Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam industri. Salah satu industri yang memanfaatkan
sumber daya alam adalah industri biodiesel, dengan menggunakan bahan baku
CPO (crude palm oil).

Dari 1 kilogram bahan baku CPO bisa menghasilkan sedikitnya 1 liter


biodiesel. Sedang dari distilasi limbahnya dapat dihasilkan gliserol (crude
glycerol). Gliserol ini bukannya tidak berguna, banyak industri menggunakannya
sebagai zat tambahan (aditif) dalam produk-produk rumah tangga sabun dan
shampoo. Namun pemanfaatan gliserol yang terbatas dapat menyebabkan kelebihan
produksi gliserol. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai ekonominya, maka
gliserol harus dikonversi menjadi senyawa lain. Salah satu pemanfaatan gliserol
lebih lanjut adalah sebagai bahan baku 1,3-propandiol (PDO).

Pendirian pabrik 1,3-propandiol diharapkan dapat memenuhi kebutuhan


1,3- propandiol di Indonesia dan negara-negara di Asia, serta merangsang
pertumbuhan pabrik baru yang menggunakan bahan baku 1,3-propandiol. Sehingga
memperlancar roda perekonomian di Indonesia dan Asia, dan menciptakan
lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

1.2 Kegunaan Produk

Kegunaan dari PDO adalah sebagai bahan baku pembuatan polimer,


kosmetik, makanan, minyak pelumas, hingga obat-obatan. Pemanfaatan PDO
yang paling utama adalah pada industri polimer, dimana PDO digunakan dalam
produksi polyurethane, polyether, atau polyester. Salah satu penelitian mengenai
kegunaan PDO yang sedang berkembang sekarang adalah penelitian mengenai
pemanfaatan PDO sebagai salah satu monomer dalam pembuatan
polytrimethylene terephthalate (PTT), yang merupakan jenis polimer
biodegradable.
1.3 Ketersediaan Bahan Baku

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi cukup besar
untuk pengembangan industri PDO terutama yang berbahan baku gliserol. Hal ini
disebabkan Indonesia sedang menjalankan program pengembangan sumber
energi alternatif dimana biodiesel adalah salah satu sasaran utama untuk dijadikan
sebagai sumber energi alternatif. Dengan diadakannya program tersebut maka
jumlah pabrik biodiesel di Indonesia akan terus bertambah sehingga jumlah
gliserol, yang merupakan produk samping biodiesel, juga akan meningkat. Saat
ini, pabrik biodiesel di Indonesia terdapat di Serpong (kapasitas 1,5 ton/hari), di
Riau (8 ton/hari), dan yang terbesar hingga saat ini terdapat di Gresik dengan
kapasitas 50 ton/hari (akan dikembangkan hingga kapasitas 200.000 ton/hari).
Pada tahun 2009, telah terdapat 25 unit pabrik biodiesel dengan kapasitas masing-
masing pabrik minimal 30.000 ton/tahun. Hal tersebut semakin memperkuat
bahwa pendirian pabrik DPO mempunyai prospek yang cerah karena jumlah
bahan baku yang melimpah. Hingga sekarang di Indonesia sendiri masih belum
terdapat pabrik PDO.

1.4 Kapasitas Produk

Prediksi kapasitas diambil berdasarkan data statistik yang diperoleh dari


He Huang, yang menunjukkan bahwa data kebutuhan 1,3-propandiol di Asia
bergerak naik dari tahun ke tahun, dapat dilihat pada Tabel 2 di atas. Prediksi
jumlah kebutuhan untuk tahun-tahun ke depan dengan asumsi produksi polimer
dengan bahan baku 1,3-propandiol berjalan terus menerus melalui perhitungan
data secara ekstrapolasi dari data yang telah ada pada tahun sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 1,3-propandiol

1,3-Propandiol adalah senyawa organik dengan rumus molekul senyawa

C3H8O2, massa molekul 76,09 gr/mol, titik didih 210-212oC, titik leleh -28oC dan

densitas 1,06 gram/cm3. 1,3- Propandiol dihasilkan secara kimiawi dengan


hidrasi akrolein atau hidroformilasi etilen dengan katalis, tekanan, dan suhu tinggi
sehingga membutuhkan biaya produksi yang tinggi (Igari dkk., 2000). Struktur
kimia 1,3-propandiol dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 1,3- Propandiol

Dewasa ini, industri kimia sudah banyak yang memproduksi 1,3-


propandiol karena memiliki berbagai aplikasi dalam bidang kimia seperti
pembuatan polimer, kosmetik, makanan, pelumas, dan obat-obatan. 1,3-
Propandiol dapat diproduksi melalui jalur bioteknologi fermentasi gliserol (Biebl
dkk., 1999). Gliserol merupakan sumber daya terbarukan sebagai produk
fermentasi etanol glukosa (Kosmider dkk., 2009). Gliserol dapat dikonversi
menjadi 1,3-propandiol melalui fermentasi oleh mikroorganisme Klebsiella
pneumonia, Bacillus welchi, Lactobacillus sp, Enterobacter sp, Citrobacter sp,
dan Clostridia sp (Liu dkk., 2007). Proses secara bioteknologi dalam produksi 1,3-
propandiol merupakan alternatif yang baik untuk sintesis senyawa kimia saat ini.
Monomer 1,3-propandiol dapat diperoleh melalui fermentasi gliserol
menggunakan Clostridium butyricum, konversi 1,3-propandiol dari gliserol
mencapai 45%, sehingga produk akhirnya merupakan sumber monomer berupa
campuran dari propandiol dan gliserol. Monomer-monomer tersebut dapat
bereaksi dengan asam dikarboksilat membentuk poliester (Diah, 2010).

2.1.2 Gliserol

Gliserol merupakan senyawa jernih, kental, dan bersifat hidroskopis pada


suhu ruangan di atas titik didihnya. Gliserol larut dalam air dan alkohol, sedikit
larut dalam dietil eter, etil asetat, dan dioksidan, serta tidak larut dalam
hidrokarbon (Knothe et al, 2005). Beberapa sifat fisik gliserol dapat dilihat pada
Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Sifat fisik gliserol (Knothe et al., 2005)


Sifat Nilai
Titik lebur (oC) 18,17
Titik didih (oC), 101,3 kPa 290

Spesific gravity 25/25 oC 1,2620

Tegangan permukaan (20 oC, mN/m) 63,4


Konduktivitas termal (W/(mK)) 0,28
∆H pembentukan (kJ/mol) 667,8
Titik nyala (oC) 177

Titik api (oC) 204

Gliserol merupakan sumber terbarukan yang terbentuk melalui reaksi


saponifikasi trigliserida dalam minyak nabati dan merupakan produk
samping dari pembuatan sabun dan biodiesel. Gliserol telah digunakan
sebagai monomer dalam polimerisasi dengan adipat dan asam oleat
menggunakan Candida antartica sebagai biokatalis (Sarath, 2013).

Fahad (2010) melaporkan bahwa gliserol bukan merupakan zat


beracun, namun buangan limbah gliserol dengan volume yang besar tetap
akan menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan dan kesehatan, dan
menjadi tidak ekonomis-efisien apabila gliserol hanya dibuang begitu saja.
Melakukan polimerisasi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
nilai ekonomis- efisien dari gliserol.

Reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan alkohol berkatalis


akan menghasilkan biodiesel dan gliserol. Namun demikian, gliserol yang
dihasilkan harus mengalami proses pemurnian lebih lanjut dengan biaya
yang tinggi (Pachauri dkk., 2006). Reaksi fermentasi gliserol akan
menghasilkan senyawa 1,3- propandiol (Xiu dkk., 2004). Senyawa poliester
dapat dihasilkan melalui reaksi antara gliserol dengan asam ftalat
(Guimaraes dkk., 2007). Reaksi esterifikasi gliserol menggunakan katalis
logam menghasilkan senyawa di- dan tri- gliserol yang sangat banyak
manfaatnya untuk industri kosmetik dan farmasi (Ruppert dkk., 2008).
Reaksi transesterifikasi pada proses produksi biodiesel dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Reaksi transesterifikasi dari trigliserida (Ruppert dkk., 2008)


BAB III
DESKRIPSI PROSES

3.1 Jenis – jenis Proses

Ada 2 jenis 1,3-propandiol (PDO) menurut proses produksinya yaitu


chemical PDO dan bio-PDO, dimana chemical PDO disintesis secara kimia dari
bahan baku yaitu etylen oxide dan acrolein, sedangkan bio-PDO disintesis secara
fermentasi dari bahan baku gliserol.

Menurut literatur (Biebl et al., 1999), bio-PDO (1,3-propandiol)


merupakan salah satu produk fermentasi yang telah lama dikenal. Produk dari
hasil fermentasi ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1881 oleh August
Freund. Percobaan yang dilakukan saat itu adalah percobaan yang menggunakan
glycerol-fermenting mixed culture dengan mikroorganisme Clostridium
pasteurianium. Selain mikroorganisme tersebut, jenis mikroorganisme lain yang
dapat digunakan untuk fermentasi gliserol menjadi PDO adalah Klebsiella (K.
pneumoniae), Enterobacter (E. agglomerans), Citrobacter (C. freundii),
Clostridium butyricum, dan Lactobacilli (L. brevis dan L. buchneri) (Biebl et al.
1999).
1,3-propandiol (PDO) atau trimetilen glikol (trymethylene glycol)
merupakan senyawa kimia antara yang berharga dan sekaligus mahal. Senyawa ini
dapat digunakan sebagai aditif terhadap bahan tertentu untuk meningkatkan unjuk
kerja maupun sifat fisik bahan tersebut. Selain itu, PDO juga merupakan monomer
untuk pembuatan berbagai macam polimer berharga di dunia. Beberapa proses
yang dapat digunakan untuk menghasilkan 1,3-propandiol (PDO) adalah sebagai
berikut:

a) 1,3–Propandiol (PDO) dari ethylene oxide


Proses pertama menggunakan etilen oksida (ethylene oxide) sebagai
bahan mentah untuk kemudian diubah menjadi PDO melalui penggunaan katalis
dengan tambahan phosphine, air, karbon monoksida, hidrogen, dan asam. Kondisi

operasi pada suhu 25-250oC tekanan 200-600 Psig. Jumlah hidrogen yang

dikontakan dengan 1,3-propandiol sekitar 0.05-100 cm3/gram 1.3-propandiol.


Konversi mencapai 50-70%. Katalis yang digunakan adalah golongan VIII A pada
sistem periodik dengan komposisi 2-20% katalis. (US. Patent 7,084,311 B2)

b) 1,3–Propandiol (PDO) dari acrolein

Proses kedua terdiri atas reaksi hidrolisis dan hidrogenasi katalitik acrolein.
Penyiapan bahan baku dilakukan dengan hidrasi dalam fasa larutan kemudian
menggunakan katalis asam untuk membentuk HPA (3-hydroxypropanal). Setelah
menyingkirkan acrolein yang tidak bereaksi, kemudian campuran reaksi
dihidrogenasikan untuk membentuk 1,3-propandiol (PDO). Kemudian PDO
direcovery dengan distilasi untuk memperoleh PDO murni. Katalis yang digunakan

yaitu Al2O3, SiO2 atau TiO2. Suhu operasi 30-80oC, dan konversi mencapai 50%.
(US. Patent No. 334,778)

c) 1,3–Propandiol dari gliserol

Reaksi metabolisme produksi 1,3-propandiol (PDO):

68C3H8O3(l) + 3NH4OH(l) → 49C3H8O2 (l) + 3C4H7O2N (s) +


15CO2(g) + 15C2H4O2(l) + 43H2O(l)

Proses pembentukan 1,3-propandiol dengan menggunakan proses biologis


menggunakan mikroorganisme secara langsung maupun enzim yang dihasilkan
oleh sumber–sumber biologis. Mikroorganisme yang sudah digunakan secara
komersil adalah Klebsiella pneumoniae. Fermentasi berlangsung pada suhu 25–

30oC serta pH dijaga pada nilai 6,0–7,0. Proses fermentasi berlangsung dalam
kondisi anaerobik dengan mengalirkan gas N2 kedalam fermentor. Konversi yang
diperoleh yaitu 69%. (US . Patent No. 7,572,376 B2)

3.2 Pemilihan Proses

3.2.1 Perbandingan Proses

Berdasarkan ketiga proses tersebut, maka perbandingan proses pembuatan


1,3-propandiol (PDO) dapat dilihat seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Perbandingan Proses Pembuatan 1,3-Propandiol (PDO).

PROSES
No SIFAT 1,3- 1,3-Propandiol 1,3-Propandiol
ethylene dari acrolein Gliserol
Propandiol dari
oxide
dari
1 Bahan ethylene Acrolein Gliserol
Baku oxide
2 Katalis GOLONGAN Al2O3, SiO2 atau Biokatalis
VIII A TiO2.
3 Tempera 100–250oC 100oC 25–30oC
4 tur
Tekanan 200–600 psig 400 Psig 14,7 Psig
5 Konversi 50–70% 70% 69 %

3.2.2 Potensial Ekonomi

Tabel 3.2 Harga Bahan Baku dan Produk


No Bahan Kimia BM ( g/mol) Harga (US$ / kg)

1 Gliserol 92 0,2
2 Acrolein 56 2,795
3 Ethylene Oxide 44 1,606
4 1,3-propandiol 98 2,1
5 Air 18 0,53 x 10-3

3.3 Uraian Proses


3.3.1 Persiapan Bahan Baku

Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam
penyiapan umpan. Tahap-tahap tersebut terdiri dari penyiapan bahan baku utama
berupa gliserol, penyiapan inokulum (Klebseilla pneumoniae), penyiapan nutrisi
(garam-garam mineral dan amonia) , dan penyiapan nitrogen.
a) Gliserol yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam produksi PDO
ini adalah crude glycerol yang dihasilkan sebagai limbah pada industri
biodiesel. Agar dapat digunakan sebagai bahan baku, gliserol harus
melalui proses sterilisasi terlebih dahulu. Gliserol yang digunakan
memilki spesifikasi 80% gliserol, 6.5% air, K3PO4 7.5% serta sabun dan
air sebesar 6%. Kondisi optimum untuk proses fermentasi adalah
konsentrasi awal gliserol sebesar 700 mmol/L dengan konversi sebesar
69%. Sehingga perlu dilakukan pengenceran dengan menggunakan air
agar konsentrasi gliserol dapat mencapai kondisi optimum.

Proses sterilisasi perlu untuk dilakukan dengan tujuan untuk


menghilangkan mikroorganisme-mikroorganisme lain yang mungkin ada
(kontaminan). Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap
jenuh bertekanan rendah (low pressure steam) namun penggunaan steam
dalam sterilisasi dapat mengakibatkan terjadinya pelarutan bahan baku
walaupun dalam jumlah sedikit. Selain dengan steam, sterilisasi dapat
pula dilakukan dengan memanfaatkan panas dari unit penukar panas
(heat exchanger). Pada pabrik ini proses sterilisasi menggunakan heat
exchanger pada suhu 120oC. Kemudian dilakukan pendinginan hingga
suhu fermentasi yaitu 37oC.

b) Penyiapan inokulum

Tahap penyiapan inokulum dilakukan dengan tujuan memperbanyak


jumlah sel bakteri (Klebseilla pneumoniae) serta untuk
mempersingkat waktu fermentasi di fermentor utama.

Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk menyiapkan inokulum meliputi


pemindahan biakan bakteri dari agar miring ke labu erlenmeyer dan
pemindahan dari labu erlenmeyer ke fermentor berskala laboratorium.
Komposisi pada medium agar dan medium pembiakan sama dengan
komposisi medium yang akan digunakan untuk proses fermentasi pada
fermentor utama.

Bakteri Klebseilla pneumoniae yang berada di dalam labu erlenmeyer


dibiakkan selama 1 hari. Setelah pembiakan selesai, kultur kemudian
dipindahkan secara aseptis ke fermentor berukuran kecil (skala
laboratorium) dan dibiakkan selama 12 jam (Zeng, 1993).

Setelah itu, proses inokulasi dilakukan ke dalam seed fermenter dimana


inokulasi ke dalam seed fermenter dilakukan 1 kali sehingga akan
diperoleh seed bakteri Klebseilla pneumoniae dalam jumlah yang cukup
untuk proses fermentasi di fermentor utama.

c) Penyiapan nutrisi

Selain menggunakan gliserol sebagai bahan baku utama, terdapat pula


bahan baku lain berupa garam-garam yang dilarutkan (K2HPO4, KH2PO4,
NaCl, MgSO4.7H2O) serta larutan amonia sebagai sumber N. Seperti
halnya gliserol, sebelum digunakan dalam proses fermentasi, garam-garam
yang telah dilarutkan tersebut serta larutan amonia harus disterilisasi. Salah
satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses sterilisasi bahan-bahan baku
untuk produksi PDO ini adalah proses sterilisasi bahan baku gliserol dan
proses sterilisasi nutrisi dilakukan secara terpisah untuk mencegah
terjadinya proses karamelisasi. Sterilisasi untuk nutrisi ini juga dilakukan
secara kontinyu . setlah sterilisasi, larutan-larutan garam serta larutan
amonia tersebut kemudian dipindahkan secara aseptis ke dalam fermentor
yang tentunya telah disterilisasi pula.

d) Penyiapan Larutan Amoniak (NH4OH)

NH4OH yang digunakan dalam reaksi berasal dari amoniak yang


dilarutkan dengan air. Amoniak berasal dari produk petrokimia yang
memilki spesifikasi NH3 99.5% dan H2O sebesar 0.5%. Penambahan air
hingga konsentrasi NH3 75%. Kemudian disterilisasi melalui heat

exchanger pada suhu 120oC, kemudian didinginkan hingga 37oC.

e) Penyiapan Nitrogen

Nitrogen merupakan senyawa substansial dalam produksi PDO pada pabrik


ini. Hal ini dikarenakan proses produksi PDO dengan memanfaatkan bakteri
Klebseilla pneumoniae merupakan salah satu proses yang memanfaatkan
reaksi anaerobik (tanpa oksigen). Oleh karena itu, untuk memastikan tidak
adanya oksigen dalam fermentor utama, maka dialirkan gas nitrogen ke
dalam fermentor secara kontinu.

3.3.2 Fermentasi

Proses fermentasi dalam teknologi bioproses merupakan tahap yang paling


penting serta merupakan tahap utama. Temperatur, pH, konsentrasi substrat,
ketiadaan oksigen merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan agar produksi
PDO (oleh bakteri Klebseilla pneumoniae) optimum. Fermentasi dilakukan secara
batch. Pada pabrik ini, volume kerja total untuk proses fermentasi utama adalah 104

m3. Sedangkan untuk kondisi operasi, fermentasi dilakukan pada temperatur 37oC
serta nilai pH dijaga pada pH netral (pH = 7,0) dengan penambahan larutan KOH
30% (Menzel et al., 1997).

Menurut reaksi pembentukan produk PDO (Menzel et. al., 1997):

68C3H8O3(l) + 3NH4OH(l) → 3C4H7O2N (s) + 49C3H8O2 (l) + 15CO2 (g)


+ 15C2H4O2(l) + 43 H2O(l)

Jumlah kebutuhan amonia stoikiometris yang diperlukan untuk


pembentukan satu mol PDO adalah 0,062 mol amonia atau 35,14 kg amonia

terlarut (NH4OH 25%-w H2O) dalam satu m3 volum kerja. Jumlah amonia harus
dibuat berlebih agar pembentukan produk PDO dapat optimum. Suplai amonia ke
dalam fermentor utama diberikan excess sebesar 30% dari kebutuhan amonia
stoikiometri.

Selain itu, hal lain yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam proses
fermentasi ini adalah untuk menjaga kondisi proses tetap dalam keadaan
anaerobik sepenuhnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembentukan etanol
sebagai hasil reaksi samping. Untuk produk yang dihasilkan selama fermentasi,
dari reaksi 2.1 tersebut, dapat diketahui bahwa selain PDO dihasilkan pula asam
asetat (produk samping), karbon dioksida (CO2), serta biomassa.

3.3.3 Proses Pemisahan dan Pemurnian Produk

Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, produk yang dihasilkan


kemudian dialirkan ke tahap mikrofiltrasi. Pada tahap ini, seluruh biomassa
(bakteri Klebseilla pneumoniae) dipisahkan dari air broth-nya dengan
memanfaatkan driving force berupa beda tekan dan perbedaan ukuran partikel
yang dapat melewati pori-pori membran.

Selain berhasil memisahkan biomassa, tahap ini juga berhasil memisahkan ash
dan soap (berasal dari crude glycerol) yang terdapat pada aliran produk. Aliran
keluar dari alat mikrofiltrasi ini (permeat) mengandung 85% w/w dari aliran
masuk. Setelah keluar dari membran mikrofiltrasi, aliran (permeat) kemudian
memasuki tahap pemekatan menggunakan membran reverse osmosis. Pada tahap
ini konsentrasi produk ditingkatkan dari 0,03 kg/L menjadi 0,2 kg/L dengan
pemisahan sejumlah besar air.

Larutan yang mengandung produk dialirkan ke unit ion exchange. Pada


tahap ini, garam-garam, CO2 yang terlarut serta asam asetat yang terkandung di
dalam aliran akan dihilangkan dengan memanfaatkan resin- resin penukar ion.
Penukaran ion dilangsungkan dalam 4 tahap, pada 4 kolom penukar ion berisi
jenis resin yang berbeda-beda. Tahap pertama adalah pertukaran ion

menggunakan resin asam lemah untuk memisahkan kation berupa K+, Na+,

Mg2+ dan NH4+. Selanjutnya, anion-anion asam


lemah dipisahkan menggunakan resin basa lemah. Kolom ketiga berisi resin asam

kuat untuk memisahkan anion-anion basa kuat seperti SO42-, PO43- dan Cl-.
Terakhir, resin basa kuat digunakan untuk memisahkan kation yang masih tersisa.
Hasil proses pertukaran ion ini dapat dianggap hanya terdiri dari PDO, gliserol
dan H2O.
Keluaran dari ion exchange kemudian diproses lebih lanjut pada tahap
evaporasi vakum. Di evaporator, proses yang akan terjadi adalah proses
penguapan air yang masih terdapat di dalam aliran produk dimana jumlah air yang
berhasil diuapkan hampir 100% (penguapan air mencapai 99,5%- w). Setelah
melalui evaporator, selanjutnya aliran yang masih mengandung produk PDO akan
melalui tahap distilasi vakum. Pada proses distilasi ini dengan memanfatkan
perbedaan titik didih senyawa-senyawa yang ada, maka akan dipisahkan antara
produk PDO (top product) dengan gliserol (bottom product). Akhirnya setelah
tahap-tahap pemisahan dan pemurnian tersebut maka didapatkan produk 1,3-
propandiol dengan kemurnian 99,84%-w.
BAB IV
SPESIFIKASI BAHAN DAN PRODUK

4.1 Spesifikasi Bahan


4.1.1 Bahan Baku
a) Gliserol

Rumus molekul : C3H8O3


Rumus bangun : CH2OHCHOHCH2OH
Penampilan fisik : Cairan viskous tidak
berwarna/sedikit kekuningan

Titik leleh : 17.8oC

Titik didih : 290oC


Densitas uap : 3.17 g/l

Tekanan uap : < 1 mmHg pada 20oC


Specific gravity : 1.26

b) Amoniak (NH3)

Rumus molekul : NH3


Densitas uap : 0.596 g/l
Tekanan uap : 10 atm pada 25oC
Specific gravity : 0.682

4.1.2 Produk
a) 1,3 – propandiol (PDO)

Rumus molekul : C3H8O2


Rumus bangun : HO(CH2)3OH
Wujud : Cair
Penampakan fisik : Tidak berwarnda, tidak berbau

Titik didih : 214oC

Specific gravity : 1.05 pada 20oC


pH (1% solution) : 4.5 – 7
Kestabilan : Stabil, polimerisasi yang berbahaya
tidak akan terjadi

b) Klebsiella pneumoniae

Karakteristik : family enterobacteriaceae,


berbentuk batang kecil, gram
negatif, non motil, fakultatif
anaerobik, hidup secara individual,
dan dalam koloni berlendir.

Patogenesis : Penyebab infeksi paru-paru dan


saluran kencing, infeksi pada
luka, infeksi sekunder paru-paru,
pada penderita penyakit paru-
paru kronis.
Sumber : Manusia, hewan ( kuda,
hewan ternak)
Periode inkubasi : Tidak teridentifikasi dengan jelas

Inaktivasi secara fisik : Sensitif terhadap uap panas basah

(121oC minimal 15 menit) dan


uap panas kering
c) Asam Asetat

Rumus kimia : CH3COOH


Penampilan fisik : Cairan tak berwarna
Bau : Kuat

Specific gravity : 1.05 pada 25oC


pH : 2.4 (0.1 M)

Titik didih : 118oC

Titik leleh : 16.6oC


DAFTAR PUSTAKA

Biebl, H., Menzel K., Zeng A.P., dan Deckwer W.D., 1999, Microbial production
of 1,3-propanediol, Application Microbiolg Biotechnology, 52: 289-297.

Diah, M., Roosdiana, A., Widjanarko, S.B., dan Retnowati, 2010, Sintesis dan
Pemurnian Poliester Dari Sumber Monomer Minyak Jarak dan Gliserol,
Jurnal ilmu-ilmu hayati (life sciences), 22, 37-42.

Fahad, B., Eduardus, I.S., Tjandra, S., 2010, Kajian Awal Produksi Etanol dari
Gliserol sebagai Hasil Samping Industri Biodiesel, KKPP Produk Teknik
Kimia Fakultas Teknologi industri Institut Teknologi Bandung.

Guimaraes, D.H., Michel, M.B., Raigens., Luis, A.S., Almeida, P., Jaime S.B.,
Nadia, M.J., 2007, Synthesis and Characterization of Polyesters Derived
from Glycerol and Phthalic Acid, 10, 3.

Igari, S., Mori, S., Takikawa, Y., 2000, Effects of molecular structure of aliphatic
diols and polyalkylene glycol as lubricants on the wear of aluminum, 244:
180- 184.

Knothe, G., Van Gerpen, dan Krahl, 2005, The biodiesel handbook. AOCS
Publishing, USA.

Kośmider, A., dan Czaczyk, K., 2009, The Prospects of Use of Glycerol in
Biotechnological Processes, Microbiology, 48, 4, 277-287.

Liu H.J., Zhang D.J., Xu Y.H., Mu Y., Sun Y.Q., Xiu Z.L., 2007, Microbial
Production of 1,3-Propanediol from Glycerol by Klebsiella Pneumoniae
Under Micro Aerobic Conditions Up to a Pilot Scale, 29, 1281-1285.

US Patent No. 7.572.376 B2

US.Patent No. 334.778

US.Patent No. 7.084.311 B2

Pachauri, N., He, B., 2006, Encontro Anual da American Society Biological and
Agricultural Engineering, Paper Number: 066223.
Ruppert, T., Hall, G., Huybrighs, T., Goodman, W., 2008, Free and Total Glycerol
in B100 Biodiesel by Gas Chromatography According to Methods EN
14105 and ASTM D6584, Application Note. http://www.perkinelmer.com.
Diakses 15/09/17, 20.55.

Sarath, A., Ashfaqur, R., dan Paul, B., 2013, Synthesis and Characterization of All
Renewable Resources Based Branched Polyester: Poly(2,5-
Furandicarboxylic Acid-Co-Glycerol), European Polymer Journal,
Department of Chemistry, Prairie View A&M University, Texas , USA.

Xiu, Z.L., Song, B.H., Wang, Z.T., Sun, L.H., Feng, E.M., dan Zeng, A.P., 2004,

Optimization of Dissimilation of Glycerol to 1,3-Propanediol by Klebsiella


Pneumoniae In One- And Two-Stage Anaerobic Cultures, Biochemical
Engineering Journal, 19(3), 189-197.

Anda mungkin juga menyukai