Perencanaan merupakan proses yang sangat penting dalam
pembangunan. Pada hakekatnya perencanaan merupakan suatu rangkaian
proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang akan dilakukan. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, melainkan harus dinilai menggunakan data dan fakta yang kongkrit. Terkait hal ini, ada istilah populer dalam konteks perencanaan, “jika gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan”. Perencanaan pembangunan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan peraturan pelaksanaan tentang tata caranya diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang perencanaan pembangunan baru saja mengalami perubahan, peraturan menteri dalam negeri nomor 86 tahun 2017 tentang …… menggantikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang…….. . Secara umum, substansi Permendagri 54 masih ada di Permendagri 86. Perbedaan mencolok hanya terdapat pada penambahan mengenai tata cara perubahan dokumen perencanaan. Berdasarkan prosesnya, digunakan empat pendekatan dalam perencanaan pembangunan, yaitu pendekatan teknokratik, pendekatan partisipatif, pendekatan politis dan yang terakhir pendekatan atas-bawah dan bawah atas, atau sebelumnya dikenal dengan pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan teknokratik dalam perencanaan pembangunan daerah maksudnya proses perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Secara sederhana, penyusunan perencanaan melalui pendekatan ini menggunakan pertimbangan-pertimbangan teknis masing-masing sektor pembangunan oleh masing-masing satuan kerja berdasarkan data dan hasil pengamatan kebutuhan masyarakat, dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan daerah maksudnya proses perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Menurut penjelasan undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan rasa memiliki. Lebih jauh, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan masalah yang dihadapi dan menyampaikan gagasan-gagasan sebagai masukan untuk berlangsungnya proses perencanaan berdasarkan kemampuan warga masyarakat sendiri. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mau dan mampu melaksanakan, memelihara dan menindaklanjuti hasil-hasil pembangunan. Pendekatan politis dalam perencanaan pembangunan daerah maksudnya proses perencanaan dilaksanakan dengan menerjemahkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih kedalam dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD. Pendekatan politik memandang rencana pembangunan merupakan penjabaran agenda atau janji politik pejabat kepala daerah terpilih atau bisa juga dikatakan sebagai bentuk penjabaran dari visi dan misi pembangunan yang ditawarkan kepala daerah pada saat kampanye. Selanjutnya, bagaimana kongkritnya peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam proses perencanaan?. Pada penyusunan rencana pembangunan jangka panjang maupun rencana pembangunan jangka menengah, peran DPRD sangat jelas karena penetapan RPJMD dan RPJPD melalui Peraturan Daerah yang menuntut adanya kesepakatan antara Kepala Daerah dengan DPRD. Sedangkan pada saat penyusunan rencana pembangunan tahunan tidak tersurat adanya peran DPRD dan hanya ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah. Meskipun demikian, bukan berarti peran DPRD menjadi tidak ada. Menurut pasal 78 Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, DPRD memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD berdasarkan hasil reses/penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bahan perumusan kegiatan, lokasi kegiatan dan kelompok sasaran yang selaras dengan pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RPJMD. Pokok-pokok pikiran DPRD tersebut disampaikan secara tertulis kepada Kepala Bappeda. Seandainya DPRD untuk melakukan rapat dengar pendapat dengan SKPD mitra masing-masing komisi dalam rangka penyusunan rencana pembangunan tahunan, apakah diperbolehkan?. Secara umum, tidak ada aturan yang memerintahkan, namun juga tidak ada yang melarang. Pelaksanaan diskusi dengan SKPD mitranya sangat baik dan sangat mungkin untuk dilakukan, namun yang jadi perhatian adalah bahwa konteks penyusunan RKPD adalah perencanaan untuk pemenuhan tujuan dan sasaran Kepala daerah, sedangkan pembahasan anggaran dilakukan pada forum yang berbeda, adapun pagu indikatif adalah indikasi wajar atas komponen belanja pada program kegiatan dalam rangka PEMENUHAN SASARAN. Artinya ada hubungan sebab akibat antara sasaran dan pagu indikatif, jika sasaran berkurang otomatis uangnya akan berkurang, begitupula sebaliknya, jika pagu indikatif mengalami perubahan pada saat “pembahasan APBD” akan berakibat pada perubahan sasaran pada program dan kegiatan terkait pagu indikatif yang bersangkutan. Jadi, aspirasi anggota dewan tidak wajib untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah menjadi kegiatan, akan tetapi jika usulan hasil reses tersebut memang mendukung pemenuhan sasaran pemerintah, otomatis akan disetujui. Pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan pembangunan daerah maksudnya perencanaan yang disusun merupakan hasil perencanaan yang diselaraskan dalam musyawarah pembangunan yang dilaksanakan mulai dari Desa, Kecamatan, Daerah kabupaten/kota, Daerah provinsi, hingga nasional. Pendekatan atas-bawah dan bawah-atas ini merupakan upaya untuk memadukan kebijakan pemerintah pada semua tingkatan dengan usulan dan aspirasi masyarakat dari bawah serta dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan di semua jenjang pemerintahan. Kesimpulannya, pendekatan-pendekatan ini digunakan untuk memastikan bahwa semua komponen masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, sehingga dokumen perencanaan yang disusun mampu mengakomodasi kepentingan semua komponen masyarakat.