A. KONSEP PENYAKIT
1. STATUS ASMATIKUS
a. Definisi
Status asmatikus adalah salah satu kedaruratan medis karena serangan asma akut
yang refraktori, keadaan ini tidak berespon terhadap terapi dengan β-adrenergik atau
teofilin intravena.
b. Etiologi
1) Faktor genetik
2) Faktor lingkungan
3) Bahan alergen
4) Infeksi saluran nafas (terutama virus)
5) Polusi udara
6) Faktor makanan
Faktor pencetus biasanya:
1) alergen
2) fisik
3) bahan kimia
4) infeksi
5) faktor mekanik
6) faktor psikis
c. Manifestasi Klinis
1) Pasien menunjukkan gambaran dramatis ansietas akut, usaha
bernafas dengan keras, takikardia, dan berkeringat.
2) Penyimpangan fungsi paru menyebabkan hipoventilasi alveolar
dengan hipoksemia lanjut, hiperkapnia, dan asidemia.
3) Peningkatan PCO2 adalah indikasi objektif pertama.
4) Dehidrasi, batuk kronis, nafas pendek, mengii, obstruksi jalan
nafas, hiperinflasi dan hipoksemia skunder terhadap ketidakcocokan
ventilasi/perfusi dan penyimpangan pertukaran gas.
d. Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Gelisah Atelektasis
Hipoksemia
(Hudak & Gallo, 1997: 567)
e. Penatalaksanaan
1) Terapi O2, koreksi dehidrasi, koreksi nutrisi.
2) Terapi farmakologi: bronkodilator, metilksantin, amin
simpatomimetik, dan kortikosteroid.
2. PNEUMONIA
a. Definisi
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
c. Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Hipoksemia
Aspirasi dari sekret yang berasal dari orofaring Kerusakan pertukaran
gas
Inhalasi butiran-butiran dahak halus (droplet)
Saluran darah dari sumber infeksi yangberada diluar paru (hematogen)
d. Penatalaksanaan
1) Koreksi kelainan yang mendasari.
2) Tirah baring.
3) Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol (pada hipereksia),
morfin (pada nyeri hebat).
4) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan infus,
dekstrose 5%,normal salin atau RL.
5) Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman penyebab.
d. Pemeriksaan diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih, pada pneumonia
karena pneumokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan hemophylus
influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral dan pneumonia
mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien dnegan
pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia hemophylus
influenza. Pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat
infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi pada pneumonia
viral negatif.
4) Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari penularan
hematogen (staphylokokus aureus).
5) Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram
negatif atau gram positif.
6) Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk
pemeriksaan viral.
7) Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang
dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35 mmHg).
8) Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan kapasitas
vital kuat (KVK).
9) Bronkoskopi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis dan masukan
oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap
pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam b/d pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
3. RENCANA INTERVENSI
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak nafas, rales, analisa
gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna kulit sianosis atau keabua-
abuan, bunyi nafas tidak normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal
rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas normal,
frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi 60-100 kali/menit, tidak ada
batuk, meningkatnya volume inspirasi pada spirometer insentif.
Intervensi Rasional
Mengid
Pantau:status pernafasan @ 8 entifikasi kemajuan atau penyimpangan
jam, tanda vital@4 jam, hasil dari hasil yang diharapkan.
analisa gas darah, foto
rontgen, pemeriksaan fungsi
paru-paru. Ekspek
toran membantu mengencerkan sekresi
Berikan ekspektoran sesuai sehingga sekresi dapat keluar pada sat
dnegan anjuran dan evaluasi batuk.
keefektifannya. Memba
ntu mengeluarkan sekresi. Cairan juga
Doorng pasien untuk minum untuk membnatu mengalirkan obat-obatan
minimal 2-3 liter cairan per di dalam tubuh.
hari. Penghis
apan membersihkan jalan nafas.
Lkaukan penghisapan jika
pasien menderita kongesti
paru tetapi refleks batuk tidak
baik atau terjadi penurunan Nikotin
kesadaran. dapat menyebabkan penyempitan.
Doorng pasien untuk berhenti Posisi
merokok. tegak lurus memungkinkan ekspansi paru
lebih penuh dengan cara menurunkan
Pertahankan posisi fowler atau tekanan abdomen pada diagfragma.
semi fowler. Pember
ian oksigen tambhan dapat menurunkan
kerja pernafasan dengan menyediakan
Berikan oksigen tambahan lebih bnayak oksigen untuk dikirim ke
sesuai dnegna anjuran, sel, walaupun konsentrasi oksigen yang
sesuaikan kecepatan aliran lebih tinggi dapat dilairkan mellaui
dengan hasil analisa gas masker oksigen, namun hal tersebut
darah. seringkali mencetuskan perasaan
terancam bagi pasien, khususnya pada
pasien dnegan distres pernafasan.
Mence
gah penyebaran penyakit.
Ikuit prosedur pencegahan
secara umum atau
pencegahan khusus
(menggunakan masker untuk
penceghaan penularan
melalui pernafasan, Pasien
menggunakna sarung tangan cenderung melakukan ekspnasi toraks
bila menangani sekresi terbatas untuk mengontrol nyeri pleuritik.
tubuh/darah). Ekspansi toraks yang terbatas dapat
menunjang terjadinya hipoventilasi dan
Pertahankan kontrol nyeri yang atelektasis.
adekuat, jika pasien secara
verbal menyatakan sakit pada Nafas
pleura (nyeri pleuritik) dalam dapat mengembangkan alveolus
khususnya sebelum latihan dan mencegah atelektasis. Spirometer
tarik nafas dalam. insentif dapat membantu meningkatkan
nafa sdalam dan memungkinkan ukuran
Doorng paisen untuk yang objektif terhadap kemajuan pasien.
melakukan nafas dalam tiap 2
jam seklai dengan
menggunakan spirometer
insentif dan catat
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA