PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.1
1
diabetes (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran
tingkat pengetahuan dan perilaku penderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I ?”
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS
2.1 Defnisi
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi
dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana
tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan
resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh.1
2.2 Klasifikasi
Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
3
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu
berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan
faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada kejadian
diabetes tipe 2.
1. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak
atau adik)
2. Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
3. Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi
(>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
4. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
5. Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi
dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram
6. Makanan tinggi lemak dan tinggi kalori
7. Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
8. Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan
ideal)
9. Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45
tahun
4
10. Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga
resistensi insulin
Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang
dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif
terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang
selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan
memperberat resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada
ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x
jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun,
jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah
akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan
wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula
darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada saat
kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian
hari.4
2.4 Patofisiologi
5
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan
pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka
sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebiru-
biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk,
kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan
pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi
gangguan saraf, disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa
(sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu gangguan motorik,
timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang
tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan
dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi.
Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk
tersebut.6
6
faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi
jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang jadi tidak efektif.
Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan
bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis, aliran
nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit.8
7
1. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu
≥200 mg/dL
2. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126
mg/dL
3. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
≥200 mg/dL
4. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keteragan :
Tabel 1. kadar glukosa darah sewaktu dan puasasebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis
diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua
8
keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL,
pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri.
Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan yang memadai.
2. Komplikasi Kronis
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah
yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni
pembuluh darah besar dan kecil.
9
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai
pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan
nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan
perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas,
terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari
adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang
lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi.
Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada
tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer,
maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga
mengurangi risiko luka dan amputasi.
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas
karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal.
Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. 7
2.7 Penatalaksanaan
10
membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa
darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu
macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.4
TB – 100
11
Kriteria:
BB 65
TB-100 160-100
b. Berhenti merokok
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke
dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi
karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu
pasien DM sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.4
12
Tabel 2. Jenis Obat Hipoglikemik Oral yang tersedia di Indonesia.5
NAMA GENERIK DOSIS Lama Frekuensi Haria
Kerja (Kali) n
(jam) (mg)
30-120
a. Pemberian Insulin.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke
dokter untuk mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah
belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan
menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu,
pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat hasil
pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat
berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati
nilai normal dengan meminum obat atau insulin, pasien harus tetap
13
meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah
diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang
telah ditentukan.5
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
Kriteria inklusi subjek penelitian adalah:
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan cara wawancara, dalam
hal ini adalah pasien yang terdiagnosa Diabetes Meilitus |sebagai sumber
informasi. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah
kuesioneryang diisi oleh dokter berdasarkan informasi yang diperoleh dari pasien
tersebut.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Pasar Muara Bungo terbagi atas 5 kelurahan, berikut nama dan
luas kelurahan yang ada di kecamatan Pasar Muara Bungo :
Tabel 3. Luas Kecamatan Pasar Muara Bungo Berdasarkan Tiap Kelurahan
Kelurahan Luas (KM2) Persentase (%)
17
4.1.2. Profil Puskesmas
18
Gambar 1. Peta Kecamatan Pasar Muara Bungo Kabupaten Bungo
4.1.4 Jumlah penduduk
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasar Muara Bungo Tahun 2017
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bungo barat 2.779 2.486 6.486
Batang bungo 3.497 3.100 6.597
Bungo timur 2.281 2.207 4.482
Jaya setia 3.505 3.433 6.938
Tanjung gedang 1.639 1639 3278
Pasar muara bungo 13.701 12.581 26.560
2016 13.399 12.581 25.980
2015 13.103 12.290 25.393
19
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasar Muara Bungo Tahun 2017
Kelompok Jumlah Penduduk (Jiwa)
Umur Tahun 2017
(Tahun) Perempuan Laki-Laki Total
0-4 1.361 1.152 2.613
5-9 1.170 1.113 2.283
10-14 1.149 1.072 2.221
15-19 1.197 1.104 2.301
20-24 1.500 1.310 2.810
25-29 1.465 1.214 2.679
30-34 1.183 1.136 2.319
35-39 1.082 1.036 2.118
40-44 985 915 1.873
45-49 787 716 1.503
50-54 615 616 1.231
55-59 509 526 1.035
60-64 347 312 056
65-69 784 223 407
70-74 109 149 258
74+ 85 165 250
20
4.2 Hasil Penelitian
21
responden memiliki riwayat keluarga penderita DM sebanyak 16 orang (73%).
18%
82%
Laki-laki Perempuan
22
SD 6 27%
SMP 4 18%
SMA 8 37%
PT 4 18%
Total 22 100%
18%
27%
37% 18%
SD SMP SMA PT
23
3. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan.
Tabel 9.Distribusi penderita DM Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan.
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Pensiunan/Tidak bekerja 2 9%
PNS/TNI/PORI 1 4.5%
Wiraswasta/Pedagang 2 9%
Ibu Rumah Tangga 16 73%
Lain-lain 1 4.5%
Total 22 100%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
24
4. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Riwayat Keluarga yang Menderita
Diabetes Melitus.
Tabel 10. Distribusi penderita DM Berdasarkan Riwayat Keluarga yang
Menderita DM.
Riwayat Keluarga yang Frekuensi (n) Persentase (%)
Menderita DM
Ada 16 73%
Tidak Ada 6 27%
Total 22 100%
27%
73%
25
4.2.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita DM
1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penderita DM.
Tabel 11. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penderita DM.
Frekuensi (n) Presentase (%)
Rendah 0 0%
Sedang 2 10%
Tinggi 20 90%
Total 22 100%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Rendah sedang Tinggi
26
2. Distribusi Perilaku Penderita DM
Tabel 12. Distribusi perilaku responden saat pertama kali mengetahui gejala
DM
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 95%
2 1 5%
3 21 0%
Total 22 100%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
27
memeriksakan diri kedokter/petugas kesehatan. Dan sebanyak 1 responden (5%)
memilih pengobatan alternatif.
Tabel 13. Distribusi perilaku responden setelah dinyatakan kadar gula darahnya
normal oleh dokter.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0
2 0 0
3 22 100%
Total 22 100%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
1 2 3
28
Pada tabel 11 dan gambar 8 didapatkan gambaran perilaku responden setelah
dinyatakan kadar gula darah sudah normal yaitu sebanyak 22 responden (100%)
tetap melakukan anjuran dokter, mulai dari pengaturan pola makan dan aktivitas
sehat.
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
1. Tidak
2. Kadang-kadang
3. Ya
29
Pada tabel 12 dan gambar 9 didapatkan gambaran perilaku responden
terhadap kepatuhan menerapkan pola makan yang baik adalah sebanyak 13
responden (60%), dan yang kadang kadang menerapkan pola makan baik yaitu
sebanyak 8 responden (36%), serta yang tidak menerapkan pola makan yang baik
sebanyak 1 responden (4%).
Tabel 15. Distribusi perilaku responden dalam cara mengatur pola makan yang
baik.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 6 27%
2 7 32%
3 9 41%
Total 22 100%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
1 2 3
Gambar 10. Diagram perilaku responden dalam cara mengatur pola makan yang
baik.
Keterangan:
1. Tidak mengkonsumsi nasi yang banyak mengandung karbohidrat
2. Mengurangi konsumsi gula
30
Pada tabel 13 dan gambar 10 didapatkan gambaran perilaku responden
dalam cara mengatur pola makan yang baik sebanyak 9 responden (41%)
memakan menu DM, dan sebanyak 7 responden (32%)mengurangi konsumsi
gula, serta sebanyak 6 responden (27%) tidak mengkonsumsi nasi yang banyak
mengandung karbohidrat.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
31
Pada tabel 14 dan gambar 11 didapatkan gambaran perilaku responden waktu
menerapkan pengaturan pola makan yang baik sebanyak 16 responden (74%)
yaitu menerapkan saat kadar gula darah normal maupun tidak normal. Dan
sebanyak 3 responden (13%) menerapkan pengaturan pola makan saat kadar gula
darah normal maupun tidak normal. Serta sebanyak 3 responden (13%)
menerapkan pengaturan pola makan yang baik tergantung kondisi tubuh.
Tabel 17. Distribusi perilaku responden dalam konsumsi jumlah gula dalam
sehari.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0%
2 11 50%
3 11 50%
Total 22 100%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
Gambar 12. Diagram perilaku responden dalam konsumsi jumlah gula dalam
sehari.
32
Keterangan:
Tabel 18. Distribusi perilaku responden dalam jumlah porsi nasi dalam sepiring
untuk tiap kali makan besar.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 2 10%
2 11 50%
3 9 40%
Total 22 100%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
Gambar 13. Diagram perilaku responden dalam jumlah porsi nasi dalam sepiring
untuk tiap kali makan besar.
33
Keterangan:
34
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
Tabel 20. Distribusi perilaku responden dalam meminum obat secara rutin.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0%
2 8 36%
35
3 14 67%
Total 22 100%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3
Gambar 15. Diagram perilaku responden dalam meminum obat secara rutin.
Keterangan:
4.3 Pembahasan
Sebanyak 22 pasien yang telah terdiagnosis DM dilibatkan dalam penelitian
ini. Sebagian besar pasien yang terdiagosis DM berjenis kelamin perempuan
(82%) dan hanya sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki (18%). Hasil tersebut
sama dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian
36
oleh Brayen Melvin Kosegeranmenemukan bahwa jenis kelamin yang mengalami
DM sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak (56%). Guyton dan Hall
(2007) memaparkan bahwa perempuan pada usia lebih dari 40 tahun lebih
beresiko menderita penyakit DM tipe 2 dikarenakan pada wanita yang telah
mengalami menopause, kadar gula dalam darah lebih tidak terkontrol dikarenakan
terjadi penurunan produksi hormon esterogen dan progesteron yang dapat
mempengaruhi sel-sel tubuh dalam merespon insulin.
37
Hasil dari penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang DM,
diperoleh gambaran dari 22 responden terdapat 20 responden (90%) yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang DM cukup tinggi. Hal ini mendukung teori
yang menyebutkan bahwa masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang
lebih tinggi pada umumnya mempunyai wawasan luas sehingga lebih mudah
menyerap dan menerima informasi. Namun bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula, mengingat bahwa
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat pula diperoeh dari pendidikan non formal.
38
Perilaku responden setelah dinyatakan bahwa kadar gula darah sudah
normal adalah sebanyak 100% responden tetap melakukan anjuran dokter, mulai
dari pengaturan pola makan dan aktivitas sehat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut pasien memiliki tingkat kepatuhan terhadap dirinya dalam melakukan
pengobatan.
39
tangga lebih banyak bersantai di siang hari hingga petang setelah masak,
berolahraga secara teratur dapat mengoptimalkan penggunaan energi dalam tubuh
dan mencegah kelebihan energi tersimpan sebagai lemak. Olahraga pun dapat
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Sebanyak 67% responden rutin meminum obat diabetes meilitus dan akan
kembali berobat ke puskesmas atau rumah sakit sebelum obat habis. Namun
masih ada sekitar 33% responden yang tidak rutin meminum obat dan berobat
kembali bila gejala diabetes meilitus dirasakan kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa masih kurangnya perilaku pasien dalam meminum obat secara rutin.
Menurut konsesus diabetes meilitus tipe 2, yaitu keberhasilan dalam pengobatan
dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang merupakan faktor
utama dari outcome terapi. Upaya pencegahan komplikasi pada penderita diabetes
melitus dapat dilakukan dengan meningkatkan kepatuhan untuk memaksimalkan
outcome terapi.
40
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
41
Perlu diadakannya “one day care” yaitu hari khusus untuk penderita DM.
Hal ni bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku penderita
DM.
Bekerjasama dengan bagian ahli gizi untuk memberikan
edukasi/pengetahuan mengenai diet DM sehingga pasien dapat mengatur
pola makan secara mandiri.
42
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
43
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Penderita Diabetes Meilitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Bungo I Bulan November-Desember 2018.
No. Responden :
Nama Responden :
Alamat Responden :
Tanggal wawancara :
DATA RESPONDEN
1. Umur : Tahun
3. SLTP 4. SLTA
5. Akademi/PT
2. PNS/TNI/POLRI
3. Wiraswasta/Pedagang
4. Pegawai swasta
6. Lain-lain
44
A. Aspek Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan
member tanda (x) pada kolom pilihan tersebut.
1. Penyakit Diabetes Melitus merupakan peningkatan kadar gula dalam darah
Benar (…..) Salah (…..)
2. Banyak makan, banyak minum, banyak kencing merupakan gejala umum
yang terjadi pada penderita diabetes meilitus
Benar (…..) Salah (…..)
3. Penderita diabetes meilitus penting memeriksakan kadar gula darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (…..) Salah (…..)
4. Membatasi makanan tinggi karbohidrat merupakan salah satu usaha untuk
mencegah peningkatan kadar gula dalam darah
Benar (…..) Salah (…..)
5. Riwayat keturunan Diabetes Meilitus merupakan salah satu factor resiko
diabetes meilitus
Benar (…..) Salah (…..)
6. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
diabetes meilitus adalah olahraga secara teratur
Benar (…..) Salah (…..)
7. Dukungan keluarga merupakan salah satu hal yang penting untuk
memotivasi penderita diabetes meilitus dalam menjalankan perubahan
gaya hidupnya
Benar (…..) Salah (…..)
8. Meminum obat diabetes meilitus secara teratur dan mengontrol pola
makan adalah usaha mencegah peningkatan kadar gula dalam darah secara
berlebihan
Benar (…..) Salah (…..)
45
9. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bias mengurangi risiko
terjadinya penyakit diabetes meilitus
B. Aspek Perilaku
Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda (X) dari setiap
pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.
46
b. Tidak
c. Kadang-kadang
47
8. Upaya yang Anda lakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi
diabetes mellitus adalah :
a. Tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat
b. Menstabilkan berat badan yang kegemukan
c. Merencanakan pola makan dan aktivitas yang sehat
48
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
49