Edisi Kedua 2016 PDF
Edisi Kedua 2016 PDF
Salam semangat!
Redaksi
rscm.co.id
M
utu rumah sakit disadari dan layak untuk menjadi informasi dan pencapaian unit kerja dalam upa-
bukan semata-mata ber- penting. ya penjaminan mutu di unit kerjanya,
awal dari pimpinan ter- Penyusunan perbaikan berkelan- maka RSCM Award diberikan bagi unit-
tinggi rumah sakit melain- jutan secara mandiri dengan me- unit kerja yang memiliki:
kan justru berasal dari unit-unit kerja. tode Plan-Do-Study-Act (PDSA). Kelengkapan resume medik
Program penjaminan mutu di RSUP Pengelolaan laporan insiden hing- (≥80%).
Nasional dr. Cipto Mangunkusumo ga upaya pencegahannya. Kontribusi dalam pelaporan in-
saat ini lebih bersifat desentralisasi. Penyusunan daftar risiko dan Fail- siden (≥80%).
Masing-masing unit meningkatkan ure Mode Effect Analysis (FMEA). Ketepatan waktu pelaporan data
kapasitasnya untuk semakin man- Penanggung Jawab (PJ) Mutu di- indikator unit (≥60%).
diri bertindak responsif dalam upaya tunjuk sebagai penghubung antara Ketepatan waktu pelaporan indika-
peningkatan mutu dan keselamatan program manajemen mutu unit den- tor individu (patient care) (≥60%).
pasien di setiap unitnya. Saat ini, unit- gan manajemen mutu korporat sehing- Minimal dua buah PDSA yang di-
unit secara mandiri menentukan dan ga proses pemanfaatan data dan infor- laksanakan tuntas dan menghasil-
mengupayakan: masi yang diperoleh dapat bermanfaat kan pembelajaran bagi unit kerja.
Penetapan indikator prioritas ber- bagi semua. Untuk menjamin pelak- Tingkat kehadiran PJ Mutu dalam
dasarkan data dan kebutuhan. sanaan serta untuk lebih menghargai pertemuan berkala (≥60%).
Pengaturan pelaksanaan berba- tugas dan fungsinya, PJ Mutu unit kerja Daftar risiko dan FMEA.
gai program mutu mulai dari ori- dimintakan untuk dapat bekerja dalam Performance board.
entasi dan peningkatan kapasitas taraf penanggung jawab, memiliki pe- Potret giatnya unit kerja melak-
hingga pengembangan sistem nilaian khusus, dan mendapatkan re- sanakan berbagai upaya peningkatan
pemantauan dan evaluasi. munerasi khusus sesuai dengan taraf mutu, cermin kerja rumah sakit yang
Peningkatan kapasitas dalam tugasnya. juga giat dalam mutu dan keselamatan
pengumpulan data yang valid Penghargaan atas semua upaya pasien.
K
Unit kerja yang melakukan sedasi
ebijakan yang perlu diketahui pasien didasar kriteria skor aldrette, harus menyediakan alat dan prasa-
terkait dengan pokja ASC yang sedangkan pemulangan berdasarkan rana sesuai dengan usia dan jenis
dikenal dengan Pokja Pelayan- skor Post anesthetic discharge scoring pelayanan sedasi.
an Anestesi dan Bedah (PAB) system (PADSS). Semua proses sedasi Setiap unit kerja melakukan kalibrasi
antara lain kebijakan tentang pelaku sedang dan dalam harus tecatat dan terhadap alat yang digunakan.
Setiap unit kerja melengkapi doku-
sedasi, panduan pelayanan sedasi, pe- didokumentasikan secara terpisah
men seperti: asesmen pra sedasi,
nilaian dan perencanaan pembedah- didalam status sedasi. Prosedur sedasi inform consent, dan lain-lain.
an serta kebijakan penggunaan alat di RSCM dilakukan di RSCM Kencana, Setiap pelaku sedasi harus mampu
kesehatan implan. Departemen Radiologi, Departemen melakukan bantuan hidup lanjut.
Pelaku sedasi sedang adalah sese- Radioterapi, PESC, ERCP, Ruang prose- Pelaku sedasi memiliki kewenangan
orang yang memberikan dan meng- dur gedung A, Departemen gigi dan klinis dan sertifikat pelatihan sedasi
awasi sedasi, dilakukan oleh DPJP mulut, Departemen anak, departe- yang masih berlaku.
anestesiologi dan peserta didik yang men THT dan Instalasi Bedah Pusat. Setiap unit kerja yang melayani sedasi
kompeten, dokter spesialis anak kon- Alat kesehatan implan merupa- harus memiliki KPI terpilih.
Setiap unit kerja yang melayani sedasi
sultan dan dokter non-anestesiologi kan objek atau materi dengan tujuan
harus memiliki obat penawar narko-
yang memiliki pengetahuan dan ke- membentuk struktur, memperbaiki tik, pelumpuh otot, dan flumazenil.
mampuan sesuai persyaratan. Peng- fungsi tubuh, menyembuhkan dan Setiap unit kerja yang melayani sedasi
awasan dan pemantauan sedasi ber- mendiagnosis dimana: harus melengkapi data mobiditas/
ada dibawah tanggung jawab pelaku Sebagian atau keseluruhannya di- mortalitas.
sedasi kecuali tindakan sedasi meli- masukkan ke tubuh atau orifisium
batkan praktisi yang berkompeten dan ditinggalkan selama minimal Layanan Pembedahan
lainnya yakni dokter anestesiologi. 30 hari. Adanya dokumentasi yang mem-
Pelayanan sedasi terdiri dari pe- Digunakan untuk menggantikan buktikan perencanaan pembedahan
melalui proses asesmen.
layanan sedasi sedang dan dalam. permukaan epitel atau permu-
Adanya laporan pembedahan yang
Setiap tindakan sedasi kecuali sedasi kaaan lapisan mata dan ditinggal- mencakup poin, sebut saja Diagnosis
ringan harus melalui proses komu- kan selama minimal 30 hari. Pra dan Pasca Bedah; Tanggal dan
nikasi, edukasi termasuk analgesia Memerlukan prosedur pembeda- Lama Pembedahan; Tindakan Pembe-
pasca tindakan dan pemberian in- han/ prosedur medik untuk me- dahan; dan lain-lain.
formasi serta mendapat persetujuan masukkan dan mengeluarkannya. Adanya dokumentasi asuhan pasca
dari pasien atau keluarga. Pada kasus Alat kesehatan implan masuk ka- bedah untuk kebutuhan segera sesuai
emergency disesuaikan kondisi saat tegori “Alat kesehatan implan perlu pasca bedah.
terjadinya kegawadaruratan medis. penelusuran” jika memenuhi salah
Layanan Implan
Pasien yang akan dilakukan tindakan satu dari tiga kriteria berikut:
Revisi kebijakan dan SPO.
sedasi harus melalui proses kunjungan Kegagalan dari alat dapat ber- Unit kerja harus memiliki hardcopy
pra-anestesi dan penilaian pra-sedasi. pengaruh pada masalah medis revisi kebijakan dan SPO.
Pemantauan layanan sedasi sedang yang serius sesuai klasifikasi kelas Departemen menggunakan alat
dan dalam, seperti pemantauan tanda III. implan harus memiliki daftar alat
vital sebelum, selama dan setelah tin- Alat tersebut sengaja ditinggal- implan, alasan pemilihan dan data
dakan dengan NIBP, EKG dan pulse ok- kan di dalam tubuh selama lebih penelitian.
simetri. dari satu tahun; atau. Setiap departemen harus menentu-
Pemantauan sedasi dilakukan Alat tersebut adalah penopang kan persyaratan umum staf teknis/
vendor dari luar yang bantu pema-
berkesinambungan setiap lima menit kehidupan yang digunakan di
sangan implan.
selama sedasi. Setelah sedasi pasien luar lingkungan rumah sakit Setiap departemen harus memiliki
akan dipindahkan ke ruang pemulihan sesuai klasifikasi kelas III. data insiden implant sejak Juni 2015.
didampingi tim pengelola yang me- Kematian atau cedera serius terkait Setiap departemen harus melakukan
mahami kondisi pasien. Pemantauan alat kesehatan implan harus dilapor- monitoring melalui KPI dokumentasi
di ruang pulih dilakukan berkesinam- kan dengan form insiden report. Pe- penggunaan implan sesuai SPO.
bungan setiap 15 menit hingga dike- laporan maksimal 10 hari kerja setelah
luarkan dari ruang pulih. Pengeluaran diketahui dan diserahkan ke KMKK.
Apa jadinya jika pasien yang berobat ke rumah sakit malah terinfeksi. Disinilah
penting peran pokja PCI. Mereka pun berbenah.
S
jamin keselamatan pasien, petugas,
etiap rumah sakit perlu me- pasien yang berobat ke rumah sakit serta semua yang berada di ruang ling-
miliki unit yang khusus mena- akan terkena infeksi. kup RS, dan tentunya ini merupakan
ngani masalah infeksi. Mengapa? Karenanya Pencegahan dan Pen- suatu budaya keselamatan, yang terus
Tanpa penanganan yang baik, gendalian Infeksi (PPI) atau Prevention dilaksanakan. (berbagai sumber)
4.BUNDLES IDO
4.1 mandi clorhexidine 4% sore hari dan pagi hari 1 hari sebelum operasi
4.2 pemberian antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi
4.3 jangan lakukan pencukuran kecuali mengganggu operasi
4.4 control gula darah
4.5 menjaga suhu tubuh tetap normal selama pembedahan
4.6 kebersihan tangan
4.7 perawatan luka dengan mempertahankan teknik steril, drasing
transparan, edukasi 4.8 pasien, kontrol tepat waktu
BIJAK KATA
Pokja FMS
Safety (FMS) memiliki tugas melakukan pe-
nilaian terhadap kemungkinan risiko yang
akan timbul dari tidak standarnya suatu
Melangkah maju praktik atau kondisi untuk kemudian ditin-
daklanjuti. Informasi-informasi terkait risiko
Oleh: Anggi Ginanjar, SE, MM diperoleh oleh Pokja FMS melalui laporan-
laporan dari unit kerja, para penanggung
FMS senantiasa berbenah. Berbagai langkah jawab gedung, K3, B3, dan lain-lain serta
kegiatan telusur mingguan yang dilakukan
dilakoninya. Hanya untuk satu tujuan yakni Pokja FMS.
menciptakan rumah sakit yang profesional. Dengan kata lain hampir 68% temuan
P
sudah selesai ditindaklanjuti Pokja FMS dan
ara pimpinan RSUPN Dr. staf dan pengunjung, oleh kare-
dari hasil temuan tersebut dapat diidentifi-
Cipto Mangunkusumo telah nanya dibentuklah sebuah kelom-
kasi beberapa hal yang menjadi penyebab
berkomitmen untuk menye- pok kerja manajemen fasilitas dan
terjadinya temuan adalah kurangnya kepa-
diakan fasilitas yang aman, keselamatan yang terdiri dari bagian
tuhan dan kepedulian pegawai, peserta di-
berfungsi dan mendukung bagi pe- administrasi, bagian teknik pemeli-
dik, vendor dan pengunjung terhadap fasili-
layanan pasien, pendamping pasien, haraan sarana prasarana, bagian as-
tas, lingkungan dan keselamatan di tempat
PERMASALAHAN LANGKAH POKJA bekerja.
Melakukan pemantauan dalam bidang
Pihak ke-3 tidak menggunakan alat pengendalian infeksi, keselamatan dan
pelindung diri sesuai standar keamanan sebelum, saat dan sesudah
Langkah Pokja FMS:
pekerjaan konstruksi dan renovasi dilakukan Bentuk Infection, Safety and Security
Menghimbau stakeholder agar parkir di area Control (ISSC).
Stakeholder parkir disembarang tempat yang telah disediakan, penyeragaman kartu
dan tidak menggunakan kartu identitas saat identitas bagi stakeholder dan peningkatan
Bekerja sama dengan TNI dan Polri
berada di lingkungan RSCM kerjasama dalam bidang keamanan dengan untuk masalah keamanan dan meng-
Polri dan TNI himbau seluruh stakeholder tentang
Bahan berbahaya dan beracun yang Pembuatan stiker/ pamflet tentang cara
disimpan tidak pada tempatnya dan tidak penggunaan dan penanganan dalam kondisi
masalah parkir dan kartu identitas.
selalu memiliki MSDS (Material Safety Data darurat untuk 10 besar B3 yang banyak Tim dari Unit Sanitasi dan Lingkungan
Sheet/ Informasi Data Keamanan Bahan) digunakan berencana buat stiker/ pamflet ten-
Menghimbau pegawai untuk selalu mengikuti tang cara penggunaan dan penangan-
Rendahnya kepedulian pegawai untuk
pelatihan dan simulasi keadaan darurat dan
mengikuti pelatihan atau simulasi dalam an kondisi darurat untuk 10 besar B3
bencana demi keselamatan dan keamanan
keadaan darurat/ bencana
bersama yang banyak digunakan.
Melakukan safety patrol dan ronde lapangan Ada pepatah mengatakan “Everyone
Jalur evakuasi yang tertutup oleh barang- untuk mengecek dan memastikan seluruh jalur
barang evakuasi aman dan menghimbau untuk tidak wants to live on the top of the mountain, but
meletakkan barang-barang di area evakuasi all the happiness and growth occurs while
you’re climbing it”, kita ingin memiliki tempat
Unit Kerja Fokus Area kerja yang indah dan aman, tapi tahukan, ke-
Bagian Administrasi Keamanan bahagiaan dan impian itu hanya bisa terwu-
Unit Sanitasi dan Lingkungan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan jud jika kita bersama berusaha mencapainya
Beracun (B3)
dan menjaganya.
Unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Regu
Keselamatan dan Kebakaran
Penanggulangan Kebakaran Temuan Selesai
Sedang Belum
Total
Berproses Terlaksana
Unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Tim Medis
Kesiapsiagaan Bencana Mock Survei 24 11 10 45
Reaksi Cepat dan Tim Proteksi Radiasi
Workshop FMS 41 14 3 58
Unit Fasilitas Medik dan Bagian Aset & Inventaris Teknologi Medis Progress
56 11 9 76
Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana Prasarana, Utilitas (Gedung/Bangunan, Mekanikal Checking
Unit Sanitasi & Lingkungan dan PPIRS Elektrikal dan Air) Total 121 36 22 179
Pokja FMS Tugas, fungsi, dan fokus area Unit kerja Progres total langkah perbaikan yang dilakukan
Pokja FMS Pokja FMS
Pelayanan, PFE
Oleh: Linda Amiyanti, SKp, MKes & Tim
Dengan berbagai sistem dan
perangkat, akhirnya Pokja PFE RSCM
berusaha meraih nilai 9.
Menurut Linda Amiyanti, SKp,
MKes, Ketua Pokja PFE RSCM salah
Edukasi pada pasien dan keluarga dilakukan oleh satu caranya dengan melakukan
tenaga kesehatan yang profesional dan memiliki tracer setiap hari guna melihat rekam
medis pasien.
banyak kemampuan komunikasi efektif sehingga Kegiatan ini memfokuskan pada
penatalaksanaan pelayanan yang hakiki dapat tercapai. formulir informasi dan edukasi
P
pasien dan keluarga yang terintegra-
asien dan keluarganya yang Mangunkusumo telah membentuk Pokja
si. Tracer dilakukan di seluruh ruang
datang ke rumah sakit ten- Patient and Family Education (PFE) atau
perawatan yakni ruang rawat jalan
tunya menghadapi berba- dikenal Pendidikan Pasien dan Keluarga
dan rawat inap.
gai masalah dan tantangan. (PPK).
“Kami melihat kepatuhan dalam
Sebut saja ia dan keluarga harus Pokja PFE merupakan pokja yang memi-
mendokumentasikan edukasi yang
menjalani prosedur pengobatan liki kegiatan untuk memberikan informasi
sudah diberikan, apakah semua form
yang terkadang sangat melelahkan. terhadap masalah kesehatan pasien yang
telah terisi dan ceklist telah lengkap.
Tak hanya itu. mereka pun perlu belum diketahui oleh pasien dan keluar-
Kami pun memiliki rompi saat men-
memiliki pengetahuan tentang ganya. Hal tersebut perlu diketahui untuk
jalankan tugas keliling. Kami akan
perkembangan terapi dan penya- membantu atau mendukung penatalak-
terus mengembangkan sistem yang
kitnya. Karenanya RSUPN Dr. Cipto sanaan medis dan atau tenaga kesehatan
sudah ada, dengan tujuan membu-
lainnya.
dayakan PFE di seluruh stakeholder
Edukasi diberikan sejak pasien masuk,
terkait,” jelasnya. (berbagai sumber)
selama perawatan sampai dengan pasien
pulang dari rumah sakit. Adapun tujuan
dari kegitan PFE diantaranya:
Agar pasien mengerti dan memahami
masalah kesehatan yang ada.
Meningkatkan pengetahuan dan
atau keterampilan pasien dan kelu-
arga tentang masalah kesehatan yang
dialami.
Membantu pasien dan keluarga dalam
meningkatkan kemampuan untuk
mencapai kesehatan secara optimal.
Pernyataan puas pasien dan keluarga setelah mendapatkan edukasi dari tim kesehatan(dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapi,dan
lain-lain) sehingga pasien dan keluarga merasa yakin membuat keputusan tentang program penatalaksanaan penyakitnya.
“Sebaik apapun
Direktur kami
menjelaskan proses yang
terjadi di RS ini, tetapi
bila di unit-unit layanan
yang merupakan pusat
penyediaan layanan
tak memahami standar
layanan, maka layanan
tetap dianggap tidak
bermutu dan aman”
CERITA DARI
TIM PERSIAPAN
AKREDITASI JCI RSCM
Oleh: dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K)
L
ebih dari 15 kelompok kerja (pok- menghiasi profil RS sejak tahun 2013.
ja) terlibat dalam proses awal “Menjadi RS pemerintah pertama
akreditasi JCI di RSCM yang saat yang terakreditasi internasional bukan-
itu menjadi RS pemerintah per- lah tantangan yang mudah tentunya,”
tama yang harus terakreditasi interna- kenang dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K), Ke-
sional tahun 2013. Sesekali, kegusaran tua KMKK RSCM.
merundung ke-15 pokja itu, saat tim Hervita menjelaskan, pada saat
surveior akreditasi JCI menemukan akreditasi pertama di tahun 2013 tim
satu demi satu temuan yang harus surveior JCI melakukan penilaian pada
diperbaiki. hasil pencapaian RS selama 4 bulan dan
Namun demikian, hal itu tak mema- lebih memrioritaskan pada pemenuh-
tahkan semangat pokja-pokja di bawah an standar RSCM sebagai korporat.
komando Unit Pelayanan Jaminan
Mutu (UPJM) cikal bakal Komite Mutu, Re-Akreditasi JCI & Tantangan
Keselamatan, dan Kinerja (KMKK). Se- Setelah tiga tahun berlalu, RSCM
mua bangkit dan berusaha untuk me- kembali bersiap untuk menjalani re-
addc.org.au
bsseputro.blogspot.co.id
C
ontinuity of care dapat diarti- si maksimal delapan jam. Pasien yang Penggunaan Cap Diagnosis Kom-
kan perawatan yang berke- telah ditangani kegawatdaruratannya pleks
sinambungan. Oleh karenanya dan dengan kondisi yang stabil dapat Saat ini pengisian data mengenai
Pokja Access to Continuity of langsung dipindahkan ke unit rawat riwayat penyakit pasien rawat jalan
Care (ACC) yang juga kita kenal dengan inap. ditulis pada formulir Profil Pasien Ra-
Pokja Akses ke Pelayanan dan Konti- Pasien yang ditransfer ke Unit Ra- wat Jalan (sebelumnya bernama Form
nuitas Pelayanan (APK) harus memiliki wat Inap Gedung A oleh petugas IGD Summary List). Dokter mengisi formulir
strategi kesehatan yang efektif sehing- dan ditempatkan di ruang rawat ka- Profil pasien rawat jalan untuk seluruh
ga seluruh komponen yang memenuhi rena saat ini ruang transisi sudah tidak pasien-pasien rawat jalan, sebelum
syarat untuk bekerja dimodel kesinam- diberlakukan lagi dan telah diterapkan mengisi form tersebut dokter meng-
bungan dalam berbagai pengaturan. sistem yang bersifat borderless. identifikasi pasien tersebut menderita
Borderless yang dimaksud adalah penyakit kompleks (Hemodialisa, Geri-
Jumlah Bed pasien yang masuk tidak dikelompok- atri, Radioterapi, dan Kemoterapi) atau
jumlah bed (tempat tidur) pasien kan berdasarkan diagnosis penyakit tidak. Khusus pasien dengan penyakit
saat ini adalah 1.040 beds, dan tersebar yang dideritanya. kompleks, formulir dibubuhkan cap
dibeberapa lokasi seperti: Unit Rawat Pemulangan pasien dilakukan se- “Penyakit Kompleks” pada bagian atas
Inap Gedung A, Unit Pelayanan Jan- belum pukul 11.00 WIB tiap harinya. sebelah kanan formulir profil pasien
tung Terpadu, Ruang Bedah Anak, ICU Ruang perawatan pasien di Gedung A rawat jalan oleh Dokter. Formulir Pro-
Dewasa, Kirana, Perinatologi, Kencana, dibedakan menurut empat jenis, yaitu: fil pasien rawat jalan dimasukkan ke
Paviliun Tumbuh Kembang, UPK Luka Jenis kelamin pasien. dalam Rekam Medis pasien agar dokter
Bakar, Radio-terapi, IGD, dan Psiki- Ruang perawatan infeksi dan non. lain mudah mengambil dan me-review
atri. Ruang perawatan kemoterapi. data pasien tersebut. Proses pencatat-
Saat ini IGD tidak lagi merawat Usia pasien (anak, dewasa, dan Ge- an profil pasien ini harus dievaluasi se-
pasien boarding dan pasien diobserva- riatri). cara berkala oleh Departemen terkait.
Transfer Pasien di RSCM Transfer pasien keluar RSCM Persyaratan petugas pendamping beserta kompetensi petugas dan
peralatan yang dibutuhkan:
Pasien yang akan dipindahkan dari
satu unit pelayanan ke unit penun- Petugas Pendamping Keterampilan Yang
Pasien Peralatan Utama
jang, OK, ruang prosedur, poliklinik, Minimal Dibutuhkan
dan atau ke unit pelayanan lain di 1. Petugas Ambulance Petugas ambulance & Ambulance: Oksigen dgn
Derajat 0
2. Perawat Perawat : BLS ambubag,
dalam RSCM/ luar RSCM. Keputusan Petugas ambulance BLS
transfer pasien ditentukan oleh dok- Perawat BLS & ALS/PPGD
Ambulance: EKG,
ter yang merawat pasien dengan per- Oksigen, Suction,Tiang
1. Petugas Ambulance **Untuk pasien gaduh
setujuan DPJP. Kriteria kondisi pasien Derajat 1
2. Perawat/Dokter gelisah didampingi oleh
Infus, Infus Pump dengan
Baterai,Oksimetri,Ambubag, Obat
ditetapkan berdasarkan kriteria dera- perawat dan atau dokter
Emergency, Obat gaduh gelisah
yang memiliki sertifikasi
jat 0-3, yaitu: penanganan gaduh gelisah
Pasien dengan kondisi derajat 0. Petugas ambulance BLS
Pasien dengan Airway, Breathing, Perawat: BLS & ALS, PPGD
Dokter: BLS & ALS,
Circulation (ABC)/hemodinamik Ambulance:
Oksigen,Suction,Tiang infus,Infus
stabil yang dapat terpenuhi ke- 1. Petugas ambulance
**untuk pasien kebidanan
Pump dengan Baterai, Oksimetri
didampingi oleh Bidan: BLS
butuhannya dengan rawat inap Derajat 2 2. Perawat Denyut serta Monitor EKG,
biasa. 3. Dokter tensimeter dan Defibrillator,
**Untuk pasien gaduh
Ambubag, obat obat emergensi,
Untuk pasien Psikiatri: hemo- gelisah didampingi oleh
Obat gaduh gelisah.
perawat dan atau dokter
dinamik stabil, kondisi gaduh yang memiliki sertifikasi
gelisah sudah distabilkan di IGD. penanganan gaduh gelisah
Pasien dengan kondisi derajat Petugas ambulance BLS
Perawat: BLS & ALS, PPGD
1. Pasien dengan ABC/ hemodi- Dokter: BLS & ALS, Ambulance:
namik stabil, namun berpotensi Oksigen,Suction,Tiang infus,Infus
**untuk pasien kebidanan Pump dengan Baterai, Oksimetri
menjadi tidak stabil, misalnya 1. Petugas Ambulance
didampingi oleh Bidan: BLS Denyut serta Monitor EKG,
pada pasien yang baru menja- Derajat 3 2. Perawat
tensimeter dan Defibrillator,
3. Dokter
lani perawatan di HCU/ ICU yang **Untuk pasien gaduh Ambubag, obat obat emergensi,
gelisah didampingi oleh Obat gaduh gelisah. ventilator
sudah memungkinkan untuk perawat dan atau dokter portable,
perawatan di ruangan rawat yang memiliki sertifikasi
penanganan gaduh gelisah
inap biasa.
Untuk pasien psikiatri: ada
potensi tidak stabil, kondisi
Syarat & Kompetensi Persyaratan petugas pendamping beserta kompetensi petugas dan peralatan
gaduh gelisahnya, tapi bisa stabil yang dibutuhkan:
setelah ditangani di IGD sesuai
Petugas Pendamping Keterampilan Yang
dengan protap penanganan Pasien
Minimal Dibutuhkan
Peralatan Utama
gaduh gelisah (2x30 menit sete- 1. Transporter DAN
Transporter, Pekarya atau
lah injeksi harus dirujuk ke psiki- Derajat 0 2. Pekarya Kesehatan
Perawat: BLS
Brankar, Kursi Roda
ATAU Perawat
atri).
Transporter atau Pekarya
Pasien dengan kondisi derajat 2. Kesehatan: BLS
Pasien dengan ABC yang tidak 1. Transporter ATAU
Perawat atau Dokter: BLS/ Oksigen, Brankar, Tiang infus,
PPGD Pompa infus, Pulse Oksimetri,
stabil dan membutuhkan ob- Pekarya Kesehatan
stetoskop, tensimeter,
servasi lebih ketat dan intervensi Derajat 1 DAN
**Untuk pasien gaduh emergency bag
2. Perawat/ Bidan atau
lebih mendalam termasuk pe- Dokter
gelisah didampingi oleh Untuk psikiatri dengan brankar
perawat dan atau dokter dan restrain
nanganan kegagalan satu sistem yang memiliki sertifikasi
organ atau pasien yang habis penanganan gaduh gelisah
menjalani operasi besar tidak 1. Transporter atau
Pekarya Kesehatan Petugas ambulance : BLS Oksigen, suction, Tiang
stabil tapi tidak memerlukan DAN Perawat: BLS & ALS, PPGD infus, Pompa infus Baterai,
bantuan alat pernafasan (pasien Derajat 2
2. Perawat/ Bidan Dokter : BLS & ALS, Pulse Oksimetri serta monitor
urgent). DAN Dokter yang EKG, stetoskop, tensimeter
berkompetensi **untuk pasien kebidanan dan Defibrillator, Ambubag,
Pasien dengan kondisi dera- penanganan pasien didampingi oleh Bidan: BLS emergency bag.
jat 3. Pasien dengan ABC yang kritis
tidak stabil yang membutuhkan 1. Transporter atau Oksigen, suction, Tiang infus,
Pekarya Kesehatan Petugas ambulance : BLS Pompa infus Baterai, Pulse
bantuan pernapasan dan atau DAN Perawat: BLS & ALS, PPGD Oksimetri serta monitor EKG,
dengan kegagalan sistem organ Derajat 3
2. Perawat/Bidan Dokter : BLS & ALS, tensimeter dan Defibrillator,
lainnya tak stabil dan memer- DAN dokter yang Ambubag, Jackson Rees, scoop
berkompetensi **untuk pasien kebidanan stretcher, long spine board,
lukan bantuan alat pernafasan penanganan pasien didampingi oleh Bidan: BLS emergency bag, Ventilator
(pasien emergent). kritis portable
Rasa aman bagi pasien yang digabungkan dengan budaya yang telah tertanam
dianggap sebagai bagian dari solusi untuk menciptakan RS yang profesional
dan bermartabat.
R
SCM akan memasuki satu 4 Memastikan operasi deng- Pelaksanaan dokumentasi risiko jatuh awal
lagi babak baru “JCI Trien- an lokasi/ sisi, prosedur, dan dan ulang (IPSG 6).
nial Survey 2016”. Kelom- pasien yang benar. Dokumentasi pencegahan risiko jatuh dan
pok Kerja (Pokja) Sasaran 4.1 Melakukan time out se- bukti edukasi pada pasien dan keluarga
Internasional Keselamatan Pasien belum operasi untuk (IPSG 6).
(SIKP) atau International Patient memastikan lokasi/ sisi, Penanganan risiko jatuh pada neona-
Safety Goals (IPSG) bersama unit prosedur, dan pasien tus, contoh: pemberian tanda peringatan
kerja pemilik proses berupaya me- yang benar. agar pintu inkubator selalu ditutup, pe-
nyiapkan kelengkapan dokumen 5 Menurunkan risiko infeksi mantauan yang lebih sering, edukasi cara
yang distandarkan dan melakukan melalui kebersihan tangan. menggendong yang aman (IPSG 6).
perbaikan atas temuan-temuan 6 Mengurangi risiko pasien ce- Melalui penerapan standar IPSG dan pelak-
survei JCI sebelumnya. dera karena jatuh. sanaan nilai-nilai budaya, RSCM berkomitmen
Patient safety is everybody’s Penerapan standar IPSG yang untuk menjadi rumah sakit yang terstandar in-
business. Patient safety harus perlu diingatkan kembali adalah: ternasional, memiliki keunggulan di semua lini,
menjadi nafas di semua lini pela- Gelang identitas yang ditetap- SDM, sistem, dan teknologi.
yanan pasien. Semua insan yang kan adalah: Merah muda un-
berkaitan dengan pemberian pe- tuk pasien perempuan, Biru UNIVERSITAS
Instalasi PKRS
untuk pasien dan keluarga, pe- rapan pelaporan nilai kritis hasil kritis uji
diagnostik
3 keamanan
dalam penerapan IPSG yaitu: dan antar petugas kesehatan penggunaan obat
kewaspadaan tinggi
4 dengan lokasi/sisi,
2.1 Meningkatkan pelapor- menghitung cepat cara pem- prosedur, dan pasien
yang benar
merupakan
serah terima pasien. daftar dan buku panduan Menurunkan risiko
5 infeksi melalui standar wajib yang
3 Meningkatkan keamanan obat high alert (IPSG 3). kebersihan tangan
harus diterapkan
penggunaan obat kewaspada- Penandaan lokasi operasi/ tin-
secara penuh
an tinggi dakan invasif dilakukan oleh
Mengurangi risiko
6 pasien cedera
karena jatuh
3.1 Mengelola pengguna- dokter operator yang akan
an elektrolit pekat de- melakukan operasi/ tindakan
No. PKRS-IPSG/002/rev01/2016/Stk
JCI CN.1609 KARS
Media promosi ini hasil kerja sama dengan SERT/127/VIII/2015
Pokja IPSG
Ilstrs & pttn freepic
HRP
Oleh: Dr.dr. Andri MT Lubis, Sp.OT(K)
penelitian:
Pengajuan etik dan surat ijin etik
keluar (termasuk bila ada ijin u-
lang).
Surat ijin penelitian dari Bagian
Agar terhindar dari tuntutan hukum dan sesuai kaji etik, Penelitian.
Pokja Human Subjects Research Programs (HRP) RSCM Protokol penelitian.
terapkan sistem yang detail dalam penelitian. Seperti Informed consent penelitian
apakah sistem itu? dengan format RSCM yang
P
meliputi butir-butir penjelasan
enelitian dengan mengguna- Cipto Mangunkusumo sebagai lahan tentang penelitian, prosedur,
kan manusia sebagai subyek penelitiannya agar mengurus Surat manfaat, risiko, alternatif, peno-
penelitian di RSUP Nasional Dr. Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clear- lakan, perlindungan (asuransi,
Cipto Mangunkusumo yang di- ance) yang dikeluarkan oleh Komite kompensasi), kontak peneliti.
lakukan oleh staf maupun peserta didik Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM. Informed consent penelitian (ko-
harus berpedoman pada butir-butir Selanjutnya, apabila penelitian yang di- song dan terisi).
HRP. lakukan mendapatkan sponsor/ pihak Kontrak/ Perjanjian Kerja Sama
Beberpa hal yang masih menjadi ketiga agar mengurus Memorandum of (untuk penelitian yang Spon-
temuan terkait penelitian adalah tidak Understanding (MoU) dan atau Perjan- sor), Bukti peran dan kesesuaian
adanya surat ijin penelitian namun pe- jian Kerja Sama (PKS) penelitian. kualifikasi yang terlibat dalam
nelitian sudah berjalan, Perjanjian Kerja Kemudian, segeralah mengurus ijin penelitian.
Sama untuk penelitian dengan spon- lokasi penelitian baik penelitian yang Laporan Serious Adverse Event
sor/ pihak ketiga, dan berkas penelitian mendapatkan sponsor/ pihak ketiga bila ada.
yang tidak lengkap. maupun tanpa sponsor, mengajukan Daftar pasien penelitian.
Kebijakan yang telah kami buat agar surat permohonan ijin penelitian yang Media informasi penelitian yang
para peneliti yang akan melakukan ditujukan kepada Direktur Utama. dapat berupa brosur/ leaflet/
penelitian, dimana RSUP Nasional Dr. Lengkapi proposal, Surat Keterangan lainnya.
R
umah sakit dalam menjalan-
kan misi dan memenuhi kebu-
tuhan pasien membutuhkan
tenaga terampil dan memiliki
kompetensi. Manajemen dan user me-
nentukan jumlah dan jenis staf yang
dibutuhkan. RS melakukan rekruitmen,
evaluasi, dan penunjukan staf melalui
proses yang terkoordiansi, efisien, dan
seragam.
Portofolio keterampilan, pengeta-
huan, pendidikan, dan pengalaman
kerja sebelumnya penting dilakukan.
Begitu pula pemeriksaan staf medis
keperawatan merupakan hal yang
mutlak dan harus dilakukan berhati-
hati. Rumah sakit pun perlu memberi-
kan kesempatan kepada stafnya untuk
belajar dan berkembang secara profe-
sional dan pribadi. Karenanya RS perlu
memiliki Pokja yang mengatur masalah
ini. Mengingat staf medis terlibat dalam
proses perawatan dan bekerja secara
langsung dengan manusia.
RSCM memiliki Pokja Staff Qualifica-
tions and Education (SQE), dikenal de-
ngan Kualifikasi dan Pendidikan Staff
(KPS). Pokja yang diketuai Diah Anisa
Soliha, SKM. melakukan resolusi dalam
menyambut reakreditasi JCI 2016. Ber-
bagai perbaikan dilakukan pokja ini.
Pokja ini memiliki banyak elemen-
elemen penilaian. Mulai dari elemen
rekruitmen, evaluasi, dokumentasi
pegawai, penempatan staf, program
pelatihan, akademik, perizinan, dan
kredensial.
B
ab ini meliputi tujuh area yang dalam pelayanan (formularium) dan ditarik dari peredaran (recall) disimpan.
terdiri dari organisasi dan mana- minimal setahun sekali formularium Obat-obat tersebut harus dipisahkan
jemen, seleksi, pengadaan, harus ditinjau/ direvisi. Rumah sakit penyimpanannya sambil menunggu
penyimpanan, peresepan, pe- juga harus mempunyai sistem peng- pemusnahan atau pengembalian ke
nyiapan dan peracikan (dispensing), awasan dalam proses pengelolaan dan distributor.
pemberian obat, sampai pemantauan penggunaan obat. Kesinambungan
efek obat. Manajemen dan Penggu- ketersediaan obat merupakan hal kritis Peresepan
naan Obat merupakan proses kolabo- yang disorot dalam standar ini. Penggunaan obat pasien sebelum
ratif sehingga harus ada persepsi yang dirawat di RS harus dicatat dalam for-
sama dan kerjasama yang baik antar Penyimpanan mulir rekonsiliasi obat. Sebelum me-
profesi dan unit kerja. Mutu obat harus dijamin terjaga nulis resep pertama kali untuk pasien
Aspek-aspek penting dalam proses sampai ke pasien. Oleh sebab itu RS tersebut, maka dokter harus memer-
manajemen dan penggunaan obat harus menyimpan obat sesuai dengan hatikan daftar obat yang tercantum
yang akan diamati dan dinilai saat sur- sifat dan stabilitas obat. Khusus obat dalam formulir rekonsiliasi obat, untuk
vei akreditasi antara lain: narkotika dan psikotropika maka per- menjamin kesinambungan penggu-
tanggungjawaban penggunaannya naan obat. Formulir rekonsiliasi yang
Organisasi dan Manajemen lebih ketat untuk mencegah terjadinya sudah diisi lengkap harus diketahui
Rumah sakit (RS) wajib mematuhi penyalahgunaan. Penandaan (labeling) oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
undang-undang dan peraturan yang terhadap obat dan zat yang diguna- sebagai acuan dalam menyiapkan obat.
berlaku di Indonesia dalam mengelola kan untuk membuat obat harus jelas Kewenangan peresepan obat-obat
obat. Salah satu peraturan yang wajib memuat nama zat aktif, konsentrasi, khusus seperti kemoterapi dan anes-
diikuti adalah Peraturan Menteri Ke- tanggal kadaluarsa, peringatan khusus/ tesi untuk sedasi harus dibatasi hanya
sehatan RI No. 58 tahun 2014 tentang simbol B3. Rumah sakit harus memiliki kepada dokter-dokter tertentu yang
Standar Pelayanan Kefarmasian di RS. sistem keamanan untuk mencegah ke- sudah diberi kewenangan melalui Surat
Rumah sakit juga harus membuat hilangan obat di seluruh area penyim- Keputusan Direktur Utama RSCM.
kajian minimal setahun sekali menge- panan. Area penyimpanan obat harus Instruksi pengobatan ditulis oleh
nai sistem manajemen obat, dimana diinspeksi secara berkala untuk me- dokter secara lengkap di “Daftar In-
risiko dan masalah dalam proses pe- mastikan obat disimpan secara benar. struksi Medis Farmakologis” pada “For-
ngelolaan dan penggunaan obat di- Untuk obat-obat khusus seperti mulir Instruksi Medis”. Setiap pembe-
identifikasi dan dilakukan upaya tindak narkotika, obat penelitian, zat radioak- rian obat ke pasien harus dicatat oleh
lanjutnya. tif, nutrisi dan obat yang dibawa pasien perawat pada lembar “Jadwal Pemberi-
Rumah sakit menetapkan penang- dari rumah, maka RS harus memiliki an Obat” pada Formulir Instruksi Medis
gung jawab, dalam hal ini Kepala Insta- sistem keamanan penyimpanannya. sesuai instruksi dokter.
lasi Farmasi, untuk mengarahkan dan Ketersediaan obat di troli emergensi
mengawasi pelayanan farmasi di RS. menjadi perhatian utama mengingat Penyiapan dan Peracikan (Dispens-
Referensi/sumber informasi obat fungsinya sebagai obat penyelamat ing)
harus disediakan oleh RS untuk mem- hidup, sehingga RS harus memastikan Penyiapan dan peracikan obat
fasilitasi tenaga kesehatan dalam mem- obat dan alat kesehatan di troli emer- harus dilakukan di area yang bersih dan
berikan terapi obat yang rasional. gensi disimpan terkunci dan sesuai aman dengan sarana yang sesuai per-
dengan jenis dan jumlah yang ter- syaratan. Tenaga farmasi yang kompe-
Seleksi dan Pengadaan tera dalam daftar. Untuk keselamatan ten harus melakukan pengkajian resep
Rumah sakit harus memiliki daftar pasien pula maka tidak boleh ada obat sebelum obat disiapkan. Agar pengka-
obat yang disepakati untuk digunakan yang sudah kadaluarsa dan obat yang jian resep dapat dilakukan secara baik,
obat di rumah sakit. Temuan dan perbaikan dalam pemenuhan standar MMU
SIMULASI GEMPA
Unit K3RS RSCM yang be-
kerja sama dengan Basarnas
menggelar Simulasi benca-
Pemasaran/ Sulistiowati
na gempa, Kamis (21/04/16).
Acara yang diikuti oleh se-
luruh penanggung jawab
gedung dan K3 unit kerja
ini dilaksanakan di halaman
parkir gedung A.
MEDICATION SAFETY
Instalasi Farmasi mengadakan Pelatihan Medication Safe-
ty. Sebanyak 200 Peserta DPJP dan perawat mengikuti
acara yang digelar, Selasa-Jumat (19-22/04/16) di Ruang
Kuliah Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ge-
dung H. Para peserta tetap antusias sampai akhir acara.
Instalasi Farmasi/Yulia
Workshop of Book
Jelang JCI Trennial Survey, Direktorat Pengembangan
dan Pemasaran mengadakan Workshop penyelesai-
an buku/ panduan/ materi untuk Pokja MOI & PFE.
Acara ini dilaksanakan di Hotel Lorin Sentul, Bogor,
Sabtu-Minggu (16–17/10/16).
Humas/Rosita