Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (SC)

Di susun Oleh :

1. Ahmad Khaerudin (D0018003)


2. Anik Tyas Ifkarina (D0018006)
3. Laelatl Munawaroh (D0018021)
4. Heru Siswanto (D0018016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien No.16 Slawi-52416
Tahun 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESARIA (SC)

A. Pengertian Sectio Caesaria (SC)


Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi
distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin
dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur efektif atau darurat .untuk
Sectio Caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih
anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi
untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi (Muttaqin, 2010).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh. Sectio
caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2012)

B. Etiologi
Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio Caesarea
sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
C. Manifestasi Klinis
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

D. Patofisiologi
Riwayat sectio caesarea sebelumnya, distosia persalinan dan letak janin
abnormal memungkinkan ibu hamil untuk dilakukannya persalinan sectio
caesarea. Sectio caesarea menimbulkan perlukaan dan membuka jaringan,
dari jaringan yang tersayat akan memunculkan reseptor nyeri sehingga timbul
rasa nyeri. Klien post sectio caesarea akan mengalami kelemahan fisik dan
rasa nyeri sehingga dapat menganggu mobilisasi klien dan menyebabkan
masalah defisit perawatan diri, dengan adanya sectio caesarea juga dapat
menyebabkan klien mengalami cemas karena perubahan status peran dan
kondisi kesehatannya (Mansjoer, 2012).
E. Pathways

Indikasi pada ibu: Indikasi pada janin:


Disproporsi kepala panggul/ Janin besar, gawat
CPD/ FPD, disfungsi uterus, janin, letak lintang,
distosia jaringan lunak, riwayat prolaps tali pusat,
sesar ulang, kelainan plasenta multiple pregnancy,
(plasenta previa&solution malpresentasi,
plasenta) dan komplikasi
medis.

SECTIO CAESAREA

Terjadwal Darurat/ tidak terjadwal

Komplikasi lain:
Insisi pada abdomen dan uterus Harapan yang tidak pasti,
Deep vein thrombosis, Luka
pada VU dan usus, Emboli khawatir dengan kondisi diri
pulmoner, rupture uteri pd Luka pada abdomen dan bayinya, perubahan
kehamilan selanjutnya dsb. konsep diri yang mendadak

Nyeri Akut Ruang insisi diisi Kematian sel epitel,


Ansietas
gumpalan darah sel dermis &
jaringan kulit

Peradangan Peningkatan Kerusakan


mendadak perdarahan Integritas
Kulit

Risiko Infeksi
Gangguan
Citra
Tubuh
Risiko kekurangan volume cairan

Kelemahan Fisik
Risiko Cedera pada
Janin akibat
pembedahan Defisit Perawatan Diri
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Sebelum dilakukan oprasi sectio caesaria pasien di puasakan selama 6
jam, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
4. Kateterisasi

6
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

G. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

7
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (adanya luka post
SC) dan agen injuri biologis (involusi uterus, dan terjadinya
pembengkakan payudara).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (adanya luka post SC).
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman periode
post partum, proses persalinan, dan perawatan bayi serta rutinitas di
rumah sakit.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.

8
I. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 NIC: Pain Management
berhubungan jam diharapkan pasien dapat mengontrol 1. Melakukan pengkajian secara komprehensif 1. Mengetahui kualitas nyeri
dengan agen nyerinya, nyeri berkurang dengan kriteria mengenai lokasi, karakteristik, lamanya, pasien
injuri fisik hasil: frekuensi, kualitas nyeri dan faktor presipitasi
(adanya luka Indikator Awal Target 2. Mengobservasi penyebab ketidaknyamanan 2. Dapat mengurangi rasa
post SC) dan klien secara verbal dan nonverbal cemas dan takut sehingga
agen injuri 1. Pasien mampu mampu mengurangi rasa
biologis mengenali faktor sakit
(involusi penyebab nyeri 3. Menyakinkan klien akan pemberian analgesik 3. Menurunkan nyeri
uterus, dan 2. Mengenali onset 4. Menggunakan komunikasi teraupetik untuk 4. Komunikasi terapeutik
terjadinya nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien mampu menurunkan
pembengkakan 3. Memberikan kecemasan
payudara). analgesik 5. Mengkaji dampak dari pengalaman nyeri (ggg 5. Mengetahui kondisi
(kolaborasi dengan tidur, ggg hubungan) ketidaknyamanan klien
tim kesehatan lain) yang kemungkinan mampu
4. Melaporkan mengagnggu kualitas
kontrol nyeri hidupnya
5. Pasien mampu 6. Mengontrol faktor lingkungan yang 6. Meminimalkan nyeri
melaporkan menyebabkan klien merasa tidak nyaman dengan menciptakan
nyerinya (ruangan, temperatur, cahaya) lingkungan nyaman
6. Klien mengetahui 7. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik 7. Meningkatkan relaksasi
frekuensi nyeri relaksasi seperti bimbingan imajinasi, nafas
dalam

Keterangan:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan

9
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah a. Mencegah terjadinya
berhubungan selama 1x24 jam risiko infeksi dapat teratasi melakukan tindakan infeksi melalui tangan
dengan dengan kriteria hasil : b. Menyediakan lingkungan yang bersih dan b. Mencegah infeksi
pertahanan Batasan karakteristik Awal Target kenyamanan tempat tidur
tubuh primer Tidak terdapat demam, c. Batasi pengunjung c. Mencegah kontak klien
yang tidak kemerahan, cairan dengan dunia luar
adekuat purulen, bengkak d. Petugas kesehatan memakai sarung tangan d. Mencegah infeksi demi
(adanya luka disekitar luka sebagai bentuk universal precaution kesehatan klien dan
post SC). Mengetahui tanda dan petugas kesehatan
gejala infeksi e. Memberikan antibiotik e. Membunuh bakteri
Asupan nutrisi f. Menggunakan peralatan steril dalam melakukan f. Peralatan steril dapat
Robeknya kulit tindakan yang membutuhkan peralatan steril mencegah kondisi infeksi
Luasnya tepi luka g. Bersihkan dan sterilkan alat yang telah dipakai g. Mensterilkan alat untuk
Keterangan: dipaai ulang sebagai
1= tidak ada pengetahuan bentuk pencegahan infeksi
2= pengetahuan sedikit antar klien
3= pengetahuan sedang h. Observasi luka klien h. Mengetahui luka sebelum
4=pengetahuan baik dilakukan tindakan dan
5= pengetahuan sangat baik sesudah
i. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan i. Meningkatkan stamina
diet klien
j. Membantu dan mengajari kliren dalam j. Klien dapat melakukan
melakukan perawatan perineum perawatan perinium di
rumah

Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Atur waktu khusus untuk rutinitas perawatan 1. Memperbaiki pola tidur
tidur selama 1x24 jam, diharapkan kemampuan sehingga sesuai dengan jadwal pasien dan tidak individu dengan tidak
berhubungan tidur pasien meningkat dengan kriteria hasil: mengganggu jadwal istirahat pasien. mengganggu waktu
dengan Batasan karakteristik Awal Target perawatan dan waktu
ketidaknyaman Mengungkapkan istirahat pasien.
periode post kemampuannya untuk 2. Minimalkan tingkat kebisingan diluar dan 2. Mengurangi rangsangan
partum, proses tidur. didalam ruang perawatan. Tutup pintu pada saat dari luar yang dapat
persalinan yang pasien istirahat atau tidur. mengganggu waktu
lama, dan istirahat pasien.
10
perawatan bayi Mengungkapkan 3. Atur tidur siang pasien tanpa mengganggu waktu 3. Mengatur jadwal tidur
serta rutinitas jarang terjaga dimalam tidur bayi. pasien dan bayinya.
di rumah sakit. hari. 4. Batasi pengunjung pada siang dan malam hari. 4. Mengurangi kebisingan
Mengungkapkan dan meningkatkan waktu
kepuasannya akan istirahat pasien.
tidur. 5. Diskusikan teknik yang pernah dipakai pasien 5. Meningkatkan kontrol dan
Tidak menunjukan untuk meningkatkan waktu istirahat, misalnya meningkatkan relaksasi
keletihan pada saat minum minuman hangat, membaca, menonton pasien.
bangun tidur TV sebelum tidur, dan melakukan masase diarea
Keterangan: punggung.
1= tidak ada pengetahuan 6. Lakukan upaya untuk menciptakan rasa nyaman 6. Mengurangi nyeri dan
2= pengetahuan sedikit saat pasien merasa nyeri dengan cara menggosok ketegangan, meningkatkan
3= pengetahuan sedang punggung, memberikan analgesik, dan relaksasi dan istirahat serta
4=pengetahuan baik melakukan teknik relaksasi. meningkatkan waktu tidur
5= pengetahuan sangat baik pasien.

Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan pasien dalam melakukan 1. Mengetahui ADL pasien.
perawatan diri selama 1x24 jam, diharapkan pasien mampu ADL secara mandiri.
berhubungan melakukan perawatan diri secara menyeluruh 2. Monitor kebutuhan pasien akan alat bantu dalam 2. Mempermudah pasien
dengan nyeri dengan kriteria hasil: melakukan ADL. melakukan ADL.
dan kelemahan Batasan karakteristik Awal Target 3. Sediakan peralatan-peralatan pribadi yang 3. Mempersiapkan sarana
Mampu mandi sendiri dibutuhkan pasien (seperti deodoran, pasta gigi, prasarana pasien untuk
Mampu berpakaian dan sabun mandi, diapers). ADL,
sendiri 4. Bantu pasien dalam melakukan ADL sampai Memberikan perawatan
Mampu merapikan pasien atau keluarga mampu melakukannya pada pasien.
rambut sendiri dengan mandiri.
Mampu toileting
sendiri
Mampu makan dan
minum sendiri
Keterangan:
11
1= tidak ada pengetahuan
2= pengetahuan sedikit
3= pengetahuan sedang
4=pengetahuan baik
5= pengetahuan sangat baik

12
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B. (2012). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses-Definitions & Classificaions. Philadelphia : Mosby
Company

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai