HERNIA
OLEH:
KHUSNUL WIDAD
NIM. 14201.08.16017
PRODI S1 KEPERAWATAN
PAJARAKAN - PROBOLINGGO
TAHUN 2019-2020
ANATOMI
A.DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan.Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua
dokter, sehungga pengetahuan umum tentang manifestasi, gambaran fisik dan penatalaksanaan
hernia sangat penting. 1,2,3
Pada masa lampau, kebayakan hernia diterapi dengan terapi penunjang, namun saat ini
hampir semua hernia diterapi dengan pembedahan, kecuali jika ada kontraindikasi bermakna
yang menolaknya. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya terjadi pada pria.
Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang palingsering ditemukan yaitu sekitar 50%
sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis sekitar 15%. Di Amerika Serikat
dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2% penduduk wanita menderita hernia inguinal
didalam hidupnya, dengan hernia inguinal indirek yang sering terjadi.Insidens hernia inguinal
pada bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi
kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki-
laki sama (10%).3,4
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-anak atau
bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus
terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk-batuk kronik, asites, riwayat
keluarga, dan sebagainya.4
Jika pada masalalu kekambuhan pasca bedah merupakan masalah, sekarang hal ini sudah
jarang terjadi, dengan pengecualian hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan
pengguanaan materi prosthesis.3
1. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu: Defek
dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak samapi
scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum
kelahiran, sehingga processus belum sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih
tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding rongga
perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal:
Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat
Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban
terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
2Manifestasi klinik
Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu :
a. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya
hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia femoralis tidak dapat
di kembalikan ketempat semula.
c. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum
namun dapat turun lebih luas jika membesar.
d. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
e. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
f. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung
kencing
g. Patofisiologis1,5,6
h. Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor congenital yaitu
kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan
masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah kanal
yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal
tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei.
i. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering
kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan
lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar
dari rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum
ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk
melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas
kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal
nuck.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis kongenital.
j. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie
maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat,
kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
k. faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi tali sperma pada laki- laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada
yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali
secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini
akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala
obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini
akan menjadi nekrosis. Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan
kontiniu, daerah benjolan menjadi merah.
Bayi baru lahir Pekerjaan berat,angkat
berat,riwayat jatuh,batuk
Prosesu vaginalis lama,mengejan,bersin
peritonie tidak
terobilitasi
Peningkatan tekanan intra abdomen
Kanalis ingunalis
terbuka Fasia abdomen tidak mampu
menghasilkan tekanan
Peritoneum tertarik
Fasia terkoyak
kedaerah skrotum
Hernia inguinalis
lateralis akuisita
Hernia inguinalis
lateralis kongenital
6.
7. PemeriksaanPenunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat
dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia.
Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat
dilakukan untuk kepentingan operasi
a. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
8. Penatalaksanaan Medis
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita
hernia meliputi :
a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia),
kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran,
banyakya isi perut kanan yang hilang).
b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup
(pekerjaan dan hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan:
1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
1) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien
anak.
2) Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
BAB II
1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada penderita
hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk
yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa
tidak nyaman karena nyeri pada perut.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA (2013) yaitu
sebagai berikut :
a. Pre Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, gangguan peristaltic usus
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
e) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
f) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi gastrointestinal
dan kurangnya informasi.
b. Post Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
b) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
2. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan/Intervensi Rasional
Dx
INTERVENSI PRE OPERASI
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan agen injuri fisik
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Dengan mengetahui lokasi,
1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat
manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian, dapat
2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau dijadikan acuan untuk tindakan
manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor penghilang nyeri setelah pemberian
3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya obat
manajemen nyeri
4. Sering menunjukkan
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui tingkat
5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya keparahan nyeri pasien yang tidak
menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu mampu berkomunikasi efektif
nyeri berkimunikasi efektif
Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan meliputi 7. Menghindari terjadinya kesalahan
obat, dosis, dan frekuensi obat dalam pemberian obat ke pasien
analgesik yang diresepkan dan perintah pemberian obat
8. Cek adanya riwayat alergi obat 8. Mengetahui adanya riwayat alergi
9. Berikan kebutuhan kenyamanan obat pasien
dan aktivitas lain yang dapat 9. Meciptakan lingkungan yang
membantu relaksasi untuk nyaman dengan membersihkan
memfasilitasi penurunan nyeri tempat tidur, mengatur suhu, dan
mengurangi kebisingan.
Risiko infeksi
berhubungan dengan
luka insisi bedah/operasi.
. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau
diubah (Kozier, 2011).
. DAFTAR PUSTAKA
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1.
Surakarta
Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Hasil
NOC. Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83
http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses pada tanggal 01
Oktober 2016, pukul 05.36 WIB
Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC
Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga
Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi
ke-5. Jakarta: Mocomedia