2-1
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2.1.2 Demografi
Penduduk JABODETABEK terus bertumbuh dengan pesat, pada tahun 1990 jumlahnya
17 juta, meningkat menjadi 21 juta pada tahun 2000, 24 juta pada tahun 2005, dan
diperkirakan telah mencapai 28 juta pada tahun 2010. Peningkatan yang terjadi adalah
sebesar 1.2 kali lipat pada dekade millenium terakhir ini (1990 – 2000) pada rata-rata
pertumbuhan 2.1 % per tahun, selain itu menjadi 12% pada periode 5 tahun berikutnya
(2000 – 2005) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.4% per tahun, dan bertambah
19% pada lima tahun terakhir (2005 – 2010) pada tingkat pertumbuhan rata-rata 3.5% per
tahun.
Pertumbuhan pesat terjadi di wilayah Tangerang dan Bekasi. Rata-rata pertumbuhan
penduduk di wilayah-wilayah ini adalah 4.7 % per tahun dan 4.8% per tahun secara
berurutan, hamper tiga kali lipat rata-rata pertumbuhan nasional yang berkisar 1.6% per
tahun. Selain itu, wilayah Bogor juga meningkat dengan rata-rata pertumbuhan yang
sangat tinggi yakni 4.2% per tahun. Situasi ini menunjukkan pesatnya pertumbuhan
penduduk di luar wilayah DKI Jakarta, yang juga bertumbuh lebih pesat sebelum krisis
ekonomi tahun 1997. Sebenarnya, jumlah penduduk di DKI Jakarta dari tahun 1990
sampai dengan tahun 2000 meningkat pada awalnya menjadi 9.1 juta pada tahun 1995,
namun kemudian berkurang karena adanya tenaga-tenaga kerja yang bermigrasi akibat
dampak resesi yang diikuti dengan krisis ekonomi pada tahun 1997. Bagaimanapun juga,
jumlah penduduk di DKI Jakarta mulai meningkat kembali setelah tahun 2005, dengan
rata-rata yang hampir sama dengan rata-rata pertumbuhan nasional 1.6% per tahun.
Bogor 3,381 3,949 5,300 6,095 7,461 3.0 2.8 4.2 1,568 1,803 2,207
Tangerang 1,260 2,724 4,100 4,711 5,923 4.2 2.8 4.7 3,254 3,739 4,700
Bekasi 1,284 2,073 3,200 3,977 4,965 4.4 4.4 4.8 2,492 3,097 3,867
Total 6,581 16,956 20,964 23,622 27,936 2.1 2.4 3.5 3,186 3,589 4,245
Indonesia 1,919,440 177,385 206,264 219,210 237,641 1.5 1.2 1.6 107 114 124
% thd Nasional 0.3 9.6 10.2 10.8 11.8 - - - - - -
Sumber: Statistik Tahunan Indonesia 1998, Survey Penduduk Antar Sensus 2005, Sensus 2010, BPS
2-2
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
9,587
9,588
10,000
DKI Jakarta 9,113
8,839
9,000 B o go r 8,210 8,364
B ekasi
6,503
7,000
6,095 5,940
Population (,000)
5,923
6,000 5,300
5,063
4,711
5,000 4,579 4,100
3,949
3,412 5,021
4,965
4,000
2,741 2,724
3,000 3,977
1,529 3,200
2,000 1,863 2,637
2,073
1,000 831
1,067
1,143
0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Sumber: Statistik Tahunan Indonesia 1998, Survey Penduduk Antar Sensus 2005, Sensus
2010, BPS
Gambar 2.3.1 menunjukkan distribusi kepadatan penduduk per kelurahan. Wilayah-
wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi berada di sekitar DKI Jakarta dan
perbatasan dengan wilayah Kota Bogor. Kepadatan penduduk juga telah menunjukkan
tren pertumbuhan yang meningkat di Kabupaten pada wilayah barat dan selatan, di luar
DKI Jakarta terutama yang berada di sepanjang jalan-jalan arteri primer. Namun demikian,
kepadatan penduduk di Kabupaten Tangerang secara relatif masih cukup tinggi
dibandingkan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor, dimungkinkan karena
kedekatannya dengan Bandara Soekarno-Hatta.
2-3
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2.1.3 Ekonomi
JABODETABEK adalah daerah pusat pertumbuhan terbesar di Indonesia di mana 40%
dari keseluruhan investasi asing terkonsentrasi di wilayah tersebut. Perekonomian
JABODETABEK diperhitungkan 25% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
pada tahun 2008; sekalipun jumlah penduduknya hanya berkisar 12% dari jumlah
nasional.
Pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) JABODETABEK secara
rata-rata relatif stabil pada kisaran 6% per tahun sejak tahun 2003. Selain itu,
pertumbuhan PDRB per wilayahnya juga memiliki kisaran yang mirip (lihat Gambar 2.1.4).
Gambar 2.1.5 menunjukkan tren historis PDB konstan dalam kurun dua puluh tahun
terakhir, dari tahun 1991 hingga tahun 2010. Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997,
pertumbuhannya menurun tajam, namun membaik dari resesi dalam lima tahun kemudian
pada tingkatan yang sama dengan ketika sebelum tahun 1997.
2-4
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.1.4 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (Triliun Rupiah, Harga 2000)
IDR Trillions
Sumber: BPS DKI Jakarta, BPS Provinsi Banten, BPS Provinsi Jawa Barat
Gambar 2.1.5 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia 1991 – 2010 (Harga 2000)
2-5
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.1.3 Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Tidak
Termasuk Militer dan Diplomat)
Mobil
(Kecuali Bogor)
Wilayah Studi
Total 1,649 3,260 7,230 9,648 97 156 306 369 7.1 17.3 10.1
Motor 6,083 13,563 28,556 47,684 34 66 130 207 8.3 16.1 18.6
Mobil
1,313 3,039 5,494 9,860 7 15 25 43 8.8 12.6 21.5
Penumpang
Indonesia
Total 8,889 18,975 38,156 65,273 50 92 174 284 7.9 15.0 19.6
2-6
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.1.6 Pertumbuhan Kendaraan Terdaftar di DKI Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Tidak Termasuk Militer dan Diplomatik)
2.1.5 Kemiskinan
Indikator kemiskinan menunjukkan bahwa kondisi penduduk di wilayah studi secara umum
dalam banyak hal dapat dikatakan lebih baik dari penduduk Indonesia lainnya, namun
demikian tidak berlaku untuk garis kemiskinan. Sebagai gambaran, garis kemiskinan di
Indonesia adalah Rp.211,726/bulan. Namun, hanya DKI Jakarta yang melampaui tingkat
garis kemiskinan tersebut, sedangkan kota/kabupaten lainnya di JABODETABEK justru
berada di bawah tingkatan nasional tersebut.
Di dalam JABODETABEK area yang secara relatif memiliki prosentase penduduk miskin
yang tinggi adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi serta Kabupaten
Tangerang, yang umumnya merupakan kelompok penduduk pedesaan.
2-7
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Studi Road Pricing Jakarta di Republik Indonesia, 2008, Japan External Trade Organization
(JETRO)
2-8
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) untuk Kawasan Jabodetabekpunjur, 2008
2-9
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.2.1 Daftar Isi UU No14 Tahun 1992 dan UU No. 22 Tahun 2009
UU No. 14 Tahun 1992 UU No. 22 Tahun 2009
Lalulintas dan Angkutan Jalan Lalulintas dan Angkutan Jalan
1. Ketentuan Umum 1. Ketentuan Umum
2. Prinsip dan Tujuan 2. Prinsip dan Tujuan
3. Arahan 3. Keberlakuan Undang-Undang
4. Infrastruktur 4. Arahan
5. Kendaraan 5. Implementasi
6. Pengemudi 6. Jaringan Lalulintas dan Transportasi
7. Lalulintas 7. Kendaraan
8. Angkutan 8. Pengemudi
9. Lalulintas dan Angkutan untuk 9. Lalulintas
Penyandang Cacat 10. Transportasi
10. Dampak lingkungan 11. Keamanan, Keselamatan Lalulintas dan Transportasi Darat
11. Pemindahan asset ke Pemerintah 12. Dampak Lingkungan
Daerah 13. Pembangunan Industri, Teknologi, Fasilitas Lalulintas dan Angkutan
12. Investigasi Umum
13. Kode kriminal 14. Kecelakaan Lalulintas
14. Ketentuan tambahan 15. Lalulintas dan Angkutan untuk Pengguna Jalan Khusus (cacat, manula,
15. Ketentuan peralihan anak-anak, ibu hamil dan orang sakit)
16. Ketentuan akhir 16. Sistem Informasi dan Komunikasi Lalulintas dan Transportasi
17. Sumber Daya Manusia
18. Partisipasi Masyarakat
19. Investigasi dan Tuntutan Terhadap Pelanggaran Lalulintas
20. Kode kriminal
21. Ketentuan peralihan
22. Ketentuan akhir
Sumber: Hasil Kompilasi Tim Studi
Revisi undang-undang yang diformulasikan antara lain dari sejumlah sudut pandang
berikut1;
• Desentralisasi: sistem pemerintahan telah didelegasikan dari sistem terpusat menjadi
sistem yang terdesentralisasi, sehingga tata kelola pelayanan transportasi akan juga
mengalami perpindahan kewenangan dari pusat kepada pemerintah daerah,
sementara itu jika dibandingkan dengan pasal-pasal pada undang-undang sebelumnya,
perbedaanya adalah di undang-undang lama tersebut aspek-aspek terkait infrastruktur
jalan, pembangunan dan manajemen angkutan masih menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat.
• Disesuaikan untuk merestrukturisasi Polisi Nasional: undang-undang lama
diformulasikan sebelum proses restrukturisasi dan refungsionalisasi kepolisian nasional,
yang mana pada waktu itu masih menjadi bagian dari tentara nasional. Sedangkan
saat ini, Kepolisian berada dibawah komando sipil dan tidak lagi menjadi bagian dari
tentara nasional. Amandemen konstitusi 1945 dilakukan untuk memisahkan fungsi
antara pertahanan dan keamanan. Berdasarkan ketentuan pasal 30 ayat (4), polisi
diposisikan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban
nasional melalui perlindungan, penjagaan, pelayanan masyarakat dan menegakkan
peraturan. Peraturan lebih lanjut dari ketentuan konstitusi ini adalah Undang-Undang
No.2 Tahun 2002 tentang Polisi Nasional Indonesia.
1
No.260/KKl/yyVII/2008 Academic Paper for Law LLAJ. December 2, 2008. National Police.
(http://www.komisikepolisianindonesia.com)
2-10
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
• Konsisten dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku: Sejak tahun 1992,
Undang-undang dan peraturan tentang perangkutan lainnya telah mengalami
perubahan, sehingga hal ini memerlukan penggabungan antara perubahan-perubahan
tersebut dengan undang-undang lalulintas dan angkutan jalan yang baru di revisi.
Undang-undang terkait tersebut antara lain,
- Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
- Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polisi Nasional; dan
- Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
• Batasan yang jelas tentang tugas-tugas di antara institusi: undang-undang baru
ditujukan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai keamanan lalulintas jalan
serta undang-undang penegakan hukum, sehingga diharapkan tidak akan terjadi
konflik kepentingan dalam penanganannya di antara setiap institusi yang terkait, dan
hal tersebut juga ditujukan untuk menghilangkan zona abu-abu (ketidakjelasan)
mengenai proses hukum, prosedur administratif, dan aspek-aspek teknis terkait
infrastruktur jalan dan lalulintas.
• Pengendalian yang efektif terhadap pelayanan transportasi umum: Dalam rangka
menjamin keamanan dan keselamatan penumpang, undang-undang baru memberikan
ilustrasi yang lebih eksplisit bahwa kewenangan pengendalian pelayanan transportasi
umum harus dilakukan oleh pemerintah: termasuk menjamin bahwa angkutan umum
layak, aman, nyaman, dan pelayanan operatornya memenuhi standar pelayanan
minimum untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum oleh masyarakat, terutama
mendorong mereka untuk beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum, sehingga
jumlah kendaraan di jalanan dapat berkurang.
• Meningkatkan kualitas kemampuan teknis dan perilaku mengemudi para pengemudi:
Surat izin mengemudi harus disesuaikan dengan ukuran kendaraan, sementara
kemampuan teknis serta perilaku mengemudi harus dikontrol pada saat proses
pengurusan surat izin mengemudi. Undang-undang baru memberikan penekanan yang
lebih besar pada sudut pandang kemampuan teknis pengemudi dan sistem surat izin
mengemudi.
Tabel 2.2.2 menunjukkan perbedaan mendasar antara UU No.14 tahun 1992 dengan UU
No.22 tahun 2009 dalam konteks ini.
Tabel 2.2.2 Perbedaan Utama UU No.14 tahun 1992 dan UU No.22 Tahun 2009
Perihal UU No.14 Tahun 1992 UU No.22 Tahun 2009
1. Institusi yang Relevan Tidak dijelaskan secara eksplisit Kementerian Pekerjaan Umum
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perindustrian
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Polisi Nasional
“UU tidak menjelaskan secara spesifik nama-nama
institusi di atas, namun mengindikasikannya melalui
penjabaran tugas-tugas yang terkait dengan institusi-
institusi tersebut.
2. Forum Lalulintas dan Tidak ada pernyataan Pasal 13
Angkutan Jalan Pembentukan forum sebagai perwakilan koordinasi di
antara setiap institusi, badan, akademisi dan masyarakat
umum.
2-11
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-12
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.2.3 Draft Peraturan Pemerintah Mengacu Pada UU No.22 Tahun 2009
Draft Peraturan Pemerintah Pasal Acuan Dalam UU No. 22 Tahun 2009
Peraturan Pemerintah yang direncanakan diselesaikan pada tahun 2011
2-13
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-14
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-15
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-16
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
pusat, serta institusi-institusi serupa pada tingkat pemerintah daerah kecuali BPPT, dan 2)
memperkuat dan mempermudah implementasi pelayanan angkutan jalan.
Forum ini akan dibentuk dalam kerangka struktur admnistratif pemerintahan, termasuk
tingkat nasional, provinsi, kota dan kabupaten, selain itu tidak hanya dibagi berdasarkan
struktur administratifnya, namun juga akan dibagi berdasarkan klasifikasi jalan.
Pembagian forum dalam sistem yang demikian karena kedudukan lembaga dalam
konteks kelompok administrasi jalan dianggap berbeda satu dengan yang lain, dalam
perencanaan perkotaan dan pedesaan. Selain itu, forum ini lebih berorientasi sebagai
badan koordinasi untuk institusi-institusi pemerintah.
2-17
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-18
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Pada awalnya, OTJ dimaksudkan untuk menjadi lembaga dengan otoritas yang relatif
tinggi untuk mengimplementasikan misi-misinya, untuk merealisasikan keterpaduan
masterplan transportasi dan untuk mengembangkan pelayanan transportasi public di
Jabodetabek; Selain itu, lembaga ini juga didirikan untuk menjadi wadah koordinasi dan
pengelolaan dari misi-misi di atas.
Berdasarkan draft peraturan presiden yang diserahkan pada pihak yang berkepentingan,
otoritas transportasi tersebut didirikan dengan sejumlah pertimbangan antara lain;
(1) sistem transportasi publik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi harus
dikembangkan, dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat, mendukung
pengembangan ekonomi dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi
masyarakat; dan
(2) pengembangan jaringan transportasi yang efektif dan efisien dapat mengurangi
beban sentralisasi yang berlebihan ke DKI Jakarta dan secara paralel mendorong
pengembangan kawasan pusat sub-perkotaan (satelit).
2-19
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-20
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
transportasi seperti keuntungan busway, MRT, dan pendapatan dari penataan ulang
kawasan stasiun dan lain-lain. Gagasan berbeda kemudian muncul karena setelah
didiskusikan dengan Kementerian Keuangan, dikatakan oleh Kementerian tersebut bahwa
OTJ adalah lembaga yang berada pada tingkat pemerintah pusat (nasional) sehingga
sumber pendanaannya pun harus berasal dari pemerintah pusat itu sendiri, selain itu
anggaran dari dari pemerintah daerah tidak dapat digunakan. Namun demikian, gagasa
untuk melibatkan pendanaan pemerintah daerah pada dasarnya ditujukan agar pemeritah
daerah dapat berperan lebih aktif dalam OTJ termasuk dalam pengelolaan, perencanaan
serta implementasinya.
Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit dalam peraturan presiden, namun dirasakan
bahwa institusi-institusi terkait memberikan kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk
dapat berkontribusi dalam pembiayaan OTJ, yang dapat memungkinkan adanya korelasi
program dan proyek yang dilaksanakan oleh OTJ dengan pihak pemerintah daerah.
Struktur organisasi OTJ cenderung konvensional, yang mana sangat mengacu kepada
peraturan dalam struktur administrasi pemerintahan yang bersifat rigid, sebagaimana
kementerian-kementerian yang ada saat ini, yang cenderung kurang inovatif dan berperan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya terkait persoalan-persoalan yang strategis dan
dinamis, apalagi sektor transportasi yang bersifat menyangkut pelayanan kepada banyak
orang daripada sekedar persoalan administrasi pemerintahan. Kondisi demikian telah
menyebabkan kadang-kadang sektor swasta cenderung lebih diandalkan dalam hal-hal
yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan transportasi publik.
OTJ dipimpin oleh seorang ketua dengan tiga orang wakilnya, yang secara langsung
diangkat oleh presiden. Jabatan eksekutif untuk ketua dapat berasal dari PNS (Pegawai
Negeri Sipil: civil servant) atau bukan PNS. Sesuai dengan peraturan, hak-hak financial
dan fasilitas-fasilitas lainnya dari ketua adalah setara dengan apa yang diberikan kepada
seorang Menteri Kementerian Negara, dengan kedudukan structural adalah eselon 1A
untuk deputi-deputinya. Isu lain yang berkaitan dengan struktur organisasi OTJ adalah
mekanisme kerja yang dinyatakan di dalam pasal 28. Dalam pasal tersebut dikatakan
bahwa OTJ bertugas untuk melaksanakan fungsi utama koordinasi dengan kementerian-
kementerian terkait, institusi teknis dan pemerintah daerah disamping fungsi lainnya
sebagai pihak yang melakukan realisasi pembangunan infrastruktur transportasi sesuai
dengan amanat masterplan transportasi. Hanya saja jika OTJ kemudian dijalankan seperti
model tersebut, maka dikhawatirkan posisinya tidak akan berbeda dari badan-badan
koordinasi lainnya seperti BKSP Jabodetabek (Badan Kerja Sama Pembangunan
Jabodetabek: Jabodetabek Development Cooperation Agency), yang mana menjadi
cenderung kurang berfungsi dalam rangka pencapaian misi-misi dan pelaksanaan tugas-
tugas pokoknya. Gambar 2.2.1 menunjukkan versi terakhir dari struktur organisasi OTJ
yang diajukan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian pada bulan Desember 2011.
2-21
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Chairperson
Secretariat Inspector
4) Tahap Selanjutnya
Draft awal dari deskripsi tugas-tugas dan standard operation procedures (SOP) diberikan
pada UKP4 pada akhir bulan April untuk memenuhi batas waktu penyerahan yang telah
ditentukan. Draft tersebut diformulasikan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian,
tanpa melalui koordinasi atau diskusi dengan kementerian-kementerian terkait, sehingga
tahap berikutnya adalah diagendakan untuk penyelenggaraan seri diskusi dalam rangka
membahas sekaligus memfinalisasikan deskripsi tugas-tugas serta SOP terkait OTJ.
Diskusi tersebut dianggap strategis dan perlu dilakukan secara lebih intensif karena
menyangkut pembahasan tentang batasan serta pembagian kewenangan dari setiap
kementerian yang mungkin bertumpang tindih atau tidak sejalan dengan tugas-tugas OTJ,
dan disamping itu diskusi ini perlu karena sebelumnya tidak dilakukan.
Setelah peraturan presiden diberlakukan, maka tolak ukur penting lainnya dalam
pembentukan OTJ adalah untuk tahap pengajuan kandidat ketua dan wakil-wakil badan
pengurus OTJ. Pengurus yang diajukan harus memiliki kepemimpinan yang kuat serta
wawasan yang memadai dalam konteks transportasi perkotaan dan perencanaan.
2-22
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.2.6 Harga Bahan Bakar Bersubsidi dan Non Subsidi di Jabodetabek
Jenis Bahan Bakar Harga Non Subsidi Catatan
Pertamax Plus Rp.9,550 Tertinggi: Rp.10,100 di Melawai
Terendah: Rp.9,150 di Batam
Pertamax/ Bio Pertamax Rp.9,250 Tertinggi: Rp.10,750 di Kab. Berau
Terendah: Rp.9,450 di UPMs IV region
Pertamina Dex Rp.10,000 -
Sumber: “Perkembangan Harga BBM Non-Subsidi periode 15 Mei 2011” PT. Pertamina. (Mei 15, 2011)
Tabel 2.2.7 Konsumsi Bahan Bakar Bersubsidi dan Jumlah Subsidinya (2006-2010)
Jenis 2006 2007 2008 2009 2010
Konsumsi Bahan Bakar Bersubsidi
37.4 38.6 39.2 37.7 38.4
(juta KL)
Jumlah Subsidi
64.2 83.8 139.1 45.0 81.1
(triliun Rupiah)
Sumber: “Pengaturan BBM Bersubsidi Telah Sesuai Roadmap.” ESDM. Januari 6, 2011.
http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/4039-pengaturan-bbm-bersubsidi-telah-sesuai-roadmap.html
Jika melihat pada tingkat konsumsi bahan bakar bersubsidi pada tahun 2010, maka sektor
transportasi darat merupakan sektor yang menjadi konsumen terbesar dengan prosentase
89%, diikuti oleh sektor domestik 6%, perikanan 3%, usaha kecil 1% dan transportasi air
1%. Pada sektor transportasi darat, bahan bakar premium dikonsumsi oleh kendaraan
pribadi sebanyak 53% sedangkan motor 40%, sisanya angkutan barang 4% dan angkutan
umum 3%.4
Meskipun nantinya kenaikan harga bahan bakar non subsidi di Jabodetabek terjadi,
2
Viewpoints. Michael Risharson. May 9, 2011. The Straits Times.
3
Pasal 7. UU10-2010 tentang APBN.
4
“Pengaturan BBM Bersubsidi Telah Sesuai Roadmap.” ESDN. Januari 6, 2011.
2-23
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
namun hal tersebut tidak menyebabkan terjadinya peningkatan tarif angkutan umum,
karena angkutan umum masih menggunakan bahan bakar bersubsidi, sesuai dengan
peraturan Keputusan Menteri ESDM No.1 Tahun 2009 tentang Harga Jual Retail Bahan
Bakar untuk Transportasi dan Pelayanan Umum, dan Peraturan Presiden No.9 Tahun
2006 tentang perubahan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2005 tentang Harga Jual Retail
Bahan Bakar Nasional. Peraturan tersebut menetapkan harga bahan bakar adalah
Rp.4,500/kl untuk minyak premium dan disel rmah tangga, usaha kecil, perikanan,
transportasi dan pelayanan umum.
Berdasarkan perkiraan data SUSENAS pada tahun 2008 dan World Bank, kelompok
masyarakat pendapatan tinggi (25%) menerima alokasi subsidi sebanyak 75%, di mana
justru masyarakat pendapatan rendah hanya menerima alokasi subsidi sebanyak 15%,
yang mengindikasikan bahwa telah terjadi ketidaksesuaian target dan alokasi subsisi. 5
Gambaran lainnya yang diperoleh dari data Survey Sosial dan Ekonomi Nasional tahun
2008, 84% bahan bakar bersubsidi dinikmati oleh kelompok masyarakat kaya yang
jumlahya mencapai 50% dari keseluruhan penduduk di Negara ini6, sehingga alasan ini
pula yang mendukung upaya merasionalisasikan penurunan bahan bakar bersubsidi di
kawasan Jabodetabek.
Dari total bahan bakar bersubsidi yang dikonsumsi di Indonesia, kawasan Jabodetabek
mengkonsumsi sebanyak 30%, atau 18% dari konsumsi bahan bakar premium nasional,
sedangkan Jawa-Bali adalah pengkonsumsi tertinggi sebanyak 59% dari total konsumsi
nasional.7 Demikian, sangat logis apabila kebijakan pengaturan bahan bakar bersubsidi di
awali dari kawasan Jabodetabek, yang memang sudah sangat siap dalam berbagai aspek
serta merupakan kawasan dengan dampak yang akan sangat signifikan dari pelaksanaan
kebijakan ini nantinya.
5
“Hasil Penerimaan Sektor Miga Lebih Bnyak Untuk Subsidi” Press Release, April 1, 2011. ESDM.
6
“Late fuel subsidy removal hurts RI” Mary 12, 2011. The Jakarta Post.
7
ditto
8
Penyusunan Master Plan Pola Transportasi Makro (PTM) di Jabodetabek ( PTM Jabodetabek). Kementerian
Perhubungan. 2009.
2-24
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
9
ditto
2-25
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
10.3
10 7.6 8.1
2.1
0
rta
on
rk
ris
K
ok
ar
lita
BE
Yo
nd
ka
Pa
nk
w
po
TA
Ja
Ba
Lo
w
23
ro
Ne
DE
I
o
DK
et
ky
m
BO
To
o
JA
ky
To
Sumber: Tokyo Metropolitan White Paper 2000, Economic Outlook in Thailand 1996/97
2-26
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Data Panjang Jalan dari Dalam Angka 2009 (Kab.Bogor:2007), Luas dan Penduduk dari Sensus
2010
Pembangunan jaringan jalan tol sedang berlangsung, jalan-jalan tol radial yang
menghubungkan Merak, Serpong, Bogor dan Cikampek sebagaimana dua ringroad
lainnya (JORR), pelayanannya hampir mencapai 137 km. Jalan Intra Perkotaan Jalan Tol
(JIUT) adalah jalan tol dalam kota yang berada pada radius 4 sampai 7 km dari pusat Kota
Jakarta. JORR juga merupakan jalan tol ringroad yang berada pada radius 10 sampai 13
km dari pusat Kota Jakarta sekitar area metropolitan.
Jalan-jalan tol radial utama Jakarta-Merak, Jagorawi dan Jakarta-Cikampek umumnya
adalah Dual-3 dan beberapa bagian di dalam kota adalah Dual-4. JIUT dan JORR pada
umumnya Dual-3 dan pada beberapa bagian di daerah-daerah tertentu Dual-4 dengan
tambahan jalur untuk truk / bus saja.
2-27
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Kapasitas Jalan dari data JUTPI Road Network for the traffic simulation
2-28
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Cordon Line
West Segment
350 336.8 Cordon Line
300
East Segment
250 350
331.3
200 300
121.9 127.4
150 250
100 100.1 166.7
200 142.4
50 150
0 100 88.0
2000 2008 50
0
Cordon Line 2000 2008
South Segment
350
300
250
225.9 Car
200
122.8
150 Motorcycle
86.8
100
50 53.5
0
2000 2008
Sumber:
2008 traffic volume: JICA (2009). Consultant Service for Updating the Database for SITRAMP
2000 traffic volume: SITRAMP (Phase 1)
Catatan: Mobil adalah jumlah mobil penumpang tidak termasuk taksi
2-29
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
479
500 435
435
76 53
0 51 38
2002 2008
Sumber:
2008 traffic volume: JICA (2009). Consultant Service for Updating the Database for SITRAMP
2002 traffic volume: SITRAMP (Phase 2)
2-30
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.3.6 Travel Speed pada Jam Sibuk Sore Hari Biasa (2007)
Sta. Kota
Sta. Gambir
Sta.
Manggarai
Gelora Legend
Bung Karno
19PM(Filter)
Legend
F19
0 - 10 km
11 - 20 km
21 - 30 km
31 - 40 km
41 - km
0 0.5 1 2 3 4
km
KODE_UNSUR
± Travel_Speed07
Sumber: Japan External Trade Organization (JETRO) (2008). Study on Jakarta Road Pricing in the
Unknown
Republic of Indonesia
Unknown
Unkonwn
Gambar 2.3.7 Jam Sibuk Pagi Hari dan Kecepatannya
(6.1 km/h)
(16.1 km/h)
(26.3 km/h)
(9.4 km/h)
(19.2 km/h)
(24.7 km/h)
Sumber: ARSDS (1985), SITRAMP Phase 1 Travel Speed Survey (2000), JUTPI Travel Speed Survey
(2011)
2-31
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
103 106
100 86
50
0
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Jasamarga.com
2-32
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Under Construction
Completion
Semua rencana jalan tol tersebut direncanakan dibangun dalam struktur tinggi untuk
meminimalkan pembebasan tanah, total biayanya sangat tinggi dan diperkirakan
mencapai 23 triliun IDR. Bagaimanapun juga sangat rasional bilamana jalan tol ini akan
meningkatkan daya tarik perjalanan kendaraan berpenumpang ke kawasan CBD. Oleh
karena itu, perlu pertimbangan yang lebih cermat dalam implementasi traffic demand
management, sehingga akses jalan di kawasan-kawasan CBD tidak semakin tersumbat
oleh lalulintas. Oleh karena semua jenis jalan tol harus menjadi bagian dari jalan nasional
sesuai peraturan, maka dalam hal ini DKI Jakartamemfokuskan diri untuk
mengembangkan jalan non tol layang seperti yang akan dijelaskan pada tahap berikutnya.
Diperlukan antisipasi terhadap kemungkinan bahwa sejumlah pola jalan dari enam tol ini
akan berparalel atau overlap dengan alternatif MRT East – West dan mungkin juga
bersimpangan dengan MRT North – South line. Bagaimanapun juga, jika koridor MRT
2-33
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
dan jalan tol dalam kota saling overlap, yang kemudian menyebabkan pembangunan
koridor dengan struktur double deck atau triple deck sebagai alternatifnya. Maka
perkembangan proyek-proyek ini perlu diperhatikan lebih mendalam terutama dalam
konteks dampak struktur tersebut terhadap lingkungan dan pada efektivitas penerapan
scenario traffic demand management.
Khususnya, proyek tersebut direncanakan untuk dimulai dengan rencana detail pada
seksi Jl. Rasuna Said sampai dengan Jl. Jend Sudirman, sementara untuk Kampung
Melayu - Tanah Abang sepanjang Jl. Casablanca dimulai dari tahun depan. Dengan juga
mempertimbangkan seksi Ciledug – Tendean, yang mana proses pembebasan lahannya
masih menjadi persoalan.
Rencana pembngunan jalan ini tidak dijelaskan secara jelas oleh SITRAMP maupun
Keputusan Presiden No 54 Tahun 2008. Keselarasan rute seksi Pasar Minggu –
Manggarai masih belum jelas, yang mungkin pada sejumlah ruasnya mengalami overlap
dengan rencana jalan tol lainnya, sehingga koordinasi dengan rencana-rencana jalan tol
lainnya dan pembangunan infrastruktur pendukungnya sangat direkomendasikan untuk
dilakukan.
Membertimbangkan keterbatasan kapasitas finansial DKI Jakarta, modal operasional dan
biaya pemeliharaan sistem MRT akan menjadi beban yang sangat besar jika seluruh
pembiayaan ditanggung olh DKI Jakarta. Pembangunan koridor terpadu (jalan dan MRT)
akan menjadi pilihan untuk mengurangi biaya modal yang menjadi beban tersebut.
2-34
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
dari ruang ini perlu diklarifikasi kepada pihak pemerintah Kota dan Kabupaten Tangerang.
2-35
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.3.10 Proyek Pembangunan Jalan yang Sedang Berlangsung dan Masih Direncanakan
2-36
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2) Terminal Bus
Terdapat lebih dari tiga puluh terminal bus yang tersebar di seluruh wilayah DKI
Jakarta. Terminal bus tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,
yaitu: antar provinsi, antar kota, dalam kota, dan terminal pinggir jalan. Terminal bus antar
kota di daerah pusat antara lain seperti, seperti Terminal Blok M, Senen, Kota, yang
menempati areal lebih dari 3,000 m 2 tidak termasuk akses / jalan-jalan keluarnya. Terminal
Blok M adalah salah satu terminal antar kota terbesar yang memiliki luas
lahan 10.000 m 2. Namun demikian, hanya terdapat satu jalur untuk Busway TransJakarta
dari total enam jalur yang terdapat di terminal itu. Sehingga seringkali terjadi antrian
2-37
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-38
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-39
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-40
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Survei Persiapan Peningkatan Kapasitas Kereta Api JABODETABEK Laporan Proyek Interim
Desember 2010
3) Sistem Tarif
Ongkos ekonomi diatur sangat rendah sebesar Rp. 1,000-2,500 per perjalanan. Sistem
tarif kereta api ekonomi adalah zonal, di mana Jabodetabek dibagi menjadi enam zona,
seperti terlihat pada Gambar 2.4.2. Ongkos kereta Commuter line adalah tetap setiap line
2-41
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-42
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-43
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
3) Monorail
Ada dua proyek monorails di Jakarta, yaitu Green Line dan Blue Line. Green Line adalah
garis yang menghubungkan lingkaran Semanggi - Casablanca - Kuningan - Sudirman -
Karet - Semanggi. Panjang totalnya adalah 14.8km dan dirancang untuk memiliki 17
stasiun. Blue Line akan melayani Kampung Melayu - Casablanca - Karet - Tanahabang -
Roxy - Mall Taman Anggrek, panjangnya 12.2km dan memiliki 13 stasiun. Sistem ini akan
memiliki dua stasiun interchange antara Green & Blue Line di Casablanca dan Karet.
Blue Line proyek dibatalkan karena alasan yang tidak diketahui dan pembangunan Green
line telah dibekukan karena kurangnya sumber dana keuangan.
2-44
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Survei Persiapan Sistem MRT Jakarta Line extention Utara-Selatan, Final Report Desember 2009
2-45
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-46
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Jenis
Karakteristik
Layanan
Layanan bus kecil disediakan dengan layanan feeder untuk mencapai terminal bus utama dan rute utama, stasiun
Bus Kecil kereta api. Selain itu menyediakan layanan sering untuk perjalanan pendek dalam daerah perkotaan, sebagian besar
dioperasikan di wilayah Kota utama JABODETABEK.
Sumber: Tim Studi
Taksi dan Bajaj menyediakan layanan transportasi yang dapat disewa individu. Ada juga
Ojek (taksi sepeda motor) menyediakan layanan yang cepat dan jarak pendek tetapi
secara hukum tidak diperbolehkan. Untuk mengoperasikan kendaraan roda 3, yaitu
Becak telah dilarang di dalam DKI Jakarta sejak 1990, karena memperlambat kecepatan,
menyebabkan kemacetan. Namun, Becak masih operasional di pinggiran kota untuk
perjalanan pendek antara jalan utama dan jalan-jalan sempit. Ini biasanya digunakan oleh
perempuan untuk kenyamanan.
Pada kondisi eksisting/status masing-masing sistem angkutan umum berbasis jalan yang
lebih jauh dibahas dalam bagian berikut.
2-47
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Catatan:
MOT : Kementerian Perhubungan
BSTP : Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan
Dishub : Dinas Perhubungan
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BLU : Badan Layanan Umum
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPANAS: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BUMN : Badan Usaha Milik negara
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
2-48
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Transjakarta
2-49
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
3) Operator Busway
Untuk operasi setiap Koridor busway, sebuah perusahaan baru didirikan yang ikut
didirikan oleh operator bus eksisting, yang mengoperasikan rute bus eksisting di
sepanjang jalur yang sama seperti koridor busway (dengan lebih dari 50% dari overlap
panjang rute) dan saham Pemerintah Jakarta DKI 40% dari biaya modal. (Lihat Table
2.5.4). Perum PPD (BUMN) adalah pendiri 7 perusahaan Busway yang menjalankan
sepuluh koridor: (18% untuk PT.JET untuk Koridor 1, 22,8%, PT TB Koridor 2 &3; 23%
untuk PT.JTM dari Koridor 4 & 6, 22% untuk PT.JMT Koridor 5.
Tabel 2.5.4 Perusahaan Operasi Busway
Koridor Operator
1 PT. JET (Jakarta Express Trans)
2 PT. TB (Trans Batavia)
3 PT. TB (Trans Batavia)
4 PT. JTM (Jakarta Trans Metropolitan)
5 PT. JMT (Jakarta Mega Trans) & PT. LRN (Eka Sari Lorena Transport)
6 PT. JTM (Jakarta Trans Metropolitan) + PT. PP (Primajasa Perdanarayantama)
7 PT. PP (Primajasa Perdanarayantama)
8 PT. LRN (Eka Sari Lorena Transportasi) + PT. PP (Primajasa Perdanarayantama)
9 PT. BM (Bianglala Metropolitan)
2-50
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Koridor Operator
10 PT. BM (Bianglala Metropolitan)
11 PT. DAMURI
Sumber: Transjakarta
4) Armada Busway
Spesialisasi dan standarisasi armada bus dengan kapasitas 85 orang/bus digunakan
untuk pengoperasian busway. Ketinggian pintu keluar/masuk ditinggikan agar sesuai
dengan desain platform dari Stasiun/halte Busway. Secara total ada 564 bus yang
beroperasi, yang 473 dengan mesin CNG. (Hanya Koridor 1 bus (91) memiliki mesin
diesel). Dua puluh tiga (23) bus diartikulasikan digunakan untuk Koridor 5. Table 2.5.5 dan
Table 2.5.6 memberikan pembuat bus dan usia armada busway beroperasi hingga 2011.
Tabel 2.5.5 Armada Busway dengan Produsennya (2011)
Produsen Bus Bus yang
Koridor
Mercedes Hino Daewoo Hyundai Huang Hai Komodo Inobus Tersedia
1 28 63 - - - - 91
2 - - 55 - - - 55
3 - - 71 - - - 71
4 - 18 18 12 - - 48
5 - - - - 10 13 23
6 - 22 31 - - - 53
7 - 34 29 22 - - 85
8 No Data
9 69 8 77
10 17 17
11 23 21 44
Total 28 137 204 103 10 61 21 564
Sumber: Transjakarta
Catatan:
1. Mesin diesel 91 bus digunakan untuk Koridor 1.
2. Bus CNG digunakan untuk Koridor 2-7 (Jumlah total 335 Bus)
3. Artikulasi bus digunakan untuk Koridor 5 (Jumlah total 23 Bus CNG)
2-51
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: Transjakarta;
Catatan:
1. Rata-rata harian pada tahun 2004, didasarkan pada pembukaan pada 1-Feb-2004 (335 hari
Operasi);
2. Rata-rata harian untuk Tahun lain didasarkan pada 365 hari operasi / tahun.
Kinerja Busway selanjutnya digambarkan dalam Table 2.5.8 di bawah ini. Ini lebih menarik
untuk dicatat bahwa kinerja Busway (penumpang dilakukan per bus per hari) hampir sama
sejak tahun 2005, yaitu sekitar 600 lebih penumpang. Hal ini menunjukkan bahwa
pengguna beralih ke Busway setelah dibuka, tetapi tidak menarik penumpang lebih lanjut
2-52
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
dalam koridor dengan berlalunya waktu, orang akan berharap bahwa dengan
meningkatnya kemacetan di jalan untuk kedua bus pribadi dan non-Busway, lebih banyak
penumpang yang akan beralih menggunakan busway. Hal ini akan dipelajari lebih lanjut
setelah data survei JAPTraPIS tersedia.
Jumlah
Penumpang
menurut Station
(hari kerja)
Koridor
1 Blok M - Kota
2.Pulo Gadung -
Harmoni
3. Kalideres - Harmoni
4. Pulo Gadung -
Dukuh Atas
6. Ragunan - Kuningan
7. Kp. Rambutan -
Kp.Melayu
8. Lebak Bulus -
Harmoni
Sumber: Transjakarta;
9. Pluit - Pinan Ranti
N.A.
2-53 N.A.
N.A.
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-54
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Trans Pakuan memiliki Total 68 shelter pada tiga rute. Shelter tersebut dikategorikan tree
types sebagai tipe portabel, open type dan secured type seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5.5.
Trans Pakuan memiliki Total 30 bus yang disediakan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Darat, Kementerian Perhubungan. 10 bus disediakan pada tahun 2005, 20 bus disediakan
pada tahun 2007. Semua armada dilengkapi dengan sistem pendingin udara dan Sistem
Ticketing Bus Smart Card. Kapasitas Penumpang setiap armada adalah 26 orang.
Jumlah penumpang setiap hari ditunjukkan pada Table 2.5.10. Trans Pakuan digunakan
sekitar 3.000 penumpang per hari.
2-55
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Bus Besar (50 kursi): Patas AC, Patas non-AC, Bus Reguler
2-56
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Bus besar (Pasta) Medium Bus (Kopaja / Metro Mini) Bus Kecil
(Mikrolet / Angkot)
Di JABODETABEK, 42.767 bus yang beroperasi, dimana 2.237 adalah bus besar, 3.207
bus sedang dan 37.323 bus kecil (Table 2.5.12).
2-57
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.5.13 Jumlah Rute Bus Terdaftar menurut Jenis Layanan Tahun 2010
Bus besar
Bus Bus
Pemerintah Daerah Busway Patas Patas Non- Sub- Total
Regular Sedang Kecil
AC AC Total
DKI Jakarta 8 137 117 122 383 110 156 650
Kota Tangerang 1 15 - 16 - 94 110
Wilayah DKI
Kota Depok - 1 1 7 45 53
Kota Bogor 2 27 29 - 25 54
Kab. Bogor 1 7 - 8 - 107 115
Kota Bekasi 8 1 3 12 - 32 44
Kab. Bekasi - 1 4 5 1 30 36
Total 8 149 142 156 455 118 536 1,109
Sumber: Dinas Perhubungan setiap pemerintah daerah
Dalam hal pendaftaran rute lisensi, banyak rute bus besar dan menengah yang terdaftar di
DKI Jakarta. Rute bus kecil yang melayani jarak pendek layanan dalam area lokal
terdaftar di masing-masing pemerintah daerah.
Table 2.5.14 memberikan asal dan tujuan setiap trayek bus pada tahun 2010, dengan
jenis layanan. Rute karakteristik setiap jenis bus diuraikan sebagai berikut:
Busway: Jaringan Busway melayani koridor utama dari jaringan jalan di DKI Jakarta dan
menghubungkan CBD dengan pusat distrik utama daerah pinggiran kota. Saat ini, busway
menyediakan layanan dalam wilayah DKI Jakarta saja.
Bus besar: Rute bus besar terdiri dari Patas AC, Patas non-AC dan bus reguler. Bus ini
menghubungkan sebagian besar terminal bus utama di DKI Jakarta dan antara DKI
Jakarta dan 5 Kota di BODETABEK. Jaringan bus besar sebagai suplemen Kereta Api
dan jaringan busway sebagai sistem trunk angkutan umum. Namun, masih ada beberapa
rute bus besar yang beroperasi di sepanjang ruas jalan yang sama dengan Busway
tersebut.
Bus Sedang: Rute bus sedang menghubungkan antara sebagian besar terminal bus
utama dan pusat distrik di dalam DKI Jakarta. Ada beberapa rute yang menghubungkan
DKI Jakarta dan BODETABEK. Beberapa rute ini beroperasi di sepanjang jaringan jalan
utama arteri sehingga tumpang tindih dengan rute bus Busway dan besar.
Bus Kecil: Rute bis kecil menyediakan akses transportasi jarak pendek ke dan dari
terminal bus dan tujuan utama area lokal. Secara umum, rute ini mencakup area lokal DKI
Jakarta serta Kota dan kabupaten dari BODETABEK. Namun, ada beberapa rute yang
menyediakan media untuk layanan jarak jauh dan sebagian menduplikasi jaringan rute
bus besar dan bus sedang.
2-58
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.5.14 Jumlah Rute Bus Terdaftar Menurut Rute O / D dan Jenis Layanan Tahun 2010
Semua 8 Rute Busway disajikan HANYA Intra wilayah DKI Jakarta.
Patas AC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 DKI Jakarta 60 17 4 8 16 - 6 22 11 - 144
2 Kota Tangerang - - -
3 Kota Tangerang Selatan - - - 1 1
4 Kab. Tangerang - - - - -
5 Kota Depok - - - - - 1 1
6 Kota Bogor - - - - - 2 1 3
7 Kab. Bogor - - - - - - - -
8 Kota Bekasi - - - - - - - - -
9 Kab. Bekasi - - - - - - - - - -
10 Di luar - - - - - - - - - - -
Total 60 17 4 8 16 2 6 25 11 - 149
Patas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 DKI Jakarta 73 23 - 12 6 - 3 11 2 3 133
2 Kota Tangerang - - 2 1 3
3 Kota Tangerang Selatan - - - -
4 Kab. Tangerang - - - - -
5 Kota Depok - - - - - 1 1
6 Kota Bogor - - - - - - 1 1
7 Kab. Bogor - - - - - - - 2 1 1 4
8 Kota Bekasi - - - - - - - - -
9 Kab. Bekasi - - - - - - - - - -
10 Di luar - - - - - - - - - - -
Total 73 23 - 12 6 0 5 16 3 4 142
2-59
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-60
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Bus Kecil
Sumber: SITRAMP
2-61
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Rute bus jaringan JABODETABEK pada tahun 2002 ditunjukkan pada Gambar 2.5.8.
Konfigurasi jaringan rute bus saat ini hampir sama. Karakteristik struktur rute bus saat ini
dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Tidak ada struktur hirarkis rute seperti sistem rute trunk dan feeder dalam operasi
(karena perencanaan jaringan rute bus tidak cukup);
Konsentrasi yng berlebihan/ duplikasi rute bus antara daerah DKI Jakarta, wilayah CBD
dan pinggiran kota Bodetabek;
2-62
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
CENTRAL AREA
CENTRAL AREA
2-63
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
4) Terminal Bis
Di JABODETABEK, ada 75 terminal bus yang diklasifikasikan oleh Kementerian
Perhubungan (16 antar provincial, 26 antar kota dan 33 intra-kota), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.5.10. Menurut database SITRAMP, ada juga 29 terminal bus
di badan jalan. Informasi tentang setiap terminal bus seperti yang tercantum di bawah ini
sedang disurvei, diteliti dan disusun dalam bentuk inventarisasi oleh tim studi.
Daftar fasilitas (tempat parkir, bus bay / jalur, kantor, toilet, toko, masjid, ruang terbuka,
dan kegiatan penggunaan lahan lainnya
2-64
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-65
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.5.17 Jumlah Rute bus Dicakup oleh 30 Terminal Bis di JABODETABEK
Akumulasi Jumlah Rute Bus 1) Rasio untuk Total Rute Bus (%)
Rank Terminal Bis
Patas Patas
BW Patas Reg. Sedang Kecil Total BW Patas Reg. Sedang Kecil Total
AC AC
1 Blok M 1 24 27 26 27 - 105 12.5 16.1 19.0 16.7 22.9 0.0 9.5
2 Kp. Rambutan 2 46 48 45 35 15 191 25.0 30.9 33.8 28.8 29.7 2.8 17.2
3 Pulo Gadung 4 61 60 60 46 34 265 50.0 40.9 42.3 38.5 39.0 6.3 23.9
4 Bekasi 4 83 74 66 47 58 332 50.0 55.7 52.1 42.3 39.8 10.8 29.9
5 Kota 4 94 78 74 53 74 377 50.0 63.1 54.9 47.4 44.9 13.8 34.0
6 Sunen 4 1-6 92 82 69 79 432 50.0 71.1 64.8 52.6 58.5 14.7 39.0
7 Tg. Priok 4 113 99 92 71 89 468 50.0 75.8 69.7 59.0 60.2 16.6 42.2
8 Depok 4 119 102 93 75 114 507 50.0 79.9 71.8 59.6 63.6 21.3 45.7
9 Grogol 4 126 114 105 80 120 549 50.0 84.6 80.3 67.3 67.8 22.4 49.5
10 Kalideres 5 129 126 112 83 126 581 62.5 86.6 88.7 71.8 70.3 23.5 52.4
11 Kp. Melayu 6 134 126 114 96 143 619 75.0 89.9 88.7 73.1 81.4 26.7 55.8
12 Tn. Abang 6 137 128 121 108 146 646 75.0 91.9 90.1 77.6 91.5 27.2 58.3
13 Lebak Bulus 7 142 128 125 109 153 664 87.5 95.3 90.1 80.1 92.4 28.5 59.9
14 Bogor 7 142 129 144 109 153 684 87.5 95.3 90.8 92.3 92.4 28.5 61.7
15 Ciputat 7 142 131 144 109 172 705 87.5 95.3 92.3 92.3 92.4 32.1 63.6
16 Ps. Minggu 7 143 133 144 113 182 722 87.5 96.0 93.7 92.3 95.8 34.0 65.1
17 Cililitan 7 143 133 147 114 202 746 87.5 96.0 93.7 94.2 96.6 37.7 67.3
18 Cikarang 7 144 134 147 114 219 765 87.5 96.6 94.4 94.2 96.6 40.9 69.0
19 Cikokol 7 144 135 147 114 249 796 87.5 96.6 95.1 94.2 96.6 46.5 71.8
20 Ciledug 7 144 136 147 114 261 809 87.5 96.6 95.8 94.2 96.6 48.7 72.9
21 Cimone 7 144 136 147 114 281 829 87.5 96.6 95.8 94.2 96.6 52.4 74.8
22 Rawamangun 7 144 136 148 114 289 838 87.5 96.6 95.8 94.9 96.6 53.9 75.6
23 Cileungsi 7 145 136 148 114 303 853 87.5 97.3 95.8 94.9 96.6 56.5 76.9
24 Klender 7 145 137 150 114 304 857 87.5 97.3 96.5 96.2 96.6 56.7 77.3
25 Parung 7 145 137 150 114 314 867 87.5 97.3 96.5 96.2 96.6 58.6 78.2
26 Manggarai 7 145 137 150 115 316 870 87.5 97.3 96.5 96.2 97.5 59.0 78.4
27 Cibinong 7 145 137 150 115 324 878 87.5 97.3 96.5 96.2 97.5 60.4 79.2
28 Leuwiliang 7 145 137 150 115 339 893 87.5 97.3 96.5 96.2 97.5 63.2 80.5
29 Ragunan 8 145 138 153 116 342 902 100 97.3 97.2 98.1 98.3 63.8 81.3
30 Poris Plawad 8 146 138 153 116 354 915 100 98.0 97.2 98.1 98.3 66.0 82.5
Semua Rute 8 149 142 156 118 536 1109 100 98.0 97.2 98.1 98.3 66.0 82.5
Sumber: Dinas Perhubungan dari setiap pemerintah daerah
Catatan: 1) Jumlah rute bus yang dicakup oleh terminal yang ditentukan dan peringkat terminal yang lebih tinggi
2-66
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2) Bajaj
Ada banyak Bajaj yang tersedia dan banyak digunakan di DKI
Jakarta. Bajaj digunakan terutama untuk perjalanan jarak pendek
seperti akses ke kereta api, bus dan pasar dari rumah, dll. Bajaj
tidak hanya untuk berkeliling untuk pelanggan tetapi juga
menunggu di lokasi utama seperti stasiun kereta api, terminal bus,
pasar. Menurut data SITRAMP pada tahun 2002 rata-rata jarak
perjalanan dan waktu perjalanan adalah Bajaj 1.7km dan
24minutes.
Di DKI Jakarta, pada Desember 2009, ada 14.424 Bajaj lisensi
yang 12.797 Bajaj lisensi telah diperbaharui dan beroperasi. Ada
600 Bajaj terdaftar dengan mesin CNG. Bajaj tarif ditentukan oleh
negosiasi antara pengemudi dan penumpang. Tarif Bajaj relatif
lebih tinggi dari perjalanan taksi yang sama panjang. Dalam
banyak kasus, Bajaj dioperasikan oleh pengemudi yang memiliki kontrak dengan
perusahaan (pemilik). Komisi / sewa dibayar oleh sopir Bajaj kepada pemilik bervariasi.
Secara umum, pendapatan bersih sopir Bajaj adalah sekitar Rp100, 000 per hari.
3) Ojek
Motorcycle taksi yang biasa disebut Ojek. Ini adalah sangat umum,
tetapi tetap merupakan layanan tidak berlisensi. Ojek beroperasi di
sebagian besar wilayah JABODETABEK. Umumnya tarif untuk
perjalanan Ojek adalah sekitar Rp 10.000. Saat ini, karena
kemacetan lalu lintas, ojek menjadi modus transportasi tercepat
dibandingkan dengan modus lainnya, terutama di area padat dari Jakarta. Banyak orang
memilih Ojek bukan taksi, karena sepeda motor dapat dengan mudah bergerak maju
2-67
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
dalam antrian lalu lintas, terutama pada sinyal lalu lintas. Baru-baru ini, beberapa
pemerintah daerah telah mempertimbangkan sistem pendaftaran untuk Ojek, sehingga
untuk mengatur moda angkutan umum ini, untuk memastikan keamanan publik.
Polusi udara yang disebabkan oleh sepeda motor, Bajaj meningkat pesat di lalu lintas
secara umum
2-68
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
dapat diandalkan dan tidak nyaman telah ditemukan untuk menjadi sistem penyewaan
bus yang dikenal sebagai "setoran" atau "WAP". Bus driver dan konduktor pasti
mencari pendapatan tarif untuk menutupi biaya sewa bus, yang mereka harus
membayar kepada perusahaan bus atau pemilik bus, dan juga memulihkan biaya
bahan bakar dan biaya lainnya, dan tentu saja pendapatan mereka sendiri. Oleh
karena itu, mereka mencoba untuk mendapatkan penumpang sebanyak mungkin
sebelum mereka berangkat dari terminal bus mengabaikan ketidaknyamanan pada
penumpang di dalam bus, dan penumpang menunggu di sepanjang rute, karena
penumpang tidak mungkin dapat naik ke atas bus yang sudah penuh sesak, atau bus
bahkan mungkin tidak berhenti dan mengambil penumpang yang menunggu. Setelah
meninggalkan terminal awak bus bergegas ke halte bus berikutnya untuk
mengumpulkan penumpang dengan cara mengemudi yang berbahaya, dan dalam
banyak kasus melanggar peraturan lalu lintas.
Struktur rute bus: Saat ini ada beberapa 850 rute bus yang beroperasi di
JABODETABEK. Pada saat studi SITRAMP, lebih dari 70 rute bus di jalan-jalan
tersibuk, Jl. Sudirman dan Jl. Thamrin, dan membawa penumpang bus ke berbagai
tujuan di sekitar JABODETABEK. Operasi bus saat ini dicirikan sebagai banyak rute
dengan frekuensi rendah untuk setiap rute. Struktur rute rumit dan banyak rute
tumpang tindih. Demikian pula, ada banyak daerah di mana layanan yang langsung
lebih terbatas, dan penumpang mungkin harus menggunakan sejumlah transfer untuk
mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, di bawah sistem tarif flat perjalanan tunggal
(dengan beberapa perubahan) mungkin biaya lebih banyak dari perjalanan dengan
perjalanan bus tunggal, yang bahkan dapat bepergian dengan jarak yang lebih jauh.
2-69
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.6.1 Peningkatan Lalu Lintas Komuter dari BODETABEK untuk JAKARTA
Tahun 2002-2010
×1.4 ×1.6
(2010/2002) (2010/2002)
Kota Tangerang DKI
Kota Tangerang Selatan Kota Bekasi
Jakrta Ka. Bekasi
Kab. Tangerang
247 (2002) 262 (2002)
344 (2010) 423 (2010)
×1.4 234 (2002)
(2010/2002)
338 (2010) Bodetabek → DKI Jakarta
Kota Depok 734 (2002) ×1.5
Kota Bogor 1,105 (2010) (2010/2002)
(1.000 trip) Kab. Bogor
2-70
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
pusat. Sistem ini beroperasi di Jl. Sudirman, Jl. MH. Thamrin, Jl. JG. Subroto: R.Rasuna
Said hingga G. Pemuda; selama periode puncak pada hari kerja (pagi puncak; 7:00-10:00,
malam puncak; 16:00-19:00, Senin sampai Jumat). Taksi dan bus umum dikecualikan dari
peraturan ini. Peraturan ini umumnya diamati, dan tindakan itu telah efektif dalam
mengurangi jumlah kendaraan yang memasuki daerah terlarang sehingga kemacetan
agak kurang dan kecepatan yang lebih tinggi di jalan dalam kota selama periode terbatas.
Di sisi lain, kebutuhan lalu lintas di jalan-jalan paralel meningkat selama periode terbatas,
menyebabkan kemacetan parah dan mengurangi kecepatan perjalanan tidak lebih dari
kecepatan berjalan kaki.
Gambar 2.6.2 Jumlah Korban jiwa dan kerugian ekonomi akibat Kecelakaan Lalu Lintas
di Indonesia
2-71
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Menurut makalah penelitian 2009 10,di tiga provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jambi
seperti yang ditunjukkan pada Table 2.6.2, Kematian melalui kecelakaan di jalan sebagian
besar pengendara sepeda motor, yang menyumbang sekitar 61% dari total; kematian
pejalan kaki adalah 15%, dan pengendara sepeda 13%, penumpang dari kendaraan roda
4 adalah 4% dan driver dari kendaraan roda 4 adalah 3% pada tahun 2008. Ada tiga
faktor penyebab utama dalam kecelakaan lalu lintas, terlihat bahwa faktor manusia adalah
yang paling dominan dan merupakan persentase terbesar menurut statistik yang diberikan
dalam Table 2.6.3.
Tabel 2.6.2 Korban Jiwa pada Pengguna Jalan menurut Jenis Kendaraan di tahun 2008
Pengendara Pengendara kendaraan Penumpang dari Driver dari
Pejalan kaki Lainnya
sepeda roda 2 dan 3 kendaraan roda 4 kendaraan roda 4
15% 13% 61% 4% 3% 4%
Sumber; Sutanto Soehodho, Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, PENELITIAN IATSS, Vol.33 No.2, 2009
10
Sutanto Soehodho, Jalan Kecelakaan di Indonesia, IATSS PENELITIAN, Vol.33, No.2, 2009
2-72
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-73
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber; Japan External Trade Organization (JETRO) (2008). Kajian Road Pricing Jakarta di
Republik Indonesia. Revisi oleh Tim Studi JICA
2-74
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Kemungkinan
Penilaian
Periode / Jenis
Skala
No Hal Dampak Obyek +atau-
Tahap Studi
Lingkungan Sosial
Bahan/
Involuntary Kehilangan tempat tinggal atau Warga di lokasi Perencan
1 - S M B Site
Resettlement tanah karena pembebasan lahan konstruksi aan
Survey
Kehilangan peluang produksi Bahan
dengan mengubah pola - Operasi S S C
penggunaan lahan
Kehilangan pekerjaan mengubah Bahan
struktur ekonomi dengan - Operasi M M B
Kegiatan pelaksanaan Proyek Warga daerah
2
Ekonomi Peningkatan kesempatan kerja penelitian Bahan
+ Operasi M M B
disertai oleh Proyek
Relokasi atau penurunan Bahan
+ Operasi S S C
kemiskinan di daerah tersebut
Peningkatan layanan medis atau Bahan
+ Operasi M M B
lingkungan pendidikan
Penurunan kecelakaan lalu lintas
Bahan /
Lalu Lintas dan atau kemacetan oleh konstruksi
3 + Operasi M M B Site
fasilitas umum atau penggunaan fasilitas
Survey
transportasi
Warga di lokasi
Pesangon yang disebabkan oleh Bahan
Masyarakat konstruksi, dan
4 jalan baru, kehilangan Layanan - Operasi S S C
Terpecah tetangga
atau kegiatan hidup dibagi
Tidak merata distribusi manfaat, Bahan
Orang miskin
5 ketidakseimbangan penerima - Operasi S S C
dan orang etnis
manfaat
Properti di dan Bahan
Hilangnya warisan budaya dengan
berdekatan Konstruk
6 Warisan Budaya mengubah penggunaan lahan, atau - S S C
dengan lokasi si
kerusakan oleh emisi atau getaran
pembangunan
Hak perairan, Bahan
Dampak untuk perikanan dengan
7 dan hak-hak Nelayan - Operasi S S C
mengubah sungai atau kursus rawa
umum
Impor penyakit menular oleh Konstruk Bahan
8 Sanitasi - S S C
pekerja, epidemic penyakit si
Limbah dari konstruksi, drainase Memban Bahan
Warga di lokasi
9 Limbah tanah, dari fasilitas, limbah padat - gun S S B
konstruksi, dan
dari daerah urban Operasi
tetangga
Peningkatan risiko seperti Bahan
Konstruk
10 Bahaya (resiko) runtuhnya tanah, gua-in dan - S S C
si
kecelakaan
2-75
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Kemungkinan
Penilaian
Periode / Jenis
Skala
No Hal Dampak Obyek +atau-
Tahap Studi
Lingkungan Alam
Perubahan fitur geologi dan
Geologi dan Konstruk
11 topografi berharga dengan Konstruksi site - S S C Bahan
topografi si
memotong dan pengisian tanah
Keluar dari permukaan tanah oleh Konstruksi site
Konstruk
12 Erosi Tanah hujan setelah memotong lahan dan dan daerah - S S C Bahan
si
hutan sekitarnya
Konstruk
Pencemaran dan penurunan tingkat Penggunaan air si
13 Air Tanah - S S C Bahan
air dengan pemompaan air, dan topografi Penggun
aan
Warga yang Konstruk
Perubahan aliran, kualitas dan
Danau dan tinggal di si
14 bantalan air dengan reklamasi dan - S S B Bahan
sungai sepanjang sungai Penggun
masuknya air limbah
dan danau aan
Konstruk
Perubahan pesisir pantai dengan Warga yang
si
15 Zona Pesisir konstruksi, erosi dan sedimentasi tinggal di - S S C Bahan
Penggun
pasir sepanjang pantai
aan
Dampak terhadap Konstruk
keanekaragaman hayati dengan si
Mereka yang ada - S S C Bahan
mengubah penggunaan lahan dan Penggun
di lokasi
dengan konstruksi aan
pembangunan
Konstruk
16 Flora dan fauna Dampak kendaraan konstruksi dan dan yang Bahan /
si
penurunan emisi, kebisingan dan berdekatan + S S C Site
Penggun
debu dengan lokasi Survey
aan
pembangunan
Dampak terhadap terumbu karang,
- - S S C Bahan
mangrove dan rumput laut
Perubahan lahan dengan Bahan /
Orang mengamati Penggun
17 Pemandangan pembangunan, kerusakan estetika - M M B Site
site aan
oleh struktur Survey
Pemanasan Penurunan permintaan energi oleh Penggun
18 Warganegara + M M B Bahan
global urbanisasi aan
Polusi
Warga di lokasi Konstruk
Debu dari kendaraan konstruksi - S S C Bahan
konstruksi si
19 Polusi udara Bahan /
Penurunan emisi oleh lalu lintas Penggun
Warga + M M B Site
Proyek aan
Survey
Konstruk
Peningkatan debit oleh urbanisasi, si
20 Polusi air - S S C Bahan
air dari lokasi konstruksi dan pabrik Penggun
aan
Lingkungan
Dampak terhadap kesehatan Konstruk
Terkontaminasin manusia dengan pembuangan si
21 - S S C Bahan
ya Tanah berbahaya dan logam berat Penggun
dibuang tidak benar aan
2-76
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Lingkungan Konstruk
kendaraan konstruksi - S S B Bahan
si
Kebisingan dan
22 Lingkungan Bahan /
getaran Penurunan kebisingan dan getaran Penggun
+ M M B Site
oleh penurunan lalu lintas aan
Survey
Konstruk
Dampak dari penggunaan air tanah Warga di lokasi
Penurunan si
23 disertai dengan kegiatan konstruksi konstruksi / - S S C Bahan
Tanah Penggun
dan ekonomi Lingkungan
aan
Konstruk
Bau dari site pembuangan limbah si
Lingkungan - S S C Bahan
dan pabrik pengolahan limbah Penggun
24 Serangan bau aan
Bahan /
Penurunan emisi oleh penurunan Penggun
Lingkungan + M M B Site
lalu lintas aan
Survey
Konstruk
Dampak oleh debit sedimentasi dari Warga di lokasi
si
25 Sedimen Bawah site konstruksi dan pabrik ke sungai konstruksi / - S S C Bahan
Penggun
dan rawa Lingkungan
aan
Catatan: Penilaian A: Dampak Serius yang diharapkan, B: Beberapa dampak yang diharapkan, C: Tingkat
dampak tidak diketahui (Pemeriksaan diperlukan Dampak mungkin menjadi jelas saat kemajuan
studi), No: Tidak ada dampak yang diharapkan. IEE / EIA tidak perlu
Skala dan Kemungkinan: S: Kecil, M: sedang, N: Tidak berlaku
Sumber: JICA studi Tim Persiapan, 2010
Dampak negatif dari aspek sosial yang akan timbul adalah: a) hilangnya pekerjaan
mengubah struktur ekonomi dengan pelaksanaan proyek (setelah konstruksi) dan b)
limbah dari konstruksi tanah, drainase dari fasilitas, limbah padat dari daerah urban
(selama dan setelah konstruksi).
Sebaliknya, dampak sosial yang positif yang akan timbul adalah a) kenaikan kesempatan
kerja karena Proyek (setelah konstruksi), b) peningkatan kualitas layanan medis atau
lingkungan pendidikan (setelah konstruksi), dan c) penurunan kecelakaan lalu lintas
atau kemacetan setelah konstruksi atau dengan penggunaan fasilitas transportasi.
2-77
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Dampak-dampak lingkungan dan sosial dari proyek ini harus dipantau sebelum dan
setelah pelaksanaannya dengan kondisi dasar untuk indikator diuraikan berikut;
• Pengamatan polusi udara, polusi air, kebisingan dan tingkat getaran
• Perubahan Penggunaan lahan
• Jumlah volume lalu lintas dan emisi terkait disebabkan oleh usia kendaraan dan jenis
bahan bakar
• Tingkat Pekerja atau tingkat pengangguran atau perubahan pekerjaan dari sektor
informal ke sektor formal
• Akses ke rumah sakit dan sekolah atau komposisi penumpang bus yaitu pelajar dan
orang tua
• Jumlah kecelakaan dan tingkat kematian
• Program pengelolaan limbah padat selama konstruksi
2-78
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-79
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-80
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.7.6 Pengamatan Kondisi Udara di Jakarta (Rata-rata dari Bulan yang diamati)
Lokasi SO2 (μg/m3) CO (μg/m3) NO2 (μg/m3) TSP (μg/m3)
No
Standar Mutu DKI Jakarta (24 Jam) 260.0 9,000 92.00 230
1 Kuningan 6.6 49.7 142
2 Tebet 7.9 30.7 181
3 Pulogadung 9.2 91.8 276
4 Istiqlal 10.0 23.6 181
5 Ancol 9.7 42.1 291
6 Cilincing 9.1 20.8 378
7 Lubang Buaya 8.3 26.6 128
8 Kahfi 9.1 17.9 106
9 Kalideres 12.5 24.0 168
10 Jakarta Timur 920
11 Jakarta Barat 1,210
12 Gelora Senayan 1,260
Rata-rata 9.2 1,130 36.3 206
Catatan: HC tidak dipantau
Sumber: Laporan Status Lingkungan, 2008, BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah), DKI Jakarta
2-81
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.7.2 Lokasi Stasiun Pemantauan Lingkungan di DKI Jakarta dan Hasil Monitoring
(rata-rata di 2007-2008)
Sumber: Laporan Status Lingkungan, 2008, BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah), DKI
Jakarta
2-82
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Hari bebas mobil atau Hari Penutupan beberapa jalan selama enam jam (6:00-12:00) dua kali sebulan
Angkutan Umum
Sumber: JICA Preparatory Team for JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy, 2010
B: Kendaraan Tipe Baru atau Lebih Memilih ke Kategori M, N, dan O sebagai Dinamis yang
memiliki Basis yang tepat untuk Penumpang
L Max dB (A)
No Kategori Power Tahun Pelaksanaan
Tahap 1 Tahap 2
M1 (<9 Orang) - 90 87 (2.3)
GVW <2 T - 91 88 (2)
2 T <GVW <3,5 T - 91 89 (2.3)
1 Bus
GVW> 3,5 T P <150 Kw 92 90 (3)
- 150 Kw <P 95 (1) 90 (3)
Metode Pengujian ECE R51 ECE R51 - 01
2-83
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-84
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Sumber: DGLT
2-85
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Tabel 2.7.13 Jumlah Kendaraan Umum menurut Jenis Bahan Bakar & Konsumsi
Kendaraan Berbahan Bakar Konsumsi BBM
Angkutan Umum Kendaraan CNG
Bensin / Kendaraan / hari
Taxi 24,256 2,360 40 LSP / hari
Mikrolet 6,746 36 30 LSP / hari
Metromini 4,979 - -
Bus besar 4,752 - -
Bajaj 14,360 400 6LSP/ Hari
Catatan: a. Pasokan gas ke bus ± 250 LSP / hari / bus
b. Kebutuhan gas untuk taksi / mikrolet ± 24 LSP / hari / mobil
c. Kebutuhan Gas untuk Bajaj ± 6 LSP / hari / mobil
LSP (Liter Setara Premium): equivalant Liter ke Premium
Sumber: DGLT
Bogor 2,124 2,174 2,505 206 237 253 0.6 4.8 3.5 2.1 14.2
Tangerang 1,717 1,399 2,048 164 145 218 -5.0 13.5 -3.1 14.5 9.8
Bekasi 1,163 1,371 1,755 153 165 201 4.2 8.6 1.8 6.8 12.3
Total 8,419 8,430 10,500 818 865 1,089 0.0 7.6 1.4 7.9 12.2
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS
2-86
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-87
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
Gambar 2.7.5 Fasilitas Sosial di dalam 1km Radius dari Terminal Bus
5) Isu Gender
Isu gender berhubungan dengan fasilitas transportasi yang akan diselidiki berdasarkan
hasil Survei Commuter oleh JUTPI dan Survei angkutan umum oleh JAPTraPIS.
Karakteristik perjalanan terkait dengan pemilihan moda transportasi, panjang perjalanan
dan variabel pendapat lain merupakan faktor utama untuk analisis.
Gambar 2.7.6 menggambarkan distribusi keseimbangan gender (rasio persentase
pria/wanita) dengan cara sensus Kelurahan. Daerah dengan yang penduduk laki-lakinya
lebih rendah sebagian besar tersebar di sekitar daerah Kota.
2-88
Project for the Study on JABODETABEK Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS)
DRAFT LAPORAN AKHIR: Teks Utama
2-89