Anda di halaman 1dari 18

TINDAKAN BERISIKO TERTULAR HIV-AIDS PADA ANAK JALANAN

DI KOTA MAKASSAR

Ridwan Amiruddin, Fitri Yanti


ABSTRAK

Epidemi HIV-AIDS yang semula didominasi oleh populasi kunci kini mulai mengalami pergeseran
ke masyarakat umum. Peningkatan kasus HIV-AIDS di Asia termasuk di Indonesia, sebagian besar
bersumber dari hubungan seksual berisiko dan penggunaan NAPZA suntik dengan jarum tidak steril atau
dipakai bersama-sama. Anak jalanan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan tertular
berbagai penyakit termasuk HIV-AIDS karena perilaku mereka yang berisiko.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan tindakan berisiko
tertular HIV-AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian adalah semua anak
jalanan yang ada di Kota Makassar tahun 2012 yaitu sebanyak 918 orang. Sampel dipilih dengan metode
accidental sampling yaitu sebanyak 271 orang (12-18 tahun). Uji analisis yang digunakan yaitu uji chi-
square dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05 dan uji koefisien phi (φ) untuk melihat kekuatan hubungan.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 100 responden (36,9%) melakukan tindakan berisiko tertular
HIV-AIDS. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,000 ; φ= -
0,221), tempat tinggal (p= 0,000 ; φ = 0,326), kondisi orang tua (p= 0,000 ; φ=0,272), pengetahuan tentang
HIV-AIDS (p=0,008 ; φ= -0,161), dengan tindakan berisiko tertular HIV-AIDS pada anak jalanan di Kota
Makassar. Sementara sikap terhadap HIV-AIDS (p=0,724) tidak berhubungan dengan tindakan berisiko
tertular HIV-AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar.
Disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan, tempat tinggal, kondisi orang tua, dan
pengetahuan tentang HIV-AIDS anak jalanan dengan tindakan berisiko tertular HIV-AIDS. Untuk itu
disarankan agar pemerintah, dinas-dinas terkait, LSM dan masyarakat bisa memantau dan memberikan
pembinaan terhadap anak jalanan.

Kata kunci : tindakan berisiko, HIV-AIDS, anak jalanan.

PENDAHULUAN
HIV-AIDS hingga saat ini masih menjadi berdasarkan laporan UNAIDS pada tahun 2009
topik pemasalahan internasional khususnya dunia terdapat 22,6 juta jiwa yang terinfeksi HIV3.
kesehatan, karena penyakit ini telah banyak Hasil studi di Amerika Serikat menunjukkan
ditemukan di berbagai belahan dunia dan belum bahwa dari 29 negara bagian sebanyak 52.569 jiwa
dapat ditemukan teknologi yang dapat telah terinfeksi HIV lewat jalur heterokseksual pada
1
menyembuhkannya . Penyakit HIV-AIDS dijadikan tahun 1999-2004, dan 80% diantaranya berusia 13-
salah satu penyakit yang menjadi konsentrasi oleh 19 tahun4. Hasil studi lain yang dilakukan di
189 negara dalam MDGs untuk segera Missisipi pada pemuda Afrika-Amerika (16-25
ditanggulangi tidak terkecuali Indonesia. Dijadikan tahun), diperoleh bahwa pemuda yang berhubungan
sasaran MDGs karena kasusnya yang terus seksual sesama jenis tanpa penggunaan kondom
meningkat dari waktu ke waktu2. Menurut UNAIDS berisiko 6,3 kali terinfeksi HIV5. Di Asia
(Joint United Nations Programme on HIV/AIDS), diperkirakan 4,9 juta jiwa yang hidup dengan HIV
data global HIV-AIDS pada tahun 2009 mencapai dan kematian karena AIDS mencapai 300.000 jiwa.
33,3 juta jiwa yang hidup dengan HIV namun Epidemi HIV di Asia utamanya terjadi dikalangan
1
pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat pada lelaki pekerja seks jalanan sebanyak 23,2%
Aditif lainnya) jarum suntik, pekerja seks dan positif terinfeksi HIV11.
pelanggannya, dan lelaki seks dengan lelaki (LSL)6. Anak jalanan di Indonesia masih belum
Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL, cara dianggap sebagai kelompok dengan risiko tinggi
penularan kasus AIDS kumulatif hingga akhir terkena HIV-AIDS. Namun Departemen Kesehatan
Maret 2011 yang dilaporkan yaitu tertinggi melalui RI menyatakan bahwa anak yang hidup di jalanan
heteroseksual (53,1%), kemudian diikuti melalui lebih rentan akan terkena HIV-AIDS. Hal ini
IDUs (37,9%) menempati urutan kedua, sisanya; didukung oleh data Depkes RI pada tahun 2010
lelaki seks dengan lelaki (3,0%), perinatal (2,6%), yaitu dari 144.889 anak yang hidup di jalanan,
transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%)7. 8.581 anak telah terinfeksi HIV12. Adapun data anak
Penyebaran HIV-AIDS dipengaruhi oleh perilaku jalanan untuk wilayah Makassar, berdasarkan
berisiko kelompok masyarakat. Salah satu rekapitulasi data PMKS (Penyandang Masalah
kelompok masyarakat yang rentan melakukan Kesejahteraan Sosial) Kota Makassar pada tahun
perilaku berisiko ataupun menjadi korban perilaku 2011 jumlah anak jalanan meningkat lagi menjadi
berisiko tersebut yaitu anak jalanan. Hal ini 918 orang yang tersebar di 14 Kecamatan di
sehubungan dengan pendapat KPA tentang Makassar, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan
kelompok masyarakat yang mempengaruhi Panakukkang sebanyak 307 anak jalanan13.
penyebaran HIV-AIDS. Adapun kelompok- Beberapa studi dilakukan di Indonesia
kelompok tersebut oleh Komisi Penanggulangan diantaranya hasil studi anak jalanan di Jakarta
AIDS (KPA) digolongkan dalam 3 golongan yaitu ditemukan bahwa dari 60 responden terdapat 26,7%
kelompok tertular (infected people), kelompok telah melakukan kontak seksual dan sebagian besar
berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk tanpa menggunakan kondom (Julianto, 2000).
people), dan kelompok rentan (vulnerable people). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan di
8
Anak jalanan termasuk dalam kelompok rentan . Makassar menunjukkan bahwa tindakan berisiko
Beberapa fakta hasil penelitian di beberapa terhadap kesehatan khususnya HIV-AIDS yang
negara menunjukkan bahwa anak jalanan berisiko dilakukan oleh anak jalanan seperti mengonsumsi
tertular HIV. Studi pada remaja jalanan yang NAPZA sebanyak 24%, memakai tato dan tindik
dilakukan di Ukraina, diperoleh beberapa perilaku sebanyak 15,2%, serta aktivitas seks diantaranya
berisiko HIV yaitu penggunaan NAPZA suntik 2,4% pernah melakukan seks oral, dan 1,6% pernah
dengan jarum yang tidak steril, seks tanpa melakukan hubungan kelamin (intercourse)14.
pengaman, LSL, dan sebagian besar telah Berangkat dari fakta-fakta tersebut, maka
berhubungan seksual sebelum umur 15 anak jalanan termasuk kelompok yang berisiko
tahun9.Sementara di negara-negara Asia, seperti di tertular HIV-AIDS di Kota Makassar. Berdasarkan
Thailand sekitar 40% dari puluhan pelacur anak- besaran masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
anak yang beroperasi di jalan-jalan di Bangkok maka penulis menganggap penelitian terhadap anak
mendapat vonis mati akibat terinfeksi virus jalanan sebagai salah satu kelompok yang rentan
HIV10.Penelitian lain yang dilakukan di Bangkok tertular HIV-AIDS adalah penting untuk dilakukan.
Dalam hal ini peneliti akan melihat faktor yang
2
berhubungan dengan tindakan berisiko tertular HIV- yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan
AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar tahun kuesioner. Sementara data sekunder diperoleh dari 2
2012. instansi yaitu Dinas Kesehatan Kota Makassar dan
Dinas Sosial Kota Makassar.
METODE Pengolahan Data
Jenis dan Desain Penelitian Data yang telah dikumpulkan dimasukan ke
Jenis penelitian yang digunakan adalah dalam komputer dan selanjutnya dianalisis
penelitian observasional analitik dengan rancangan menggunakan program SPSS. Analisis hubungan
cross sectional study yaitu suatu rancangan dilakukan terhadap tiap variabel independen dengan
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi
asosiasi antara variabel independen (tingkat Square (X2) pada tingkat signifikan alfa (α) 0,05
pendidikan, tempat tinggal, kondisi orang tua, untuk melihat hubungan antara faktor-faktor
pengetahuan dan sikap anak jalanan) dengan independen yaitu tindakan berisiko tertular HIV-
variabel dependen (tindakan berisiko tertular HIV- AIDS dengan tingkat pendidikan, tempat tinggal,
AIDS) pada saat yang bersamaan (point time kondisi orang tua, pengetahuan tentang HIV-AIDS
approach) di Kota Makassar tahun 2012. dan sikap terhadap HIV-AIDS.
Lokasi, populasi, dan Sampel penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar HASIL
pada tahun 2012. Pemilihan lokasi didasarkan Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lokasi
alasan karena Kota Makassar merupakan salah satu yang sering menjadi tempat operasional anak
kota besar di Indonesia dengan jumlah komunitas jalanan di Kota Makassar. Adapun lokasi penelitian
anak jalanan yang relatif banyak. yang dilakukan di Kota Makassar yaitu di sekitar
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pantai Losari, sekitar jalan Perintis Kemerdekaan,
anak jalanan yang telah terdata di Dinas Sosial Kota sekitar Fly Over, sepanjang jalan Veteran, ujung
Makassar tahun 2011 yaitu sebanyak 918 orang. jalan Pettarani, sekitar Mall Panakukkang, di lampu
Sampel penelitian adalah anak jalanan yang telah merah Tallasalapang, sekitar Pasar Sentral, sekitar
dipilih berdasarkan rumus penarikan sampel. kampus Unhas, sekitar Pasar Senggol, sekitar lampu
Adapun besar sampel dalam penelitian ini adalah merah Sudiang, sekitar Mall Makassar Town Square
271 anak jalanan yang berusia 12-18 tahun. (M-Tos), sekitar Pasar Terong, Antang, Pelabuhan,
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Terminal Malengkeri, sepanjang jalan Abdullah
accidental sampling karena mobilitas remaja Daeng Sirua, Terminal Daya, pelabuhan dan lampu
jalanan yang tinggi, dimana sampel yang dipilih merah jalan Gunung Bawakaraeng. Waktu
adalah anak jalanan yang ditemukan di lokasi pengumpulan data mulai tanggal 10 Februari
penelitian pada saat penelitian berlangsung. sampai dengan 24 Maret tahun 2012.
Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah
Data penelitian berupa data primer dan dilakukan maka hasilnya adalah sebagai berikut:
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh Karakteristik Umum
melalui wawancara langsung dengan responden
3
Karakteristik anak jalanan yang menjadi Tindakan berisiko tertular HIV-AIDS
responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada yang dimaksud yaitu pernah berhubungan
Tabel 1. Berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh seksual tanpa menggunakan kondom, pernah
laki-laki yaitu 82,3% dari 217 responden. Jumlah memakai NAPZA suntik dengan jarum bekas
anak jalanan paling banyak berumur 18 tahun atau dipakai bersama-sama, pernah tato atau
(26,9%). Sementara karakteristik anak jalanan tindik dengan jarum/alat yang tidak steril. Bila
berdasarkan pendidikannya, paling banyak yang anak jalanan telah melakukan salah satu atau
berpendidikan SMP yaitu sebesar 47,2 % dan yang lebih dari tindakan tersebut, maka anak jalanan
tidak pernah sekolah sama sekali yaitu hanya 1,8%. tersebut dinilai telah melakukan tindakan
Anak jalanan lebih banyak bekerja sebagai penjual berisiko tertular HIV-AIDS. Hasil penelitian
jasa yaitu 73,4% bila dibandingkan dengan anak pada Tabel 3 menunjukkan bahwa anak jalanan
jalanan yang bekerja sebagai penjual barang yaitu yang telah melakukan tindakan berisiko tertular
26,6%. Sebagian besar responden masih tinggal di HIV-AIDS yaitu sebanyak 100 orang (36,9%)
rumah bersama orang tua/keluarganya yaitu dari 271 anak jalanan.
sebanyak 221 orang (81,5%), sisanya ada yang 2. Tingkat Pendidikan
tinggal di kost sendiri atau bersama teman (15,5%) Variabel tingkat pendidikan diambil dari
dan ada pula yang tinggal di tempat umum seperti karakteristik anak jalanan. Adapun tingkat
pasar (3,0%). pendidikan anak jalanan sangat bervariasi, ada
Sementara distribusi responden berdasarkan yang tidak pernah sekolah (1,8%), SD (36,2%),
ada tidaknya hubungan dengan orang SMP (47,2%), dan SMA (14,5%) seperti yang
tua/keluarganya yaitu sebagian besar responden terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1,
masih berhubungan dengan orang tua/ keluarganya tingkat pendidikan anak jalanan kemudian
(83,0%). Distribusi responden berdasarkan kondisi dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
orang tuanya dapat pula dilihat pada Tabel 1, bahwa tingkat pendidikan tinggi dan tingkat
lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan pendidikan rendah. Responden masuk dalam
responden yang kedua orang tuanya lengkap dan kategori tingkat pendidikan tinggi yaitu bila
masih tinggal bersama yaitu sebanyak 188 orang responden menempuh pendidikan hingga
(69,4%). Sementara alasan responden mencari tingkat SMP maupun SMA. Sedangkan tingkat
nafkah di jalanan antara faktor ekonomi dengan pendidikan termasuk kategori rendah, bila
faktor lingkungan (ikut-ikut teman) hampir sama responden tidak pernah sekolah sama sekali,
besar namun lebih besar karena alasan ekonomi atau menempuh pendidikan hanya sampai SD.
(57,9%). Untuk distribusi responden berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar
lamanya berada di jalanan minimal 4 jam dan tingkat pendidikan responden termasuk dalam
maksimal 24 jam, dimana kebanyakan mereka kategori tinggi yaitu sebanyak 168 orang
bekerja di jalanan selama 4 jam (19,6%). (62,0%).
Variabel Penelitian Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir
1. Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS setengah dari 271 responden yang memiliki
pendidikan tinggi melakukan tindakan berisiko
4
tertular HIV-AIDS (45,2%). Sementara sebagian kecil (18,5%) termasuk dalam kategori
responden yang berpendidikan rendah dan buruk.
melakukan tindakan berisiko hanya 24 orang Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase
(23,3%). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat tindakan berisiko pada anak jalanan yang
pendidikan anak jalanan, maka mereka kategori tempat tinggalnya buruk hampir tiga
cenderung melakukan tindakan berisiko. Hasil kali lebih besar (70,0%) dari tindakan berisiko
uji statistik diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), pada anak jalanan yang kategori tempat
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. tinggalnya baik (29,4%). Hasil uji statistik
Hal ini berarti ada hubungan antara tingkat dengan uji chi-square didapatkan nilai p=0,000
pendidikan dengan tindakan berisiko tertular (p<0,05), dengan demikian Ho ditolak dan Ha
HIV-AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar diterima . Hal ini berarti ada hubungan yang
tahun 2012. Selanjutnya hasil uji kekuatan bermakna antara tempat tinggal dengan
hubungan didapatkan nilai φ = -0,221, yang tindakan berisiko tertular HIV-AIDS pada anak
berarti bahwa antara tingkat pendidikan dengan jalanan. Selanjutnya kekuatan hubungan kedua
tindakan berisiko tertular HIV-AIDS memiliki variabel yaitu memiliki hubungan yang sedang,
hubungan yang lemah, dan tanda minus hal ini dilihat dari hasil uji phi diperoleh nilai φ
menunjukkan adanya hubungan yang negatif. =0,326.
3. Tempat Tinggal 4. Kondisi Orang Tua
Variabel tempat tinggal juga diambil dari Variabel kondisi orang tua juga berasal
karakteristik umum anak jalanan. Tempat dari karakteristik anak jalanan sebagaimana
tinggal anak jalanan ada yang masih tinggal di halnya variabel pendidikan dan tempat tinggal
rumah dengan orang tua/keluarga (81,5%), yang telah dipaparkan sebelumnya. Kondisi
kost/kontrakan sendiri atau bersama teman orang tua anak jalanan terbagi menjadi tiga
(15,5%), serta lembaga/yayasan (0,0%) maupun yaitu orang tua masih lengkap dan tinggal
di tempat umum seperti pasar, terminal, dan bersama (69,4%), orang tua telah bercerai hidup
taman (3,0%) sebagaimana yang terlihat pada (13,7%), dan salah satu atau kedua orang tua
Tabel 1. Selanjutnya tempat tinggal telah meninggal dunia (17,0%), sebagaimana
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu baik tergambar pada Tabel 1.
dan buruk. Dikatakan baik, bila responden Kondisi orang tua kemudian
masih tinggal di rumah orang tua/keluarga atau dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan
lembaga penanganan anak jalanan. Dikatakan buruk. Termasuk kategori baik, bila orang tua
buruk, bila responden tinggal di kost atau responden masih lengkap dan tinggal bersama.
kontrakan sendiri maupun bersama teman, dan Termasuk kategori buruk, bila kondisi orang tua
tinggal di jalan raya, bawah jembatan, pasar responden telah bercerai hidup, ataupun salah
serta tempat umum lainnya. Tabel 4 satu/kedua orang tuanya telah meninggal. Tabel
menunjukkan bahwa tempat tinggal anak 4 menunjukkan bahwa lebih setengah dari 271
jalanan hampir seluruhnya termasuk dalam anak jalanan yang kondisi orang tuanya baik
kategori baik yaitu sebesar 81,5% dan hanya
5
yaitu sebanyak 188 orang (69%) dan sisanya tentang HIV-AIDS yaitu sebanyak 145 orang
(30,6%) kondisi orang tuanya buruk. (53,5%).
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase
yang tempat tinggalnya buruk cenderung tindakan berisiko yang dilakukan pada anak
melakukan tindakan berisiko. Hal ini terlihat jalanan yang memiliki pengetahuan cukup
dari persentase yang melakukan tindakan tentang HIV-AIDS lebih besar (44,1%) bila
berisiko yaitu 56,6%, persentasenya dua kali dibandingkan pada anak jalanan yang memiliki
lebih besar dari tindakan berisiko pada anak pengetahuan kurang tentang HIV-AIDS
jalanan yang kondisi orang tuanya baik (28,6%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
(28,2%). hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
Hasil uji hubungan dengan uji chi-square berisiko tertular HIV-AIDS. Hal ini dilihat dari
didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05), dengan hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,008
demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini (p<0,05), yang berarti Ho ditolak dan Ha
berarti ada hubungan yang bermakna antara diterima. Selanjutnya hasil uji kekuatan
kondisi orang tua dengan tindakan berisiko hubungan didapatkan nilai φ = -0,161 yang
tertular HIV-AIDS pada anak jalanan. Hasil uji berarti antara pengetahuan dengan tindakan
kekuatan hubungan kedua variabel berisiko tertular HIV-AIDS memiliki hubungan
menunjukkan hubungan yang sedang, hal ini yang lemah.
dilihat dari hasil uji phi diperoleh nilai φ 6. Sikap terhadap HIV-AIDS
=0,272. Sikap anak jalanan terhadap HIV-AIDS
5. Pengetahuan tentang HIV-AIDS diukur dengan menggunakan 14 pernyataan
Pengetahuan anak jalanan tentang HIV- yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 8
AIDS diukur dengan menggunakan 20 pernyataan negatif. Sikap responden dibagi pula
pertanyaan yang terdiri dari 2 pertanyaan menjadi dua kategori yaitu positif (skor ≥ nilai
pengantar dan 18 pertanyaan pokok. Pertanyaan median) dan negatif (skor < nilai median).
pengetahuan terkait HIV-AIDS meliputi pernah Adapun nilai median yang diperoleh yaitu 10.
mendengar, sumber tahu, penyebab, penularan, Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat
pencegahan, serta obat tentang HIV-AIDS. perbedaan yang signifikan antara sikap positif
Pertanyaan pengantar terkait pernah mendengar maupun sikap negatif anak jalanan terhadap
HIV-AIDS dan sumber tahu tentang HIV- HIV-AIDS karena frekuensinya hampir sama
AIDS. Selanjutnya pertanyaan pokok terdiri dengan selisih 4,8% saja.
dari 18 pertanyaan. Untuk memudahkan Tabel 9 menunjukkan bahwa tindakan
analisis, pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 berisiko yang dilakukan anak jalanan baik yang
kategori yaitu cukup (skor ≥ nilai median) dan memiliki sikap positif dan negatif terhadap
kurang (skor < nilai median). Adapun nilai HIV-AIDS tidak terdapat perbedaan persentase
median yang diperoleh yaitu 32. Tabel 4 yang signifikan yaitu masing-masing 35,9% dan
menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak 38,0%. Hasil uji statistik diperoleh nilai
jalanan memiliki pengetahuan yang cukup p=0,724 (p>0,05), dengan demikian Ho
6
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa alasan berhubungan seksual selain untuk
tidak ada hubungan sikap terhadap HIV-AIDS mendapatkan uang dan obat-obatan (NAPZA), juga
dengan tindakan berisiko tertular HIV-AIDS untuk mendapatkan makanan15.
pada anak jalanan di Kota Makassar. Perilaku hubungan seksual yang dilakukan
anak jalanan semakin berisiko karena dilakukan
PEMBAHASAN sebelum menikah dan tanpa penggunaan kondom
Jumlah responden pada penelitian ini yaitu sebagaimana terlihat pada Tabel 2 bahwa dari 95
sebanyak 271 anak jalanan yang berumur 12 hingga responden yang telah berhubungan seksual sebelum
18 tahun. Dari jumlah tersebut ditemukan sebanyak menikah, terdapat 75,8% tidak menggunakan
100 orang (36,9%) melakukan tindakan berisiko kondom ketika berhubungan seksual. Hal yang
tertular HIV-AIDS (Tabel 3). Dari 100 orang serupa dapat dilihat pula pada hasil penelitian yang
(36,9%) yang melakukan tindakan berisiko tertular dilakukan di Semarang terhadap anak jalanan
HIV-AIDS tersebut terdiri atas empat tindakan kawasan Pasar Johar, didapatkan bahwa semua anak
berisiko seperti yang terlihat pada Tabel 2. Adapun jalanan yang diwawancara belum memiliki
tindakan-tindakan tersebut yaitu berhubungan kesadaran dalam penggunaan kondom untuk
16
seksual sebelum menikah tanpa memakai kondom pencegahan penularan IMS dan HIV-AIDS .
(baik vaginal, oral, maupun anal), pernah memakai Tindakan berisiko berikutnya adalah
NAPZA suntik dengan jarum yang tidak steril atau penggunaan NAPZA suntik dengan jarum yang
jarum dipakai bersama-sama, menato tubuh dengan tidak steril (bekas) ataupun dipakai bersama-sama.
jarum yang tidak steril, serta menggunakan tindik Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dari 15 anak
dengan alat yang tidak diketahui kesterilannya. jalanan yang memakai NAPZA suntik, terdapat
Hubungan seksual yang dilakukan anak 73,3% memakai jarum bekas tanpa sterilisasi dan
jalanan di Kota Makassar sudah sangat 60,0% yang memakai jarum bersama-sama.
memprihatinkan. Hal ini dikarenakan hubungan Penggunaan NAPZA suntik pada anak jalanan
seksual yang dilakukan bukan saja secara vaginal, membuat mereka berisiko tertular HIV-AIDS
melainkan oral dan anal pun ada. Hal ini sejalan sebagaimana penelitian yang dilakukan di Amerika
dengan penelitian yang dilakukan di Ukraina yang Serikat pada anak jalanan, ditemukan bahwa dari
menunjukkan persentase remaja jalanan yang 6.402 pengguna NAPZA suntik (penasun) terdapat
melakukan hubungan seksual yaitu 73,5% seks 12,7% telah terinfeksi HIV. Hal ini terjadi karena
vaginal, 26,3% seks anal, dan 9,8% anak laki-laki tindakan penasun yang menggunakan jarum suntik
melakukan hubungan seksual sesama jenis9. yang tidak steril, dipakai bersama-sama/bergantian
Hubungan seksual ada yang dilakukan dengan tanpa sterilisasi17.
WPS/PSK bahkan dengan waria dengan alasan Persentase tindakan penggunaan tato dan
karena dibayar. Diperoleh pula informasi dari tindik yang berisiko (memakai jarum/alat yang tidak
penelitian yang dilakukan di Ukraina bahwa remaja steril) pada anak jalanan cukup besar yaitu masing-
jalanan melakukan hubungan seksual dengan alasan masing sebesar 26 orang (63,4%) dan 32 orang
uang, hadiah dan obat-obatan9. Selain itu, penelitian (34,8%). Walaupun risiko penularan HIV-AIDS
yang dilakukan di Lahore, Pakistan diperoleh bahwa melalui tato dan tindik tidak terlalu besar namun
7
anak jalanan tetap memiliki risiko yang cukup akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
tinggi bila dibandingkan anak lain seusia mereka. dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Montreal, pendidikannya rendah, akan menghambat
Canada pada remaja wanita jalanan (14-25 tahun), perkembangan sikap seseorang terhadap
dihasilkan bahwa riwayat penggunaan tato berisiko penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
1,8 kali dan penggunaan tindik berisiko 1,6 kali diperkenalkan20. Sebagaimana hasil penelitian yang
terinfeksi HIV18. dilakukan pada remaja pria di Lusaka, Zambia,
Pembahasan yang terkait dengan variabel- ditemukan bahwa remaja dengan tingkat pendidikan
variabel penelitian faktor yang berhubungan dengan yang tinggi cenderung melakukan perilaku seksual
tindakan berisiko tertular HIV-AIDS pada anak yang aman21.
jalanan di Kota Makassar tahun 2012 lebih lanjut Kecenderungan anak jalanan yang tingkat
akan dibahas sebagai berikut: pendidikannya tinggi melakukan tindakan berisiko
Hasil uji statistik yang tergambar pada Tabel kemungkinan terjadi karena masa transisi remaja
5, diperoleh bahwa ada hubungan antara tingkat yang terjadi pada anak jalanan yang pendidikannya
pendidikan dengan tindakan berisiko tertular HIV- sampai SMP dan SMA. Pada masa ini mereka
AIDS pada anak jalanan. Namun dari Tabel 5 memiliki keinginan untuk diterima oleh teman-
terlihat bahwa justru persentase yang melakukan temannya seiring lingkungan pergaulan yang
tindakan berisiko pada responden yang tingkat semakin luas sehingga mereka cenderung untuk
pendidikannya tinggi (45,2%) lebih besar bila mengikuti aktivitas kelompok yang diinginkannya,
dibandingkan dengan responden yang tingkat seperti menggunakan obat-obatan terlarang,
pendidikannya rendah (23,3%). Hal ini berarti memakai tato dan tindik. Berkaitan dengan hal ini,
semakin tinggi tingkat pendidikan anak jalanan, Kohlberg mengemukakan teorinya tentang tahap
maka mereka cenderung melakukan tindakan perkembangan yang salah satunya tahap
berisiko. Hasil penelitian ini hampir sama dengan konvensional. Teori ini mengemukakan bahwa pada
hasil penelitian yang dilakukan di Semarang remaja usia 12-20 tahun, tingkah laku moral
terhadap 88 remaja, didapatkan bahwa karakteristik ditujukan untuk mempertahankan norma-norma
responden yang berpendidikan tinggi persentasenya tertentu. Ia mungkin memilih norma kawan-kawan
cukup besar dan demikian pula perilaku seksual sekelompoknya karena itulah sebagai ukuran
yang berisiko tertular HIV-AIDS juga relatif moralnya karena ia beranggapann bahwa kelompok
tinggi19. itulah yang patut dijadikan pedoman22.
Hal tersebut menunjukkan hubungan yang Penelitian lain yang dilakukan di Kota
bertolak belakang (hubungan negatif) karena bila Tangerang pada 206 remaja pengguna NAPZA
merujuk pada teori yang ada bahwa semakin tinggi suntik (15-24 tahun) ditemukan bahwa tingkat
pendidikan seseorang, maka tindakan yang pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dilakukan cenderung positif. Sebagaimana yang berhubungan dengan perilaku remaja penasun
dikemukakan Mubarak dalam Barus (2010) bahwa (pengguna NAPZA suntik) berisiko tertular HIV-
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah AIDS23. Bertolak belakang dengan hasil penelitian
pula mereka menerima informasi, dan pada di San Fransisco, yang diperoleh bahwa tingkat
8
pendidikan tidak memiliki hubungan yang Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat
signifikan terhadap status HIV pada remaja pada Tabel 7, menunjukkan bahwa kondisi orang
pengguna NAPZA suntik24. tua yang buruk cenderung membuat anak jalanan
Hasil penelitian berdasarkan Tabel 1 untuk melakukan tindakan berisiko yaitu dengan
menunjukkan bahwa sebagian besar responden persentase sebesar 56,2%. Tabel 7 juga
(81,5%) masih tinggal di rumah bersama orang menunjukkan bahwa semakin baik kondisi orang
tua/keluarga. Hasil ini lebih besar dari hasil tua maka tindakan berisiko yang dilakukan semakin
penelitian yang dilakukan oleh Sedyaningsih di kecil. Begitu pula sebaliknya semakin buruk kondisi
Jakarta, diperoleh bahwa anak jalanan yang masih orang tua maka tindakan berisiko yang dilakukan
tinggal di rumah bersama orang tua setengah dari semakin besar pula. Hal ini kemungkinan
keseluruhan responden (58,4%)25. Hasil analisis disebabkan oleh kondisi orang tua yang buruk dapat
hubungan yang dapat dilihat pada Tabel 6 mempengaruhi kondisi psikis anak. Hal ini lebih
menunjukkan adanya hubungan antara tempat berdampak buruk bila anak memasuki masa remaja
tinggal dengan tindakan berisiko tertular HIV- yang memerlukan banyak arahan, pengawasan, serta
AIDS. Anak jalanan yang banyak melakukan perhatian dari lingkungan keluarganya.
tindakan berisiko yaitu mereka yang memiliki Penelitian ini didukung pula oleh penelitian
tempat tinggal yang buruk dalam hal ini tinggal di yang dilakukan di Nigeria, hasilnya terdapat
kost sendiri atau bersama teman dan tinggal di hubungan antara kondisi orang tua dalam hal ini
tempat umum. salah satu orang tua meninggal (ayah) dengan
Tempat tinggal anak jalanan yang buruk penggunaan zat psikoaktif26. Selain itu hasil
cenderung membuat mereka melakukan tindakan penelitian ini didukung pula oleh hasil riset yang
berisiko tertular HIV-AIDS. Hal ini mungkin terjadi dilakukan di Zimbabwe. Penelitian dari hasil
karena mereka merasa bebas untuk melakukan evaluasi data survey nasional di Zimbabwe,
sesuatu sesuai dengan kehendak hatinya, dan tidak ditemukan bahwa ada hubungan antara anak
ada peraturan yang harus mereka patuhi. Hal ini yatim/piatu (kondisi orang tua: salah satu atau
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada 360 keduanya telah meninggal) dengan aktivitas
anak jalanan di Nigeria, yang didapatkan bahwa seksual. Hal ini terkait beban psikis yang dialami
tempat tinggal yang buruk dalam hal ini tinggal anak memungkinkan mereka terdorong
sendiri berhubungan dengan penggunaan zat-zat menyibukkan diri dengan melakukan hubungan
psikoaktif (p=0,01)26. Selain itu hasil studi pada seksual dan membuat mereka terinfeksi HIV29.
remaja jalanan di Ukraina, diperoleh bahwa tinggal Dari hasil analisis bivariat diperoleh bahwa
sendiri atau bersama teman merupakan salah satu ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
faktor yang berhubungan dengan infeksi HIV27. berisiko tertular HIV-AIDS. Namun pada Tabel 8
Hasil yang serupa diperoleh pula dari penelitian terlihat bahwa justru persentase yang melakukan
yang dilakukan di Medan, menunjukkan bahwa ada tindakan berisiko pada anak jalanan yang
hubungan yang bermakna antara tempat tinggal pengetahuannya cukup (44,1%) lebih besar bila
anak jalanan terhadap tindakan seksual dan risiko dibandingkan pada anak jalanan yang
PMS termasuk HIV-AIDS28. pengetahuannya kurang (28,6%). Hal ini
9
menunjukkan hubungan yang bertolak belakang didapatkan bahwa pengetahuan HIV-AIDS yang
karena bila merujuk pada teori yang ada bahwa kurang pada masyarakat memiliki risiko terinfeksi
semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka HIV-AIDS 4,75 kali dibandingkan dengan
32
tindakan yang dilakukan cenderung positif. Begitu masyarakat yang berpengetahuan baik . Hasil yang
pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan bertolak belakang dengan hasil penelitian ini yaitu
seseorang, maka tindakan yang dilakukan pada penelitian yang dilakukan di Semarang,
cenderung negatif. Dalam hal ini pengetahuan didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
merupakan domain yang sangat penting dalam bermakna antara pengetahuan anak jalanan tentang
membentuk tindakan seseorang30. PMS dan HIV-AIDS dengan praktik hubungan
Hal ini kemungkinan disebabkan karena ada seksual33.
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak ada
responden sehingga hubungan antara pengetahuan hubungan antara sikap dengan tindakan berisiko
dengan tindakan dalam penelitian ini memiliki tertular HIV-AIDS. Dimana persentase antara
hubungan yang bertolak belakang (negatif) dengan responden yang bersikap positif maupun negatif
teori. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dengan tindakan berisiko tidak jauh berbeda yaitu
pengetahuan yaitu pendidikan, umur, pekerjaan, sama-sama lebih kecil dari responden yang tidak
informasi, pengalaman, kebudayaan20. Dimana melakukan tindakan berisiko. Berdasarkan teori,
pengetahuan yang dimiliki anak jalanan dipengaruhi sikap merupakan respon tertutup yang berpengaruh
oleh hasil pengamatan dari pengalaman dan terhadap tindakan nyata seseorang. Dimana semakin
aktivitas teman-temannya di jalanan. Berdasarkan negatif sikap seseorang maka tindakan yang
teori pemahaman sosial yang dikemukakan dilakukan cenderung negatif pula.
Bandura, bahwa lingkungan menjembatani antara Tidak adanya hubungan sikap terhadap HIV-
pengetahuan dengan tindakan. Dalam teori ini AIDS anak jalanan dengan tindakan berisiko
lingkungan menentukan terjadinya perilaku tertular HIV-AIDS diasumsikan terjadi karena
kebanyakan31. Anak jalanan lebih banyak didominasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor lain
memperoleh pengetahuan dari apa yang dilihat, seperti faktor umur, faktor didikan dan pengawasan
didengar, dan dialaminya di lingkungan tempatnya dari orang tua mereka. Selain itu pengaruh teman-
bergaul. Anak jalanan yang melihat teman- teman sepergaulan mereka juga turut andil dalam
temannya merokok, mengonsumsi alkohol, melakukan tindakan berisiko. Sebagai contoh,
memakai obat-obatan terlarang, berhubungan walaupun banyak anak jalanan menyatakan tidak
seksual dengan pacarnya, serta memakai tato dan setuju dengan pernyataan tidak boleh melakukan
tindik menjadi ciri yang membuat mereka percaya hubungan seksual sebelum menikah, tapi
diri, membuat mereka cenderung mengikuti kenyataannya mereka tetap melakukan tindakan
kebiasaan teman-temannya dengan alasan berhubungan seksual sebelum menikah dengan
solidaritas. berbagai alasan.
Walaupun demikian beberapa penelitian Penelitian ini sejalan dengan studi yang
menunjukkan hubungan yang positif. Seperti halnya dilakukan di Kota Semarang ditemukan bahwa
pada penelitian yang dilakukan di Papua, hasilnya sikap anak jalanan terhadap PMS dan HIV-AIDS
10
dengan praktik hubungan seksual juga tidak 4. Dinas sosial sebaiknya bekerja sama dengan
menunjukkan hubungan yang bermakna33. dinas kesehatan untuk melakukan screening
Sementara hasil yang bertentangan dengan kesehatan yang bersifat sukarela.
penelitian ini, yaitu pada hasil penelitian yang 5. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti
dilakukan di Papua pada pengguna NAPZA suntik, dengan variabel lain yang lebih banyak terkait
diperoleh bahwa sikap yang kurang baik terhadap tindakan berisiko tertular HIV-AIDS pada anak
HIV-AIDS berisiko terinfeksi HIV-AIDS 1 kali jalanan.
lebih besar bila dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki sikap yang baik32. UCAPAN TERIMA KASIH
1. Dekan dan Pembantu Dekan, beserta seluruh
KESIMPULAN Staf Tata Usaha FKM Unhas
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat 2. Ketua dan sekertaris beserta seluruh Dosen dan
disimpulkan bahwa anak jalanan di Kota Makassar Staf Bagian Epidemiologi FKM Unhas
yang telah melakukan tindakan yang membuat 3. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka berisiko tertular HIV-AIDS jumlahnya tidak seluruh anak jalanan yang telah bersedia
sedikit. Ada hubungan tingkat pendidikan, tempat menjadi responden.
tinggal, kondisi orang tua, pengetahuan tentang
HIV-AIDS dengan tindakan berisiko tertular HIV- DAFTAR PUSTAKA
AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar tahun 1. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia
2012. Sementara sikap terhadap HIV-AIDS tidak Tahun 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Online:
berhubungan dengan tindakan berisiko tertular HIV- http://www.depkes.go.id/, diakses tanggal 16
AIDS pada anak jalanan di Kota Makassar tahun Oktober 2011.
2. Benlamlih, El-Mostafa. 2008. Mari Kita
2012. Suarakan MDGs (Millenium Development
Goals). Indonesia. Online:
http://www.undp.or.id/, diakses tanggal 3
SARAN Desember 2011.
1. Dinas sosial serta LSM yang terkait 3. Joint United Nations Programme on HIV-AIDS
(UNAIDS). 2011. AIDS at 30 Nations at the
memberikan informasi terkait pendidikan Crossroads. Online: http://www.unaids.org/,
kesehatan reproduksi dan terkait tindakan diakses tanggal 21 Oktober 2011.
4. Espinoza, Lorena et al. 2007. Characteristics of
berisiko lainnya termasuk yang berisiko Persons with Heterosexually Aquired HIV
terhadap kesehatan. Infection, United States 1999-2004. American
Journal of Public Health. Online:
2. Dinas kesehatan bekerja sama dengan yayasan http://proquest.com/pqdauto/, diakses tanggal 9
sosial yang ada di Makassar untuk memberikan Desember 2011.
5. Oster, Alexandra et al. 2011. HIV Risk Among
perlindungan kepada anak jalanan yang tidak Young African American Men Who Have Sex
memiliki tempat tinggal. With Men: a Case-Control Study in Mississipi.
American Journal of Public Health. Online:
3. Orang tua sebagai sosok yang bertanggung http://proquest.com/pqdauto/, diakses tanggal 9
jawab atas kehidupan anak, sebaiknya Desember 2011.
6. Joint United Nations Programme on HIV-AIDS
memberikan pendidikan moral dan mental sejak (UNAIDS). 2010. Global Report: UNAIDS
kecil. Report on The Global Aids Epidemic. Online:

11
http://www.unaids.org/, diakses tanggal 21 17. Alex, H. Kral et al. 1998. HIV Seroprevalence
Oktober 2011. among Street- Recruited Injection Drug and
7. Kemenkes RI. 2011. Laporan Situasi Crack Users in 16 US Municipalities. American
Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia Journal of Publc Health. Online:
Sampai dengan 31 Maret 2011. Direktorat http://www.ncbi.nlm.gov/, diakses tanggal 26
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Maret 2012.
Lingkungan (Ditjen PP & PL). Online: 18. Weber, E. Amy et al. 2002. HIV Risk Profile
http://www.aidsindonesia.or.id/, diakses tanggal and Prostitution among Female Street Youths.
25 November 2011. Journal of Urban Health. Online:
8. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). 2010. http://www.ncbi.nlm.gov/pubmed/, diakses
Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan tanggal 26 Maret 2012.
AIDS 2007-2010. Jakarta. Online: 19. Sucipto, Adi. 2007. Hubungan Pengetahuan
http://www.aidsindonesia.or.id/, diakses tanggal HIV/AIDS dengan Perilaku Seksual Pranikah
21 Oktober 2011. pada Remaja. Semarang: Fakultas Kedokteran
9. Busza, Joanna R. et.al. 2010. Street-based Universitas Diponegoro. Online:
Adolescents at High Risk of HIV in Ukraine. http://www.eprints.undip.ac.id/, diakses tanggal
Online: http://jech.bmj.com/, diakses tanggal 26 Maret 2012.
10 Oktober 2011. 20. Barus, Emi BR. 2010. Pengetahuan dan Sikap
10. Sudrajat, Tata. 2011. Kekerasan Seksual Pada Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi
Anak Jalanan. Yayasan Kesejahteraan Anak di Kota Medan. Medan: Fakultas Keperawatan
Indonesia. Online: http://www.ykai.net/, diakses Universitas Sumatera Utara. Online:
tanggal 27 Oktober 2011. http://www.repository.usu.ac.id/, diakses
11. Toledo, Carlos et al. 2010. Examining HIV tanggal 16 Oktober 2011.
Infection among Male Sex Workers in Bangkok, 21. Magnani et al. 2002. Reproductive Health Risk
Thailand: A Comparison of Participants and Protective Factors among Youth in Lusaka,
Recruited at Entertainment and Street Venues. Zambia. J Adolesc Health. Online:
AIDS Education and Prevention Journal. http://www.biomedcentral.com/, diakses
Online: http://proquest.com/pqdauto/, diakses tanggal 26 Maret 2012.
tanggal 9 Desember 2011. 22. Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja.
12. Hanifah, Abu. 2010. Penanganan Anak Jalanan Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Melalui Pemberdayaan Keluarga. Jurnal 23. Syarif, Fauzi dan Zarfiel Tafal. 2008.
informasi, vol. 15, No. 02. Online: Karakteristik Remaja Pengguna Narkoba Suntik
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/, diakses tanggal dan Perilaku Berisiko HIV/AIDS di Kecamatan
16 Oktober 2011. Ciledug Kota Tangerang. Jurnal Kesehatan
13. Dinsos Makassar. 2011. Rekapitulasi Data Masyarakat Nasional. Vol. 3, No. 2.
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan 24. Shafer, Kimberly Page et al. 2002. Prevalence
Sosial) Kota Makassar pada Tahun 2011. and Correlates of HIV Infection among Young
Makassar: Dinas Sosial Kota Makassar. Injection Drug Users in San Fransisco. Journal
14. Mughnizah. 2009. Survei Tindakan Berisiko of Acquired Immune Deficiency Syndromes.
Terhadap Kesehatan Pada Anak Jalanan di Online: http://ufo.epi-
Kota Makassar Tahun 2009. Makassar: ucsf.org/ufostudy/pdfs/page-shafer-2002.pdf/,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas diakses tanggal 26 Maret 2012.
Hasanuddin. 25. Sedyaningsih, Endang R. 2000. Prevalensi
15. Towe dkk. 2009. Street Life and Drug Risk Infeksi Menular Seksual, Faktor Risiko dan
Behaviors Associated with Exchanging Sex Perilaku di Kalangan Anak Jalanan yang
among Male Street Children in Lahore, Dibina Lembaga Swadaya Masyarakat di
Pakistan. J Adolesc Health. Online: Jakarta. Pusat Penelitian Penyakit Menular.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/, diakses Online: http://www.lib.atmajaya.ac.id/, diakses
tanggal 26 Maret 2012. tanggal 26 Maret 2012.
16. Sary, Lolita. 2005. Kesadaran Penggunaan 26. Adebiyi, Kindele dkk. 2002. Relationships as
Kondom dalam Pencegahan Penularan IMS Determinants of Substance Use among Street
dan HIV/AIDS pada Anak Jalanan Kawasan Children in a Local Government Area in South-
Pasar Johar di Kota Semarang. Semarang: Western Nigeria. Online:
Universitas Diponegoro. Online: http://www.safpj.co.za/, diakses tanggal 26
http://www.eprints.undip.ac.id/, diakses tanggal Maret 2012.
26 Maret 2012. 27. Robbins et al. 2010. Multicity HIV
Seroprevalence in Street Youth, Ukraine.
12
International Journal of STD & AIDS. Online:
http://www.healthright.org/bem-files/, diakses
tanggal 26 Maret 2012.
28. Hutagalung, Ellisma. 2009. Hubungan
Karakteristik Anak Jalanan terhadap Perilaku
Seksualnya Kemungkinan Terjadinya Risiko
Penyakit Menular Seksual (PMS) di Kawasan
Terminal Terpadu Pinang Baris Medan Tahun
2002. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Online:
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/,
diakses tanggal 25 November 2011.
29. Nyamukapa, Contance et al. 2008. HIV
Associated Orphanhood and Children’s
Psychosocial Distress: Theoretical Framework
Tested with Data From Zimbabwe. Online:
http://www.ncbi.nlm.gov/, diakses tanggal 26
Maret 2012.
30. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
31. Graeff, Judith A. dkk. 1996. Komunikasi untuk
Kesehatan dan Perubahan Perilaku.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
32. Hermanus, Arwan dkk. 2010. Perilaku dan
Risiko Penyakit HIV-AIDS di Masyarakat
Papua Studi Pengembangan Model Lokal
Kebijakan HIV-AIDS. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan. Vol.13 No.4 Desember.
Jakarta: Universitas Indonesia.
33. Sarininggar, Adi. 2001. Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap terhadap Penyakit
Menular Seksual (PMS) dan Human
immunodeficiency Virus/ Acquired Immune
Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) dengan
Praktik Hubungan Seksual Anak Jalanan di
Kota Semarang. Semarang: Universitas
Diponegoro. Online:
http://www.eprints.undip.ac.id/, diakses tanggal
26 Maret 2012.

13
Lampiran Tabel
Tabel 1
Distribusi Anak Jalanan Berdasarkan Karakteristik Umum
di Kota Makassar Tahun 2012
Karakteristik Umum n %
Jenis Kelamin:
Laki-laki 223 82,3
Perempuan 48 17,7
Umur (tahun):
12 35 12,9
13 19 7,0
14 20 7,4
15 30 11,1
16 48 17,7
17 46 17,0
18 73 26,9
Pendidikan:
Tidak pernah sekolah 5 1,8
SD 98 36,2
SMP 128 47,2
SMA 40 14,8
Jenis Pekerjaan:
Penjual jasa 199 73,4
Penjual produk 72 26,6
Tempat Tinggal:
Dirumah orang tua/keluarga 221 81,5
Lembaga sosial 0 0
Kost Teman 42 15,5
Tempat umum 8 3,0
Hubungan dengan keluarga:
Masih berhubungan 225 83,0
Tidak lagi berhubungan 46 17,0
Kondisi Orang tua:
Lengkap dan tinggal bersama 188 69,4
Bercerai (menjanda/menduda) 37 13,7
Salah satu atau keduanya telah meninggal 46 17,0
Alasan mencari nafkah di jalanan:
Ekonomi (membantu orang tua) 157 57,9
Lingkungan/ ikut-ikut teman 114 42,1
Lama berada di jalanan:
4 jam 53 19,6
5 jam 50 18,5
6 jam 39 14,4
7 jam 23 8,5
8 jam 16 5,9
9 jam 17 6,3
10 jam 25 9,2
11 jam 12 4,4
12 jam 22 8,1
13 jam 2 0,7
14 jam 4 1,5
15 jam 3 1,1
16 jam 2 0,7
24 jam 3 1,1
Jumlah 271 100,0
Sumber : Data Primer

14
Tabel 2
Distribusi Anak Jalanan Berdasarkan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
di Kota Makassar Tahun 2012
Ya Tidak Jumlah
Tindakan Berisiko
n % n % n %
Pernah berhubungan seksual 95 35,1 176 64,9 271 100,0
Memakai kondom 23 24,2 72 75,8 95 100,0
Pernah memakai NAPZA suntik 15 5,5 256 94,5 271 100,0
Menggunakan jarum bekas 11 73,3 4 26,7 15 100,0
Jarum dipakai secara bersama-sama 9 60,0 6 40,0 15 100,0
Pernah menato tubuh dengan jarum 41 15,1 230 84,9 271 100,0
Jarum yang digunakan steril 15 36,6 26 63,4 41 100,0
Pernah menindik bagian tubuh 92 33,9 179 66,1 271 100,0
Jarum/alat yang dipakai steril 60 65,2 32 34,8 92 100,0
Sumber: Data Primer

Tabel 3
Distribusi Anak Jalanan Berdasarkan Kategori Tindakan Berisiko
Tertular HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan n %
Tidak berisiko tertular HIV-AIDS 171 63,1
Berisiko tertular HIV-AIDS 100 36,9
Total 271 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 4
Distribusi Anak Jalanan Berdasarkan Kategori Variabel
Independen Penelitian di Kota Makassar
Tahun 2012
Variabel n %
Tingkat Pendidikan:
Tinggi 168 62,0
Rendah 103 38,0
Tempat Tinggal:
Baik 221 81,5
Buruk 50 18,5
Kondisi Orang Tua:
Baik 188 69,4
Buruk 83 30,6
Pengetahuan:
Cukup 145 53,5
Kurang 126 46,5
Sikap:
Positif 142 52,4
Negatif 129 47,6
Total 271 100,00
Sumber: Data Primer

15
Tabel 5
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan
Hasil Uji
Tidak Total
Pendidikan Berisiko Statistik
Berisiko
n % n % n %
Rendah 24 23,3 79 76,7 103 100,0 p = 0,000
Tinggi 76 45,2 92 54,8 168 100,0 φ = -0,221
Jumlah 100 36,9 171 63,1 271 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 6
Hubungan Tempat Tinggal dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan Hasil Uji
Tempat Total
Berisiko Tidak Berisiko Statistik
Tinggal
n % n % n %
Buruk 35 70,0 15 30,0 50 100,0 p = 0,000
Baik 65 29,4 156 70,6 221 100,0 φ = 0,326
Jumlah 100 36,9 171 63,1 271 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 7
Hubungan Kondisi Orang Tua dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan
Hasil Uji
Kondisi Tidak Total
Berisiko Statistik
Orang Tua Berisiko
n % n % n %
Buruk 47 56,6 36 43,3 83 100,0 p = 0,000
Baik 53 28,2 135 71,8 188 100,0 φ = 0,272
Jumlah 100 36,9 171 63,1 271 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 8
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan
Hasil Uji
Tidak Total
Pengetahuan Berisiko Statistik
Berisiko
n % n % n %
Kurang 36 28,6 90 71,4 126 100,0 p = 0,008
Cukup 64 44,1 81 55,9 145 100,0 φ = -0,161
Jumlah 100 36,9 171 63,1 271 100,0
Sumber : Data Primer

Tabel 9
Hubungan Sikap dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV-AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Makassar Tahun 2012
Tindakan Hasil Uji
Total
Sikap Berisiko Tidak Berisiko Statistik
n % n % n %
Negatif 49 38,0 80 62,0 129 100,0
p = 0,724
Positif 51 35,9 91 64,1 142 100,0
Jumlah 100 36,9 171 63,1 271 100,0
Sumber : Data Primer

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai