Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

Disusun :
Kaslinda Nur Umifa
20184030002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIUAH YOGYAKARTA
2018
A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan
fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma,
laiomifibroma, fibroleiomioma, fibroma, dan fibroid(Nurarif & Kusuma, 2013). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak
karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur
dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Jenis – jenis
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) , mioma uteri berdasarkan letaknya dibagi menjadi :
1. Mioma submukosum
Yaitu di bawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2. Mioma intramural
Berada di dinding uterus diantara serabut miometrium
3. Mioma subserosum
Tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh
serosa

C. Etiologi
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, kemungkinan karena penggunaan
hormon-hormon steroids, seperti estrogen dan progesteron (Wijayakusuma, 2008).
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka
patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor
yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Pada
penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma
berasal dari jaringan yang uniseluler. Tranformasi neoplastik dari miometrium menjadi
mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan growth faktor lokal.
Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor. Tidak
didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan dalam penyebab mioma, namun diketahui
estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma.
Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding
dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium.
Hormon progesteron meningkatkan aktifitas miotik dari mioma pada wanita muda namun
mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron
memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulationapoptosis dari tumor.
Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks
ekstraseluler(Nurarif & Kusuma, 2013).

D. Manifestasi Klinis
Mioma tidak selalu menunjukkan gejala. Mioma yang terpelintir dapat menimbulkan rasa
sakit. Ukuran yang besar dapat menimbulkan kejang, nyeri, perasaan penuh di bagian bawah
perut, bertambahnya volume darah menstruasi, dan sering buang air kecil karena mioma
menekan kandung kemih (Wijayakusuma, 2008).
Manifestasi klinis mioma uteri menurut Nurarif & Kusuma (2013), yaitu :
1. Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia, sebabnya:
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosan
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara
serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
2. Nyeri : dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan desminore.
3. Gejala penekanan: penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensi urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi :
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas. Mioma
yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi
gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan untuk
motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk cavum uteri karena adanya mioma
dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi
pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi
karena komresi massa tumor.
E. Patofisiologi

Mioma memilikireseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori
“Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot
polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.Mioma uteri lebih
sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.Perubahan sekunder pada
mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratifkarena berkurangnya aliran darah ke mioma
uteri.Menurut letaknya, mioma terdiri dari miomasubmukosum, intramuskular dan
subserosum (Yonika, 2012).
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani dalam
Armantius, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas
dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk
menjadi leimioma “parasitik”.Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus
nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause
tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins dalam Armantius,
2017).
F. Pathway

Herediter pola Mioma uteri


hidup hormonal

Mioma intramural Mioma submukosum Mioma subserosum


(dinding antaras (tumbuh menjadi polip, (diantara
erabut miometrium) dilahirkan melalui ligamentmluteum)
serviks)

Tanda/gejala

Perdarahan Tindakan pembedahan Pembesaran


pervagina (histerektomi) massa

Penekanan organ sekitar


Penurunan Hb Resiko Infeksi

Resiko kekurangan Pembesaran uterus


Anemia volume cairan

Menekan Uterus
vesika urinaria berkontraksi
Resiko Syok
& rektum

Perlukaan

Gangguan
Nyeri akut
pola eliminasi
Kerusakan
integritas jaringan

Rendahnya Retensi urin Konstipasi


(Nurarif & Kusuma, 2013)Informasi
Sumber :Ansietas
mengenai
prognosis penyakit
dan terapi
G. Penatalaksanaan
Menurut Armantius, 2017, penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur,
paritas, lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas
kelompok-kelompok berikut:
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai berikut.
a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b) Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c) Pemberian zat besi. d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b) Pertumbuhan tumor cepat.
c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e) Hiperminorea pada mioma submukosa.
f) Penekanan organ pada sekitarnya.
3. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-
langkah berikut.
a) Enukleusi Mioma Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang
masih menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan mudah
dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus dilahirkan
dengan seksio sesarea.
4. Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi
adalah sebagai berikut.
a) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b) Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang
tidak ditemukan.
5. Histeroktomi Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikelukan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan.
c) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih dari
delapan hari.
d) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6. Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal berikut.
a) Nyeri hebat dan akut.
b) Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian bawah.
c) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak disebabkan
infeksi saluran kemih.
7. Penanganan radioterapi Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Langkah ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c) Bukan jenis submukosa.
d) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause

F. Pengkajian

Anda mungkin juga menyukai