Anda di halaman 1dari 7

Panduan Lengkap Menyusun RAB ( 8 Langkah

menyusun RAB Desa)


Berikut ini langkah-langkah penyusunan RAB berdasarkan Analisa Harga Satuan.
Urutan perhitungan RAB bangunan secara akurat adalah
1. Membuat gambar bangunan yang akan dibangun.
2. Membuat spesifikasi bahan material.
3. Membuat rincian daftar perkerjaan yang akan dilaksanakan.
4. Menghitung volume masing – masing item pekerjaan.
5. Mencari daftar harga upah dan bahan terbaru.
6. Menghitung analisa harga satuan setiap item pekerjaan.
7. Mengalikan volume dengan analisa harga satuan dan menjumlah harga
keseluruhan.
8. Menyusun RAB sesuai format baku(Format RAB Desa)
Untuk jelasnya mari kita simak penjelasan masing-masing tahapan

1. Membuat gambar bangunan yang akan dibangun.


Syarat pokok menyusun RAB adanya gambar teknis pekerjaan. Pada bagian ini tidak
akan dijelaskan bagaimana membuat gambar teknis. Penjelasan lebih lanjut tentang
cara menggambar teknis pekerjaan akan dibahas dalam modul tersendiri.
Pada bagian ini terbatas hanya membahas bagaimana membaca sebuah gambar
teknik (bangunan) untuk dapat menyusun RAB.
Untuk Jelasnya perhatikan contoh gambar di bawah ini.

Gbr. Potongan melintang TPT

Pada gambar di atas menunjukan kolom kiri sebagai gambar utama (gambar teknis),
kolom sebelah kanan merupakan atribut atau kelengkapan gambar yang terdiri dari :
a. Nama Program (Misalnya Program Dana Desa)
b. Daerah Penerima Program
c. Jenis kegiatan/Prasarana
d. Lokasi Prasarana dilaksanakan
e. Digambar oleh siapa
f. Diperiksa oleh siapa
g. Diketahui/Disetujui
h. Lembar ke (berapa) dari (keseluruhan jumlah gambar)
Sedangkan perhitungan RAB akan menggunakan gambar teknis yang ada pada kolom
sebelah kiri. Dengan memperhatikan secara seksama gambar Tembok Penahan Tanah
(TPT) di atas, akan diperoleh beberapa informasi (data) yang diperlukan dalam
menyusun RAB. Yaitu : Bahan/Material, daftar pekerjaan dan volume masing-masing
item pekerjaan.
Untuk jelasnya mari kita memasuki tahap ke-2

2. Membuat spesifikasi bahan material.


Perhatikan kembali gambar TPT di bawah :

Dengan melihat gambar di atas kita dapat mengetahui bahan yang diperlukan
selanjutnya kita perlu menentukan spesifikasi bahan tersebut.
Misalnya sebagai berikut :
a. Semen /PC merek Holcim atau sekwalitas
b. Pipa PVC 1,5 inchi -AW merek Wavin/sekwalitas
c. Batu Belah 15-20 ex Bataragung
d. Pasir pasang ex Cikeruh
e. Bambu ampel (cerucuk)
Perlu diingat bahwa setiap pekerjaan pasangan/konstruksi diperlukan persiapan yang
meliputi pengukuran dan pemasangan bouplank dalam gambar teknis hal ini tidak
cantumkan, namun pada prakteknya pasti diklaksanakan sehingga perlu dimasukan
dalam RAB. Nah bahan material yang dibutuhkan umumnya adalah :
a. Kayu 5/7
b. Paku 2”-5”
c. Kayu Papan 3/20
Kalau telah selesai menentukan spesifikasi bahan maka lanjutkan pada langkah
berikutnya.

3. Membuat rincian daftar perkerjaan yang akan


dilaksanakan.
Berikut ini rincian daftar pekerjaan pembuatan TPT berdasarkan gambar 2 di atas.
a. Pekerjaan pengukuran kembali dan pembuatan bouplank.
b. Pekerjaan galian
c. Pekerjaan pasangan batu 1:5 (adukan 1 semen 5 pasir)
d. Pekerjaan suling-suling
e. Pekerjaan plesteran adukan 1:4 setebal 2 cm dan acian t=2mm
f. Pekerjaan pengurugan kembali dipadatkan dengan tanah bekas galian
Lanjut dengan langkah berikutnya !

4. Menghitung volume masing – masing item pekerjaan.


Masing-masing item pekerjaan sebagimana langkah ke 3 di atas harus dihitung untuk
memperoleh volume pekerjaan yang akan dikerjakan. Volume diperoleh dari hasil
perkalian panjang kali lebar kali tinggi. Pada setiap gambar teknis sudah dicamtumkan
ukuran panjang lebar maupun tinggi. Kita tinggal menghitungnya untuk mengetahui
volume masing-masing item pekerjaan.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas kita hitung langsung berdasarkan gambar di
bawah :
a. Pekerjaan pengukuran kembali dan pembuatan bouplank.
Berdasarkan panjang TPT = 16 m perhitungan untuk RAB dikali 10 % sekitar 1,6 m
b. Pekerjaan galian
Panjang = 16 m, Lebar 0,9 m dan tinggi = 0,5
Volume galian (PxLxT) 16 x 0,9 x 0,5= 7,2 m3
c. Pekerjaan pasangan batu 1:5 (adukan 1 semen 5 pasir)
Panjang 16m, lebar atas 0,3, lebar bawah 0,9 (lebar untuk perhitungan = jumlah lebar
atas dan bawah dibagi dua = 0,6) dan tinggi 1,7 m
Volume Pasangan batu (PxLxT) 16m x 0,6m x 1,7m = 16,32 m3
d. Pekerjaan plesteran dan acian
Asumsi tebal plesteran 2 cm adukan 1:4 acian t=2mm, tinggi ban 10 cm
Luas plesteran atas (PxL) 16m x 0,3 m = 4,8 m2
Luas plesteran ban (PxL) 16m x 0,1 = 1,6 m2
Luas plesteran seluruhnya 4,8 + 1,6 = 6,4 m2
Luas acian = luas plesteran = 6,4 m2
e. Pekerjaan pengurugan kembali dipadatkan dengan tanah bekas galian
Terakhir kita harus menghitung pekerjaan pengurugan karena sesuai gambar ada
pekerjaan pengurugan untuk menutup bagian pasangan batu yang tidak tertutup tanah.
Maka perhitungannya adalah:
Panjang = 16 m Lebar atas 0,6 m dan lebar bawah 0,2 rata-rata Lebar =0,4 m maka
dapat dihitung volume pengurugan (PXLXT) 16 x 0,4 x 1= 6,4 m3

5. Mencari daftar harga upah dan bahan terbaru.


Untuk dapat menghitung RAB kita perlu mengetahui daftar harga upah maupun
bahan/alat yang akan digunakan. Menentukan harga upah bahan dan alat tidak cukup
dengan mengacu kepada Satuan Harga Barang Daerah yang di tetapkan Bupati.
Karena harga satuan tersebut hanya merupakan acuan batas harga minimal dan
maksimal yang ditoleransi. Harga yang dicantumkan dalam RAB haruslah
mempertimbangkan harga berdasarkan survey lapangan.
Berikut kami berikan contoh cara menentukan harga upah, bahan dan alat sesuai survai
lapangan. Sebelumnya saya ingatkan kembali pada langkah 2 (dua) kita sudah
menentukan spesifikasi bahan/material yang dibutuhkan yaitu :
a. Semen /PC merek Holcim atau sekwalitas
b. Pipa PVC 1,5 inchi -AW merek Wavin/sekwalitas
c. Batu Belah 15-20 ex Bataragung
d. Pasir pasang ex Cikeruh
e. Bambu ampel (cerucuk)
f. Kayu 5/7 x 2m
g. Paku 2”-5”
h. Kayu papan 3/20 x 2m
Sekarang kita tinggal melakukan survey lapangan harga barang-barang tersebut.
Caranya untuk barang industry/toko (Semen, pipa PVC dan kayu) lakukan survey harga
pada dua toko atau lebih. Harga yang paling tinggi dapat digunakan sebagai dasar
harga pada RAB sepanjang tidak melebihi harga maksimal yang ditentukan pada acuan
harga satuan barang daerah. Sedangkan untuk barang yang diambil langsung dari
alam/hasil tenaga manusia (Batu belah, Pasir pasang dan bambu) ditanyakan langsung
kepada pemilik atau levelansir.
Misalkan diperoleh:
a. Harga satu zak semen/50 kg merek Holcim seharga Rp. 65.000,- tidak termasuk
PPN. Perlu diingat bahwa harga pada RAB harus memperhitungkan PPN 10 %. Maka
harga semen yang dicantumkan pada RAB setelah di tambah PPN adalah sebesar Rp.
65.000 + Rp. 6.500 = Rp 71.500,-
b. Harga piva PVC 1,5 Inc kw. rendah per batang Rp 60.000 termasuk PPN. Maka
harga yang dicantumkan pada RAB sama dengan Rp. 25.000,-
c. Harga batu belah 15-20 ek Bantaragung per m3 diterima di tempat seharga
Rp.110.000. Terhadap barang yang diambil langsung dari alam tidak dikenakan PPN.
Namun karena atas batu dilakukan proses lanjutan pengolahan untuk mendapatkan
ukuran batu 15-20 maka terhadap belanja batu belah tersebut perlu diperhitungkan
PPN. Maka harga yang dicantumkan di RAB adalah Rp. 121.000,-
d. Harga pasir pasang di terima di tempat seharga Rp.130.000,- Harga tersebut di
cantumkan langsung di RAB dengan asumsi belanja pasir langsung dari tempat galian
C/pengusaha galian C. Lain halnya apabila belanja pasir di toko/ supplier bahan
material, perlu ditambahkan PPN 10 %.
e. Harga yang diperoleh berdasarkan harga diterima ditempat (lokasi) satu batang
bambu Rp. 10.000, harga tersebut adalah harga yang dicantumkan di RAB. Karena
bambu merupakan barang yang diambil langsung dari alam tidak dikenakan PPN.
Catatan apabila barang tidak termasuk harga pengiriman maka biaya pengangkutan
harus diperhitungkan.
f. Kayu 5/7 panjang 2 meter harga terbaru misalnya Rp. 15.000, karena dalam RAB
dicantumkan satuan harganya dalam m3, maka perlu melakukan konversi dari batang
ke meter kubik.
Caranya:
Hitung volume per batang kayu (tebal x lebar x panjang) yaitu 0,05 x 0,07 x 2,00 = 0,007
m3
Selanjutnya diperoleh jumlah batang per meter kubik yaitu dengan membagi 1m3 :
0,007 m3 hasilnya sama dengan 142,86 batang dibulatkan menjadi 143 batang.
Maka harga satu m3 kayu 5/7 sama dengan 143 batang dikali harga perbatang (Rp.
15.000,-) yaitu Rp 2.145.000,- adalah harga yang dicantumkan pada RAB
g. Paku biasa 2”-5” diperoleh harga hasil survey lapangan Rp. 15.000
h. Kayu papan 3/20 panjang 2 meter harga terbaru Rp. 30.000, untuk menghitung
harga permeter kubik sama seperi pada perhitungan seperti dijelaskan pada hurup (f).
diperoleh harga permeter kubik sama dengan Rp. 2.520.000,-
Selanjutnya perlu diketahui pula harga upah yang berlaku di daerah setempat silakan
lakukan survey harga untuk upah :
a. Upah Mandor misalkan hasil nya adalah Rp. 90.000,-
b. Upah Kepala Tukang di daerah setempat misalnya Rp. 100.000
c. Upah Tukang Rp. 85.000,-
d. Upah Pekerja Rp. 75.000,-
Jika pekerjaan membutuhkan alat yang harus disewa misalkan pada pekerjaan
pengaspalan jalan ada sewa alat berupa stoom maka perlu melakukan survey hara
sewa alat.

6. Menghitung analisa harga satuan setiap item


pekerjaan.
Pada langkah sebelum kita telah membahas spesifikasi bahan/material (langkah-2),
menentukan rincian daftar pekerjaan (langkah-3), menghitung volume tiap item
pekerjaan (langkah-4) dan mengetahui harga terbaru upah dan bahan (langkah-5).
Pada langkah ke-6, kita akan menghitung analisa harga satuan per item pekerjaan
berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan dari langkah sebelumnya. Data
tersebut dapat kita gambarkan sebagai berikut :

Perhatikan kotak yang diberi tanda Tanya (?).


Pada Hurup A bahan / Material dan hurup B Upah, pada kolom volume seluruhnya
diberi tanda ? karena kita belum mengetahui berapa volume yang dibutuhkan, langkah
sebelumnya kita baru berhasil menentukan spesifikasi bahan/material dan
harga bahan dan upah.
Sebaliknya pada Hurup C item pekerjaan, kita sudah ketahui volume yang harus
dikerjakan, namun belum diketahui harga per satuan pekerjaan sehingga pada kolom
harga masih tanda Tanya (?).
Jawabannya ada pada langkah ke-6 silakan simak penjelasannya
Pada langkah ke-6 ini kita akan menghitung analisa harga satuan per item pekerjaan.
Perhitungan ini harus mengacu kepada analisa belanja dan harga satuan barang yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk Peraturan Bupati yang ditetapkan
setiap tahun. Dalam contoh berikut ini menggunakan analisa yang berlaku di
Kabupaten Majalengka.
Mari kita hitung analisa harga per item pekerjaan. Untuk melakukan perhitungan ini kita
harus mengacu pada analisa pekerjaan dan harga satuan barang daerah yang
ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota. Daftar analisa harga satuan daerah
Kabupaten Majalengka Tahun 2016 kami sertakan dalam CD silakan membukannya.
Kita lanjutkan !
a. Pekerjaan pengukuran kembali dan pembuatan bouplank.
Perhatikan pada kolom (1) s/d kolom (4) terdapat dalam analisa pekerjaan dan tidak
boleh dirubah. Sedangkan kolom (5) Harga satuan kita masukan harga ril terbaru di
lapangan namun tidak boleh melebihi ketentuan batas maksimal harga yang ditetapkan
dalam harga satuan barang daerah. Kolom (6) merupakan perkalian dari kolom (3)
Koefisien dengan kolom (5) harga satuan sehingga diperoleh jumlah harga.
Hasilnya seperti tabel di bawah ( Catatan tabel analisa pekerjaan silakan dilihat pada
CD yang kami sertakan)

b. Pekerjaan galian
Tabel analisa seperti di bawah ini, kolom (5) diisi dengan harga upah berdasarka hasil
survey.Pada pekerjaan galian hanya perlu menghitung upah pekerja dan mandor karean
pada pekerjaan galian tanah tidak membutuhkan material.

c. Pekerjaan pasangan batu 1:5 (adukan 1 semen 5 pasir)


Kebutuhan bahan material dan pekerja sebagaimana pada analisa pekerjaan B003
(menggali tanah biasa sedalam 1m). Maka perhitungan analisanya seperti ditunjukan
pada tabel berikut:

(B003) Analisa Pas Batu 1:5

d. Pekerjaan suling-suling
Khusus jika pekerjaan suling-suling tidak ada di analisa harga satuan maka kita dapat
menghitungnya sendiri. Jika kita asumsikan tiap meter pasangan batu dipasang 3 buah
suling-suling dengan panjang rata-rata 50 cm maka tiap meter akan membutuhkan 1,5
meter PVC. Maka perhitungan koefisien kebutuhan piva PVC/pralon tersebut
yaitu (kebutuhan PVC per m2 : panjang PVC perbatang )= (1,5/4)= 0,3750
Maka tabelnya analisa harga satuannya dibuat sebagai berikut :

e. Pekerjaan plesteran adukan 1:4 setebal 2 cm dan acian t=2mm


Maka perhitungan anlisa plesteran sebagaiberikut :

(F011) Analisa plesteran 1:4 t=20mm

f. Sedangkan analisa pekerjaan acian tebal 2 mm sebagai berikut :

(F021) Analisa acian t=2mm

g. Pekerjaan pengurugan kembali dipadatkan dengan tanah bekas galian

(B009) Analisa urugag sedalam 1m


Akhirnya kita sampai kepada kesimpulan analisa harga satuan per item pekerjaan
digambarkan sebagaimana tabel dibawah ini. Dan angka harga satuan yang dicetak
tebal pada kolom (5) HARGA SATUAN merupakan hasil perhitungan analisa per
pekerjaan huruf (a-g).

Analisa satuan pekerjaan per item (merupakan harga satuan per m1/m2/m3)

Untuk mengetahui jumlah keseluruhan biaya yang diperlukan dalam pembuatan TPT
seperti yang ditunjukan pada gambar teknis pada langkah-1, maka tinggal mengalikan
volume tiap item pekerjaan pada langkah 4 dengan harga analisa. Hasilnya
sebagaimana pada langkah berikutnya.

7. Mengalikan volume dengan analisa harga satuan dan


menjumlah harga secara keseluruhan
Pada langkah ke tujuh ini kita tinggal mengalikan volume item pekerjaan
dengan analisa harga satuan serta menjumlahkan harga keseluruhan dan total biaya
yang dibutuhkan akan diketahui.
Tabel dibawah merupakan RAB berdasarkan item pekerjaan. Dan kitapun sudah
mengetahui besaran biaya yang dibutuhkan baik peritem pekerjaan maupun biaya
keseluruhan.
Jadi keseluruhan biaya yang diperlukan untuk membangun satu unit TPT sepanjang 16
m seperti ditunjukan dalam gambar teknis pada langkah-1 adalah sebesar
Rp.9.246.973. terbilang (Sembilan juta dua ratus empat puluh enam juta sembilan ratus
tujuh puluh tiga rupiah)

RAB Peritem pekerjaan

Selanjutnya kita memasuki langkah terakhir penyusunan RAB yaitu menyusun data
yang sudah kita kerjakan pada langkah 1-7 kedalam format baku.

8. Menyusun RAB Detail sesuai format baku dan


menyusun daftar kebutuhan bahan/material, alat dan upah.
Jangan khawatir anda hanya tinggal memasukan data yang sudah anda kumpulkan dan
dihitung pada langkah sebelumnya pada format yang sudah di tentukan.
Format RAB sesuai Lampiran Permendagri Nomor113 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa dan Lampiran I Peraturan Bupati Majalengka Nomor 14
Tahun 2014 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Desa seperti terlihat
di bawah.

Format RAB Pemendagri 113/2014

Akan sangat membantu apabila anda membuat format RAB diatas dalam format MS
Excel. Karena dengan Excel Anda tidak perlu menghitung secara manual, cukup
masukan formula penjumlahan atau perkalian pada sel yang dikehendaki dan hasilnya
akan langsung muncul.
Dibawah ini hasil akhir RAB yang kita buat namun kami tambahkan kolom koefisien
pada kolom 3 sehingga jumlah kolom RAB menjadi 6 (enam). Nilai koefisien diambil dari
analisa pekerjaan dalam Peraturan Bupati dan tidak boleh di rubah (bersifat tetap). Hal
ini untuk memudahkan penghitungan. Hasilnya RAB seperti pada LAMPIRAN I (bagian
akhir modul).

Meskipun tidak diatur dalam Permendagri maupun Peraturan Bupati, untuk membantu
memudahkan belanja oleh (TPK) dan pengelolaan pertanggung jawaban oleh
bendahara, perlu dibuat format kebutuhan bahan/matrial, alat dan pekerja. Tujuan dari
pengisian format ini untuk merekap (menjumlahkan) kebutuhan material, alat maupun
upah yang sejenis dari masing-masing item pekerjaan. Sikalan lihat pada LAMPIRAN II

Dengan dibuat format sebagaimna LAMPIRAN II maka akan memudahkan pengisian


pada APBDesa. Anda tinggal menyalin data (copy paste) uraian pada format kebutuhan
bahan/material, alat dan pekerja pada format APBDesa. Hasilnya akan seperti contoh
pada LAMPIRAN III.

Ingat bahwa RAB yang dibuat akan merupakan bagian pada tahap perencanaan
sebagai lampiran RKPDesa dan dasar penganggaran pada APBdesa. Selain itu RAB
juga akan digunakan pada tahap eksekusi anggaran sebagai lampiran Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) dan akan digunakan pada pembuatan laporan pertanggung jawaban
(LPJ).

Sebagai bagian dari perencanaan RAB harus disusun dan dibuat dengan benar oleh
pemerintah desa. Meskipun tidak ada jaminan RAB yang baik akan menghasilkan hasil
pekerjaan yang baik. Namun apabila RAB dibuat asal-asalan dan tidak benar hasilnya
pasti tidak baik.

RAB memiliki peranan penting karena bagi pemerintah desa, setiap kegiatan
infrastruktur dalam RKPDesa harus dilampiri RAB. Dan RAB pada RKPDesa selain jadi
dasar pada penganggaran APBDesa, sebagai pedoman pelaksanaan dilapangan, juga
akan digunakan oleh pihak terkait untuk pemeriksaan dari kemungkinan adanya
penyimpangan keuangan negara misalnya Inspektorat, BPKP, BPK atau bahkan KPK.

Anda mungkin juga menyukai