LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
a) Keluhan Utama
Ny. S datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan diare sejak 1 hari
yang lalu.
Vital Sign
Thorax
Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri)
Suara ronkhi : -/- (tidak terdengar di lapang paru kanan dan kiri)
Extremitas
c) Oedem : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1.1 Hasil Laboratorium 05-11-2016
Pemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Ureum 12 10-50
SGOT 19 <31
SGPT 15 <32
III. PENATALAKSANAAN
a) Infus RL 20 tpm
b) Injeksi Ondancentron 1 ampul
c) Injeksi Omeprazole
d) Zinc 1 x 20 mg
e) New Diatab 2 tablet/BAB
f) Ceftriaxone 3 x 1
g) Paracetamol 500 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode
diare berat (Simatupang, 2004).
Etiologi
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin
melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui
jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna, 1993). Mikroorganisme
penyebab diare akut karena infeksi seperti dibawah ini.
Tabel 2.1 Kuman penyebab diare akut karena infeksi
Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat
dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida
(inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa), Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena
makanan, dan diare karena faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et al.,
2000).
Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui. Terdapat 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Penyebab utama oleh virus adalah
rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus norwalk, astrovirus,
calcivirus, coronavirs, minirotavirus, dan virus bulat kecil (Depkes RI, 2005).
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi
namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab
utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba
histolytica (Depkes RI, 2000).
Patogenesis
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini
menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Setelah terpapar dengan
agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan
menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang
rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel
gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan
dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus
dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan
ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan
terjadilah diare.
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut: 1)
Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan dan
elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak; 4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di
enterosit; 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6) gangguan permeabilitas
usus; 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;8) Infeksi dinding usus,
disebut diare infeksi (Setiawan, 2006).
Diare sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia
colli (Setiawan,2006).Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini
didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier hati (Ellen et al,. 2007).
Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+ K+ ATP ase di
enterosit dan diabsorbsi Na+ dan air yang abnormal (Ellen et al,. 2007).
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas
dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di
usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca
vagotomi, hipertiroid (Elain et all., 2008).
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus (Setiawan,2006).
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron) . (Setiawan, 2006)
Diare infeksi; infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dilihat dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak
merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan
diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut diare toksigenik. Contoh
diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yangdihasilkan kuman Vibrio cholera
atau eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat, air,
natrium, ion, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium
(diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding
sel usus (Setiawan, 2006).
Faktor Resiko
Faktor yang dapat menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor perilaku
masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi.
Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana air bersih yang
kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan sesudah buang air
besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi ASI secara penuh
4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko untuk menderita diare
lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
diare.
Klasifikasi
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkann :
1. Menurut lama waktu diare:
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini
disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam
disertai diare. Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit
mononuclear. Mikrooragnisme penyebab biasanya S.thypi, S.parathypi
A,B, S.enteritidis, S.cholerasuis, Y.enterocolitidea, dan C.fetus.
Tabel 2.2 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Watery Bloody, mukus Mukus
Gambaran Tinja :
Volume >>
Volume sedang Volume sedikit
Demam sit(-)(-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) PMN
Leukosit (+)/(-)MN
Leukosit
Dehidrasi (+++) (+) (+)/(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Gambaran Klinis
Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari disertai dengan
demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat disertai dehidrasi.
Muntah-muntah hampir selalu disertai diare akut, baik yang disebabkan bakteri atau
virus V. Cholerae. E. Coli patogen dan virus biasanya menyebabkan watery diarrhea
sedangkan campylobacter dan amoeba menyebabkan bloody diarrhea (Manson’s,
1996).
Gambaran klinis diare akut yang disebabkan infeksi dapat disertai dengan muntah,
demam, hematosechia, berak-berak, nyeri perut sampai kram(Triadmodjo, 1993).
Karena kehilngan cairan maka penderita merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah/ mulut kering, tulang pipi menonjol, turgor berkurang, suara
serak. Akibat asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan cepat,
gangguan kardiovaskuler berupa nadi yang cepat tekanan darah menurun, pucat,
akral dingin kadang-kadang sianosis, aritmia jantung karena gangguan elektrolit,
anura sampai gagal ginjal akut(Sudigbya, 1992; Triadmodjo, 1993).
Gejala diare akut dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
c) Fase pemulihan : gejala diare dan kolik abdomen berkurang, disertai fatigue.
(Kolopaking, 2002; Joan et al,. 1998).
Dalam praktek klinis sangat penting dalam membedakan gejala antara diare yang
bersifat inflamasi dan diare yang bersifat noninflamasi. Berikut ini yang perbedaan
diare inflamasi dan diare non inflamasi.
Tabel 2.3 Manifestasi yang membedakan diare inflamasi dan noninflamasi
SKOR
Yang dinilai
A B C
Gelisah,
Keadaan umum Baik Lesu/haus lemas,mengantuk
hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Takikard Nadi
Takikardi sangat lemah Takikardi Nadi tak
Hemodinamik Nadi Volume kolaps teraba Akral dingin,
lemah Hipotensi sianosis
ortostatik
Bila pasien umum dalam keadaan baik tidak dehidrasi, asupan cairan
yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan
keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau strach harus
diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada
cairan intravena. Cairan oral antara lain; pedialit, oralit dll cairan infus a.l
ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan dan status hidrasi (Setiawan, 2006).
b) Diet
Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan kandungan
glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30 mEq/L, kalium 20-25 mEq/L,
dan osmolalitas 200-310 mOsm/L.
Banyak cairan tidak cocok digunakan sebagai cairan pengganti, misalnya jus
apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam karena mengandung glukosa terlalu
tinggi dan atau rendah natrium. Cairan pengganti yang tidak tepat akan
menciptakan diare osmotik, sehingga akan makin memperburuk kondisi
dehidrasinya.
2) Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50 mL/ kgBB untuk setiap kilogram berat
badan di atas 10 kg
3) Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 mL/ kgBB untuk setiap kilogram berat
badan di atas 20 kg
Tabel 2.6 Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut
Ny. S datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan diare cair seperti keran sejak
1 hari yang lalu sebanyak > 6 kali gelas belimbing. Diare tidak disertai lendir dan darah.
Pasien tidak mengeluhkan demam dan muntah, tapi pasien mengeluh mual. Pasien juga
mengeluhkan lemas dan pusing nggliyer. Pasien mengatakan bahwa beliau mengalami
penurunan nafsu makan dan minum. Ditemukan juga adanya denyut nadi takikardi dan
mukosa mulut kering yang merupakan beberapa tanda dan gejala dari diare akut dengan
dehidrasi ringan-sedang. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Ny. S didiagnosis dengan
gastroenteritis akut atau biasa disebut dengan diare akut dengan komplikasi dehidrasi
ringan-sedang.
Daftar Pustaka
http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_224PraktisStrategi%20Terapi%20Cairan%20pa
da%20Dehidrasi.pdf (di akses tanggal 8 November 2016)
Simatupang,2004,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23245/4/Chapter%20I
I.pdf (di akses tanggal 8 November 2016)
Suzanna 1. Park and Ralph A. Giannela Approach to the adult patient with acute diarrhoea
In: Gastroenerology Clinics of North America. XXII (3). Philadelphia. WB Saunders.
1993.