FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbandingan hasil evaluasi tablet dan hasil evaluasi secara in vitro Jawaban Menurut Artikel Formulation and Evaluation of Diclofenac Sodium Sustained Release, USP 11 dan FI IV 1) Untuk evaluasi Tablet Jenis Evaluasi Hasil Formula Hasil Inovator Keseragaman Bobot - SDR (%) 0,96 2,48 Kadar Zat Aktif (%) 100,33 99 Dilihat dari data diatas menurut artikel Formulation and Evaluation of Diclofenac Sodium Sustained Release USP 11 dimana jurnal ini mengambil data syarat untuk keseragaman bobot (SDR) di USP dan mempunyai persyaratan untuk sediaan dengan spesifikasi berat per tablet yaitu jika berat tablet 130 mg 10 %, jika mulai dari 130 mg - mg 324 yaitu 7,5 % dan lebih dari 324 mg yaitu 5 % , menurut FI IV juga untuk Simpangan Baku Relatif (SDR) yaitu kurang dari atau sama dengan 6 %. sehingga dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil formula dan hasil inovator masih masuk di dalam range yaitu 7,5 % karena sediaan yang akan dibuat dalam skeario yaitu 200 mg dan masuk juga sesuai persyaratan dalam FI IV. Kemudian untul kadar zat aktif menurut USP 11 bahwa natrium dan tidak boleh lebih dari 1 10 % jadi n ngenya adalah 0 % -110 % . ada pula menurut FI IV yaitu 85 hingga 110 %. 2) Evaluasi hasil secara invitro Waktu Medium Formula fraksi Innovator fraksi (menit) terdisolusi (%) terdisolusi (%) 120 DA Ph 5 6,08 ± 1,61 3,41 ± 0,24 240 DA Ph 7,5 57,15 ± 7,80 40,82 ± 5,06 360 DA Ph 7,5 71,15 ± 2,54 66,74 ± 6,03 720 DA Ph 7,5 89,51 ± 10,72 87,06 ± 3,49 Kadar fraksi terdisolusi dari Formula andalan dan formula innovator meningkat tiap menitnya, akan tetapi dapat dilihat dai profil fraksi terdisolusi masing-masing formula bahws pada formla andalan lebih cepat terdisolusi dibandingkan formula novator, jika dilihat dari form ula andalan dapat dikatakan bahwa % dan baha n eksipien Etil Selul m N 100 yaitu 0.1 % sedangkan untuk menurut Handbook of Pharmaceutical Excipient yaitu jika penggunaan etilselulosa sebagai coating system release tablet yaitu 3-20 % sehingga dapat dikatakan formula tersebut tidak memenuhi syarat dan mempengaruhi fraksi terdisolusi dari formula andalan tersebut 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tugas dari R&D Jawaban Menurut R&D Costs, Risks and Rewards R&D adalah proses menemukan, mengembangkan, dan menelepon untuk memasarkan produk obat etis baru. Menurut Farmasi Industri, Aisyah Fatmawati Tugas dan tanggung jawab 1) Merencanakan dan mengembangkan produk baru (original, licensed, copy drug/me too product) 2) Mengembangkan produk yang sudah ada dengan perbaikan formula untuk memperbaiki mutu produk, bentuk sediaan dan kemasan. 3) Membuat rumusan metode analisa dan spesifikasi bahan baku serta produk ruahan dan obat jadi 4) Melaksanakan pendaftaran produk (registrasi obat) 5) Menyusun Prosedur Pengolahan Induk (PPI/Master Batch). Kegiatan R&D secara umum meliputi : 1) Pencarian obat baru dan pengembangan bentuk sedian baru dari produk yang ada (produk yang diperbaharui) dan penyempurnaan formula sedian yang sudah ada. 2) Industri perlu meningkatakan R&D untuk meningkatakan pendapatan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 3) Perusahaan yang baik adalah selalu tumbuh, hal ini dapat dicapai jika laba kotor selalu meningkat. 4) Peningkatan laba dicapai dengan antara lain melalui : Kenaikan harga/kenaikan unit Kenaikan pangsa pasar dalam unit Bertambahnya obat baru Dimatikannya obat tua yang sudah tidak memberikan keuntungan. Tanggung jawab dan peran R & D dan PD dalam perusahaan farmasi 1) Menunjang pengembangan produk untuk menguatkan posisi perusahaan dalam pemasaran 2) Mengikuti perkembangan teknologi dan transferteknologi 3) Bank data untuk pengetahuan teknis dan keilmuan 4) Memikirkan kemungkinan ”bussines” baru 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode pembuatan tablet sustained release Jawaban Menurut Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000, 2015 Pembuatan Tablet Sustained ReleaseNatrium Diklofenak Tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks Etil Sellulosa N-100 dibuat dengan metode granulasi basah. Bahan-bahan (natrium diklofenak, Etil Sellulosa N-100 danemcopress + laktosa) dicampur sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Kemudian diayak dengan ayakan mesh 10, dan dikeringkan dalam lemari pengering hingga kadar air kurang dari 5%. Selanjutnya, granul ditambahkan dengan fase luar (magnesium stearat dan talk) dan diayak dengan ayakan mesh 19.Tablet sustained release natrium diklofenak dibuat dengan metode granulasi basah. Hal ini disebabkan karena cara granulasi basah akan membantu kerja matriks dalam mempertahankan pelepasan zat aktif dari segi teknologi. Selain itu metode granulasi basah dipilih karena mampu menghasilkan massa cetak dengan sifat-sifat fiik yang sesuai untuk pencetakan. Metode kempa langsung dan granulasi kering tidak digunakan karena ukuran campuran partikel serbuk yang halus membuat massa cetak tidak dapat mengalir bebas ke dalam die. Kemudian dilakukan evaluasi granul untuk melihat apakah granul tablet telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan sehingga granul tersebut dapat dicetak menjadi tablet dan dilakukan evaluasi tablet. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Natrium Diklofenak Panjang gelombang serapan maksimum natrium diklofenak ditentukan dengan cara mengukur serapan larutan natrium diklofenak 10 μg/mL dalam larutan dapar fosfat pH 6,8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur larutan natrium diklofenak dalam larutan dapar fosfat pH 6,8 dengan konsentrasi 10, 16, 20, 24 dan 30 μg/mL. Pembuatan Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak Dibuat tablet yang mengandung 50 mg natrium diklofenak dengan bobot tablet 100 mg, dengan variasi berat metolose 90 SH 4000. Formula dapat dilihat pada Tabel 1. Tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks metolose 90 SH 4000 dibuat dengan metode granulasi basah. Bahan-bahan (natrium diklofenak, metolose 90 SH 4000 dan laktosa) dicampur dengan pengikat 10% mucilago amili sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Kemudian diayak dengan ayakan mesh 10, dan dikeringkan dalam lemari pengering hingga kadar air kurang dari 5%. Selanjutnya, granul ditambahkan dengan fase luar (magnesium stearat dan amilum) dan diayak dengan ayakan mesh 19. Evaluasi Hasil Evaluasi Massa Cetak Tablet/Granul Dilakukan evaluasi granul untuk melihat apakah granul tablet telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan sehingga granul tersebut dapat dicetak menjadi tablet (5). Evaluasi meliputi penetapan kadar zat aktif dalam granul (uji homogenitas), kandungan lembab granul, kecepatan aliran, bobot jenis dan kompresibilitas. Uji homogenitas dilakukan dengan menetapkan kadar cuplikan massa granul tablet lepas lambat natrium diklofenak menggunakan spektrofotometer ultraviolet sinar tampak. Diambil cuplikan massa granul sebanyak 100 mg, setara dengan 50 mg natrium diklofenak. Kemudian dilarutkan dalam labu ukur 50,0 mL menggunakan larutan dapar fosfat pH 6,8 dan diencerkan sampai batas. Larutan tersebut disaring dan diencerkan 50 kali dan diukur serapannya pada panjang gelombang 276,6 nm. Setiap formula diuji sebanyak 3 kali. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas,
keseragaman bobot, keragaman bobot dan uji disolusi invitro(5). Pada uji disolusi invitro ditentukan profil disolusi dari masing-masing formula tablet sustained release (F1-F4) dan tablet tanpa penambahan matriks metolose 90 SH 4000 (F0). Digunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) dalam media disolusi larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 8 jam dengan volume medium disolusi 900 mL pada suhu 37±0,5oC dengan kecepatan pengadukan 50 rpm (rotasi per menit). Pengambilan alikot 5 mL dilakukan pada 5, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360, 420 dan 480 menit. Sampel yang diperoleh lalu dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer UV. Persyaratan zat terlarut untuk tablet lepas lambat dapat dilihat pada Tabel II. Menurut optimasi bahan polimer pembentuk matriks tablet sustained release na. Diklofenak, 2015 Prosedur Kerja Pembuatan Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak Matriks tablet dibuat dengan metode kempa langsung. Na diklofenak, polimer dan bahan lainnya diayak melewati pengayakan dengan nomor mesh 80. Zat aktif Na diklofenak, bahan matriks polimer, pengisi, pengikat dan pelincir dicampur hingga homogen kemudian dikempa. Evaluasi Sistem Penghantaran Obat yang diaktivasi oleh pH Evaluasi Tablet 1. Keseragaman Bobot Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang 10 tablet dari masing – masing formula, kemudian dihitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh satu tabletpun bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata –rata yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979). 2. Keseragaman ukuran Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. 3. Penentuan Kandungan obat Kandungan obat dievaluasi dengan cara menimbang 10 tablet dari masing-masing formula, kemudian dihitung berat rata – ratanya. Tablet kemudian dihancurkan hingga menjadi serbuk yang halus kemudian ditimbang seberat equivalen dengan 50 mg Natrium Diklofenak, dilarutkan dalam 50 mL HCl 0,1 N dan dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL. Campuran kemudian diaduk dan dianalisa menggunakan spektrofotemer UVVis pada panjang gelombang 245 nm. Kandungan obat dihitung dengan menggunakan kurva baku. 4. Uji disolusi Matriks tablet ditempatkan pada alat disolusi standar USP. Tes disolusi menggunakan medium larutan HCl 0,1 N selama 2 jam kemudian mediumnya diganti dengan dapar asetat pH 4,5 selama 2 jam. Medium kembali diganti dengan dapar fosfat pH 6,8 hingga 20 jam. Medium yang digunakan masing – masing sebanyak 900 mL dengan kecepatan pengadukan sebesar 50 rpm pada temperature 37oC ± 0,5 oC. 5 mL sampel diambil dari 1 – 20 jam, setiap kali sampling, medium digantikan dengan jumlah yang sama dari medium yang sama. Larutan sampel kemudian diukur pada spektrofotometer UV VIS pada panjang gelombang 200 – 300 nm, dan dihitung menggunakan kurva baku. Keuntungan dan kerugian Sustained Release Menurut artikel world Journal Pharmacy, Sustained Release Matrix System: An Overview, 2018 Keuntungan 1) Meningkatkan kepatuhan pasien 2) Mengurangi frekuenti obat tingkat plasma 3) Pengurangan dosis total 4) Peningkatan kekurangan dalam pengobatan 5) Pengurangan biaya pengobatan Kerugian 1) Dosis pembuangan dapat terjadi dengan formula yang rusak 2) Biaya lebih mahal dari bentuk sediaan konvensional 3) Potensial dikurangi untuk penyesuaian dosis 4) Peningkatan potensi untuk metabolism tingkat pertama 5) Kemungkinan penurunan ketersediaan sistemik 6) Miskin in-vivo dan in-vitro kolerasi 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses dan syarat evaluasi tablet Jawaban Menurut Artikel Konsentrasi Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Granulasi Basah, 2013 Evaluasi Tablet 1. Uji organoleptis Penampilan fisik tablet yang diamati meliputi tidak ada capping, cracking, picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan tablet7 . 2. Uji keseragaman ukuran Sepuluh tablet diukur diameter dan tebal tablet menggunakan jangka sorong. 3. Uji keseragaman bobot Dua puluh tablet ditimbang bersamaan. Dihitung bobot rata-rata tablet dan persen penyimpangan bobot tablet 13 . 4. Uji kerapuhan Dua puluh tablet yang telah dibebasdebukan ditimbang dan dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Bobot tablet yang hilang dihitung dan ditentukan persen nilai kerapuhan tablet. 5. Uji kekerasan Satu tablet diletakkan dengan posisi tegak lulus pada alat hardness tester. Selanjutnya alat penekan diputar sampai tablet pecah. Dibaca skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan Kg . 6. Uji waktu hancur Satu tablet dimasukan pada masing-masing tabung dari keranjang alat disintegration tester, digunakan air bersuhu 37°±2° C sebagai media. Pada akhir pengujian diamati semua tablet, dipastikan semua tablet hancur sempurna. 7. Uji tanggapan rasa Tiga puluh responden ditemui dan diminta untuk merasakan dan memberi tanggapan tentang rasa ketiga formula tablet kunyah yang dibuat, dengan mengisi angket yang disediakan. Menurut Teknologi Sediaan Solid Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018 Serangkaian kegiatan untuk melakukan uji terhadap sediaan tablet ini meliputi: Uji Visual, Uji Keseragaman Bobot, Uji Keseragaman Ukuran, Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur. 1) Uji Visual Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya sangat penting untuk penerimaan konsumen dan pengontrolan keseragaman antara bahan serta antara tablet yang satu dengan yang lain serta memantau pembuatan yang bebas dari kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, mencakup pemeriksaan keseluruhan identitas secara visual yang diberikan oleh tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan umum melibatkan penetapan beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca tanda-tanda pengenal (Lachman, dkk, 1994). 2) Uji Keseragaman Bobot Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (granul atau serbuk) yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat (Ansel, 1989). Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Tabel 3 berikut memperlihatkan penyimpangan bobot rata-rata terhadap tablet. untuk melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet dapat dilakukan menggunakan alat yang bernama Timbangan Analitik.
Sumber : Farmakope Indonesia III, 1979.
Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet menggunakan timbangan analitik adalah sebagai berikut. a. Pilih 20 tablet. b. Timbang 20 tablet tersebut. c. Timbang satu persatu. d. Hitung bobot rata-ratanya. e. Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet f. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B (lihat tabel 3). (Farmakope Indonesia, 1979) 3) Uji Keseragaman Ukuran Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol. Ketebalan tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang berhubungan dengan proses. Pada beban kempa yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan distribusi ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa, dan dengan berat tablet, sementara pada keadaan pengisian die yang konstan, ketebalan bervariasi dengan berubahnya beban kompresi. Ketebalan tablet akan konstan bila granulasi cukup konsisten partikelnya serta ukuran distribusinya, panjang punch konsisten, dan penekan tablet bersih dan bekerja dalam keadaan baik. Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung. Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan memudahkan dalam pengemasan (Lachman, dkk, 1994). Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (Farmakope Indonesia, 1979) Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet dapat dilakukan menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong. Gambar 10 berikut memperlihatkan alat untuk melakukan uji keragaman terhadap ukuran tablet yang berupa Jangka Sorong. Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Farmakope Indonesia, 1976). a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet. b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu. c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet. d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet. 4) Uji Kekerasan Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm 3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester (Ansel, 1989).Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Belakangan ini hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat menjadi sangat penting. Kekuatan tablet merupakan fungsi dari isi die dan gaya kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi, nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan ketebalan tablet berkurang. Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang sangat keras, cenderung akan terjadi cap pada pergesekan, sehingga menghilangkan bagian atas. Alat untuk menguji kekerasan tablet adalah alat uji Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger (Lachman, dkk, 1994). Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu berproduksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya (Ansel, 1989). Untuk melakukan uji kekerasan tablet dapat dilakukan cara manual dan digital. 5) Uji Kerapuhan Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan. Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk, 1994). Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan (Lachman, dkk, 1994). Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, dkk, 1994). Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet, yaitu sebagai berikut: a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil. b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo. c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. d. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil. e. Ditimbang bobot tablet = Wf. f. Hitung persen kerapuhan. 6) Uji Waktu Hancur Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Farmakope Indonesia, 1995) Untuk melakukan uji waktu hancur terhadap tablet dapat dilakukan dengan alat yaitu berupa Desintegrator tester. Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976) adalah sebagai berikut: a. Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml b. Masukkan ke dalam beaker 1 liter c. Pasang beaker pada alat d. Pasang keranjang. e. Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan satu cakram pada tiap tabung f. Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media. g. Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur. h. Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur i. Angkat keranjang. Menurut Pengaruh Variasi Bahan Penghancur terhadap Sifat Fisikokimia dan Disolusi Tablet Aminofilin sebagai Terapi Asma, 2017 Evaluasi Tablet 1. Uji keseragaman ukuran Dilakukan 10 tablet dan diukur tiap tablet diameter dan tebal tablet menggunakan jangka sorong. 2. Uji keseragaman bobot Dilakukan 20 tablet dan ditimbang tiap tablet. Dihitung bobot rata - rata tablet dan hitung persen penyimpangan bobot tablet. 3. Uji kerapuhan Dilakukan 20 tablet yang telah dibebas debukan, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Bobot tablet yang hilang ditimbang dan ditentukan persen nilai kerapuhan tablet. 4. Uji kekerasan Dilakukan 10 tablet dan tiap tablet diletakkan dengan posisi tegak lurus pada alat hardness tester. Selanjutnya alat penekan diputar sampai tablet pecah. Dibaca skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan Kg 5. Uji waktu hancur Dilakukan 6 tablet dan tiap tablet dimasukan pada masing-masing tabung dari keranjang alat desintegration tester, digunakan air dengan suhu 37°±2° C sebagai media. Pada akhir pengujian diamati semua tablet, dipastikan semua tablet hancur sempurna dan dicatat waktu hancur tablet 6. Uji keseragaman kandungan Digerus 20 tablet aminofilin, ditimbang setara dengan 300 mg dan diambil aminoffilin murni ditimbang 300 mg. Dilarutkan dengan NaOH sampai larut kemudian ditambahkan aquades sampai 100 ml labu ukur. Dilakukan pengenceran 10 kali dalam labu ukur 10 ml (Lakukan 3 kali replikasi). Baca absorbansi dengan spektrofotometer UV. 7. Uji Disolusi Dimasukkan tablet aminofillin ke dalam tabung disolusi yang telah berisi 900 ml aquadest. Diambil larutan tiap menit ke-5, 10, 15, 20, 30, 45 dimasukkan ke tabung kosong. Kemudian diisi 5 ml aquadest ke dalam tabung disolusi sebagai penambah volume agar tetap 900 ml pada tabung disolusi (Lakukan 3 kali replikasi). Baca absorbansi dengan spektrofotometer UV dan hitung % disolusi. 5. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Proses Dari Granul Jawaban Menurut Studi Formulasi Tablet Sustained Release Na-Diklofenak Dengan Matriks Eudragit Dan Xanthan Gum Menggunakan Metode Factorial Design, 2018 Pembuatan granul Natrium diklofenak 30 gram dicampur hingga homogen dengan eudragit, xanthan gum, dan laktosa dengan jumlah eudragit, xanthan gum, dan laktosa masing-masing formula terdapat pada Tabel 3 (campuran pertama). Amilum 10 gram dilarutkan dengan akuades 100 mL dan dipanaskan sampai terbentuk mucilago kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran pertama hingga terbentuk massa granul yang baik yaitu 40 mL. Granul diayak menggunakan ayakan nomor 12 kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 60°C. Granul kering diayak menggunakan ayakan nomor 14, kemudian ditambahkan magnesium stearat hingga homogen. Menurut Artikel Konsentrasi Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Granulasi Basah, 2013 Evaluasi Granul 1. Uji distribusi ukuran granul Distribusi ukuran granul diamati dibawah mikroskop. Jenis partikel yang diukur ditentukan apakah termasuk monodispers atau polidispers. Dilakukan grouping. Dibuat grafik distribusi ukuran partikel granul11 . 2. Uji sifat alir a. Uji sudut diam Diameter dan tinggi tumpukan kerucut 100 gr granul yang terbentuk dari mengalirkan granul melalui corong diukur dan dihitung besar sudut diam granul b. Uji pengetapan dan kompresibilitas Granul dimasukkan secara perlahan kedalam alat volumeter. Dihentakkan mesin pengetap sebanyak 10 hentakkan. Dicatat perubahan volume yang terjadi. Diulangi sebanyak 10 hentakkan lagi, hingga volume granul tidak berubah lagi. Dihitung indeks pengetapan granul. Dari data uji pengetapan dihitung persen kompresibilitas granul. 2.3.3 Uji susut pengeringan granul Granul sebanyak 1 gr dimasukkan ke dalam krusibel yang sudah dikeringkan pada suhu 105°C selama 30 menit. Krusibel berisi granul dikeringkan pada suhu 105°C hingga bobot granul konstan. Menurut Menurut Pengaruh Variasi Bahan Penghancur terhadap Sifat Fisikokimia dan Disolusi Tablet Aminofilin sebagai Terapi Asma, 2017 Evaluasi Granul 1. Uji waktu dan kecepatan alir Granul dimasukkan kedalam corong kemudian dibuka penutup corong lalu catat waktu granul mengalir dengan stopwatch. Hitung kecepatan alir dan waktu alir. Dilakukan 3 kali replikasi. 2. 2. Uji sudut istirahat Diameter dan tinggi tumpukan kerucut 50 gram granul yang terbentuk dari mengalirkan granul melalui corong diukur dan dihitung besar sudut diam granul. Dilakukan 3 kali replikasi. 3. Uji tapping density Granul dimasukkan secara perlahan ke dalam alat volumeter. Dihentakkan mesin pengetap sebanyak 100 hentakkan. Dicatat perubahan volume yang terjadi. Diulangi sebanyak 8 hentakkan lagi, hingga volume granul tidak berubah lagi. Dari data uji tapping density dihitung persen kompresibilitas granul dan Rasio Hausner. Dilakukan 3 kali replikasi. 4. Uji Kelembaban Granul minimal 500 mg dimasukkan ke loyang dalam alat moisture balance kemudian ditunggu sampai lampu mati yang menunjukkan proses telah selesai. Dilakukan 3 kali replikasi.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan stabilitas bahan di skenario
Jawaban Menurut Pharmaceutical excipents 5th Edition 1) Etil sellulosa Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan Etilselulosa adalah bahan yang stabil, sedikit higroskopis. Secara kimiawi bahan ini tahan terhadap alkali, baik encer dan pekat, dan terhadap larutan garam, meskipun lebih sensitif terhadap bahan asam daripada ester selulosa. Etilselulosa dapat mengalami degradasi oksidatif dengan adanya sinar matahari atau sinar UV pada suhu tinggi. 2) Primogel Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan Tablet yang disiapkan dengan natrium pati glikolat memiliki sifat penyimpanan yang baik. (23-25) Natrium pati glikolat stabil dan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat untuk melindunginya dari berbagai variasi kelembaban dan suhu, yang dapat menyebabkan pengerasan. Sifat fisik natrium pati glikolat tetap tidak berubah hingga 3-5 tahun jika disimpan pada suhu dan kelembaban sedang. 3) Talk Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan Bedak adalah bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada 1608C selama tidak kurang dari 1 jam. Ini juga dapat disterilkan dengan paparan etilen oksida atau iradiasi gamma. Talk harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik di tempat yang sejuk dan kering. 4) Magnesium Stearat Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan Magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. 5) Emcompress Penyimpanan Kalsium fosfat dibasic anhidrat adalah bahan nonhygroscopic, relatif stabil. Di bawah kondisi kelembaban tinggi itu tidak terhidrasi untuk membentuk dihidrat. Bahan curah harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat yang kering. 6) Laktosa Pertumbuhan jamur dapat terjadi dalam kondisi lembab (80% RH dan di atas). Laktosa dapat mengembangkan warna cokelat pada penyimpanan, reaksi dipercepat oleh kondisi hangat dan lembab; lihat Bagian 12. Pada 808C dan 80% RH, tablet yang mengandung laktosa anhidrat telah terbukti berkembang 1,2 kali setelah satu hari. Laktosa anhidrat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. 7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari pembuatan tablet sustained release Jawaban Menurut studi formulasi tablet sustained release Na-diklofenak dengan matriks eudragit dan xanthan gum menggunakan metode factorial design, 2018 Obat dengan rute oral banyak dipilih dikalangan masyarakat dibandingkan jenis rute lainnya. Seiring berkembangnya teknologi sediaan rute oral semakin berinovasi, salah satunya yaitu tablet dengan sistem lepas lambat (sustained release). Menurut Yadav and Jain (2012), sediaan lepas lambat mengendalikan profil pelepasan obat dalam saluran cerna agar mengurangi efek samping obat. Natrium diklofenak merupakan salah satu obat antiinflamasi non steroid yang bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yaitu COX-1 dan COX-2.Obat tersebut diindikasikan untuk mengobati nyeri dan berbagai macamperadangan seperti artitis (Dipiro, 2008). Menurut Katzung (2004), natrium diklofenak mempunyai waktu paruh pendek yaitu 1-3 jam. Obat yang mempunyai waktu paruh pendek, dieliminasi lebih cepat dari sirkulasi darah sehingga membutuhkan frekuensi pemberian yang lebih sering (Ma et al., 2008). Peningkatan frekuensi pemberian obat memicu timbulnya fluktuasi kadar obat dalam darah dan terjadinya kegagalan pelepasan obat sehingga menurunkan kepatuhan pasien dan terapi menjadi tidak efisien (Saha and Ray, 2013). Menurut Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak Dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 Sh 4000, 2015 Obat anti inflamasi golongan non steroid yang diberikan secara oral, biasanya memiliki waktu paruh yang pendek. Oleh karena itu, untuk menjaga efek farmakologis, maka obat harus diberikan berulang kali dalam interval waktu yang pendek. Bentuk sediaan dengan sistem pelepasan terkendali merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menjamin ketersediaan obat dalam jumlah terapi yang cukup untuk waktu tertentu dan meningkatkan kepatuhan pasien. Modifikasi sediaan obat telah banyak dikembangkan untuk memperbaiki laju pelepasan zat aktif, sehingga pelepasan obat terkendali dengan tujuan memperpanjang kerja obat. Salah satu metode yang dikembangkan untuk memodifikasi pelepasan obat adalah dengan membuat sediaan sustained release. Sediaan sustained release menyediakan dosis terapeutik awal yang diikuti dengan pelepasan gradual dalam waktu lama. Tujuan sediaan ini untuk mencapai kadar terapeutik dalam darah dalam waktu yang cepat, kemudian mempertahankan kadar tersebut dengan pelepasan berkelanjutan pada kisaran terapeutik. Pada umumnya bentuk sediaan sustained release dirancang untuk pemakaian satu unit dosis tunggal. Hal ini ditujukan untuk menyajikan pelepasan segera sejumlah obat setelah pemakaiannya secara tepat sehingga menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan, biasanya 8 sampai 12 jam. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengurangi pemberian unit dosis 8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi dan komposisi rancangan formula di skenario Jawaban Meunurut artikel Menurut Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000, 2015 Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi non steroid yang umumnya digunakan untuk penderita radang sendi. Menurut Pharmaceutical excipents 5th Edition 1) Etil sellulosa a. Functional Category Bahan pelapis; fiksatif penyedap; pengikat tablet; pengisi tablet; agen penambah viskositas b. Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi Etilselulosa banyak digunakan dalam formulasi farmasi oral dan topikal; Penggunaan utama etilselulosa dalam formulasi oral adalah sebagai zat pelapis hidrofobik untuk tablet dan granula. (1–8) Pelapis etilselulosa digunakan untuk memodifikasi pelepasan obat, (7-10) untuk menutupi rasa tidak enak. , atau untuk meningkatkan stabilitas formulasi; misalnya, di mana butiran dilapisi dengan etilselulosa untuk menghambat oksidasi. Formulasi tablet yang dimodifikasi juga dapat diproduksi menggunakan etilselulosa sebagai pembentuk matriks. 2) Primogel Sodium Starch Glycolate Sinonim Pati karboksimetil, garam natrium; Explosol; Explotab; Glycolys; Primojel; pati karboksimetil eter, garam natrium; Tablo; Vivastar P. a. Kategori Fungsional Tablet dan kapsul hancur. b. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi Sodium starch glikolat banyak digunakan dalam obat-obatan oral sebagai disintegrasi dalam kapsul (1-6) dan formulasi tablet. (7-10) Ini biasanya digunakan dalam tablet yang dibuat dengan kompresi langsung (11-13) atau proses granulasi basah. konsentrasi biasa yang digunakan dalam formulasi adalah antara 2% dan 8%, dengan konsentrasi optimal sekitar 4%, walaupun dalam banyak kasus 2% cukup. Disintegrasi terjadi oleh pengambilan air yang cepat diikuti oleh pembengkakan yang cepat dan sangat besar. 3) Talk a. Kategori Fungsional Agen anticaking; glidant; tablet dan pengencer kapsul; tablet dan pelumas kapsul. b. Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi Talc pernah digunakan secara luas dalam formulasi dosis padat oral sebagai lubricant dan diluent meskipun saat ini lebih jarang digunakan. Namun, ini banyak digunakan sebagai penghambat disolusi dalam pengembangan produk pelepasan terkontrol. Talk juga digunakan sebagai lubricant dalam formulasi tablet; dalam pelapisan bubuk baru untuk pelet pelepasan yang diperpanjang; dan sebagai adsorbant. 4) Magnesium Stearat a. Kategori Fungsional Lubricant Tablet dan kapsul. b. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b/b. Ini juga digunakan dalam krim penghalang. 5) Emcompress Kalsium Fosfat, Dibasic Anhydrous Sinonim A-TAB; kalsium monohidrogen fosfat; kalsium ortofosfat; Di-Cafos AN; dicalcium orthophosphate; E341; Emcompress Anhidrat; Fujicalin; garam kalsium asam fosfat (1: 1); kalsium fosfat sekunder. a. Kategori Fungsional Diluents Tablet dan kapsul. b. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi Digunakan dalam produk farmasi karena sifat kompaksi, dan sifat aliran yang baik dari bahan kelas kasar. Mekanisme deformasi yang dominan dari kalsium fosfat dibasat anhidrat berkadar kasar adalah fraktur rapuh dan ini mengurangi ketegangan Tingkat sensitivitas bahan, sehingga memungkinkan transisi yang lebih mudah dari laboratorium ke skala produksi. Namun, tidak seperti dihydrate, kalsium fosfat dibasic anhidrat ketika dipadatkan pada tekanan yang lebih tinggi dapat menunjukkan laminasi dan pembatasan. 6) Laktosa a. Kategori Fungsional Binding agent; eksipien tablet langsung kompresif; bantuan liofilisasi; tablet dan pengisi kapsul. b. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi Laktosa anhidrat banyak digunakan dalam aplikasi tablet kompresi langsung dan sebagai tablet dan pengisi kapsul dan pengikat. Laktosa anhidrat dapat digunakan dengan obat yang sensitif terhadap kelembaban karena kadar airnya yang rendah. Menurut teknologi sediaan solid Kemenkes RI, 2018 Bahan tambahan dalam formulasi tablet: a. Zat pengisi, digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok. b. Zat pengikat, digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20% b /v, larutan Metilcellulosum 5% b /v. c. Zat penghancur, digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan. Zatzat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat. d. Zat pelicin, digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan. Zat- zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b /b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat The International Pharmaceutical Excipients Council (IPEC) mendefinisikan Pharmaceutical excipients sebagai substansi selain obat atau prodrug yang telah dievaluasi keamanannya dan dimaksudkan untuk sistem penghantaran obat untuk berbagai tujuan berikut: 1. Untuk membantu selama proses pembuatan 2. Melindungi, mendukung dan meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas 3. Membantu dalam identifikasi produk 4. Meningkatkan keamanan dan efektifitas produk selama distribusi dan penggunaan BAHAN TAMBAHAN YANG UMUM DIGUNAKAN : a. Bahan pengisi /Fillers / Diluent Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi dapat dibagi berdasarkan katagori: material organik (karbohidrat dan modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya), serta coprocessed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi. Tabel 1. Macam-macam bahan pengisi tablet Tidak Larut Larut Kalsium sulfat Laktosa (diskenario) Kalsium fosfat, dibasic dan tribasik Sukrosa Kalsium karbonat Dektrosa Amilum Mannitol Modifikasi amilum Sorbitol Mikrokritalin selulosa b. Pengikat / Binders Binders atau bahan pengisi dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan efektif). Bahan pengikat secara umum dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik dan gula. Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. Tabel 2. Pengikat yang biasanya digunakan dalam granulasi basah Nama Konsentrasi pelarut (% dalam formula) Selulosa mikrokristalin 10-50 Air Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air CMC Na 2-7 Alcohol HPC 2-5 Alkohol, air HPMC 1-3 Air MC 2-5 Air HEC 10-25 Air (pasta) EC 2-20 Air PVP 5-10 Air Gelatin 5-10 Air Gom Alam c. Penghancur /Disintegrans Bioavailabilitas suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka ditambahkan disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet. Bahan penghancur dapat ditambahkan langsung (pada kempa langsung) atau dapat ditambahkan secara intragranular, ekstragranular serta kombinasi intra-ekstra pada granulasi. Aksi bahan penghancur dalam menghancurkan tablet, ada beberapa mekanisme, yaitu: aksi kapiler,swelling/pengembangan, heat of wetting, particle repulsive forces, deformation, release of gases,enzymatic action. Tabel 4. Jenis dan konsentrasi bahan penghancur Disintegrant Konsentrasi (%) Amilum 5-20 Amilum 1500 5-15 Avicel (mikrokristalin selulosa) 5-10 Solka floc 5-15 Asam alginat 5-10 Explotab (sodium starch glycolate) 2-8 Gom guar 2-8 Policlar AT (Crosslinked PVP) 0,5-5 Amberlite IPR 88 0,5-5 Metilselulosa, CMC, HPMC 5-10 d. Bahan pelican Bahan pelicin sebagai eksipien mempunyai 3 fungsi, yaitu: 1) Lubricants Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya dalam air yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya. Tabel 5. Lubrikan yang biasa digunakan pada sediaan tablet Jenis Lubricants Konsentrasi(%) Water insoluble lubricants Stearates(Magnesium Stearate, Calcium 0,25-1 Stearate, Sodium stearate) Talc 1-2 Sterotex 0,25-1 Waxes 1-5 Stearowet 1-5 Glyceryl behapate(Compritol®888) 1-5 Liquid paraffin Sampai 5 Water soluble lubricants Boric acid 1 Sodium benzoate, Sodium oleate, Sodium 5 acetate Sodium Lauryl sulfate (SLS) 1-5 Magnesium lauryl sulfate (MLS) 1-5 2) Glidants Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet. Tabel 6. Tipe dan jumlah glidan yang biasa digunakan Glidants Konsentrasi (%) Logam stearat <1 Asam stearat 1-5 Talk 1-5 Amilum 1-10 Natrium benzoat 2-5 Natrium klorida 5-20 Natrium dan magnesium lauril 1-3 sulfat 2-5 PEG 4000 dan 6000 3) Antiadherents Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadherent yang sangat baik. Tabel 7. Daftar antiadherent yang biasa digunakan Jenis antiadherents Konsentrasi (% b/b) Talk 1-5 Magnesium stearat <1 Amilum jagung 3-10 Colloidal silica 0,1-0,5 DL-Leucine 3-10 Natrium lauril sulfat <1 Kesimpulan Fungsi Komposisi bahan pada skenario 1) Natrium Diklofenak : zat aktif 2) Etil Selulosa N-100 : matriks 3) Primogel : penghancur 4) Talk : glidan, lubrikan dan antiadherent 5) Mg Stearat : Lubrikan dan antiadherent 6) Emcompress + lactose : pengisi