Oleh:
Muh. Aswar Anas, S.Kep
NIM : 70900115017
(...................................) (.................................)
tuberkulosis (TB) paru sebesar 13%. Infeksi TB paru diukur ketika seseorang
tuberculosis (M. TB). Respons sistem imun membatasi multiplikasi basil tuberkel
2–12 minggu setelah infeksi. Kondisi basil tuberkel persisten selama bertahun-
LTBI tidak memberikan gejala dan tidak menularkan. Tuberkulosis paru dapat
berkembang segera setelah terpajan (penyakit primer) atau setelah reaktivasi dari
LTBI (Reactivation Disease). Penyakit primer berjumlah sekitar 1/3 atau lebih
Persentase kasus TB paru dengan HIV juga menurun dari 15% (2003) menjadi
12,4% (2006), walaupun persentase kasus TB paru dengan status HIV tidak
pemeriksaan HIV. Orang dengan LTBI diprediksi berubah menjadi TB paru aktif
sebesar 12,9% per 1000 orang pertahun dari hasil observasi. Rata-rata progresif
menjadi TB paru aktif pada orang dengan infeksi HIV berkisar antara 35–
pada orang dewasa yang terinfeksi HIV. Kematian akibat penyakit ini pada
kematian. Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB paru per 100.000
penduduk dengan estimasi prevalens HIV diantara pasien TB paru sebesar 0,8%.
akan mnegalami masa gejala dini yaitu pada masa ini jumlah CD4 berkisar antara
vagina, sariawan, herpes zoster, leukoplakia, ITP, dan Tuberkulosis Paru, masa ini
dulu disebut AIDS related complex.salah satu penyakit yang timbul adalah
Arief, 2001).
Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri
penyebab penyakit tuberkulosa (TBC) Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun
kilobases (kb). Virus HIV pertama kali diidentifikasi oleh Luc Montainer di
sepenuhnya diketahui oleh Robert Gallo di Washington dan Jay Levy di San
Fransisco tahun 1984. Tahun 1986 HIV-2 berhasil diisolasi dari pasien di
banyak tonjolan eksternal yang dibentuk oleh 2 protein utama envelope virus
terhadap reseptor CD4 sehingga bertanggung jawab pada awal interaksi dengan
absorbsi. CD4 adalah reseptor spesifik pada sel pejamu untuk terjadi infeksi
HIV yang mempunyai afinitas tinggi tehadap HIV terutama terhadap molekul
gp 120. Diantara sel tubuh yang mempunyai molekul CD4 paling banyak
adalah sel limfosit-T. Infeksi HIV dimulai dengan penempelan virus pada
reseptor CD4 limfosit-T setelah penempelan terjadi fusi kedua membran (HIV
dan limfosit) sehingga seluruh komponen virus masuk ke dalam sitoplasma sel
tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus
ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 m dan lebar 0,2 - 0,5 m yang
bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi
bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali
dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol,
meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri
faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan
menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan
dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Pada dinding sel
dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Cara
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernapasan dan
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman basil yang berasal dari
bagi jenis bovin, yang penyebaranya melalui susu yang terkontaminasi, akan
debu atau titik air yang menyebar sewaktu orang batuk atau bersin.Kuman-
kuman ini tidak dapat membeku tetapi mudah mengering.Bila kuman ini
tuberculosis dapat menyebabkan infeksi lanjut pada CD4 sel T limfosit dan
limfosit yang terinfeksi laten. Masuknya monosit kedalam sel dendrit dapat
2005).
D. Manifestasi klinis
Individu yang terinfeksi HIV pada TB paru aktif sangat dipengaruhi oleh
derajat imunodefisiensi. Pada pasien terinfeksi HIV dengan CD4+ > 350
cell/µL gejala klinik TB sesuai dengan pasien TB tanpa HIV. Gejala mayor
terbatas pada paru dan biasanya gambaran foto toraks lobus atas berupa
lebih sering timbul pada pasien HIV dibandingkan pada pasien yang tidak
dengan tidak terinfeksi HIV tidak secara substantial berbeda. Pada HIV
rendah. Pada lobus bawah, lobus tengah, gambaran infiltrat milier lebih biasa
Walaupun dengan gambaran foto toraks normal, pasien terinfeksi HIV dan TB
paru dapat memberikan hasil dahak yang positif dan hasil kultur (Sharma,
2005).
Gejala klinik TB paru pada pasien dengan HIV tergantung dari derajat
imunosupresi sebagai hasil dari infeksi HIV. Pasiendengan kadar CD4 >
dengan HIV negatif. Hasil pemeriksaan dahak lebih sering memberikan hasil
Gajala Karakteristik
5. Ensefalopati HIV
2. Dermatitis generalisata.
4. Kandidiasis orofaringeal.
5. Herpes simpleks.
6. Limfadenopati generalisata.
Primer primer
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
lain seperti foto toraks, biakan danuji kepekaan dapat digunakan sebagai
toraks saja. Fototoraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
penyakit.
F. Komplikasi
Epidemi HIV merupakan ancaman bagi program kedepan yang harus
teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke
1. Pemberian imunisasi
I. Prognosis
Prognosis penyakit tuberculosis paru didasarkan atas dua hal, yaitu:
2. Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin
relaps.
berikut:
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: Badan lemah, sesak nafas, kesulitan tidur pada malam hari, demam dan
Tanda: Takikardia, takipnea/dipsnea pada kerja kelelahan otot, nyeri, dan sesak.
2. Integritas ego
Gejala: Adanya faktor stress, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
3. Makanan/cairan
5. Pernapasan
paru dan pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural) atau
penebalan pleural.
6. Keamanan
Gejala: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker serta tes HIV
positif.
7. Interaksi sosial
Gejala: Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental
atau berlebih.
C. Intervensi
Diagnosa 1: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang
Kriteria hasil:
1. Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif dan catat
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret kental, sputum berdarah kental atau cerah
mudah dikeluarkan.
sekret.
Kriteria hasil:
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas darigejala distress
pernapasan.
bronco pneumonia sampai inflamasi difus, nekrosis, efusi pleural dan fibrosis
luas.
2. Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
4. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan.
anoreksia.
Kriteria hasil:
normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk
Rasional: Berguna dalam mendefinisikan derajat atau luasnya masalah dan pilihan
4. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau
kebutuhan energi.
Kolaborasi:
Kriteria hasil:
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan,
Rasional: Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahapan individu.
3. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh
jadwal obat.
4. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan
pengobatan lama.
5. Dorong pasien dan orang terdekat untuk menyatakan takut. Jawab pertanyaan
secara nyata.
peningkatan ansietas.
Diagnosa 5:Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk
menetap.
Kriteria hasil:
2. Pantau TTV.
mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
5. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batukikasi.
Rasional: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif,
meningkatkan kenyamanan.
Diagnosa 6: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
Kriteria hasil:
toleransi).
menyerapkeringat.
Rasional: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap
5. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
Rasional: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang
BB yang ideal