Anda di halaman 1dari 32

USULAN TEKNIS 1

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI PENYUSUNAN


RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

2.1.1. Dasar Hukum

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H mengamanatkan bahwa : setiap orang berhak


hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Selanjutnya Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang PKP, Pasal 2, menyatakan
bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan PKP adalah memberikan kepastian hukum
dalam penyelenggaraan PKP.

Upaya untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan UU Nomor 1 Tahun
2011 tersebut mengamanatkan supaya daerah menyusun RP3KP daerah, dimana hal ini
telah dinyatakan dalam:

a. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang PKP pasal 14 huruf f yang


mengamanatkan bahwa pemerintah provinsi mempunyai tugas menyusun RP3KP
lintas kabupaten/kota, sementara pasal 15 huruf c mengamanatkan bahwa
pemerintah kabupaten mempunyai tugas menyusun RP3KP pada tingkat
kabupaten/kota;

b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan bahwa


pembangunan PKP adalah salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan
Pemerintah Kota/Kabupaten;

c. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, penjelasan


Pasal 97 Ayat (1) huruf f tentang Rencana Sektor;

d. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara


Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dalam
Pasal 8 ayat 1 dan 2, Pasal 9 ayat 1, yang menyatakan bahwa bidang Perumahan
merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah.

Selanjutnya pengertian dan konsepsi RP3KP sesuai dengan Manual Penyusunan RP3KP
diuraikan berikut ini.

2.1.2. Konsepsi RP3KP

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman


(RP3KP) adalah:

a. Skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang PKP yang terkoordinasi dan terpadu


secara lintas sektoral dan lintas wilayah administratif;

b. Jabaran pengisian rencana pola ruang kawasan permukiman dalam RTRW, dalam
bentuk rencana untuk peruntukan PKP, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh
sektor terkait;

Prinsip RP3KP, yaitu:

a. Dokumen RP3KP merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan/atau


komplemen dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 2

b. Mengintegrasikan kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi dengan pemerintah


daerah : antar sektor, antara SKPD terkait, serta dunia usaha dan masyarakat;
c. Perencanaan dilakukan sesuai dengan kondisi kependudukan dan potensi yang
dimiliki masing-masing daerah, dinamika perkembangan ekonomi dan sosial budaya
daerah;
d. Terpasangnya seluruh peraturan dan perundang-undangan PKP di dalam dokumen.
Kedudukan RP3KP adalah sebagai berikut:

a. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan berbagai rencana sektoral


(misal:rencana pengembangan pertanian, kepariwisataan dan lain-lain);

b. Penyusunan RP3KP mengacu pada dokumen kebijakan daerah berupa:


1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
3) Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPIJMD);
4) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur secara khusus ruang
untuk PKP dan berbagai tindak lanjutnya.

Keluaran RP3KP:

Sebuah dokumen yang akan digunakan sebagai rujukan dalam penyelenggaraan


pembangunan dan pengembangan PKP di daerah.

Manfaat RP3KP:

a. Stakeholder daerah memperoleh gambaran prospek perkembangan PKP di


wilayahnya;

b. Adanya acuan bagi para pelaku dalam melihat prioritas penanganan masalah PKP;
c. Tersedianya landasan kebijakan dan strategi penyelenggaraan dan pengelolaan
PKP di daerah sesuai dengan kebutuhan terkini (prioritas) maupun proyeksi
perkembangan penduduk dan angka backlog di daerah;

d. Adanya kebijakan penanganan PKP bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)


yang dapat mengakomodir kebutuhan yang ada maupun potensi perkembangan
kebutuhan di 15 tahun mendatang;

e. Adanya arahan bagi penyiapan program-program dan kegiatan terkait bidang PKP;
f. Diperolehnya dukungan stakeholder PKP yang dilibatkan dalam proses sosialisasi
dan identifikasi, isu dan permasalahan PKP.

Muatan pokok RP3KP meliputi:

1) Muatan Khusus RP3KP Kota


Muatan pokok RP3KP Kota meliputi muatan umum, dan sekurang-kurangnya
memuat:

i. Jabaran kebijakan dan pengaturan yang lebih operasional di tingkat


kabupaten/kota, dan arahan provinsi yang harus diakomodasikan dan
dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota;

ii. Jabaran kebijakan pembangunan PKP kabupaten/ kota yang bersangkutan;

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 3

iii. Rincian dukungan program dan kegiatan terhadap pelaksanaan rencana


pembangunan dan pengembangan PKP perkotaan dan perdesaan yang
ditetapkan berdasarkan skala prioritas kabupaten; dengan telah
menyebutkan:
 Nama lokasi;
 Rincian nama dan jenis program yang akan dilaksanakan pada setiap lokasi;
 Target dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-masing sektor terkait,
 Sumber, besaran, dan alokasi pendanaan
 Rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang termuat dalam RP3KP

 Rincian rencana yang disusun dan dipersiapkan serta akan dilaksanaka


noleh masyarakat secara perorangan atau kelompok, serta Badan Usaha
PKP lain dalam kurun waktu yang bersamaan.

iv. Memuat rencana pembangunan dan pengembangan PKP yang akan dilaksanakan
pada :

a. Kawasan kumuh,
b. Kawasan pembangunan baru,
c. Pembangunan PKP yang akan direvitalisasi fungsinya
d. Kota atau desa yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional (PKN),pusat
kegiatan wilayah (PKW), dan pusat kegiatan lokasi (PKL), atau
e. Kantung-kantung kegiatan fungsional (kawasan industri, kawasan
perdagangan, dan lain-lain)
f. Kawasan nelayan/perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, dandi
kawasan lainnya yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi sebagaipusat
kegiatan baru, dilengkapi Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) sertarencana
dan pentahapan tahun pelaksanaannya.
g. PKP strategis di daerah perdesaan yang mempunyai potensi sektor
unggulan, perlu disertai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
dan Community Action Plan(CAP).
h. Kawasan berskala kecil melalui bedah rumah, PKP swadaya, dan lain-lain.
i. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan mulai dari tingkat kecamatan dan
kelurahan/desa, memanfaatkan kelembagaan pembangunan PKP yang ada;
j. Mekanisme penyaluran aspirasi dan peran serta, penggerakan,
pemberdayaan masyarakat, dan swasta dalam pembangunan dan
pengembangan PKP.

2) Muatan pokok RP3KP Kota meliputi muatan umum dan muatan


khususkabupaten/kota, serta memuat:

i. Lokasi dan kegiatan masing-masing sektor terkait yang mengacu pada RTRW
kota yang bersangkutan;

ii. Mengakomodasi berbagai event lokal, regional maupun nasional di bidang PKP.
Dalam pengaturan ini, pemerintah kota melalui RP3KP, dapat memberikan
warna lokal yang dapat mengangkat citra sosial-budaya daerah

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 4

2.1. METODOLOGI

2.2.1. LANGKAH PENYUSUNAN RP3KP

Untuk mencapai muatan RP3KP kabupaten/kota sebagaimana yang diuraikan di atas,


maka Konsultan merumuskan langkah penyusunan RP3KP sebagaimana ditunjukkan
pada skema di bawah ini (Gambar 1).

Adapun tahapan penyusunan RP3KP adalah sebagai berikut :

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 5

Gambar 1
Skema Utama Langkah Penyusunan RP3KP

MILESTONE Kesiapan tim kerja Sosialisasi dan PENYEPAKATAN DATA PERUMUSAN KONSEPSI BUKU RP3KP
workshop & ANALISA

Penyepakatan peran Analisis sumber daya Perumusan konsepsi


Persiapan pekerjaan Infentarisasi data dan iformasi Penetapan RP3KP
dan dukungan & kebutuhan pembangunan dan
TAHAPAN pengembangan

PERSIAPAN PEKERJAAN PENYUSUNAN RP3KP

Langkah-3 Langkah-6 Langkah-8 Langkah-12 Langkah-15


Langkah-1 Analisis implikasi kebijakan Perumusan konsep Perumusan rencana dan
Perispan dan Penyusunan profil
Koordinasi tim kerja tata ruang terhadap pembanguna & pembangunan
pelaksanaan survey kondisi sos-Ek-Bud
kabupaten/kota pembangunan & pengembangan perumahan & kawasan
Langkah-12 perumahan & kawasan permukiman
pengembangan perumhan
Perumusan persoalan dan
Langkah-2 dan kawasan permukiman permukiman kabupaten/kota
tantangan Langkah-4
Pembangunan dan pengembangan Kajian kebutuhan dan Langkah-7
Penyususnan profil Penyusunan profil
perumahan dan permukiman. penajaman rencana kebijakan dan program Langkah-13 Langkah-16
kerja kelembagaan & Langkah-9
pembangunan dan Perumsan strategi Perumusan rencana
pembiayaan perumhan Analisis daya dukung &
pengembangan kawasan pelaksanaan pembangunan sumber daya
& kawasan daya tampung
perumahan kabupaten/ pembangunan & perumahan dan kawasan
KEGIATAN permukiman kabupaten/kota
kota pengembangan permukiman
kabupaten/kota
perumahan & kawasan
Langkah-5 Langkah-10 permukiman
Penyusunan profil kondisi Langkah-1
Proyeksi kebutuhan Perumusan indikasi program
sos-Ek-Bud pembangunan & Langkah-14
kabupaten/kota pembangunan &
pengembangan perumahan Perumusan rencana pengembangan perumhan &
& kawasan permukiman umum pembangunan & kawasan permukiman
kabupten/kota pengembangan kabupaten kota
perumhan &kawsan
Langkah-11 permukiman Langkah-11
Diskusi/presentasi kabupaten/kota Diskusi/presentasi

 Rencana Kerja Profil penyelenggaraan Persoalan dan tantangan Konsepsi pembangunan Rencana pembangunan dan pengembanganperumhan dan
 Peta permasalahan dan perumhan dan pembangunan dan pengemangan kawassn permukiman
OUTPUT potensi perumahan dan kawasan permukiman perumahan dan kawasan perumahan dan kawasan
kawasan permukiman permukiman permukiman
Prioritas kebutuhan dan idikasi program
provnisi sumtera utara

1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 2 Bulan

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 6

1. Koordinasi Tim Pekerjaan (Langkah 1)


a. Melakukan koordinasi antara Tim Pelaksana dengan Pemberi Kerja selaku
Penanggung Jawab Operasional, meliputi kegiatan:
• Diskusi kesiapan Tim Pelaksana dalam menjalankan lingkup pekerjaan dan
kebutuhan penyiapan pekerjaan
• Pemahaman lingkup tugas Tim Pelaksana dalam Penyusunan RP3KP

b. Melakukan koordinasi antara Pemberi Kerja dengan Calon Kelompok Kerja


Teknis (Pokjanis) yang akan berfungsi sebagai Narasumber sekaligus Tim
Pemantau Kegiatan, mencakup:
• Identifikasi kelembagaan/struktur koordinasi internal Pemda yang dapat
dimanfaatkan sebagai Pokjanis.
• Kontak dengan instansi dan pelaku lainnya yang akan dilibatkan dalam
Pokjanis terkait kesiapan untuk melakukan peran aktif dalam penyusunan
RP3KP sesuai fungsi Pokjanis yang ditetapkan

c. Penyepakatan Peran dan Dukungan masing-masing Pelaku Penyusunan RP3KP yang


terdiri dari:
• Pemberi Kerja selaku Penanggung Jawab Operasional
• Tim Pelaksana Pekerjaan Operasional Pekerjaan
• Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) selaku Narasumber dan Pemantau
Kegiatan.

2. Kajian Kebutuhan Pekerjaan dan Penajaman Rencana Kerja (Langkah 2)

a. Kajian kebutuhan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari:


• Kebutuhan data minimum dan ketersediaan data yang ada
• Kajian awal isu dan permasalahan mendasar PKP yang diperoleh dari masukan
Pemberi Kerja
• Kebutuhan penyesuaian strategi pelaksanaan pekerjaan terkait ketersediaan
dan kendala sumber daya yang ada

b. Penajaman Rencana Kerja, dengan melakukan penyesuaian usulan rencana kerja


terhadap hasil kajian kebutuhan pelaksanaan pekerjaan

c. Penyepakatan Rencana Kerja Bersama, mencakup: penyepakatan sasaran, tolok


ukur, pembagian peran pelaku, serta kerangka waktu pekerjaan sebagai bagian
dari Rencana Kerja.

3. Pelaksanaan Sosialisasi Pekerjaan dan Workshop Identifikasi Permasalahan


PKP

a. Melakukan Persiapan Pelaksanaan Sosialisasi dan Workshop Identifikasi


Permasalahan PKP yang mencakup:
• Penyiapan materi Sosialisasi mengenai RP3KP dan kebutuhan dukungan
pelaksanaan kegiatannya.
• Penyiapan materi Workshop guna mengidentifikasi permasalahan PKP
• Identifikasi stakeholder yang akan dilibatkan dalam Workshop
• Penyiapan proposal dan undangan kegiatan Sosialisasi dan Workshop

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 7

• Penyiapan perangkat pendukung pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dan


Workshop yang terdiri dari:
o Tempat penyelenggaraan kegiatan Sosialisasi dan Workshop
o Perangkat audio-visual sebagai alat peraga
o Seminar-kit bagi peserta kegiatan

b. Menyelenggarakan Sosialisasi dan Workshop dengan materi:


• Pemahaman RP3KP
• Rencana Kerja Penyusunan RP3KP
• Kebutuhan Dukungan Pelaksanaan Kegiatan
• Melakukan kajian bersama guna mengidentifikasi kondisi umum dan
permasalahan PKP.
• Mendiskusikan peta permasalahan PKP yang memuat informasi mengenai:
o Lokasi permukiman bermasalah
o Pokok permasalahan yang dihadapi
o Indikasi prioritas permasalahan yang perlu segera ditangani
o Indikasi potensi permasalahan yang perlu diantisipasi
• Mendiskusikan alternatif penanganan permasalahan PKP yang telah
dijabarkan peta permasalahannya
• Menyepakati bersama berbagai bentuk tindak lanjut hasil Workshop berupa:
o Kesiapan masing-masing instansi/sektor dalam mendukung proses
inventarisasi informasi PKP
o Kesiapan untuk dilibatkan kembali dalam proses Workshop selanjutnya.

c. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Sosialisasi dan Workshop, sebagai bahan bagi


penyiapan desain pelaksanaan survey inventarisasi data, dengan fokus:
• Penajaman jenis data dan sumber data
• Pemahaman lokasi yang akan menjadi fokus pendataan Keluaran Pelaksanaan
Sosialisasi:
o Pemahaman stakeholder terhadap RP3KP dan proses penyusunannya
o Kesediaan stakeholder untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
penyusunan RP3KP sesuai dengan kapasitasnya
 Keluaran pelaksanaan Workshop:
o Isu-isu terkait pembangunan sektor PKP
o Lokasi-lokasi permukiman bermasalah yang perlu menjadi fokus studi dan
inventarisasi data
o Ketersediaan data dan informasi sekunder di lingkungan instansi Pemda
yang dapat digunakan dalam penyusunan RP3KP
o Kesediaan dukungan instansi dalam proses inventarisasi data PKP

d. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Sosialisasi dan Workshop, sebagai bahan bagi


penyiapan desain pelaksanaan survey inventarisasi data, dengan fokus:
• Penajaman jenis data dan sumber data
• Pemahaman lokasi yang akan menjadi fokus pendataan Keluaran Pelaksanaan
Sosialisasi.
• Pemahaman stakeholder terhadap RP3KP dan proses penyusunannya
• Kesediaan stakeholder untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan
RP3KP sesuai dengan kapasitasnya

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 8

Keluaran pelaksanaan Workshop:


• Isu-isu terkait pembangunan sektor PKP
• Lokasi-lokasi permukiman bermasalah yang perlu menjadi fokus studi dan
inventarisasi data
• Ketersediaan data dan informasi sekunder di lingkungan instansi Pemda yang
dapat digunakan dalam penyusunan RP3KP
• Kesediaan dukungan instansi dalam proses inventarisasi data PKP

4. Persiapan dan Pelaksanaan Survey (Langkah 3)

a. Persiapan Survey

Prosedur yang dilakukan:


1. Mengidentifikasi jenis data yang dibutuhkan
2. Membuat desain survey, dilengkapi dengan tabel check list data.

Langkah-langkah kegiatan persiapan survey antara lain:


1. Langkah Kegiatan, antara lain memuat:
a. Persiapan Survey: Penyiapan perlengkapan survey, koordinasi dengan
pihak terkait, pembagian tim survey dan persiapan keberangkatan tim
(deployment)
b. Teknis Pelaksanaan Survey: langkah/ metode survey
2. Organisasi Tim Survey: berisi penentuan dan pembagian tugas personil
pelaksana survey
3. Jadwal Survey: berisi kerangka waktu untuk kegiatan survey
4. Perangkat Penunjang Survey: berisi daftar perangkat penunjang survey yang
perlu disediakan:
 Surat pengantar survey dan permohonan izin pengambilan data
 Perangkat dokumentasi seperti kamera digital, video camera, dan
perekam suara (voice recorder).
 Perangkat kerja lainnya seperti alat tulis, komputer laptop, alat
komunikasi, dll- (jika diperlukan).

 Kuesioner dan checklist data berdasarkan jenis data, sumber data dan
cara survey yang akan dilakukan.

5. Kebutuhan Tindak Lanjut Hasil Survey: berisi rencana metode analisis dan
kajian yang akan dilakukan terhadap data hasil survey, dan bentuk keluaran
analisis data.

Tabel 1
Tabel Check List Data
Cheklist
Ketersedia
Metode
Sasaran an Data
Sumber Data Jenis Informasi Inventarisasi
Responden Tida
Data
Ada k
ada
Produk-produk Data & Peta Daya Survey Bappeda X
kebijakan Dukung Lingkungan Sekunder
daerah (RPJP, bagi Kawasan
Terbangun

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 9

Cheklist
Ketersedia
Metode
Sasaran an Data
Sumber Data Jenis Informasi Inventarisasi
Responden Tida
Data
Ada k
ada
Data & Peta Guna Survey
Bappeda X
Lahan Eksisting Sekunder

Data & Peta


Survey
Sumber Mata Air Bappeda X
Sekunder
Baku

RPJM,
Rencana Struktur
Renstra) Survey
(Arahan Fungsi Bappeda X
Sekunder
BWK)

Rencana Pola
Pemanfaatan Ruang Survey
Bappeda X
(Arahan Guna Lahan Sekunder
Permukiman)

b. Pelaksanaan Survey

Prosedur yang dilakukan melakukan survey primer maupun sekunder untuk


mengumpulkan data yang dibutuhkan, sesuai dengan desain survey yang telah
dibuat sebelumnya.

5. Penyusunan Kebijakan Makro Pembangunan Kabupaten (Langkah 4)

a. Penyusunan Kebijakan Makro Pembangunan Kabupaten Prosedur yang dilakukan:

1. Gunakan data kebijakan makro pembangunan daerah yang diperoleh dari


hasil langkah, dengan rincian data sbb:
• Data Kebijakan Makro Pembangunan/ Produk-produk Kebijakan Daerah
(RPJM):
- Visi, Misi, Renstra Pembangunan Kabupaten.
- Latar belakang, tujuan, sasaran pembangunan Daerah, serta
keterkaitan lintas sektor dalam pembangunan daerah.
- IPM Kabupaten.
• Prioritas-prioritas Pembangunan Daerah .

2. Identifikasi-uraikan latar belakang, tujuan, sasaran visi, misi, dan strategi


pembangunan Kabupaten.
3. Identifikasi-uraikan keterkaitan lintas sektor dalam pembangunan daerah.
4. Buat uraian data pendukung yang terkait dengan potensi penyelenggaraan
PKP daerah (IPM, Renstra Sektoral terkait PKP, dsb).

b. Penyusunan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data kebijakan penataan ruang daerah yang diperoleh dari hasil
langkah, dengan rincian data sbb:

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 10

- Data dan Peta Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten
- Data penetapan kawasan-kawasan khusus dan pusat pengembangan/
kegiatan Kabupaten dengan fungsi strategis
2. Identifikasi-uraikan fungsi dan kedudukan wilayah Kabupaten dalam lingkup
Provinsi, kota dan nasional.
3. Identifikasi-uraikan rencana struktur tata ruang Kabupaten, yang meliputi:
- Struktur Sistem Pusat Pengembangan/ Pusat Kegiatan Kabupaten dengan
fungsi strategis
- Pembagian wilayah pengembangan
- Struktur Guna Lahan dan Pola pemanfaatan ruang
4. Memetakan arahan struktur tata ruang kabupaten/kota.

c. Penyusunan Kebijakan dan Program Pembangunan dan Pengembangan PKP


Kabupaten
Prosedur Identifikasi Kebijakan PKP Kabupaten/Kota:
1. Gunakan profil kebijakan penataan ruang Kabupaten/kota yang diperoleh
dari kegiatan, Peta Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang, sebagai
dasar identifikasi kebijakan PKP.
2. Identifikasi-uraikan rencana Struktur Permukiman dan Jaringan
infrastruktur pendukung permukiman di Kabupaten/kota
3. Identifikasi-uraikan arahan kebijakan dan lokasi pengembangan kawasan
khusus PKP Kabupaten/kota
4. Peta-kan arahan lokasi pengembangan PKP Kabupaten/kota.
Prosedur Identifikasi Program Pembangunan dan Pengembangan PKP
Kabupaten/kota:
5. Gunakan data terkait Program Pembangunan dan Pengembangan PKP
Kabupaten/kota, yang diperoleh dari hasil langkah, dengan rincian data sbb:
• Program-program Pembangunan Rumah Baru
• Program-program Peningkatan Kualitas Permukiman
• Program-program PKP pada Kawasan Khusus

6. Identifikasi-uraikan Program Jangka Menengah (PJM) sektor PKPpada


Kabupaten/kota yang bersangkutan, untuk mengidentifikasi program-
program pembangunan dan pengembangan PKP yang ada di tingkat
Kabupaten/kota
7. Gunakan Peta program pengembangan PKP untuk mendukung pemaparan
Profil Program PKP ini.
8. Jika Peta program pengembangan PKPbelum tersedia, lakukan pencatatan
ulang dan tabulasikan data Program Pembangunan dan Pengembangan PKP
yang ada di tingkat tersebut, (meliputi: program, kegiatan, pembiayaan,
arahan lokasi program, dst). Setelah itu, dipetakan program pengembangan
PKP untuk mendukung pemaparan Profil Program PKP.

6. Penyusunan Profil Kondisi Sosial - Kependudukan (Langkah 5)

a. Penyusunan Profil Kondisi Sosial – Kependudukan Prosedur yang dilakukan:


1. Gunakan data terkait kondisi sosial dan kependudukan (unit data
Kecamatan), dengan rincian data sbb:
• Jumlah dan persebaran penduduk berdasarkan usia dan pendidikan

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 11

• Jumlah KK (Kepala Keluarga/ rumah tangga) berdasarkan mata


pencaharian, dan segmentasi pendapatan
• Kepadatan penduduk dan data jumlah Penduduk 5 tahun terakhir
(Laju Pertumbuhan Penduduk)
2. Buat tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan penjumlahan data)
kependudukan
3. Sosial dan kependudukan yang diperoleh.
4. Uraikan juga beberapa trend/ kecenderungan (kualitatif) terkait faktor
pemicu migrasi,karakteristik dan preferensi bermukim migran.

b. Penyusunan Profil Perekonomian dan Budaya Daerah


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data terkait kondisi ekonomi di tingkat Kabupaten/kota, yang
diperoleh dari hasil langkah, dengan rincian data sbb:
• PDRB dan Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten
• Jumlah Tenaga Kerja/ Sektor
• Jenis Pekerjaan dan Segmentasi Pendapatan Penduduk
2. Buat tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan penjumlahan) data
perekonomian
3. Buat deskripsi/ uraian yang diperlukan dan dapat menunjang penyajian tabel
data, dari masingmasing data perekonomian daerah yang diperoleh
4. Uraikan kecenderungan budaya bermukim penduduk, yang antara lain terkait
dengan lokasi, jenis konstruksi/ karakteristik bahan bangunan lokal dan
kebiasaan bermukim penduduk.

Kawasan Khusus berdasarkan Permenpera RI No. 14/PERMEN/M/2006, tentang


Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, terdiri dari PKP pada :
• Kawasan industri
• Kawasan perbatasan
• Kawasan nelayan
• Kawasan pertambangan
• Kawasan pertanian – agropolitan
• Kawasan pariwisata
• Kawasan pelabuhan
• Kawasan cagar budaya
• Kawasan rawan bencana
• Kawasan dan kawasan lainnya yang mengalami kelangkaan penyediaan rumah
untuk pekerja informal di sektor khusus, kekumuhan, serta adanya isu
lingkungan terjadi terutama pada kawasan di mana ketersediaan prasarana
dan sarana umum belum memadai.

Kawasan khusus lain di luar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri di atas,
dapat ditetapkan sesuai dengan karakter dan kebutuhan Kabupaten terkait,
misal kawasan khusus PKP berdasarkan adat budaya lokal.
* Jenis Kawasan Khusus berbeda antar daerah, tergantung ada / tidaknya kawasan Khusus di
daerah terkait.

7. Penyusunan Profil Umum PKP Wilayah Kabupaten/kota (Langkah 6)

a. Penyusunan Profil Umum PKP Wilayah Kabupaten/kota

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 12

Prosedur yang dilakukan:


1. Gunakan profil pada kegiatan 5b, peta guna lahan dan peta arahan struktur
PKP Kabupaten, untuk menyusun profil umum Permukiman wilayah
Kabupaten/kota (terkait tata ruang) di tingkat Kabupaten/kota.
2. Identifikasi kondisi kawasan PKP berdasarkan karakteristiknya (kawasan
perkotaan atau perdesaan), dengan cara membuat peta sebaran kawasan PKP
eksisting yang dilengkapi dengan foto dan keterangan.
3. Identifikasi-uraikan peta sebaran tersebut, dengan penjabaran profil yang
antara lain menunjukkan:
• Karakteristik kawasan perkotaan dan perdesaan di wilayah
Kabupaten/kota
• Identifikasi kawasan PKP yang sesuai peruntukan lahannya
• Identifikasi kawasan PKP bermasalah, dan tidak sesuai peruntukan
lahannya.

b. Penetapan Wilayah Perencanaan RP3KP Prosedur yang dilakukan:


1. Gunakan profil kebijakan penataan ruang yang diperoleh dari kegiatan dan
peta arahan struktur PKP Kabupaten/kota, sebagai dasar penetapan wilayah
Perkotaan sebagai wilayah perencanaan RP3KP Kabupaten/kota.
2. Tentukan wilayah Kabupaten/kota yang merupakan wilayah perencanaan
RP3KP (lakukan delineasi) berdasarkan pertimbangan bahwa:
 wilayah perkotaan yang telah berkembang
 wilayah perdesaan yang cepat berkembang
 wilayah perdesaan yang diarahkan berkembang menjadi wilayah
perkotaan
 permukiman kawasan khusus: kawasan pesisir, nelayan, transmigrasi, dsb
3. Uraikan wilayah perencanaan RP3KP tersebut dalam lingkup (unit data)
kabupaten/kota untuk memudahkan proses analisis pada tahap selanjutnya.

c. Penyusunan Profil PKP di Wilayah Perencanaan RP3KP


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan profil penetapan wilayah perkotaan dalam Kabupaten/kota dari
hasil kegiatan, untuk mengidentifikasi kondisi PKP di kawasan
berkarakteristik perkotaan dalam wilayah Kabupaten/kota
2. Gunakan data terkait Kondisi Umum PKP pada wilayah perkotaan dalam
Kabupaten/kota yang diperoleh dari hasil langkah, dengan rincian data sbb:
• Jumlah/Stok Perumahan yang tersedia
• Kepadatan Rumah (Tingkat Hunian, Kepadatan Bangunan)
• Sebaran PKP berdasarkan kategorinya (Perumahan Formal, Swadaya dan
Perumahan di kawasan khusus)
• Kondisi Fisik Rumah (Permanen, Semi-Permanen, Non-Permanen)
• Kepemilikan Lahan dan Bangunan Rumah (Kepemilikan Lahan, Kepemilikan
Bangunan)
3. Padukan hasil survey sekunder dengan hasil observasi/ kunjungan lokasi
4. Identifikasi kondisi umum perumahan, dengan cara membuat peta sebaran
perumahan yang dilengkapi dengan foto dan keterangan.
5. Buat pengolahan dan tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan
penjumlahan data) PKP eksisting yang diperoleh,

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 13

6. Buat deskripsi yang diperlukan dan dapat menunjang penyajian tabel data
kondisi PKP eksisting yang diperoleh.

d. Inventarisasi Rencana Pembangunan Perumahan


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data terkait yang diperoleh dari hasil langkah (4b), dengan rincian
data sbb:
• Rencana Pembangunan PKP oleh Pengembang (IMB/ Izin Prinsip untuk
Developer)
• Rencana Pembangunan PKP Non-Developer (IMB perorangan)

2. Buat tabulasi data (pembuatan tabel untuk kompilasi dan penjumlahan data)
3. Buat deskripsi yang diperlukan dan dapat menunjang penyajian tabel data,
dari masing-masing data yang diperoleh.

e. Penyusunan Profil Layanan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) PKP.


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data terkait layanan PSU Permukiman tingkat Provinsi (PSU
Wilayah), yang diperoleh dari hasil langkah, yang dirinci berdasarkan
kategorisasi PSU*, terkait:
• Data dan informasi tentang layanan sarana dan prasarana PKP (jaringan
air bersih, jaringan air kotor, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan
jalan, Fasos dan Fasum) , terkait :
- Struktur jaringan dan sistem PSU yang menunjang kegiatan sektor
PKP
- Jumlah, Sebaran, dan Kapasitas layanan (Jumlah Rumah Tangga yang
terlayani)

2. Gunakan peta sistem jaringan PSU, dan buat deskripsi yang diperlukan dan
dapat menunjang informasi data PSU PKP yang diperoleh.

*Kategorisasi PSU berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:


34 /Permen /M/2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana,
Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan.

Tabel 2.2
Kategori PSU Kawasan
No Komponen Kawasan Skala Besar Kawasan Khusus
I Prasarana
1. Jalan Jalan lokal primer/ sekunder Jalan/primer/ sekunder
kawasan kawasan, jalan diatas air
2. Drainase Drainase Primer dan Sekunder Primer dan sekunder
kawasan kawasan
3. Air limbah Terpusat, setempat Terpusat, setempat
4. Persampahan Tempat pengolahan Komposter,tempat
sementara/akhir, komposter pengolahan sementara.
5. Air Minum PDAM/ Artesis PDAM/ Artesis
I Sarana
I
1. Tempat TK, SD, SLTP dan SMU SD, SLTP

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 14

No Komponen Kawasan Skala Besar Kawasan Khusus


Pendidikan
2. Layanan Klinik, Puskesmas, RS C, B dan A Klinik, Posyandu, puskemas
Kesehatan pembantu.
3. Layanan Warung, Restoran, pujasera, Pasar Warung pujasera, pasar,
Perdagangan tradisonal, minimarket, temapt pelelangan ikan.
perkantoran.
4. Fasos dan Rumah ibadah, balai pertemuan, Rumah ibadah, balai
fasum kantor. pertemuan
5. Temapat olah Gedung, lapangan olah raga. Lapangan olah raga
raga
6. Pemakaman Pemakaman ---
7. Ruang terbuka Taman Taman, temapt penjemuran
hijau ikan.
8. Terminal Halte Dermaga
I Utilitas Umum
I
I
1. Jaringan air Distribusi Distribusi, terminal air,
minum HU
2. Jaringan Gardu dan jaringan (PLN), genset. Gardu dan jaringan (PLN),
Listrik genset.
3. Jaringan telpon Jaringan (telkom) Jaringan (telkom)
4. Jaringan gas Jaringan (migas) Jaringan (migas)
5. Transportasi Angkutan Umum Angkutan Umum
6. Pemadam Perlengkapan pemadanm kebakaran Perlengkapan pemadam
Kebakaran kebakaran

8. Penyusunan Profil Kelembagaan PKP Kabupaten/kota (Langkah 7)

a. Penyusunan Profil Kelembagaan PKP Kabupaten/kota


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data terkait Kelembagaan Penyelenggara PKP ditingkat
Kabupaten/kota yang diperoleh dari hasil langkah (4b),
2. Identifikasi-uraikan Lembaga/Institusi Penyelenggara PKP (Pemda, Swasta,
Kelompok Swadaya Masyarakat)
3. Identifikasi-uraikan Fungsi dan Peran/Tupoksi Kelembagaan Daerah (dalam
perencanaan pelaksanaan, fasilitasi, pengawasan, dan pengendalian
pembangunan PKP).

b. Penyusunan Profil Pembiayaan PKP Kabupaten/kota

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 15

Prosedur yang dilakukan:


1. Gunakan data terkait Pembiayaan PKP Kabupaten/kota di yang diperoleh dari
hasil langkah, dengan rincian data sbb:
• Lembaga/ Institusi Pembiayaan PKP Pemerintah dan Non Pemerintah
• Sumber-sumber dan Skema Pembiayaan PKP oleh Lembaga/Institusi
Pembiayaan Pemerintah dan Non Pemerintah

2. Identifikasi-uraikan Lembaga/Institusi Pembiayaan PKP (Pemerintah dan


Non Pemerintah)
3. Identifikasi-uraikan fungsi dan peran/Tupoksi Lembaga/institusi
Pembiayaan PKP
4. Identifikasi-uraikan sumber-sumber dan skema pembiayaan PKP oleh
lembaga/ institusi pembiayaan pemerintah dan non pemerintah

9. Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Struktur Permukiman


Wilayah Kabupaten/kota (Langkah 8)

a. Analisis Implikasi Kebijakan Tata RuangTerhadap Struktur Permukiman


Wilayah Kabupaten/kota
Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data mengenai :
 Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten,yang tercantum dalam
RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah
 Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di
Kabupaten/kota,
 Data penetapan pusat pengembangan/kegiatan kabupaten dengan fungsi
strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan
kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta,
yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW
Kabupaten/kota,

2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang


Kabupaten/kota yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten
pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll)
terhadap struktur permukiman di wilayah Kabupaten/kota, atas :
 Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat
pengembangan kegiatan Kabupaten/kota
 Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan PKP yang diperlukan
untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan Kabupaten/kota, serta
menyelesaikanpermasalah yang timbul.

3. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang


Kabupaten/kota yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan
Kabupaten/kota pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri,
pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten/kota,
atas :

 Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat


pengembangan kegiatan Kabupaten/kota.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 16

Keluaran:
Implikasi kebijakan tata ruang terhadap:
- Permasalahan permukiman
- Program pembangunan dan pengembangan PKP
Implikasi Kebijakan Tata ruang terhadap permukiman perdesaan
Kabupaten/kota difokuskan pada kawasan khusus, misalnya kawasan
pesisir, nelayan, transmigrasi, dsb, dan ditetapkan arahan umumnya.
 Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan PKP yang diperlukan
untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan Kabupaten/kota, serta
menyelesaikan permasalah yang timbul.

b. Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan PKP


Wilayah Perkotaan Kabupaten/kota
Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data mengenai :
 Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam
RTRW Kabupaten/kota, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang
diperoleh.
 Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di
Kabupaten/kota,
 Data penetapan pusat pengembangan/kegiatan kabupaten dengan fungsi
strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan
kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta,
yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten,
 Penetapan wilayah perkotaan Kabupaten/kota,
 Data mengenai profil umum PKP wilayah Kabupaten/kota,
 Data mengenai profil PKP wilayah perkotaan Kabupaten/kota,

2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang


Kabupaten/kota yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten
pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll)
terhadap permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten/kota, atas :
 Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat
pengembangan kegiatan Kabupaten/kota
 Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan PKP yang diperlukan
untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta
menyelesaikan permasalah yang timbul.

Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 2

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 17

Gambar 2
Prosedur 9, Analisa Implikasi Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan
PKP

10. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan


Kabupaten/kota merupakan kajian atas kemampuan fisik wilayah perkotaan
kabupaten dalam menampung perkembangan permukiman (Langkah 9)

a. Analisis wilayah terlarang untuk pembangunan perumahan (negative list)


Prosedur yang dilakukan :
1. Gunakan hasil kompilasi data atas peta kesesuaian lahan Kabupaten/kota,
profil kebijakan tata ruang kabupaten (RTRW Kabupaten/kota) dari langkah
5.

2. Buat daftar negatif list pengembangan permukiman yang terdiri dari :


 guna lahan/kawasan lindung pada peta tersebut, yang termasuk dalam
kawasan negative list yang terlarang bagi pengembangan kawasan
permukiman.
(kriteria kawasan lindung *)
 kawasan yang telah ditetapkan dalam peraturandaerah, RTRW, sebagai
kawasan dengan fungsi khusus dan strategis, seperti : kawasan
agropolitan, kawasan militer, kawasan industri besar,dan lahan dengan
penguasaan besar.

3. Sebutkan sebaran lokasi/tempat negative list tersebut.


4. Tunjukkan kawasan/guna lahan negative list dan sebaran lokasinya.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 18

Kriteria kawasan lindung yang menjadi negative list pengembangan permukiman,


mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990, mengenai Penetapan Kawasan
Lindung, dengan jenis kawasan lindung berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan Suaka Alam & Cagar Budaya (Cagar Alam, Suaka Margasatwa,
Taman Nasional)
3. Kawasan rawan bencana alam (rawan letusan gunung api, gempa bumi, tanah
longsor, gelombang pasang dan banjir)
4. Waduk/ danau/ bendungan dan sekitar mata air
5. Sungai & sempadannya
6. Kawasan pesisir

b. Analisis Daya Tampung PKP Wilayah Perkotaan Provinsi


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data mengenai :
a) Data luas dan sebaran (peta) permukiman eksisting;
b) Data luas dan sebaran (peta) kesesuaian lahan permukiman yang dapat
dikembangkan berdasarkan ketentuan kesesuaian lahan;
c) Ketentuan perbandingan antara luas lahan permukiman dengan PSU, yang
terdapat dalam RTRW (bila terdapat ketentuan);
d) Hasil penetapan delineasi wilayah Kabupaten/kota.

2. Luas Lahan bagi PKP di lahan yang sesuai untuk peruntukan permukiman
dan masih belum terbangun per kecamatan, berdasarkan rumus berikut.

Luas Lahan PKP = Luas lahan yang sesuai untuk permukiman – Luas lahan
pemukiman terbangun yang terletak dikawasan yang sesuai untuk
permukiman…………(rumus I)

3. Petakan wilayah yang disediakan lahan PKP bagi kawasan permukiman baru
dan PSU baru di wilayah perkotaan Provinsi. kemudian hitung perbandingan
luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi
perbandingan, dapat dilakukan dengan asumsi berikut :
 Menggunakan ketentuan proporsi perbandingan sesuai yang ditetapkan
dalam RTRW Provinsi seperti pada gambar berikut ini.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 19

Gambar 3
Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU
dengan Asumsi Perbandingan Sesua Ketetapan RTRW x% ; y%

Bila pada RTRW Kabupaten/kota tidak ditentukan asumsi proporsi tersebut, maka
dapat menggunakan proporsi 70 % : 30 % (luas permukiman : luas PSU), seperti pada
diagram berikut :

Gambar 4
Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU
dengan Asumsi Perbandingan 70% : 30%

Langkah selanjutnya adalah menghitung daya tampung PKP, dengan menghitung jumlah
rumah yang dapat dibangun pada lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru
dengan asumsi luas lahan berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 sebagai berikut : type kecil 200 m 2
(proporsi “6”), menengah 400 m2 (proporsi “3”) dan type besar 600 m 2 (proporsi “1”).
Kemudian tabulasikan hasil hitungan luas lahan dan daya tampung (jumlah rumah baru)
tersebut.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 20

Gambar 5
Analisis Daya Tampung PKP pada Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota

11. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan


Backlog (Langkah 10)

a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog


Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut ;
1. Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Tangga / KK
Gunakan data sebagai berikut :

a) data jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-x (tahun
terakhir), pada kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah
perkotaan;

b) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK, bila tidak terdapat dapat gunakan


laju pertumbuhan penduduk;

c) Bila laju pertumbuhan rumah tangga/KK tidak tersedia, maka hitung laju
pertumbuhan rumah tangga/KK dalam 5 tahun (gunakan data 10 tahun
terakhir, bila data tersedia), dengan rumus berikut :
 Bila pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap Pertumbuhan rumah
tangga/ KK tetap Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/KK
memiliki jumlah relatif sama.

b = Pn – P0
Keterangan :
b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun
Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan
Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan

Catatan :

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 21

− Pertumbuhan rumah tangga/ KK linier, bila pertambahan rumah


tangga/KK per tahun tidak relative sama, tapi tidak menunjukkan
lonjakan perkembangan rumah tangga;

− Pertumbuhan rumah tangga/ KK eksponensial, bila setiap tahun,


pertambahan rumah tangga/KK memiliki jumlah yang makin lama
meningkat, misal 2 kali lipat, 3 kali lipat, dst.

 Bila pertumbuhan rumah tangga/KK linier


Pn – P0
b =
n

b
r = x k
½ (P0 + Pn)

Keterangan :

b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun


Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan
Po = Jumlah rumah tangga/ KK padaawal tahun perhitungan
n = jumlah tahun, 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data)
k = konstanta (100)
r = laju pertumbuhan per tahun

Catatan Perhitungan Tahun Perencanaan:

Tahun Terakhir = tahun penyusunan analisis RP4D = th ke X


Tahun awal perencanaan = th ke X + 1
Tahun akhir perencanaan = th ke X + 10

2. Hitung Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK

a) Gunakan hasil laju pertumbuhan rumah tangga/KK dari data yang


tersedia atau dari perhitungan di atas;

b) Hitung proyeksi jumlah rumah tangga/KK dari th-x, saat ini, s.d th-x +
10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut :

 Bila pertumbuhan rumah tangga/KK tetap

Pti = Po + b

Keterangan :
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t
Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X)
b = pertambahan rumah tangga / KK
i = tahun ke 1, 2,....., 10

 Bila pertumbuhan rumah tangga/KK linier

Pti = Po (1+nir)

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 22

Keterangan :
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t
Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X)
n = jumlah tahun proyeksi
r = laju pertumbuhan rumah tangga / KK
i = tahun ke 1, 2,....., 10

3. Perhitungan Backlog Kebutuhan Rumah

1. Gunakan data jumlah rumah tangga tahun ke-X (tahun terakhir), dan
jumlah rumah tahun ke-X, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah
perkotaan/kota Provinsi.

2. Hitung backlog kebutuhan rumah dengan rumus berikut :

Backlog = Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X – Jumlah Rumah


tahun ke-X

Keluaran:
a) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK;
b) jumlah rumah tangga/KK sampai dengan 10 tahun di muka, akhir
tahun perencanaan;

c) backlog kebutuhan rumah Kebutuhan Rumah Akibat.

4. Perhitungan Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk


a) Gunakan data jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X, hasil perhitungan
hasil proyeksi jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X s.d tahun ke-X+10,
untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan/kota di Provinsi;

b) Hitung jumlah kebutuhan rumah sampai th ke x+10, akhir tahun


perencanaan, dengan rumus berikut.

Kebutuhan Rumah th ke i = Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK th ke


i – Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X

5. Perhitungan Kebutuhan Rumah Total


a) Gunakan hasil perhitungan kebutuhan rumah akibat pertumbuhan
penduduk dan backlog, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah
perkotaan/kota di Provinsi, dari hasil perhitungan di atas.

b) Hitung jumlah kebutuhan rumah total (di th ke x+10), akhir tahun


perencanaan, dengan rumus berikut.

Kebutuhan Rumah Total (Th ke X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat


Pertumbuhan Penduduk + Backlog

c) Hitung jumlah demand/kebutuhan rumah berdasarkan proporsi rumah


berimbang1 : 3 : 6.

b. Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Segmentasi Pendapatan

Kegiatan yang dilakukan:

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 23

1. Gunakan data jumlah penduduk berdasarkan segmentasi pendapatan


(Miskin, MBR, berpendapatan menengah - atas) tahun ke-x (tahun
terakhir), untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan/kota di
Provinsi;

2. Hitung proporsi segmentasi pendapatan penduduk tersebut untuk tiap


kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan/kota.

3. Hitung demand rumah di akhir tahun perencanaan pada kawasan


perkotaan dan perdesaan berdasarkan segmentasi pendapatan penduduk
(miskin, MBR, menengah – atas, yang telah dihitung proporsinya),
Catatan ;

Penentuan Segmentasi Pendapatan Penduduk dapat diperoleh dengan


pendekatan berikut :
• Jumlah Penduduk Miskin = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera I
• Jumlah Penduduk MBR = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera II
• Jumlah Penduduk berpendapatan menengah – atas = Jumlah Penduduk
Sejahtera

c. Estimasi Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman

Prosedur yang dilakukan:


Perhitungan Jumlah Penduduk pada Kawasan Bermasalah
1. Gunakan data permukiman yang bermasalah berdasarkan jenisnya (padat,
kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi Provinsi) pada
wilayah perkotaan/kota di Provinsi.

2. Delineasi (batas) kawasan permukiman yang bermasalah tersebut,


kemudian petakan;

3. Hitung kebutuhan luas penanganan kawasan permukiman yang bermasalah


dengan menghitung luas kawasan tersebut dari peta yang telah dibuat
tersebut.

4. Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman


bermasalah, dengan alternatif cara sebagai berikut :
a) Perhitungan jumlah penduduk pada kawasan permukiman
bermasalah.
b) Perhitungan jumlah penduduk dengan menggunakan pendekatan luas
kawasan berdasarkan peta :
 hitung jumlah rumah yang terdapat pada kawasan tersebut
 hitung jumlah penduduk dengan menggunakan asumsi jumlah
penduduk per rumah/KK, seperti pada rumus berikut.
Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa
per Rumah/KK

5. Perhitungan Jumlah PSU pada Kawasan Bermasalah

Langkah-langkah dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :


 hasil perhitungan jumlah penduduk pada kawasan bermasalah dari
perhitungan di atas;
 Standar pelayanan prasarana dan sarana umum;

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 24

 Hitung kebutuhan PSU yang diperlukan dengan rumus sebagai


berikut
.
Jumlah Jiwa
Jml PSU =
Standar Jml Penduduk
Layanan

d. Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru


Kegiatan yang dilakukan:

1. Gunakan hasil proyeksi kebutuhan rumah total akibat pertumbuhan rumah


tangga/KK dan backlog pada tahun ke x + 10, kecamatan-kecamatan di wilayah
perkotaan/kota di Provinsi;

2. Bagi jumlah total rumah ke dalam proporsi hunian berimbang 1 : 3 : 6.


a) Jumlah rumah pada proporsi “1” = 10 % x jumlah total kebutuhan rumah

b) Jumlah rumah pada proporsi “3” = 30 % x jumlah total kebutuhan rumah


c) Jumlah rumah pada proporsi “6” = 60 % x jumlah total kebutuhan rumah

3. Hitung jumlah rumah baru untuk proporsi “1”, “3”, dan “6” yang akan dibangun
secara swadaya dan oleh pengembang dengan proporsi 60 % (secara swadaya), dan
40% (oleh pengembang).

e. Proyeksi Kebutuhan Layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Pengembangan
Rumah Baru

Kegiatan yang dilakukan:


 Perhitungan kebutuhan tambahan sarana umum
1. Gunakan :
a) Hasil perhitungan jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun
perencanaan penduduk
b) Pada wilayah perkotaan/kota di Provinsi,
c) Standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel di atas

2. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah


tersebut;
3. Hitung kebutuhan tambahan sarana berdasarkan tambahan jumlah penduduk
tersebut;

 Perhitungan kebutuhan tambahan prasarana-utilitas umum


1. Gunakan :
a) Jumlah penduduk tambahan dan kk atau rumah tangga tambahan yang dapat
ditampung dari perhitungan di atas;

b) Standar pelayanan prasarana – utilitas umum

2. Hitung kebutuhan tambahan prasarana-utilitas umum berdasarkan tambahan


jumlah penduduk tersebut.

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas air minum :


a) Kebutuhan air minum untuk kegiatan perumahan / rumah tangga = 200 liter/hari
b) Tingkat kebocoran = 15%

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 25

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas air limbah :


a) Pelayanan air limbah menggunakan sistem on-site dengan septic tank dan truk
tangki tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT;
b) Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari;
c) Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m3;

d) Tingkat pelayanan = 80%

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas persampahan :


a) Pola menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal
b) Timbulan sampah domestik = 2,28 ltr/jiwa/hari;
c) Daya Tampung TPS dengan menggunakan container dengan kapasitas 10 m³.

d) Kapasitas gerobak

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan drainase :


 Kebutuhan saluran drainase untuk daerah permukiman didasarkan pada prediksi
kebutuhan jaringan jalan;

 Jaringan drainase direncanakan di kedua sisi jalan (2 kali panjang jalan), dengan
dimensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi setempat (curah hujan,
pasang surut, dll).

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan listrik :


Kebutuhan listrik untuk kegiatan permukiman dihitung berdasarkan standar kebutuhan
pelayanan prasarana dan sarana perumahan perkotaan di Indonesia sebagaimana
berikut:

a) Permukiman sederhana (kaveling kecil) membutuhkan daya 450 watt - 900 watt.
b) Permukiman menengah (kaveling sedang) membutuhkan daya 900 watt - 1.300
watt.
c) Permukiman besar (kaveling besar) membutuhkan daya lebih dari 1.300 watt.

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan telepon :

Kebutuhan peningkatan pelayanan telepon akibat meningkatnya pertumbuhan


permukiman dapat ditentukan dengan cara mengasumsikan bahwa tingkat pelayanan yang
diharapkan mencapai 80%,sehingga kebutuhan penambahan sambungan telepon di
permukiman baru dapat diperkirakan.

f. Analisa Kebutuhan Kelembagaan dan Pembiayaan


Prosedur yang dilakukan:
1. Gunakan data mengenai :

a) profil kelembagaan dan pembiayaan PKP Provinsi;


b) Hasil analisis implikasi kebijakan daerah terhadap pengembangan permukiman;

c) Hasil workshop1.

2. Identifikasi kebutuhan pembentukan forum dan atau peningkatan dan penguatan


kelembagaan sesuai kebutuhan;
3. Gunakan data hasil proyeksi kebutuhan rumah;
4. Identifikasi pola-pola pembiayaan yang mungkin dilakukan.

Kebutuhan pengembangan kelembagaan dapat terdiri dari :

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 26

1. Pembentukan lembaga baru, dengan jenis forum atau lembaga lainnya, yang
berfungsi sebagai:
a) wadah berkoordinasi penyelesaian permasalahan;
b) wadah penyampaian aspirasi;

c) wadah untuk memberikan rekomendasi program.

2. Penguatan lembaga yang sudah ada.

12. Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan PKP


(Langkah 11)

Prosedur yang dilakukan:

1. Gunakan :
a) Hasil Workshop Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan PKP.
b) Hasil analisis Kebutuhan Pengembangan PKP.

2. Rumuskan permasalahan yang mendesak ditangani, merupakan permasalahan


kabupaten yang memerlukan penangangan secara cepat dan dalam jangka pendek,
dengan kriteria sebagai berikut :
a) Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk
prioritas penanganan cepat/mendesak untuk diselesaikan;
b) Permasalahan-permasalahan pada kawasankawasan bermasalah.

3. Rumuskan permasalahan yang perlu diantisipasi, bersifat preventif, dan jangka


panjang, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk
prioritas penanganan preventif untuk jangka panjang;
b) Permasalahan-permasalahan yang merupakan akibat logis dari perkembangan
penduduk dan terkait dengan penyediaan perumahan baru.

13. Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan PKP

Prosedur yang dilakukan:


1. Gunakan hasil analisis sebagai bahan masukan workshop;
2. Gunakan metode FGD (Focus Group Discussion) untuk pelaksanaan workshop ini;
3. Undang stakeholder yang terkait dengan pengembangan PKP dari pihak pemerintah,
swasta, LSM, akademis, forum pengembangan PKP, dan pihak lain yang terkait;

4. Selenggarakan workshop, dengan agenda kegiatan :

a) Sosialisasi hasil penyusunan profil dan analisis kebutuhan pengembangan PKP


yang telah disusun;
b) Pemberian tanggapan dan masukan atas:
 Persoalan pembangunan dan pengembangan PKP
 Konsepsi pembangunan dan pengembangan permukiman yang dapat
diterapkan
 Pemilihan program dan prioritas program pembangunan dan pengembangan
PKP yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan pengembangan PKP
 Arahan lokasi bagi prioritas program terpilih.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 27

2.2.2. TEKNIK ANALISIS

i. Analisis Kebijakan Publik

Analisis Kebijakan Publik adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang memanfaatkan
berbagai metode dan teknik untuk menghasilkan informasi yang relevan dengan
kebijakan. Analisis seperti ini sangat diperlukan dalam praktek pengambilan
keputusan di sektor publik, dan karenanya dibutuhkan oleh para politisi, konsultan,
peneliti, dan pengambil keputusan di pemerintahan. Analisis Kebijakan dilakukan
dengan menciptakan, menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan (yang relevan
dengan kebijakan) dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap-
tahap tersebut mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung sepanjang waktu.
Dan terdapat sejumlah cara di mana penerapan analisis kebijakan dapat memperbaiki
proses pembuatan kebijakan.

Salah satu aspek penting dalam analisis kebijakan adalah penciptaan pengetahuan
(informasi) yang relevan dengan kebijakan. Informasi, pengetahuan, data dan
kebijakan merupakan unsur-unsur yang dibedakan dalam proses kognitif. Informasi
adalah data yang telah ditafsirkan dan diorganisir untuk tujuan tertentu yang dapat
mengubah pikiran atau tindakan para pembuat kebijakan. relevan dengan kebijakan,
berupa; nota kebijakan, paper isyu kebijakan, ringkasan eksekutif, Untuk
mengkomunikasikan pengetahuan tersebut, analis menciptakan berbagai dokumen
yang lampiran, atau bahkan bahan siaran berita.

Catatan: dokumen-dokumen tersebut pada gilirannya juga berguna sebagai bahan


untuk berbagai strategi komunikasi interaktif dalam percakapan, misalnya
konferensi, pertemuan, briefing, dengar pendapat, dan berbagai bentuk presentasi
lain. Tujuan penciptaan dokumen-dokumen tersebut, dan presentasi lisan, adalah
untuk meningkatkan prospek pemanfaatan pengetahuan dan diskusi terbuka antara
pelaku kebijakan dalam tahap-tahap proses pembuatan kebijakan. Menurut Dunn,
dalam penciptaan pengetahuan, dan dokumen yang dipilihnya, ada beberapa prinsip
teknis yang harus diterapkan :

 Pertama, Sintesis. Analis sebaiknya mampu membuat sintesa dari berbagai


informasi yang telah terkumpul itu, ke dalam suatu naskah yang singkat misalnya
N3 halaman dalam bentuk nota kebijakan, 10-20 halaman dalam bentuk paper isu
kebijakan. Semuanya dikemas dalam tulisan yang singkat dan jelas.
 Kedua, Organisasi. Analis harus dapat mengorganisir informasi secara koheren,
konsisten dan ekonomis. Meskipun dokumen kebijakan bisa saja sangat beragam
dalam gaya dan panjang tulisan, tetapi ada kesamaannya, yaitu mancakup
diagnosis masalah, ringkasan, identifikasi, evaluasi dan alternatif pemecahan
masalah.
 Ketiga, Terjemahan. Terminologi dan prosedur analisis kebijakan harus dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa pelaku kebijakan. Ini berarti harus ada
kemampuan analis untuk mentransformasikan konsep-konsep teoretik yang
abstrak ke dalam ungkapan-ungkapan atau argumen-argumen yang lazim
digunakan oleh orang awam.
 Keempat, Penyederhanaan. Solusi-solusi masalah potensial kebanyakan ruang
lingkupnya luas, saling bergantung dan kompleks. Karena itu, analisis [informasi]
yang rumit harus dihindari, dan menjadikannya sebuah naraasi yang sederhana.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 28

 Kelima, Penyajian Visual. Penyajian visual informasi kuantitatif, semisal dalam


bentuk grafik balok, histogram, grafik lingkaran, grafik garis, bisa jadi sangat
bermanfaat dalam komunikasi kebijakan.
 Keenam, Ringkasan. Pengambil Kebijakan umumnya bekerja dengan agenda yang
sangat padat, di bawah tekanan keterbatasan waktu. Karena itu, di bawah
keterbatasan waktu, pengambil kebijakan lebih mungkin membaca ringkasan
eksekutif atau nota ringkas dibanding misalnya, paper isyu kebijakan yang
lengkap. Ketrampilan menyiapkan ringkasan menjadi sangat penting bagi
komunikasi kebijakan.

ii. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)


Kebutuhan (Need) menurut Briggs adalah ketimpangan atau gap antara “apa yang
seharusnya” dengan “apa yang senyatanya”. Gilley dan Eggland menyatakan bahwa
kebutuhan adalah kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat
sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Bradshaw mengidentifikasi
adanya 5 (lima) jenis kebutuhan yaitu kebutuhan normatif, kebutuhan yang dirasakan,
kebutuhan yang diekspresikan, kebutuhan komparatif dan kebutuhan masa datang.
Penjelasan masing-masing kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang ada karena


dibandingkan dengan norma tertentu,
b. Kebutuhan yang dirasakan (felt need) dapat disebutkan pula sebagai kebutuhan
keinginan. Kebutuhan jenis ini biasanya disampaikan seseorang kalau kepadanya
ditanyakan apa yang diperlukan atau diinginkan.
c. Kebutuhan yang diekspresikan/dinyatakan ( expressed need). Dapat disamakan
dengan pemikiran ekonomi bahwa bila seseorang memerlukan sesuatu maka akan
menimbulkan permintaan (demand).
d. Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kebutuhan yang muncul kalau
kita membandingkan dua kondisi atau lebih yang berbeda.
e. Kebutuhan masa yang akan datang (anficipated/future need) adalah kebutuhan
hasil proyeksi atau antisipasi atas apa yang terjadi dimasa yang akan datang.

Kebutuhan dari hasil analisis ini harus dapat dilaksanakan, diukur, diuji, terkait
dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi, serta didefinisikan sampai tingkat
detil yang memadai untuk desain sistem.

Pada dasarnya analisis kebutuhan terdiri atas lima langkah pokok :


a. Identifikasi Masalah
b. Evaluasi dan sintesis
c. Pemodelan
d. Spesifikasi
e. Review

Dalam mengindentifikasi masalah kita perlu untuk mengajukan pertanyaan dasar


yaitu:
 Siapakah yang membutuhkan kebijakan dan strategi ini?
 Siapa yang diuntungkan dengan adanya kebijakan dan strategi ini?
 Apakah perlu membuat kebijakan dan strategi ini?
 Apakah materi yang di angkat sesuai dengan yang dibutuhkan?
 Masalah apa yang akan diangkat?

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 29

Dengan mengembangkan pertanyaaan yang mendasar dari berbagai aspek yang


terkait maka akan didapatkan masalah yang akan dan dapat dipecahkan melalui
penyusunan kebijakan dan strategi tersebut.

iii. Analisa Kependudukan


Arahan pengembangan kependudukan dilakukan melalui penyusunan berbagai
kebijakan seperti arahan pengembangan kependudukan, pengaturan pertumbuhan
penduduk, pengaturan penyebaran dan kepadatan penduduk dan pengembangan
sumber daya manusia.

Arahan pengembangan kependudukan ini perlu sejalan dengan kebijakan pembangunan


lainnya seperti kebijakan pengembangan kawasan, pengembangan ekonomi dan lain-
lain. Berdasarkan kebijakan tersebut selanjutnya di masa mendatang perkembangan
penduduk akan menjadi lebih baik dalam beberapa hal berikut :

a. Pertumbuhan penduduk tidak lagi hanya dipengaruhi laju pertumbuhan alami


melainkan juga dipengaruhi oleh adanya pergerakan penduduk baik ke dalam
maupun keluar . Oleh sebab itu untuk masa-masa selanjutnya diperlukan
intervenís yang efektif mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Hal ini diperlukan
untuk mengantisipasi perkembangan penduduk di masa mendatnag agar lahan
yang ada dapat memadahi.

b. Pertumbuhan penduduk perlu disebar secara merata ke seluruh wilayah


perencanaan. Hal ini diperlukan intervenís yang efektif untuk menyebarkan
penduduk keseluruh wilayah antara lain dengan cara permukiman baru

c. Terjadi transformasi yang efektif dalam masyarakat yang mencakup struktur


umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan pendidikan. Dalam hal ini perlu
penyiapan kualitas SDM yang mampu menyerap kemajuan teknologi dan
beradaptasi terhadap perubahan struktur social dalam masyarakat yang lebih
bersifat modern dan terbuka.

d. Terjadinya tranformasi dalam social budaya masyarakat secara positif meliputi


perilaku, kebiasaan dan lainnya. Dalam hal ini perlu diantisipasi secara efektif
agar masyarakat lokal dapat menerima dan terbuka terhadap
kemajemukan/keanekaragaman etnik dan budaya dalam masyarakat secara
keseluruhan.

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk

Analisa perkembangan penduduk juga merupakan dasar bagi penentuan tingkat


kebutuhan yang harus dipenuhi oleh rencana tata ruang kota. aspek kependudukan menjadi
penting karena penduduk merupakan subyek sekaligus obyek perencanaan pembangunan.
Analisis yang akan dilakukan adalah perkiraan jumlah penduduk, distribusi dan kepadatannya
pada masing-masing wilayah kelurahan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang (2013 –
2033).

Jumlah penduduk di masa mendatang dapat diramal atau diperkirakan dalam beberapa
tahun ke depan secara kuantitatif. Hai ini dilakukan dengan menggunakan data
pendudukbeberapa tahun sampai tahun terakhir dan análisis kependudukan yang sesuai.
Beberapa metode proyeksi penduduk yang sering dipergunakan antara lían :

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 30

a. Metode Perkiraan

Perkiraan penduduk dengan menggunakan metode perkiraan merupakan cara yang paling
sederhana terutama jika data wilayah perencanaan tidak lengkap. Proyeksi ilakukan
dengan membandingkan daerah yang sedang dikaji dengan daerah lain yang dianggap
memiliki ciri perkembangan yang sama.

Pola ini sederhana, namun mempunyai pertautan yang cukup rumit. Perkiraan
perbandingan dilakukan dengan menganggap pertumbuhan daerah yang diselidiki
menganut pola pertumbuhan daerah yang lebih tua yang mempunyai ciri sama dengan
darerah yang sedang dikaji untuk mendapatkan perkiraan pertumbuhan penduduk darah
yang dikaji untuk beberapa tahun ke depan. Pola ini terbatas penggunaannya dan cara
yang biasa ditempuh adalah menggunakan wilayah pola yang cukup luas dimana wilayah
kajian menjadi bagian wilayah pola.

b. Metode Pertumbuhan Linear

Metode pertumbuhan linear menggunakan asumís bahwa pertumbuhan atau penurunan


penduduk cenderung constan setiap tahunnya dalam artina tidak terjadi lonjakan besar.

Metode ini memiliki rumus sebagai berikut :

Pn = Po + n.a

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun k en


Po = Jumlah penduduk para tahun awal
a = besarnya perubahan jumlah penduduk
n = periode waktu (tahun ke - n)

c. Metode Eksponensial (Bunga Berganda)

Metode Eksponensial (Bunga Berganda) menggunakan asumís tingkat perubahan jumlah


setiap tahunnya tidak constan, terdapat factor-faktor yang dapat mempercepat tingkat
pertumbuhan penduduk. Metode ini memiliki rumus sebagai berikut :.

Pn = Po ( 1+ r)n

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke - n


Po = Jumlah penduduk para tahun awal
r = tingkat pertumbuhan penduduk (%)
n = periode waktu (tahun ke- n)

d. Teknik Grafik

Tujuan utama penggunaan teknik grafik dalam proyeksi penduduk bukanlah untuk
mendapatkan ketetapan perkiraan jumlah penduduk melainkan kecenderungan
perkembangan penduduk. Adapun cara peramalan penduduk dengan menggunakan metode
ini adalah :

(1.) Jumlah penduduk dari tahun lampau sampai tahun terakhir digambarkan dalam
susunan koordinat salib;
(2.) Dengan pertimabngan peramalan, ditarik garis mengikuti titik yang telah dibuat;

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 31

(3.) Memperpanjang garis tersebut untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa


akan datang.

Teknik grafik memiliki dua klasifikasi dalam pengerjaannya, tergantung kertas kordinat
yang digunakan, yaitu “koordinat biasa” dan koordinat “logaritmis”. Penduduk
digambarkan sebagai variable tidak bebas dan waktu digambarkan sebagai variable
bebas.

B. Distribusi Penduduk

Persebaran penduduk atau konsentrasi penduduk pada suatu wilayah. Konsentrasi


penduduk yang cukup tinggi dapat menyebabkan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
pula. Perhitungan mengenai distribusi dan kepadatan penduduk ini dapat dilakukan dengan
rumus sederhana, yaitu:

Jumlah penduduk
Distribusi Penduduk (%) = X 100
Total Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk (Jiwa)


Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) =
Luas Wilayah (Ha)

a. Daya Tampung Penduduk

Ketersedian lahan yang menjadi wilayah perencanaan merupakan aspek penting yang
harus diperhatikan dalam menyusun kajian ini. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menghitung daya tampung penduduk antara lain:

1) Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa
dimanfaatkan, dengan kebutuhan air per orang perharinya disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 l/jiwa/hari (tergantung
standard yang digunakan).

2) Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi
masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup
(30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian
dengan asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m2.

Maka dapat diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai
berikut:

50% {n % x luas lahan (m2)}

Daya tampung (n) = --------------------------------------- x 5 (jiwa)

100

3) Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan
proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang melampaui daya tampung
berikan persyaratan pengembangannya.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
USULAN TEKNIS 32

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan:

1) Daya tampung ideal adalah dengan mengambil batasan minimal dari masing-masing
perkiraan di atas.

2) Dalam kasus daya tampung ini dilampaui, maka rahan pengembangan disesuaikan
dengan batasan daya tampung masing-masing seperti:perlunya tambahan air untuk
keperluan penduduk pada daerah yang melampaui daya tampung berdasarkan
ketersediaan air, danpengembangan vertikal/bertingkat untuk daerah yang daya
tampung berdasarkan rasio tutupan lahannya dilampaui.

3) Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan didasarkan pada asumsi
bahwa lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang boleh ditutup. Bila ada angka
yang lebih pasti tentunya persentase ini bisa diubah.

Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)

Anda mungkin juga menyukai