisiologi, yaitu:
a.) Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b.) Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum
uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak
dapat diraba lagi di atas symfisis. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm,
sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Otot-otot uterus berkontraksi setelah
post partum. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
1) Involusi Tinggi fundus Berat uterus
2) Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
3) 7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
4) 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
5) 42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
6) 56 hari (minggu) normal 50gr

c.) Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
d.) Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi
menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat
mengakibatkatrombosis masa nifas.

D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh

E. Perawatan dan Hal-Hal yang Terjadi Selama Nifas


Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam,
ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi
ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam.
Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima
dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori,
cukup protein dan banyak buah. Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1. Genitalia interna dan eksterna
Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1) Fundus uteri
a. Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
b. Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
c. Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari
ke 5.
d. Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2) Bekas implantasi plasenta
a. Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter
7,5 cm.
b. Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
c. Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
d. Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
3) Berat uterus
a. Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
b. Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
c. Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
d. Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
e. Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.
4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya
lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera
setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah
1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca
persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnyakira-kira
setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat
menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi tidak lebih
dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.
3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan
atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya
produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari pertama
keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung
banyak protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau
memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat
terjadi selama masa laktasi ialah :
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak
benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, puting harus
kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada
payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan
tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
a. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
b. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan
dengan pompa dan pemberian analgesik.
4) Mastitis
a. Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan.
b. Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotik dan
analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5) Abses payudara
a. Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan
analgesik.
6) Bayi tidak suka menyusui
a. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi
terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling dengan
susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk.
b. Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara
sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi ditaruh diatas
payudara.
c. Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan
sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI.
d. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi
terbangun.
6. Mulas
a. Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada
multipara dibanding primipara.
b. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila masih ada sisa
selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
c. Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif.
7. Serviks, uterus dan adneksa
a. Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya karena
involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk
menghentikan perdarahan.
b. Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah keganasan,
lakukan pemeriksaan sitologi.
c. Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat
juga dengan bedah beku.
8. Lochea
a. Loochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
b. Hari pertama dan kedua terdapat lochea ruubra atau lokia kruenta, terdiri dari
darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
c. Hari berikutnya keluar lochea sanguinolennta berupa darah bercampur lendir.
d. Setelah 1 minggu, keluar lochea serosa beerwarna kuning dan tidak mengandung
darah.
e. Setelah 2 minggu, keluar lochea alba yangg hanya berupa cairan putih.
f. Biasanya lochea berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi lokiostasis
(lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.
9. Miksi
a. Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii.
b. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.
c. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk mengistirahatkan
otot-otot kandung kencing.
d. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
10. Defekasi
a. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
b. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di rektum,
mungkin terjadi febris.
c. Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.
d. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan defekasi
dapat diatasi.
11. Latihan senam
Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
a. Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan menekan
perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
b. Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti menahan
miksi dan defekasi.
d. Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit. Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca
persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan
payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum,
kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor
albus. Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan
pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.

F. Tanda-Tanda Normal pada Lochia


1. Lochia merah
Adalah lochia yang keluar pada 3 – 4 hari pertama yang disebabkan oleh
darah yang berasal dari tempat plasenta.
2. Lochia Serosa
Adalah lochia yang berwarna merah muda keluar pada hari ke 5 – 9 pada
masa nifas. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikit darah yang terkandung didalam
lochia dan jumlah serum semakin banyak mengandung banyak leucocytes.
3. Lochia putih
Adalah lochia yang mengandung leucocytes, servical mucus dan runtuhan
dari jaringan penyembuhan.

G. Tanda Normal pada Payudara


1. Pada 3 – 4 hari pertama payudara akan menjadi lebih berat dan mengalami
pembesaran.
2. Pembesaran akan berhenti ketika bayi mulai menetek.
3. Bagi ibu yang tidak menyusui, pembesaran akan berhenti dan cenderung menurun
seiring dengan menurunnya produksi ASI yang disebabkan proses pengeluarannya
tidak mendapat rangsangan dari hisapan bayi.

H. Tanda Bahaya Postpartum


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ubu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau
besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali
normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan
sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting
susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama
5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat
mem,Bantu merencanakan keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena
itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap
lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi. Pada ibu nifas juga ter jadi
perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab
merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi
komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu
sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk
merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.

J. Elemen Kunci Pelayanan Kesehatan Pascapersalinan


Pada bayi :
1. 6 – 12 jam
a. Nafas
b. Kehangatan
c. Minum
d. Tali pusat
e. Imunisasi
2. 3 – 6 hari
a. Minum
b. Infeksi
c. Tes rutin
3. 6 minggu
a. Berat badan
b. Pemberian minum
c. Imunisasi
4. 6 bulan
a. Tumbuh kembang
b. Weaning
Pada ibu
1. 6 – 12 jam
a. Kehilangan darah
b. Nyeri
c. Tekanan darah
d. Tanda bahaya
2. 3 – 6 hari
a. Breast care
b. Suhu/infeksi
c. Lokia
d. Mood
3. 6 minggu
a. Pemulihan
b. Anemia
c. Kontrasepsi
4. 6 bulan
a. Kesehatan umum
b. Kontrasepsi
c. Morbiditas lanjut
(Saifuddin, Abdul Bari, 2008).

K. Pengawasan Kala Akhir Nifas


Setelah persalianan wanita akan mengalami masa pueperium, untuk dapat
mengembalikan alat genetalia interna ke dalam keadaan normal, dengan tenggang
waktu sekitar 42 hari atau 6 minggu atau satu bulan tujuh hari. Pemeriksaan akhir
kala nifas (postpartum) sangat penting karena dapat digunakan untuk melakukan
pemeriksaan khusus sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk mencari kemungkinan kelainan sitologi sel
serviks atau endometrium.
2. Menilai seberapa jauh involusi uterus.
3. Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlakuan postpartum.
4. Mempersiapakn untuk mempergunakan metode KB.
Dalam masyarakat sering terdapat salah mengerti diantaranya :
1. Merasa postpartum akan berjalan dengan normal, sehingga tidak memerlukan
pemeriksaan tambahan.
2. Pemakaian KB memerlukan menstruasi dulu.
3. Khusus untuk kontap wanita, diperlukan hamil lagi. Salah pengertian
masyarakatperlu diperbaikai dengan memberikan penjelasan untuk meningkatkan
kesehatan alat reproduksinya, sehingga cukup sehat untuk dapat hamil kembali.
4. Pemeriksaan postpartum sangat penting terutama untuk mencari kemungkinan
perlukaan serviks, yang memerlukan pengobatan, yaitu ditutul dengan nitrasargenti,
ditutul dengan albutyl tincura, atau pengobatan dengan termokauter dan cryosurgery
( membekukan ).
5. Membicarakan tentang keluarga berencana.
6. Bersamaan dengan pemeriksaan postpartum, dapat dilakukan dengan pemeriksaan
bayi, penimbangan bahkan untuk imunisasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1.) Kesehatan umum menanyakan bagaimana perasaan ibu
2.) Tanda vital
a.) Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.
b.) Denyut nadi dan pernapasan
Nadi antara 60 sampai 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
mengindikasikan adanya infeksi. Pernapasan normal 20 sampai 30 x/menit,
beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal,
yang denyut nadinya mencapai 40-50 x/menit.
c.) Tekanan darah
Pada beberaapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
3.) Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi, dalam hal melakukan pengkajian fisik
dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, atau abses
serta bagaimana keadaan puting.
4.) Uterus
Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses ketika uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot
hanya 60 gram.
5.) Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan karena reflek
penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih selama
melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan peregangan pelvis renalis
dan ureter, tetapi akan kembali normal pada minggu ke empat.
6.) Genetalia/perinium
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding lunak
dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang kemballi ke
ukuran nuli para. Kadang-kadang pada persalinan lama, ditemukan edema dan
memar pada dinding vagina. Rugai terlihat kembali pada minggu ke tiga,
himen muncul sebagai jaringan kecil yang selama proses sikatrisasi diubah
menjadi karunkulae mirtiformis yang merupakan ciri khas wanita yang pernah
melahirkan.
7.) Lochea
Muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum, warnanya merah
dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas implantasi plasenta
dan serabut dari desidua dan korion.
8.) Ekstremitas bawah
Pada pengkajian ekstremitas bawah, lakukan pemeriksaan kaki apakah ada
varises, warna kemerahan pada betis, atau edema.
b. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas,
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan
depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi tersebut sering disebut
sebagai post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Pada sebagian kasus tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi,
pemahaman, dan rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh ketidaknyamanan
fisik. Post partum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kelima post
partum. Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah
melahirkan dapat menimbulkan duka cita yang bersifat normal. Tiga tahap duka cita
yaitu :
1.) Tahap pertama
Syok yang merupakan respon awal individual terhadap kehilangan.
2.) Tahap kedua
Vase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3.) Tahap ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang signifikan. Selama periode ini, orang yang
berduka cita menerima kehilangan dan individu kembali pada keadaan normal.
c. Riwayat kesehatan
Dalam mengkaji riwayat kesehatan ibu perlu mengkaji hal-hal berikut:
1.) Bagaimana perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan perasaannya menjadi
orang tua.
2.) Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan.
3.) Kesulitan dalam berkemih atau defekasi.
4.) Perasaannya tentang persalinan dan kelahiran bayinya.
5.) Penjelasan tentang kelahiran: adakah komplikasi, laserasi, episiotomi.
6.) Suplemen zat besi : adakah ia mendapat tablet zat besi.
7.) Pemberian ASI : apakah berhasil,adakah kesulitan.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-6 dan minggu
ke-2 sampai minggu ke-6 pasca persalinan :
1.) Melakukan pemeriksaan tanda vital
2.) Melakukan pemeriksaan payudara, periksa apakah terdapat benjolan dan
pembesaran kelenjar atau abses, serta keadaan puting.
3.) Melakukan pemeriksaan abdomen
4.) Melakukan pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan pada betis,
edema
5.)Melakukan pemeriksaan genetalia, lochea dan perineum

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan, adanya luka
insisi post SC
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC

3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu
mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan dengan
kriteria hasil :Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan, masukan
dan pengeluaran seimbang.
Intervensi :
1.) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang.
2.) Monitor tanda vital.
3.) Monitor intake dan output setiap 5 - 10 menit.
4.) Evaluasi kandung kencing.
5.) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas
simpisis.
6.) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum.
7.) Berikan infus atau cairan intravena.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan,adanya luka
insisi post SC
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit nyeri klien
berkurang dengan kriteria hasil :skala nyeri klien berkurang, wajah klien
tampak rileks.
Intervensi :
1.) Beri posisi yang nyaman pada pasien.
2.) Berikan kompres hangat di perut klien.
3.) Anjurkan klien tetap untuk menyusui anaknya.
4.) Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
5.) Kolaborasi,pemebrian analgetik.
.
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tanda vital dan
gas darah dalam batas normal dengan kriteria hasil : mukosa bibir,gusi,dan
lidahtidak pucat,
Intervensi :
1.) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit.
2.) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.
3.) Kaji ada/tidak adanya produksi ASI.
4.) Tindakan kolaborasi :monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah
dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan).

d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi


Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, klien dapat
mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dengan kriteria hasil klien
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang, klien tampak rileks.
Intervensi :
1.) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan.
2.) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar).
3.) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung.
4.) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan.
5.) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya.

e. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
infeksi dengan kriteria hasil : lokea tidak berbau dan TTV dalam batas
normal.
Intervensi :
1.) Catat perubahan tanda vital.
2.) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek,
dan nyeri panggul.
3.) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea.
4.) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas,
mastitis dan saluran kencing.
5.) Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut jangan sampai terlalu
basah.
6.) Tindakan kolaborasi.
a.) Berikan zat besi (anemi memperberat keadaan).
b.) Beri antibiotika (pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan
infeksi).
Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih
Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta : Trans Info media
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Saifuddin A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, JM 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil Noc, trans. Widyawati, AS at al.EGC, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih


Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan


Ginekologi. Jakarta : Trans Info media

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan


dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Saifuddin A.B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.
Jogjakarta: Andi Offset

Wilkinson, JM 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil Noc, trans. Widyawati, AS at al.EGC, Jakart

Anda mungkin juga menyukai