Etiologi
Terdapat beberapa pencetus hipoglicemia, yang paling sering adalah karena pengobatan
diabitus militus sebagai berikut :
e. Gagal ginjal
II. Patofisiologi
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar dapat
memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari berbagai sumber
seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen, glukoneogenesis memacu terjadinya
respon insulin. Orang sehat akan segera memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan
kembali kadar gula darah ke level yang normal.
Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin, sehingga Glukosa tidak bisa
dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh darah sehingga menimbulkan
Hiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula darah biasanya diberikan Insulin, namun
karena dosis yang kurang tepat bisa menimbulkan penurunan glukosa darah yang cepat.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan gejala yang
ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala : perspirasi, tremor, takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar.
Pada Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
Hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
dari tidur, kehilangan kesadaran.
Terjadi hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum, karena
glukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat menggunakan sumber energi
lain (ketone, lemak) kecuali glukosa. Sebagai konsekwensi penurunan kadar glukosa, maka
akan mempengaruhi aktivitas sistem saraf.
Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum oleh karena aktivitas hormon
insulin secara akut, akan merangsang sekresi hormon glukagon dan epinephrin yang dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
1. Gejala adrenergik sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf outonom dengan gejala
palpitasi, iritabile, kelemahan umum, dilatasi pupil, pucart, keringat dingin.
2. Gejala neuroglycopenia sebagai akibat dari tidak adekwatnya suplay gula darah ke
jaringan saraf, yaitu sakit kepala, gelisah, tidak mampu konsentrasi, bicara tidak jelas,
gangguan penglihatan, kejang, coma. Hal ini sering tampak pada kadar glukosa darah
dibawah 45 – 50 mg/dl.