Anda di halaman 1dari 9

ENCEPHALITIS

A. Tinjauan Medis
1. Defenisi
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang mengenai CNS
yang disebabkan oleh virus mikroorganisme lain non purulent
(Nurarif, 2015)
2. Etiologi
a. Mikroorganisme: bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta
dan virus

Macam-macam encephalitis virus menurut Robin :

1) Infeksi virus yang bersifat epidermik:


a) Golongan enterovirus = poliomyelitis, virus
coxsackie, virus ECHO.
b) Golongan virus ARBO = western equire
encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern equire
encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray
valley encephalitis.
2) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic,
choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap
disebabkan olehvirus tetapi belum jelas.
3) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca
varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca
mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti
infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
b. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox
c. Keracunan : arsenic, CO (Nurarif, 2015)
3. Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan
saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender
permukaan atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah,
kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ
tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembangbiak di
permukaan selaput lendir dan menyebar melalui system
persarafan. (Muttaqin, 2008)
4. Manifestasi Klinis
a. Demam
b. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
c. Pusing
d. Muntah
e. Nyeri tenggorokan dan ekstremitas
f. Malaise
g. Pucat
h. Halusinasi
i. Kejang
j. Gelisah
k. Gangguan kesadaran (Nurarif, 2015)
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif (2015) pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal: warna jernih terdapat
pleocytosis berkisar 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit.
Protein agak menigkat sedangkan glukosa dalam batas
normal.
b. Pemeriksaan EEG: memperlihatkan proses inflamasi yang
difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.
c. Thorax foto
d. Darah tepi: leukosit meningkat
e. CT-Scan untuk melihat keadaan otak
f. Pemeriksaan virus
6. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) penatalaksanaan penyakit
enchepalitis:
a. Isolasi bertujuan untuk mengurasngi stimulus dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan
b. Terapi antibiotic, sesuai hasil kultur
c. Bila enchepalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortilitas dan
morbiditas HSV enchepalitis.
d. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan yang
diberikan tergantung keadaan pasien
e. Mengontrol kejang
f. Mempertahankan ventilasi,; bebaskan jalan nafas, berikan O2
sesuai kebutuhan
g. Penatalaksanaan shock septic
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sistem Saraf
(catatanhariandara.blogspot.com/2013/04/asuhan-
keperawatan-encephalitis.html)
1) Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien
ensefalitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor,
dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami
koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai
tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
memantau pemberian asuhan keperawatan.
2) Fungsi Serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan
tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi
ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Pada klien
ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
3) Pemeriksaan Saraf Kranial
a) Saraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada
kelainan pada klien ensefalitis
b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi
normal. Pemeriksaan papil edema mungkin
didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif
disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
c) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi
pupil pada klien ensefalitis yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Pada tahap lanjut ensefalitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan
dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan.
Dengan alasan yang tidak diketahui, klien ensefalitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang
berlebihan terhadap cahaya.
d) Saraf V. Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis
pada otot sehingga mengganggu proses
mengunyah.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris karena adanya paralisis
unilateral.
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli kondungtif
dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik
sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya
usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan
kaku kuduk.
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada
satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap
normal.
j) Sistem Motorik. Kekuatan otot menurun, kontrol
keseimbangan dan koordinasi pada ensefalitis
tahap lanjut mengalami perubahan.
4) Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan reflex dada, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat reflex pada respons
normal. Reflex patologis akan didapatkan pada klien
ensefalitis dengan tingkat kesadaran koma.
5) Gerakan Involunter
Tidak ditemukan adanya teremor, Tic, dan distonia.
Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang
umum, terutama pada anak dengan ensefalitis disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan
peningkatan TIK juga berhubungan dengan ensefalitis.
Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang
peka.
6) Sistem Sensorik
Pemeriksaan sonsorik pada ensefalitis biasanya
didapatkan perasaan raba normal, perasaan nyeri
normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan
abnormal di permukaan tubuh, perasaan diskriminatif
normal. Peradangan pada selaput otak mengakibatkan
sejumlah tanda yang mudah dikenali pada ensefalitis.
Tanda tersebut adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya
upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b. Sistem Eliminasi
(catatanhariandara.blogspot.com/2013/04/asuhan-
keperawatan-encephalitis.html)
1) Eliminasi Bowel
Kebiasaan Defekasi sehari-hari biasanya pada
pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan
mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
2) Eliminasi Urine
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie
normal frekuensi normal. Jika kebutuhan cairan
terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka
produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi (SDKI)
1) Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses
kering dan banyak.
2) Penyebab
Fisiologis
a) Penurunan motilitas gastrointestinal
b) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
c) Ketidakcukupan diet
d) Ketidakcukupan asupan serat
e) Ketidakcukupan asuhan cairan
f) Aganglionik (misalnya penyakit Hircsprung)
g) Kelemahan otot abdomen
Psikologis
a) Konfusi
b) Depresi
c) Gangguan Emosional
Situasional
a) Perubahan kebiasaan makan (mias, jenis makanan,
jadwal makan)
b) Ketidakadekuatan toileting
c) Aktivitas harian fisik kurang dari yang dianjurkan
d) Penyalahgunaan laksatif
e) Efek agen farmakologis
f) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
g) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
h) Perubahan lingkungan
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
b) Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
a) Feses keras
b) Peristaltic usus menurun
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Mengejan saat defekasi
Objektif
a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
c) Teraba massa pada rektal

3. Intervensi
a. Konstipasi (SIKI)
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala konstipasi
2) Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume, dan warna)
3) Identifikasi factor risiko konstipasi (mis, obat-obatan, tirah
baring dan diet rendah serat)
4) Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/atau peritonitis
Terapeutik
1) Anjurkan diet tinggi serat
2) Lakukan masase abdomen, jika perlu
3) Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
4) Berikan enema atau irigasi, jika perlu
Edukasi
1) Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
2) Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
3) Latih buang air besar secara teratur
4) Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
Kolaborasi
1) Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/
peningkatan frekuensi suara usus
2) Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

4. Implementasi
5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai