Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun


2025,jumlah penderita DM membengkak menjadi 300 juta orang.2 Data
WHO yang lain menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan
menempati peringkat nomor lima sedunia dengan jumlah penderita DM
sebanyak 12,4 juta orang dan pada tahun 2030 prevalensi diabetes di
Indonesia mencapai 21,3 juta penderita (Suyono, 2006). Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS), pada tahun 2013 terdapat sebanyak 25.439
kasus (1,1%) DM tipe 2 usia ≥ 15 tahun di Provinsi Jambi.3 Di Puskesmas
Muara Bungo 1, pada tahun 2017 terdata sebanyak 345 kasus DM. Pada
periode bulan Januari-Oktober 2018 terdapat sebanyak 550 kasus DM tipe 2.
Noer menyatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena faktor
demografi, gaya hidup yang kebarat-baratan, berkurangnya penyakit infeksi
dan kurang gizi, dan meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien
diabetes semakin panjang.4
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya
perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya,
maka upaya yang baik adalah pencegahan. Strategi pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat yang bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu
beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap

1
diabetes (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran
tingkat pengetahuan dan perilaku penderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I ?”
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Muara Bungo I terhadap diabetes meilitus sehingga dapat dilakukan
promosi kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi
masyarakat yang tidak menderita diabetes meilitus tetapi memiliki faktor
resiko ataupun untuk masyarakat yang menderita diabetes meilitus tetapi
tidak berobat rutin.
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Muara Bungo I yang menjadi faktor resiko diabetes meilitus
sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
1.4 Manfaat

1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITUS

2.1 Defnisi
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi
dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana
tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan
resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh.1
2.2 Klasifikasi
Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh


kurangnya produksi insulin oleh pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga
penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
3. Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan
saat kehamilan.
Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut
prediabetes. Kadar glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi
dari nilai normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis
sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan prediabetes adalah
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT).4
2.3 Etiologi
Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem
imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil
insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu
terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan

3
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu
berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan
faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada kejadian
diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan


lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang
juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan
dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi
(hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor
lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah
makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk


menderita diabetes tipe 2.

1. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak
atau adik)
2. Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
3. Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi
(>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl
4. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
5. Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi
dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram
6. Makanan tinggi lemak dan tinggi kalori
7. Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
8. Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan
ideal)
9. Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45
tahun

4
10. Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga
resistensi insulin
Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang
dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif
terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang
selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan
memperberat resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada
ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x
jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun,
jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah
akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan
wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula
darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada saat
kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian
hari.4
2.4 Patofisiologi

Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada


pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh darah di
otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit
jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada
ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir
sehingga harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang
sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang
terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apa-
apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau terkena benda panas.6

5
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan
pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka
sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebiru-
biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk,
kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan
pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi
gangguan saraf, disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa
(sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu gangguan motorik,
timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang
tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan
dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi.
Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk
tersebut.6

Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan


emboli trombus kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan
neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik
dan autonom yang masing-masing memegang peranan pada terjadinya luka
kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan di
sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru
pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu.7

Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya


perlindungan terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa
disadari. Akibatnya, kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai
dengan infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.7

Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit


sehingga kulit kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi
dan luka ini sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga

6
faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi
jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang jadi tidak efektif.
Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan
bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis, aliran
nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit.8

2.5 Gambaran Klinis


Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian.
Namun, harus dicurigai adanya diabetes melitus jika seseorang
mengalami keluhan klasik diabetes melitus berupa :

1. poliuria (banyak berkemih)


2. polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
3. polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
4. penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat


diagnosis dapat diperiksa keluhan tambahan diabetes melitus berupa :

1. lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal


2. penglihatan kabur
3. penyembuhan luka yang buruk
4. disfungsi ereksi pada pasien pria
5. gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada
urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah
dari pembuluh darah vena. Sedangkan. untuk melihat dan mengontrol hasil
terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler
dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM (diabetes melitus) jika ia


mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

7
1. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu
≥200 mg/dL
2. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126
mg/dL
3. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
≥200 mg/dL
4. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keteragan :

Tabel 1. kadar glukosa darah sewaktu dan puasasebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM

Kadar Gula Darah Bukan DM Belum pasti DM


DM

Sewaktu Plasma <100 100 - 199 ≥200


(mg/dL) vena

Darah <90 90 – 199 ≥200


kapiler

Puasa (mg/dL) Plasma <100 100 – 125 ≥126


vena

Darah <90 90 – 99 ≥100


kapiler

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe


2 di Indonesia – PERKENI tahun 2011

2.6 Komplikasi

1. Komplikasi Akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis
diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua

8
keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL,
pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri.
Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di


mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien
DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia
misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan
sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak
makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar,


gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran
sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis
yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau
pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
penanganan dan pemantauan selanjutnya.7

2. Komplikasi Kronis
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah
yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni
pembuluh darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

a. Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan


penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak
b. Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
c. Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan
stroke.

9
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai
pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan
nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan
perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas,
terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari
adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang
lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi.
Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada
tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer,
maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga
mengurangi risiko luka dan amputasi.
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas
karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal.
Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. 7
2.7 Penatalaksanaan

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan


kadar glukosa darah menjadi normal atau mendekati normal,
sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada pasien tersebut.
1. Sarana pengendalian secara non-farmakologis pada diabetes melitus
dapat berupa :
a. Pola makan sehat dan aktifitas fisik
Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah
gaya hidup yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan
aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4
minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka
harus diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk

10
membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa
darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu
macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.4

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting


untuk mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi
Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA)
menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak,
kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA bahkan telah
melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan
dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat
badan dan olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol
peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang
dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali
seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan
seperti berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik
turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM
tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus
dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya. 4

Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih


tetap merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes
melitus, meskipun sudah sedemikian majunya riset di bidang
pengobatan diabetes dengan ditemukannya berbagai jenis insulin
dan obat oral yang mutakhir6.

Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase


Berat Badan Relatif (BBR).9

BBR = -------- x 100% (BB: Kg, TB: cm)

TB – 100

11
Kriteria:

 Kurus (underweight) : BBR < 90%


 Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
 Gemuk (overweight) : BBR > 110%
 Obesitas : BBR > 120%
Contoh Kasus:

Seorang ibu berusia 45 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan


berat badan 65 kg, selama 15 tahun terakhir menderita DM dengan
aktivitas biasa.

BB 65

BBR = ------------ x 100% = -----------x 100% = 108% (Normal)

TB-100 160-100

Jadi kebutuhan energi per hari seorang ibu tadi adalah = 65 x 30


kalori = 1950 kalori/hari

b. Berhenti merokok
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke
dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi
karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu
pasien DM sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.4

2. Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat


berupa :
a. pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO).10

12
Tabel 2. Jenis Obat Hipoglikemik Oral yang tersedia di Indonesia.5
NAMA GENERIK DOSIS Lama Frekuensi Haria
Kerja (Kali) n
(jam) (mg)

SULFONIL Klorpropam 100-500 50 24-36 1


UREA id - 6-12 2-3
500-
Tolbutamid 2.5 12-24 1-2
2000
Glibenklami 5 10-16 1-2
d 2.5-20 40 10-20 1-2
Glipizid 15 10-20 1-3
5-20
Glikazid
Glikuidon 80-240

30-120

BIGUANID Metformin 250- 15 6-8 1-3


3000

Inhibitor α Acarbose 150-300 50 - 1-3


Glukosidase

a. Pemberian Insulin.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke
dokter untuk mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah
belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan
menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu,
pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat hasil
pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat
berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati
nilai normal dengan meminum obat atau insulin, pasien harus tetap

13
meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah
diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang
telah ditentukan.5

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif


kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk melihat masalah dan fenomena yang
terjadi pada masyarakat berupa gambaran pengetahuan dan perilaku penderita
diabetes meilitus di wilayah kerja Puskesmas Muaro Bungo I.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di poli usila Puskesmas Muara Bungo


I,Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 1November 2018 hingga 31


Desember 2018.

3.3 Sasaran Penelitian

Seluruh pasien yang terdiagnosa Diabetes Meilitus oleh dokter yang


berobat ke Puskesmas Muara Bungo I.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa Diabetes


Meilitus oleh dokter yang berobat ke Puskesmas Muara Bungo I.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling


dimana subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
sebagai sampel penelitian hingga subjek yang diperlukan terpenuhi. Jumlah
subjek yang ditetapkan adalah sebanyak 22 orang.

15
Kriteria inklusi subjek penelitian adalah:

a. Pasien berusia>40 tahun.


b. Pasien yang terdiagnosa Diabetes Meilitus oleh dokter yang datangke
poli usila Puskesmas Muara Bungo I.
c. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I.
d. Bersedia menjadi responden.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan cara wawancara, dalam
hal ini adalah pasien yang terdiagnosa Diabetes Meilitus |sebagai sumber
informasi. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah
kuesioneryang diisi oleh dokter berdasarkan informasi yang diperoleh dari pasien
tersebut.

3.6 Instrumen Penelitian

Setiap responden diwawancarai menggunakan kuisioner yang berisi


pertanyaan seputar pengetahuan dan perilaku penderita Diabetes Meilitus.
Kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan tentang pengetahuan Diabetes Meilitus
dan 9 pertanyaan tentang perilaku penderita Diabetes Meilitus.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Puskesmas Muara Bungo I


4.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Pasar Muara Bungo merupakan salah kecamatan yang terdapat di
kabupaten Bungo dengan luas wilayah 9,21 km2. Puskesmas Muara Bungo I
terletak di kelurahan bungo barat, dengan batas-batas wilayah kecamatan sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Bathin III
Sebelah Selatan : Kecamatan Rimbo Tengah
Sebelah Barat : Kecamatan Bungo Dani
Sebelah timur : Kecamatan Bathin II Babeko

Kecamatan Pasar Muara Bungo terbagi atas 5 kelurahan, berikut nama dan
luas kelurahan yang ada di kecamatan Pasar Muara Bungo :
Tabel 3. Luas Kecamatan Pasar Muara Bungo Berdasarkan Tiap Kelurahan
Kelurahan Luas (KM2) Persentase (%)

Bungo barat 1,697 9,97

Batang bungo 3,341 19,62

Bungo timur 3,625 21,29

Jaya setia 3,222 18,92

Tanjung gedang 5,142 30,20

Pasar muara bungo 9,21 100,00

17
4.1.2. Profil Puskesmas

Puskesmas Muaro Bungo I adalah salah satu Puskesmas dalam wilayah


Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo tepatnya berada di Kecamatan Pasar
Muaro Bungo Kabupaten Bungo Propinsi Jambi.
Visi dan misi Puskesmas Muara Bungo I
Visi
“ Tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang optimal menuju Kabupaten
ungo sehat 2020 ”
Misi
a. Meningkatkan pencapaian target standar pelayanan minimal
b.Menciptakan suasana kerja yang nyaman dn kondusif
c. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
d.Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bungo yang berada
diwilayah kerja Puskesmas Muaro Bungo I.
e. Meningkatkan kemampuan staf dalam teknologi dan informasi
4.1.3 Peta Wilayah Kerja

18
Gambar 1. Peta Kecamatan Pasar Muara Bungo Kabupaten Bungo
4.1.4 Jumlah penduduk
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasar Muara Bungo Tahun 2017
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bungo barat 2.779 2.486 6.486
Batang bungo 3.497 3.100 6.597
Bungo timur 2.281 2.207 4.482
Jaya setia 3.505 3.433 6.938
Tanjung gedang 1.639 1639 3278
Pasar muara bungo 13.701 12.581 26.560
2016 13.399 12.581 25.980
2015 13.103 12.290 25.393

19
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasar Muara Bungo Tahun 2017
Kelompok Jumlah Penduduk (Jiwa)
Umur Tahun 2017
(Tahun) Perempuan Laki-Laki Total
0-4 1.361 1.152 2.613
5-9 1.170 1.113 2.283
10-14 1.149 1.072 2.221
15-19 1.197 1.104 2.301
20-24 1.500 1.310 2.810
25-29 1.465 1.214 2.679
30-34 1.183 1.136 2.319
35-39 1.082 1.036 2.118
40-44 985 915 1.873
45-49 787 716 1.503
50-54 615 616 1.231
55-59 509 526 1.035
60-64 347 312 056
65-69 784 223 407
70-74 109 149 258
74+ 85 165 250

20
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 4 18%
Perempuan 18 82%
Tingkatan Pendidikan
SD 6 27%
SMP 4 18%
SMA 8 37%
PT 4 18%
Pekerjaan
Pensiunan/Tidak bekerja 2 9%
PNS/TNI/PORI 1 4.5%
Wiraswasta/Pedagang 2 9%
Pegawai swasta 0 0%
Ibu Rumah Tangga 16 73%
Lain-lain 1 4.5%
Riwayat Keluarga yang
Menderita DM
Ada 16 73%
Tidak ada 6 27%

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah responden pada penelitian ini


adalah sebanyak 22 orang. Sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 18 orang (82%). Tingkat pendidikan sebagian besar
adalah SMA yaitu sebanyak 8 orang (37%). Pekerjaan responden penelitian paling
banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (73%). Sebagaian besar

21
responden memiliki riwayat keluarga penderita DM sebanyak 16 orang (73%).

4.2.2 Gambaran Penderita Diabetes Meilitus


1. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin.
Tabel 7.Distribusi Penderita DM berdasarkan karakteristik jenis kelamin.
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 4 18%
Perempuan 18 82%
Total 22 100%

18%

82%

Laki-laki Perempuan

Gambar 2. Diagram responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin.

Tabel 7 dan gambar 2 menunjukkanperempuan lebih banyak yang


menderita diabetes meilitus yaitu sebanyak 18 orang (82%) dibandingkan dengan
laki-laki yang hanya berjumlah 4 orang (18%).

2. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan.


Tabel 8. Distribusi Penderita DM berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Presentase (%)

22
SD 6 27%
SMP 4 18%
SMA 8 37%
PT 4 18%
Total 22 100%

18%

27%

37% 18%

SD SMP SMA PT

Gambar 3. Diagram Penderita DM berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan.

Tabel 6 dan gambar 3 menunjukkan Tingkat Pendidikan SMA lebih


banyak yang menderita DM yaitu sebanyak 8 orang (37%) sementara sebagian
kecil penderita DM memiliki tingkat pendidikan SMP dan PT yaitu sebanyak
masing masing 4 orang (18%).

23
3. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan.
Tabel 9.Distribusi penderita DM Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan.
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Pensiunan/Tidak bekerja 2 9%
PNS/TNI/PORI 1 4.5%
Wiraswasta/Pedagang 2 9%
Ibu Rumah Tangga 16 73%
Lain-lain 1 4.5%
Total 22 100%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

Gambar 4. Diagram penderita DM Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan.

Tabel 7 dan gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM


memiliki Pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 16 orang (73%).

24
4. Distribusi Penderita DM Berdasarkan Riwayat Keluarga yang Menderita
Diabetes Melitus.
Tabel 10. Distribusi penderita DM Berdasarkan Riwayat Keluarga yang
Menderita DM.
Riwayat Keluarga yang Frekuensi (n) Persentase (%)
Menderita DM
Ada 16 73%
Tidak Ada 6 27%
Total 22 100%

27%

73%

Ada Tidak Ada

Gambar 5. Diagram penderita DM Berdasarkan Riwayat Keluarga yang


Menderita Diabetes Melitus.

Tabel 8 dan gambar 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden


memiliki riwayat keluarga menderita DM sebanyak 16 orang (73%).

25
4.2.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita DM
1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penderita DM.
Tabel 11. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penderita DM.
Frekuensi (n) Presentase (%)
Rendah 0 0%
Sedang 2 10%
Tinggi 20 90%
Total 22 100%

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Rendah sedang Tinggi

Gambar 6. Diagram Tingkat Pengetahuan Penderita DM

` Pada tabel 9 dan gambar 6, didapatkan gambaran tingkat pengetahuan


responden tentang DM cukup tinggi yaitu sebanyak 20 responden (90%), dan
sebanyak 2 responden (10%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang
DM serta tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.

26
2. Distribusi Perilaku Penderita DM

Tabel 12. Distribusi perilaku responden saat pertama kali mengetahui gejala
DM
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 95%
2 1 5%
3 21 0%
Total 22 100%

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3

Gambar 7. Diagram perilaku responden saat pertama kali mengetahui gejala


DM.
Keterangan:

1. Menunggu Perkembangan Penyakit


2. Pengobatan Alternatif
3. Memeriksa diri kedokter/petugas kesehatan.

Pada tabel 10 dan gambar 7 didadapatkan gambaran perilaku responden saat


pertama kali mengetahui gejala DM yaitu sebanyak 21 responden (95%)

27
memeriksakan diri kedokter/petugas kesehatan. Dan sebanyak 1 responden (5%)
memilih pengobatan alternatif.

Tabel 13. Distribusi perilaku responden setelah dinyatakan kadar gula darahnya
normal oleh dokter.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0
2 0 0
3 22 100%
Total 22 100%

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
1 2 3

Gambar 8. Diagram perilaku responden setelah dinyatakan kadar gula darahnya


normal oleh dokter.
Keterangan:

1. Kembali seperti biasa seperti saat belum terkena diabetes mellitus.


2. Akan menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan lanjutan.
3. Tetap melakukan anjuran dokter, mulai dari pengaturan pola makan dan aktivtas
sehat

28
Pada tabel 11 dan gambar 8 didapatkan gambaran perilaku responden setelah
dinyatakan kadar gula darah sudah normal yaitu sebanyak 22 responden (100%)
tetap melakukan anjuran dokter, mulai dari pengaturan pola makan dan aktivitas
sehat.

Tabel 14. Distribusi perilaku responden terhadap kepatuhan menerapkan pola


makan yang baik.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 1 4%
2 8 36%
3 13 60%
Total 22 100%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 9. Diagram perilaku responden terhadap kepatuhan menerapkan pola


makan yang baik.
Keterangan:

1. Tidak
2. Kadang-kadang
3. Ya

29
Pada tabel 12 dan gambar 9 didapatkan gambaran perilaku responden
terhadap kepatuhan menerapkan pola makan yang baik adalah sebanyak 13
responden (60%), dan yang kadang kadang menerapkan pola makan baik yaitu
sebanyak 8 responden (36%), serta yang tidak menerapkan pola makan yang baik
sebanyak 1 responden (4%).

Tabel 15. Distribusi perilaku responden dalam cara mengatur pola makan yang
baik.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 6 27%
2 7 32%
3 9 41%
Total 22 100%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
1 2 3

Gambar 10. Diagram perilaku responden dalam cara mengatur pola makan yang
baik.
Keterangan:
1. Tidak mengkonsumsi nasi yang banyak mengandung karbohidrat
2. Mengurangi konsumsi gula

3. Memakan makanan menu diet DM

30
Pada tabel 13 dan gambar 10 didapatkan gambaran perilaku responden
dalam cara mengatur pola makan yang baik sebanyak 9 responden (41%)
memakan menu DM, dan sebanyak 7 responden (32%)mengurangi konsumsi
gula, serta sebanyak 6 responden (27%) tidak mengkonsumsi nasi yang banyak
mengandung karbohidrat.

Tabel 16. Distribusi perilaku responden dalam waktu menerapkan pengaturan


pola makan yang baik.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 3 13%
2 3 13%
3 16 74%
Total 22 100%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 11. Diagram perilaku responden daam waktu menerapkan pengaturan


pola makan yang baik.
Keterangan:

1. Tergantung kondisi tubuh


2. Saat kadar gula darah tidak normal
3. Saat kadar gula darah normal maupun tidak normal

31
Pada tabel 14 dan gambar 11 didapatkan gambaran perilaku responden waktu
menerapkan pengaturan pola makan yang baik sebanyak 16 responden (74%)
yaitu menerapkan saat kadar gula darah normal maupun tidak normal. Dan
sebanyak 3 responden (13%) menerapkan pengaturan pola makan saat kadar gula
darah normal maupun tidak normal. Serta sebanyak 3 responden (13%)
menerapkan pengaturan pola makan yang baik tergantung kondisi tubuh.

Tabel 17. Distribusi perilaku responden dalam konsumsi jumlah gula dalam
sehari.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0%
2 11 50%
3 11 50%
Total 22 100%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 12. Diagram perilaku responden dalam konsumsi jumlah gula dalam
sehari.

32
Keterangan:

1. <12 sendok teh perhari


2. >12 sendok teh perhari
3. Seperlunya, sebutkan..

Pada tabel 15 dan gambar 12 didapatkan gambaran perilaku responden dalam


konsumsi jumah gula dalam sehari adalah sebanyak 11 responden (50%)
mengkonsumsi <12 sendok teh perhari dan 11 responden (50%) mengkonsumsi
seperlunya saja.

Tabel 18. Distribusi perilaku responden dalam jumlah porsi nasi dalam sepiring
untuk tiap kali makan besar.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 2 10%
2 11 50%
3 9 40%
Total 22 100%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 13. Diagram perilaku responden dalam jumlah porsi nasi dalam sepiring
untuk tiap kali makan besar.

33
Keterangan:

1. Satu porsi piring penuh isi


2. Setengah porsi piring untuk tiap kali makan besar
3. Sepermpat porsi piring untuk tiap kali makan besar.

Pada tabel 16 dan gambar 13 didapatkan gambaran perilaku responden


dalam mengatur jumah porsi nasi dalam sepiring untuk tiap kali makan besar
adalah sebanyak 11 responden (50%) menkonsumsi setengah porsi piring untuk
tiap kali makan besar dan sebanyak 9 responden (40%) mengkonsumsi
seperampat porsi piring untuk tiap kali makan besar. Dan sebanyak 2 responden
(10%) mengkonsumsi satu porsi piring penuh nasi.

Tabel 19. Distribusi perilaku responden dalam upaya mencegah timbulnya


komplikasi DM.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 2 10%
2 8 36%
3 12 54%
Total 22 100%

34
60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 14. Diagram perilaku responden dalam upaya mencegah timbulnya


komplikasi DM.
Keterangan:

1. Menstabikan berat badan yang kegemukan.


2. Tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat.
3. Merencanakan poa makan dan aktifitas yang sehat.

Pada tabel 17 dan gambar 14 didapatkan gambaran perilaku responden yang


dilakukan mencegah timbulnya komplikasi DM yaitu sebanyak 12 responden
(54%) merencanakan pola makan dan aktivitas yang sehat. Dan sebanyak 8
responden (36%) tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat serta sebanyak 2 responden (10%) menstabikan berat badan yang
kegemukan.

Tabel 20. Distribusi perilaku responden dalam meminum obat secara rutin.
Frekuensi (n) Presentase (%)
1 0 0%
2 8 36%

35
3 14 67%
Total 22 100%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3

Gambar 15. Diagram perilaku responden dalam meminum obat secara rutin.
Keterangan:

1. Saya tidak pernah meminum obat DM.


2. Tidak rutin, saya akan berobat kembali bila gejala DM mulai dirasakan lagi.
3. Ya Rutin, sebelum obat DM saya habis saya telah berobat kepuskesmas/rumah sakit.
Pada tabel 18 dan gambar 15 didapatkan gambaran perilaku gambaran dalam
meminum obat secara rutin adalah sebanyak 14 responden (67%) meminum obat
secara rutin, sedangakan 8 responden (33%) tidak rutin dan akan berobat kembali
bila gejala DM mulai dirasakan lagi. Dan tidak ada responden yang tidak
meminum obat DM.

4.3 Pembahasan
Sebanyak 22 pasien yang telah terdiagnosis DM dilibatkan dalam penelitian
ini. Sebagian besar pasien yang terdiagosis DM berjenis kelamin perempuan
(82%) dan hanya sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki (18%). Hasil tersebut
sama dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian

36
oleh Brayen Melvin Kosegeranmenemukan bahwa jenis kelamin yang mengalami
DM sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak (56%). Guyton dan Hall
(2007) memaparkan bahwa perempuan pada usia lebih dari 40 tahun lebih
beresiko menderita penyakit DM tipe 2 dikarenakan pada wanita yang telah
mengalami menopause, kadar gula dalam darah lebih tidak terkontrol dikarenakan
terjadi penurunan produksi hormon esterogen dan progesteron yang dapat
mempengaruhi sel-sel tubuh dalam merespon insulin.

Dari hasil penelitian mayoritas responden di Puskesmas Muara Bungo I


pendidikannya SMA (37%).Hasil tersebut sama dengan beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Penelitian oleh Brayen Melvin Kosegeran
menemukan bahwa pendidikan responden sebagian besar adalah SMA yaitu
sebanyak (40%). Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Tingkat pendidikan berkaitan
dengan penatalaksanan DM khusunya edukasi. Program edukasi memiliki peran
yang sangat besar dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan pasien dalam perawatan diri sehari-hari (self care). Hasil dari
Riskesdas (2013) mengatakan bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada
masyarakat yang berpendidikan tinggi.

Berdasarkan pekerjaan, diperoleh hasil penelitian bahwa gambaran


responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (73%). Hasil
tersebut sama dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Penelitian oleh Andi Mardhiyah Idrismenemukan bahwa pekerjaan responden
sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak(52,2%). Hal ini
bertentangan dengan teori menurut penelititan Gultom (2011) didapatkan bahwa
penderita DM lebih tinggi pada orang yang bekerja. Menurut Earnest dan Hu
(2008) mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi dengan
jadwal yang tidak teratur menjadi factor penting dalam meningkatnya penyakit
DM.

37
Hasil dari penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang DM,
diperoleh gambaran dari 22 responden terdapat 20 responden (90%) yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang DM cukup tinggi. Hal ini mendukung teori
yang menyebutkan bahwa masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang
lebih tinggi pada umumnya mempunyai wawasan luas sehingga lebih mudah
menyerap dan menerima informasi. Namun bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula, mengingat bahwa
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat pula diperoeh dari pendidikan non formal.

Berdasarkan penelitian tentang perilaku dari Rogers yang dikutip oleh


Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang.
Pengetahuan penderita tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu
penderita menjalankan penanganan DM selama hidupnya sehingga semakin baik
penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus
berperilaku dalam penanganan penyakitnya (Waspadji, 2004). Mengubah perilaku
penyandang DM bukan pekerjaan yang mudah, bahkan lebih sulit daripada
meningkatkan pengetahuan.

Perilaku responden saat pertama kali mengetahui gejala DM adalah


sebanyak 95% memeriksakan diri ke dokter/petugas kesehatan. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa sesorang yang memiliki gejala DM segera untuk
memeriksakan dirinya ke dokter ataupun petugas kesehatan dengan melakukan
pengukuran kadar gula dalam darah untuk menegakkan diagnosa dari DM.
Sehingga dapat mengendalikan jumlah kadar gula darah sedini mungkin untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Namun masih ada sekitar 5%
responden memilih untuk pengobatan alternatif. Hal ini dikarenakan masih ada
masyarakat yang belum paham tentang bahaya penyakit DM tersebut bila tidak
segera diberi pengobatan lebih dini untuk mencegah timbulnya komplikasi.

38
Perilaku responden setelah dinyatakan bahwa kadar gula darah sudah
normal adalah sebanyak 100% responden tetap melakukan anjuran dokter, mulai
dari pengaturan pola makan dan aktivitas sehat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut pasien memiliki tingkat kepatuhan terhadap dirinya dalam melakukan
pengobatan.

Sebanyak 60% responden selalu menerapkan pola makan yang baik.


Namun masih ada 4% responden yang tidak menerapkan pola makan yang baik.
Pada gambaran perilaku responden dalam cara mengatur pola makan yang baik
sebanyak 9 responden (41%) memakan makanan menu diet diabetes meilitus, dan
sebanyak 7 responden (32%)mengurangi konsumsi gula, serta sebanyak 6
responden (27%) tidak mengkonsumsi nasi yang banyak mengandung
karbohidrat. Perilaku responden dalam kategori ini cukup rendah. Dalam teori
disebutkan bahwa pentingnya pasien diabetes meilitus dalam mengatur makanan
menu diet diabetes meilitus agar didapatkan hasil kadar gula darah yang kembali
normal.

Hasil penelitian didapatkan gambaran perilaku responden dalam konsumsi


jumah gula dalam sehari adalah sebanyak 11 responden (50%) mengkonsumsi
<12 sendok teh perhari dan 11 responden (50%) mengkonsumsi seperlunya saja.
Artinya masih ada sebagian penderita diabetes meilitus yang tidak mengatur
jumlah asupan konsumsi gula. Dalam teori, gula bisa menjadi racun jika melebihi
8 sendok sehari (gula murni). Makin sederhana struktur gulanya, makin mudah
diserap oleh tubuh, sehingga lebih cepat menaikkan kadar gula dalam darah.
Hasil pengolahan data food recall menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
termasuk dalam kelompok baik yaitu 69,6%, tetapi lebih banyak dalam kelompok
gula darah tidak terkontrol, yaitu 68,8% dan 31,2% pada gula darah tidak
terkontrol. Sesuai dengan teori yang ada karena kadar gula darah yang tidak
terkontrol pada pasien diabetes tidak hanya disebabkan konsumsi gula berlebih
tetapi juga oleh gaya hidup yang kurang sehat. Tingginya asupan lemak, obesitas,
dan kurangnya aktivitas fisik pun dapat menyebabkan tidak terkontrolnya kadar
gula dalam darah. Sebagian besar pasien yang berprofesi sebagai ibu rumah

39
tangga lebih banyak bersantai di siang hari hingga petang setelah masak,
berolahraga secara teratur dapat mengoptimalkan penggunaan energi dalam tubuh
dan mencegah kelebihan energi tersimpan sebagai lemak. Olahraga pun dapat
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Sebanyak 67% responden rutin meminum obat diabetes meilitus dan akan
kembali berobat ke puskesmas atau rumah sakit sebelum obat habis. Namun
masih ada sekitar 33% responden yang tidak rutin meminum obat dan berobat
kembali bila gejala diabetes meilitus dirasakan kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa masih kurangnya perilaku pasien dalam meminum obat secara rutin.
Menurut konsesus diabetes meilitus tipe 2, yaitu keberhasilan dalam pengobatan
dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang merupakan faktor
utama dari outcome terapi. Upaya pencegahan komplikasi pada penderita diabetes
melitus dapat dilakukan dengan meningkatkan kepatuhan untuk memaksimalkan
outcome terapi.

40
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa pembahasan yang telah


dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
gambaran pengetahuan penderita diabetes meilitus cukup tinggi. Dan gambaran
perilaku penderita diabetes meilitus cukup baik untuk memeriksakan diri
kedokter/pelayanan kesehatan, melakukan anjuran dokter mulai dari pengaturan
dan aktivitas sehat. Namun masih ada penderita diabetes meilitus berperilaku
cukup rendah dalam kepatuhan dan menerapkan pola makan yang baik, dalam
mengatur jumlah konsumsi gula, dalam mengatur jumlah porsi nasi, dalam
mencegah timbulnya komplikasi diabetes meilitus, dan kepatuhan meminum obat
secara rutin.

5.2 Saran

 Perlu dilakukan pembuatan leaflet mengenai DM untuk menambah


wawasan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I.
 Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit DM dan penyuluhan
mengenai tentang gaya hidup penderita DM serta menjelaskan pentingnya
memeriksakan kadar gula darah secara rutin ke pelayanan kesehatan
terdekat.
 Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring
penderita diabetes meilitus yang tidak terkontrol dan memberikan
penyuluhan atau motivasi untuk kontrol rutin kadar gula darah ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
 Perlu diadakan senam diabetes meilitus untuk mencegah atau menghambat
dan memperbaiki neuropati perifer pada umumnya dan pada orang tua
yang sudah menderita osteoartrosis dan neuropati.

41
 Perlu diadakannya “one day care” yaitu hari khusus untuk penderita DM.
Hal ni bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku penderita
DM.
 Bekerjasama dengan bagian ahli gizi untuk memberikan
edukasi/pengetahuan mengenai diet DM sehingga pasien dapat mengatur
pola makan secara mandiri.

42
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Pinzur M.S. Diabetic Foot. Diunduh dari: http//www.emedicine.com/ pada


tanggal 20 Januari 2014
2. American Diabetes Association. Standars of medical care in diabetes-2014.
Diabetes Care. 2014;37(1):S14-S80. doi: 10.2337/dc14-S014
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: 2013.
4. Diunduh dari: http://diabetesmelitus.org/pada tanggal 18 Januari 2014
5. Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah, Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004.
Hal 571-705.
6. Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada Diabetes. Diunduh dari:
http://rds.yahoo.com/ pada tanggal 19 Januari 2014
7. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler, Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah, Binarupa Aksara Jakarta, 1995; hal: 241-330.
8. Sjamsuhidayat R, De Jong WD : Buku ajar ilmu bedah, EGC; Jakarta, 1997
9. Diunduh dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ppt%20Diet%202.pdfpada tanggal 21
Januari 2014
10. Isselbacher, Baraundwald, Wilson, Harrison’s Principles of internal
medicine, International edition, Mcgraw Hill Book Co.,Singapore,1994.

43
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Penderita Diabetes Meilitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Bungo I Bulan November-Desember 2018.

No. Responden :

Nama Responden :

Alamat Responden :

Tanggal wawancara :

DATA RESPONDEN

1. Umur : Tahun

2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Pendidikan : 1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

5. Akademi/PT

4. Pekerjaan : 1. Pensiunan/Tidak Bekerja

2. PNS/TNI/POLRI

3. Wiraswasta/Pedagang

4. Pegawai swasta

5. Ibu Rumah Tangga (IRT)

6. Lain-lain

44
A. Aspek Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan
member tanda (x) pada kolom pilihan tersebut.
1. Penyakit Diabetes Melitus merupakan peningkatan kadar gula dalam darah
Benar (…..) Salah (…..)
2. Banyak makan, banyak minum, banyak kencing merupakan gejala umum
yang terjadi pada penderita diabetes meilitus
Benar (…..) Salah (…..)
3. Penderita diabetes meilitus penting memeriksakan kadar gula darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (…..) Salah (…..)
4. Membatasi makanan tinggi karbohidrat merupakan salah satu usaha untuk
mencegah peningkatan kadar gula dalam darah
Benar (…..) Salah (…..)
5. Riwayat keturunan Diabetes Meilitus merupakan salah satu factor resiko
diabetes meilitus
Benar (…..) Salah (…..)
6. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
diabetes meilitus adalah olahraga secara teratur
Benar (…..) Salah (…..)
7. Dukungan keluarga merupakan salah satu hal yang penting untuk
memotivasi penderita diabetes meilitus dalam menjalankan perubahan
gaya hidupnya
Benar (…..) Salah (…..)
8. Meminum obat diabetes meilitus secara teratur dan mengontrol pola
makan adalah usaha mencegah peningkatan kadar gula dalam darah secara
berlebihan
Benar (…..) Salah (…..)

45
9. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bias mengurangi risiko
terjadinya penyakit diabetes meilitus

Benar (…..) Salah (…..)

B. Aspek Perilaku
Petunjuk :

Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda (X) dari setiap
pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.

1. Ketika ada gejala diabetes mellitus seperti banyak kencing, banyak


makan, banyak minum dan lain-lain, apakah yang paling utama
yang Anda lukukan?
a. Pengobatan alternatif

b. Memeriksakan diri ke dokter/ petugas kesehatan

c. Menunggu perkembangan penyakit

2. Apa yang Anda lakukan setelah menjalani pengobatan diabetes


mellitus dari dokter/ petugas kesehatan lainnya dan diyatakan
bahwa kadar gula darah Anda sudah normal?
a. Tetap melakukan anjuran dokter, mulai dari pengaturan pola
makan dan aktivtas sehat
b. Akan menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan
lanjutan
c. Kembali seperti biasa seperti saat belum terkena diabetes mellitus

3. Sebagai penderita diabetes mellitus apakah Anda selalu


menerapkan pola makan yang baik?
a. Ya

46
b. Tidak

c. Kadang-kadang

4. Pola makan yang bagaimanakah yang Anda terapkan sehingga


dikatakan pola makan yang baik?
a. Memakan makanan menu diet diabetes mellitus
b. Mengurangi konsumsi gula
c. Tidak mengkonsumsi nasi yang banyak mengandung karbohidrat

5. Kapan Anda menerapkan pengaturan pola makan yang baik?


a. Saat kadar gula darah tidak normal

b. Saat kadar gula darah normal maupun tidak normal

c. Tergantung kondisi tubuh

6. Sebagai penderita diabetes mellitus berapakah jumlah gula yang Anda


konsumsi?

a. < 12 sendok teh per hari

b. > 12 sendok teh perhari

c. Seperlunya, sebutkan ………

7. Berapa porsi dalam sepiring Anda mengkonsumsi nasi untuk tiap


kali makan besar?
a. Setengah porsi piring untuk tiap kali makan besar
b. Seperempat porsi piring untuk tiap kali makan besar
c. 1 porsi piring penuh nasi

47
8. Upaya yang Anda lakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi
diabetes mellitus adalah :
a. Tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat
b. Menstabilkan berat badan yang kegemukan
c. Merencanakan pola makan dan aktivitas yang sehat

9. Sebagai penderita Diabetes Meilitus, apakah anda meminum obat


secara rutin
d. Ya ruti, sebelum obat DM habis saya telah berobat ke puskesmas
e. Tidak rutin, saya akan berobat kembali bila gejala DM mulai
dirasakan lagi.
f. Saya tidak meminum obat DM.

48
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

49

Anda mungkin juga menyukai