PTK Pai Sma KLS11
PTK Pai Sma KLS11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kiranya tidak asing lagi apabila mendengar guru-guru Agama yang menyatakan
sekolah umum. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketakutan dari siswa itu
sendiri yang menganggap materi pendidikan agama adalah materi yang paling
agama saat itu juga siswa merasa kurang berminat, kurang termotivasi untuk
Faktor lain adalah karena basic (dasar) dari siswa. Mayoritas siswa yang belajar di
sekolah-sekolah umum memiliki dasar yang minim sekali tentang pendidikan agama.
Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada materi agama khususnya baca Al-Qur’an,
Demikian juga alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran PAI di sekolah-
siswa dapat membaca dengan fasih, menulis dengan tepat dan benar, menghafal
dengan cepat. Dengan latar belakang basic agama yang minim sekali sementara
waktu yang diberikan untuk materi pendidikan agama sangat sedikit sekali. Hal inilah
1
yang menjadi penghalang ketercapaian hasil yang memuaskan. Akan berbeda sekali
dengan siswa madrasah pada umumnya yang telah memiliki latar pendidikan agama.
Lebih mudah untuk membaca, mudah dalam menulis dan menghafal sehingga tidak
teoritis dan empirik. Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul
Materi Pendidikan Agama Islam Kelas II-1 Di SMU Negeri 1 Batu”. Dari sini
diharapkan.
B. Rumusan Masalah
kesulitan belajar pada materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada
2
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang hendak di kaji tersebut, maka peneliti ini bertujuan
untuk :
kesulitan belajar materi Pendidikan Agama Islam siswa kelas II-1 di SMU
Negeri 1 Batu.
D. Hipotesis
E. Manfaat Penelitian
1. Lembaga
Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan metode drill dalam
3
2. Guru
Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis,
efektif dan efesien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta
3. Siswa
Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta
F. Sistematika Pembahasan
BAB II Kajian Pustaka, pada bab ini memaparkan tentang pengertian, unsur-
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang pendekatan dan
4
BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang
BAB V Penutup, pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari hasil
metode pengajarannya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Drill
tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan
pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik
metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar
siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi
edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai
penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang
dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di
bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah
metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi
pembelajaran.
Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana
1
Abu, Ahmad. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV Amrico, hal: 152
6
bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh
guru.
Dari definisi metode mengajar, maka metode drill adalah suatu cara mengajar
ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.2
Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal
bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk
yang diberikan.
2
Abu, Ahmad. Ibid, hal: 125
3
Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, hal: 86
7
b. Teknik Discovery (penemuan)
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di
membagi, menjumlahkan.
4
Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya, hal: 226-
228
8
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu
otomatik.
4. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak
5
Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara, hal: 125
9
5. Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill
latihan tertentu.6
sempurna.
timbul.
kontrol
f. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
kehidupan selanjutnya.
6
Nana, Sudjana. Op. Cit, hal: 87
10
3 Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu
yang dilatihkan.
dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak
didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping
7
Winarno, Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito, hal: 92
8
Jusup, Djajadisastra. Op. Cit, hal: 65
11
1 Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan
merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan
benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
9
Ibid, hal: 66-67
12
3 Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi
atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar
kecepatan merespon.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United State of
Office of Education (USEOU) pada tahun 1997 yang dikenal dengan public law, yaitu
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa uraian atau tulisan. Adapun The National Joint
dikemukakan oleh The Board of The Association for Children and Adult with
10
Ibid, hal: 67-69
13
a. Suatu kondisi yang diduga bersumber neurologis yang
orang yang memiliki system sensoris yang cukup dan kesempatan untuk
belajar memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Selain
itu juga beberapa definisi tersebut juga mengemukakan bahwa pengertian kesulitan
11
Abdurrahman Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
hal: 6-8
14
sistematis dan sering tampak sebagai kesulitan yang disebabkan oleh tidak
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya
eksternal.
a. Faktor genetik.
e. Pencemaran lingkungan.
12
Ibid, hal: 11-12
15
f. Gizi yang memadai.
Adapun menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar :
Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa
yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak
adalah :
siswa.
16
b. Tidak mempunyai teman belajar bersama untuk kesulitan belajar.13
13
Oemar, Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belaja. Bandung. Tarsito, hal: 112
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari
pengukuran.14
merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang terletak di Jl. KH. Agus
Salim 57 Kota Batu, SMU Negeri 1 Batu merupakan salah satu Sekolah Menengah
14
Anselm,dkk, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Tehnik danTeori Grounded), 1997.
Penyadur Junaidi Ghony, P T Bina Ilmu, hlm. 11
15
Soedarsono, F.X, AplikasiPenelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 2
18
Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di SMU Negeri 1
Batu yang berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim) pada saat
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Tahapan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
efektifitas dari penggunaan Metode Drill dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
yang khususnya materi Pendidikan Agama Islam bagi siswa kelas II-1 SMU Negeri 1
Batu. Sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal sesuai dengan
tersebut adalah:
akan diteliti.
sistematis.
19
h. Memakai metode yang digunakan yaitu Metode Drill.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) minggu yang dimulai pada hari
Rabu tanggal 28 Juli 2004 dan berakhir pada tanggal 25 Agustus 2004.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap
a. Tahap Awal
1. Salam pembuka.
b. Tahapan Inti
20
6. Tiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya.
mengajar berlangsung.
c. Tahap Akhir
data berupa hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada
b. Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di kelas,
21
4. Analisis dan Refleksi
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
Menurut Miles dan Hubberman, tekhnik analisa data terdiri dari 3 tahap pokok,
bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi
jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk
pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas. Data hasil pengamatan dan
hasil belajar siswa, setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi.
Terkait dengan penelitian ini, maka data yang diperoleh melalui observasi di
dalam kelas dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode drill
16
lexi, Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 103
17
Miles dan Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, hal: 1
22
dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi Pendidikan Agama
Islam.
sesuai dengan tujuan yang ada atau yang akan dicapai. Yakni memberikan
lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan mereka sendiri, sehingga pada
C. Siklus Penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan dua pokok bahasan, yakni
bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X
D. Instrumen Penelitian
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Pengertian
instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari
sebagai alat mengumpulkan data seperti tes pada penelitian kualitatif. Adapun
18
Lexi, Moleong. Op. Cit, hal: 121
23
instrumen yang dapat dijadikan sebagai penunjang lainnya adalah pengamatan
dengan lembar pedoman observasi prilaku siswa di dalam kelas pada saat proses
belajar-mengajar, nilai tugas dari setiap siklus dan nilai ulangan harian.
Data yang akurat akan diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut
1. Metode Observasi
a) Observasi Partisipatif
serta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran serta
pengamatan tertutup. Yang terbuka atau tertutup disini adalah pengamat dan
bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan mereka. Sebaliknya
24
pada pengamatan tertutup, pengamatnya beroperasi dan mengadakan
dalam kegiatan subyek yang diteliti dan menjadi pengarah acara agar
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang
gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah
laku siswa, kerjasama serta komunikasi diantara siswa dalam proses belajar-
mengajar.
19
Ibid, hal: 126-127
25
Terkait dengan penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah
observasi aktivitas kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa yang
dengan menggunakan lembar observasi prilaku siswa, out put dari data evaluasi
diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman dengan cara membuat
catatan dari hasil yang telah diperoleh selama proses penelitian. Teknik perekaman
observasi prilaku siswa berdasarkan perkembangan siswa setiap siklus, yakni siklus I
Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
26
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
Terkait dengan penelitian ini, maka data yang dijadikan perbandingan adalah
lembar pedoman observasi prilaku siswa, hasil dari nilai tugas (siklus I dan siklus II),
G. Indikator Kinerja
pertemuan pada saat proses belajar-mengajar dengan observasi di dalam kelas sudah
Pendidikan Agama Islam di SMU Negeri 1 Batu dapat mengatasi kesulitan belajar
siswa. Hal tersebut dapat kita lihat dari catatan pada lembar observasi prilaku siswa
pada saat mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar, nilai tugas dan tes ulangan
harian.
20
Ibid, hal: 178
27
BAB IV
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang terletak di Jl. KH. Agus
Salim 57 Kota Batu, SMU Negeri 1 Batu merupakan salah satu Sekolah Menengah
SMU Negeri 1 Batu merupakan sekolah yang favorit. SMU Negeri 1 Batu didukung
oleh sumber daya manusia yang cukup memadai dan profesional, dimana SMU
Negeri 1 Batu, memiliki 50 pendidik yang tetap, dan 5 pendidik yang tidak tetap. Jadi
jumlah seluruh pendidik di SMU Negeri 1 Batu berjumlah 55 dengan kepala sekolah.
Pegawai di SMU Negeri 1 Batus ebagian besar mereka adalah lulusan berpendidikan
yang tinggi, baik yang ada di kota Malang maupun diluar kota Malang.
pendidikan, diantaranya adalah ruang belajar (kelas) yang berjumlah 24 kelas, yitu 8
ruang untuk kelas satu, 8 ruang untuk kelas dua, dan 8 ruang untuk kelas tiga. SMU
laboratorium IPA, laboratorium IPS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang tata
usaha, ruang kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, organisasi kesiswaan seperti
OSIS, UKS, Koperasi Sekolah, Pramuka, PMR, ruang olah raga, dan kamar mandi.
28
Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di SMU Negeri 1
Batu yang berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim)pada saat
Penelitian ini dilaksanakan oleh guru praktekan selaku penulis laporan ini. Penelti
dalam mengatasi kesulitan belajar. Salah satu metode pengajarannya adalah dengan
menerapkan metode drill. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengubah system
pengajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini monoton menjadi menarik dan
B. Hasil Penelitian
Uraian berikut adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Dengan demikian kita akan mengetahui
bahwa penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2004 sampai dengan tanggal
25 Agustus 2004 selama 5 kali pertemuan, tiap hari sabtu jam 3-4 di kelas II-1.
praktek mengajar) dengan 2 pokok bahasan yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit
dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X45 pertemuan dengan 2 kali
pertemuan).
29
1. Siklus Pertama
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti
menerapkan metode drill sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan
siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika
Siklus ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit
dengan 2 kali pertemuan). Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus I, peneliti
bagian, yaitu:
1) Shalat dhuha
3) Shalat istikharah
4) Shalat hajat
5) Shalat istisqa’
30
d. Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti
b. Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode drill siswa kelas II-1, maka tahapan
pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode drill. Adapun penelitian ini mulai
1. Tahap Awal
c. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
(Shalat-Shalat Sunah)
kelompok.
Whilst Activity
31
a. Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan
menghafal do’a sholat dhuha serta menulisnya dalam waktu beberapa menit.
II serta mempresentasikannya.
yang lainnya.
Post Activity
diskusi.
3. Tahap Akhir
bertanya.
selanjutnya.
shalat dhuha.
32
e. Peneliti/ guru menutup pertemuan / salam penutup.
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
Whilst Activity
yang lainnya.
33
d. Peneliti/ guru mengatu jalannya diskusi.
Post Activity
proses belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
betanya.
materi selanjutnya
c. Observasi Siklus I
sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar
pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I,
kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan
pelajaran, karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.
34
Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini
terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat
Namun ada sebagian kecil siswa yang sedikit dapat membaca bacaan do’a sholat
Setelah siswa mendapatkan metode drill, siswa diberi soal post test untuk
d. Refeleksi Siklus I
dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas II-1 SMU Negeri 1 Batu,
yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya
perlu diberikan metode drill yang lebih efektif dan efisien, yaitu dimulai
35
2 Sebagian kecil siswa yang kurang hafal bacaan-bacaan dzikir dan
do’a masih merasa kesulitan untuk membaca, menulis, maka harus diberikan
2. Siklus Kedua
menggunakan metodr drill yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses
b. Membagi materi BAB III (Zikir dan Do’a) menjadi 5 bagian, yaitu:
36
d. Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat
pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus II
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
37
c. Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing
kelompok.
Whilst Activity
menghafal lafal-lafal zikir dan do’a dalam waktu beberapa menit. Kemudian
dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB III serta
mempresentasikannya.
yang lainnya.
Post Activity
proses belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
untuk bertanya.
38
c. Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan
selanjutnya.
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
Whilst Activity
39
b. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang lainnya.
Post Activity
proses belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
untuk bertanya.
c. Observasi Siklus II
I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada
kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh
40
bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa
bertambah aktif untuk bertanya. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari
pembelajaran metode drill, yaitu dapat dilihat pada hasil nilai akhir ulangan harian
siswa.
d. Refleksi Siklus II
metode drill, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar
siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
metode drill harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah
disampaikan.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab ini, penulis mencoba menyimpulkan beberapa hal dari papara data
bentuknya dapat membantu siswa untuk lebih mudah belajar mata pelajaran
PAI khususnya untuk materi yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Hal ini
menulis dan menghafalnya. Bahkan proses kegiatan belajar siswa dapat lebih
efisien.
tetapi pada pokok bahasan yang lain pun dilakukan pemberian drill dengan
drill yang mereka peroleh adalah dengan membaca lafadz-lafadz arab dan
42
menulisnya, bahkan untuk lebih efektif diberikan kepada mereka tugas-tugas
yang lebih baik. Kemudian untuk hafalan dilakukan prakatek didepan kelas
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu penulis
khususnya untuk materi Pendidikan Agama Islam yaitu pada bahasan materi
lain.
43
44