BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional hanya berdasarkan atas
pengalaman atau warisan tanpa mengetahui kandungan kimianya secara
detail (Chairul dan Sulianti, 2002). Sehingga hal tersebut dapat dijadikan
sebagai salah satu pendekatan yang sangat membantu dalam pencarian
senyawa aktif dari alam yang disebut kajian etnobotani (Ruslin dan Sahidin.
2008). Salah satu genus tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman obat adalah Polygonum dengan 300 spesies terdistribusi di seluruh
dunia (Wang et al., 2005). Tanaman ini sering digunakan sebagai obat
tradisional, penyedap rasa, dan bahan parfum (Sahidin dkk., 2014).
Kajian bioaktivitas dari genus Polygonum telah banyak dilaporkan,
beberapa diantaranya yakni Polygonum aviculare berkhasiat sebagai
antioksidan dan anti-inflamasi; Polygonum hydropiper aktif terhadap sel
kanker lambung pada manusia dan efek antiproliferasi; Polygonum
cuspidatum berkhasiat sebagai antioksidan, antikanker dan antiinflamasi
(Sahidin dkk., 2014).
Penelitian mengenai kandungan kimia dari spesies Polygonum pulchrum
Bl. telah dilakukan sebagai upaya untuk menemukan potensi efek
farmakologi yang dimiliki oleh tumbuhan Polygonum pulchrum Bl. khususnya
pada bagian batang tumbuhan. Terdapat beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia yang dimiliki oleh tumbuhan
Polygonum pulchrum Bl. Penelitian tersebut diantaranya telah dilakukan oleh
Sahidin dkk. (2015) yang menunjukkan bahwa ekstrak batang Polygonum
pulchrum Bl. mengandung salah satu senyawa golongan triterpen steroid
yang berperan aktif sebagai antioksidan. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Sadino (2016) ekstrak etanol batang tumbuhan bambu-bambu
mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
Polygonum pulchrum Bl. merupakan tumbuhan yang terkenal
menghasilkan berbagai metabolit sekunder termasuk flavonoid, triterpenoid,
antrakuinon, kumarin, fenilpropanoid, lignan, sesquiterpenoid, stilben dan
tannin (Lopez dkk., 2006). Salah satu senyawa fenolik yang terkandung salah
satunya flavonoid dimana senyawa fenol dikenal sebagai salah satu
konstituen terpenting tanaman, dan memiliki kemampuan untuk menangkal
radikal (kawamura, et al., 2011). Secara umum senyawa fenol memiliki sifat
bakteriosid, antimetik, antihelmintik, antiasmatik, analgetik, antiinflamasi,
meningkatkan mortilitas usus, antimikroba, dan masih banyak lagi
(Andarwulan, 2012).
Berdasarkan latar belakang ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai
kadar senyawa Fenolik dari ekstrak tumbuhan daun bambu-bambu (
Polygonum Pulchrum Bi. ).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
Berapakah kadar fenolik total dari berbagai fraksi dari ekstrak etanol
daun bambu-bambu (Polygonum pulchrum)
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
Menentukan kadar fenolik total dari ekstrak etanol daun bambu-bambu
(Polygonum pulchrum)
I.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi mengenai kadar
fenolik total yang terkandung dalam tumbuhan bambu-bambu (Polygonum
pulchrum) untuk dijadikan sebagai alternative tumbuhan herbal.
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
X : konsentrasi fenolik ( bpj )
V : volume ekstrak yang digunakan ( L )
Fp : faktor pengenceran ( mL )
g : berat sampel yang digunakan (mg )
III.8 Jadwal Penelitian
Periode Waktu
Tahap Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12
Studi Pustaka
Persiapan Seminar Skripsi I
Orientasi Penelitian
Ekstraksi
Penetapan kadar
flavonoid total dari
berbagai fraksi
Pelaksanaan dari ekstrak etanol
daun bambu-
bambu
(polygonum
pulcrum bi)
Analisis Data
Penulisan Skripsi
Penyelesaian
Seminar Skripsi II
Ujian Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA