Anda di halaman 1dari 22

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JERUK LEMON

(Citrus limon (L.) Burm. f.) TERHADAP DAYA INGAT


TIKUS YANG DIINDUKSI SCOPOLAMINE

USULAN SKRIPSI

Oleh :

GALUH RATNA SAFITRI


K100150042

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULi

HALAMAN PENGESAHANii

DAFTAR ISIiii

A. JUDUL.............................................................................................................1

B. LATAR BELAKANG.....................................................................................1

C. RUMUSAN MASALAH................................................................................2

D. TUJUAN..........................................................................................................2

E. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................2

1. Daun Jeruk Lemon.....................................................................................2

2. Demensia......................................................................................................4

3. Acetylcholin.................................................................................................5

4. Scopolamine.................................................................................................5

F. LANDASAN TEORI......................................................................................6

G. HIPOTESIS.....................................................................................................6

H. METODE PENELITIAN...............................................................................6

1. Katagori Penelitian.....................................................................................6

2. Variable Penelitian......................................................................................7

a. Variable bebas..........................................................................................7

b. Variable tergantung.................................................................................7

c. Variable terkendali..................................................................................7

3. Alat dan Bahan............................................................................................7

a. Alat............................................................................................................7

b. Bahan........................................................................................................7

4. Tempat Penelitian........................................................................................8

3
5. Rencana Penelitian......................................................................................8

a. Identifikasi Tanaman..............................................................................8

b. Permohonan Ethical Clearens................................................................8

c. Penetapan Dosis Bahan Uji Daun Jeruk Lemon..................................8

d. Pembuatan Ekstrak Daun Jeruk Lemon..............................................8

e. Uji Kuantitatif..........................................................................................9

f. Hewan Uji.................................................................................................9

g. Uji Perlakuan.........................................................................................10

h. Passive Avoidance Task.........................................................................11

i. Uji Aktivitas Asetilkolinesterase...........................................................12

j. Terminasi Hewan Uji............................................................................13

6. Analisis Data..............................................................................................14

I. JADWAL PELAKSANAAN........................................................................14

J. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

4
1

A. JUDUL
Uji Efektivitas Daun Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.)
Terhadap Daya Ingat Tikus yang Diinduksi Scopolamine.

B. LATAR BELAKANG
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif neuro yang
paling umum terkait usia, yang terdiri dari banyak
manifestasi psikiatrik kognitif dan neuro yang menghasilkan
cacat progresif dan akhirnya mengalami ketidakmampuan.
Penurunan asetilkolin di otak pasien dengan penyakit
alzheimer menjadi elemen penting dalam menghasilkan
demensia (Becker et al., 1988). Hilangnya sel kolinergik,
terutama di otak depan basal, disertai dengan hilangnya
neurotransmitter asetilkolin. Salah satu pendekatan adalah
untuk menonaktifkan acetylcholinesterase, enzim yang
memotong acetylcholine sinaptik dan mengakhiri pensinyalan
neuronal. Inhibitor acetylcholinesterase (AChE) meningkatkan
ketersediaan asetilkolin dalam sinergi kolinergik sentral dan
merupakan obat yang paling menjanjikan saat ini yang
tersedia untuk pengobatan alzheimer (Giacobini, 2000).
WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk
dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional
yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan
penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunkan
obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Fatma,
2016).

Salah satu tanaman yang potensial dimanfaatkan untuk


obat tradisional adalah jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm.
f.). Jeruk lemon merupakan sumber vitamin C dan kalsium
2

yang sangat baik (Sediaoetama, 2004). Menurut (Mayasari,


2018) Hasil skrining fitokimia dari daun jeruk lemon (Citrus
limon (L.) Burm. f.) menunjukkan adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid/triterpen.
Hewan uji adalah hewan yang gunakan dalam penelitian
biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat
tertentu (Smith JB, 1988). Menurut (Ristiawan A, 1990) hewan
uji tetap diperlukan dalam penelitian, khususnya dibidang
kesehatan, pangan dan gizi. Hewan percobaan yang
digunakan harus sehat dan berkualitas dan dipilih sesuai
dengan tema penelitian. Penggunaan hewan yang berkualitas
dapat menghemat waktu, kesempatan dan biaya. Tikus putih
yang sering digunakan dalam penelitian merupakan hewan
kecil yang mempunyai karakteristik tertentu yang relative
sserupa dengan manusia (Herlinda Y, 1986). Beberapa jenis
tikus yang digunakan dalam penelitian, antara lain : Wistar
(dikembangkan di Institut Wistar) dan Sprague Dawley (Tikus
albino dari tanah pertanian Sprague-dawley) (Marice S,
2010).

C. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peningkatan daya ingat tikus setelah pemberian ekstrak daun
jeruk lemon ?

D. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas alkaloid dari
pemberian daun jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) dalam
meningkatkan daya ingat pada tikus demensia.
3

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Daun Jeruk Lemon
a. Klasifikasi Tumbuhan
Jeruk sitrun asli atau di Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan
jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) berbentuk bulat telur dan
mempunyai putting diujungnya (Sarwono, 1944) merupakan
buah yang berasal dari Birma Bagian Utara dan Cina Selatan.
Di Indonesia penyebaran jeruk lemon ini berasa di pulau jawa
(Aak, 1994). Menurut (Hutasoit, 2005) buah lemon miliki
bentuk seperti bola tertekan dengan panjang 5-8 cm, tebal
kulit 0,5-0,7 cm dan daging buahnya berwarna kuning oranye
dan angkai daunnya selebar 1-1,5 mm.
Klasifikasi tanaman jeruk lemon adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Marga : Citrus
Jenis : Citrus limon (L) (Backer, 1965)

b. Deskripsi Tanaman
Daun Jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) memiliki bentuk
jorong, tepi daun menggulung, ujung dan pangkal daun
tumpul. Ukuran panjang yaitu 9,5 – 11,5 cm dan lebar 2,5 –
4,2 cm dengan warna hijau – hijau kecoklatan. Memiliki bau
yang khas yaitu bau jeruk lemon. Serbuk simplisia daun jeruk
lemon dicirikan dengan serbuk berwarna hijau kecokelatan.
4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mayasari,


dkk. 2018) daun jeruk lemon positif memiliki kandungan
alkaloid. Uji alkaloid yang dilakukan dengan pereaksi
Bouchardat memberikan endapan coklat jingga, dengan
pereaksi dragendorff memberikan endapan coklat jingga dan
pereaksi mayer memberikan endapan putih kekuningan.

c. Kandungan Kimia
Daun jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) selain
memiliki kandungan alkaloid juga mengandung Flavonoid,
Steroid/Triterpenoid dan tannin. (Mayasari, dkk. 2018).

2. Demensia
Penyakit alzheimer (AD) adalah demensia progresif dan fatal dari
penyebab yang tidak diketahui yang ditandai oleh hilangnya fungsi kognitif
dan fisik, biasanya dengan gejala perilaku. (Sllatum et al.,2015). Demensia
adalah ditandai dengan penurunan memori, bahasa,
masalah-masalah dan keterampilan kognitif lainnya yang
memengaruhi seseorang kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf
(neuron) di bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif
telah rusak atau hancur. (Wilson et al., 2012)
Gejala penyakit Alzheimer yag dialami setiap individu berbeda-beda,
gejala awal yang paling umum dialami adalah menurunnya kemampuan
mengingat informasi baru secara perlahan. Hal ini terjadi karena neuron
pertama rusak dan hancur, biasanya kerusakan itu terjadi di daerah otak yang
terlibat dalam pembentukkan ingatan baru yaitu asam glutamat. Gejala yang
sering terjadi diantaranya adalah :
1) Kehilangan ingatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari
2) Difusi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang biasa dilakukan di rumah,
waktu luang atau tempat kerja.
3) Kebingungan dengan waktu atau tempat.
5

4) Penilaian buruk atau menurun


5) Penarikan dari pekerjaan atau lingkungan social
6) Perubahan suasana hati dan kepribadian (Wilson et al., 2012)

Neurotransmitter menurut (Price, A.1995) merupakan zat kimia yang


disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung
akson. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Terdapat sekitar 30 macam
neurotransmitter yang diantaranya adalah :
1. Acetilkolin yang berfungsi sebagai penyimpanan berbagai hal yang kita
ingat dan kita hafal (pembentukan memori).
2. Dopamin memiliki fungsi agar seseorang fokus terhadap hal hal tertentu
atau membuat seseorang memiliki konsentrasi tinggi.
3. Asam glutamin sebagai proses pengingat informasi baru, sehingga
nantinya dapat dimunculkan kembali jika kita membutuhkannya.
4. Asam Gama-Aminobutirat (GABA) yang berfungsi sebagai pembatas
kecepatan otak, tanpa adanya pembatasan ini maka neuron akan cepat
rusak.
5. Serotonin merupakan neurotransmitter yang berfungsi sebagai penenang,
membuat seseorang menjadi tenang. Jika kekurangan neurotransmitter ini
dapat mengakibatkan seseorang melakukan perbuatan yang
membahayakan untuk orang lain.

3. Acetylcholin
Salah satu neurotransmitter yang berkaitan dengan demensia yaitu
Asetilkolin. Asetilkolin berfungsi sebagai penyimpanan berbagai hal yang
kita ingat dan kita hafal (pembentukan memori). Jika seseorang kekurangan
asetilkolin maka dapat menyebabkan terkena penyakit dementia atau
alzheimer.
Inhibitor acetylcholinesterase (AChE) meningkatkan ketersediaan
asetilkolin dalam sinaps kolinergik sentral dan merupakan obat yang paling
menjanjikan saat ini yang tersedia untuk pengobatan AD (Giacobini, 2000).
Penghambat AChE dari golongan kimia umum seperti physostigmine, tacrine,
6

donepezil, galanthamine, huperzine A dan heptylphysostigmine telah diuji


untuk pengobatan simtomatik AD. Meskipun telah ada sejumlah laporan
tentang perancangan dan pengembangan inhibitor AChE sintetik, hanya
sedikit yang dilaporkan mencari inhibitor AChE yang berasal dari tanaman
(Houghton, 2004).

4. Scopolamine
Tikus amnesia yang diinduksi oleh skopolamin, yang merupakan
antagonis reseptor muskarinik dan menyebabkan amnesia pada hewan dengan
cara memblokir neurotransmisi kolinergik. Interneuron kolinergik di striatum
mengandung sumber acetylcholinesterase yang lebih kaya dan juga akan
sangat dipengaruhi oleh inhibitor enzim. Pemberian skopolamin akut dan
sistemik pada hewan muda memberikan defisit memori yang tepat terkait
dengan defisit kolinergik pada AD atau disfungsi CNP yang senilis (Ebert et
al., 1998).

F. LANDASAN TEORI
Demensia merupakan pennyakit neurologi yang sangat berkaitan dengan usia,
yang ditandai dengan penurunan asetikolin di otak pasien (Becker et al.,
1988). Demensia biasa terjadi pada orang orang yang berusia
lanjut, dimana kemampuan untuk mengingan informasi baru
menurun secara perlahan (Wilson et al., 2012) Jeruk lemon
(Citrus limon (L.) Burm. f.) merupakan salah satu tanaman obat
yang berasal dari Cina Selatan yang penyebarannya banyak
terdapat di wilayah jawa tengan, Indonesia (Aak, 1994). Semua
bagian jeruk lemon dapat digunaan sebagai obat, salah satunya
yaitu daun. Daun jeruk lemon memiliki kandungan alkaloid
(Mayasari dkk, 2018) yang menunjukkan aktivitas penghambatan
AChE (LeDoux, 1993).
7

G. HIPOTESIS
Ekstrak daun jeruk lemon diduga memiliki efek antidemensia pada tikus
jantan wistar. Daun jeruk lemon memiliki kandungan alkaloid yang dapat
mencegah penyakit Alzheimer.

H. METODE PENELITIAN
1. Katagori Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental dengan
rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang melibatkan
kelompok normal, kelompok kontrol negatif, dan kelompok perlakuan.

2. Variable Penelitian
a. Variable bebas
Variabel bebas yang digunakan adalah ekstrak daun jeruk lemon.

b. Variable tergantung
Variabel tergantung yang digunakan adalah tikus yang diinduksi
scopolamine.

c. Variable terkendali
Variabel terkendali adalah hewan uji, seperti jenis kelamin, berat badan,
minum tikus, dan pakan tikus.

5. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Timbangan tikus (Lark, China)
2) Timbangan analitik (Ohaus)
3) Spuit injeksi
4) Rotary evaporator
8

5) Magnetics tirrer
6) Mikropipet
7) UPLC-MS/MS
8) Kuvet disposable semi micro
9) Spektrofotometer UV-Vis
10) Alat-alat gelas (Pyrex)
11) Kandang tikus

d. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih yang
diperoleh dari fakultas farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Daun
jeruk lemon sebagai bahan yang akan diekstraksi diperoleh dari , etanol 96%
teknis sebagai penyari.

6. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Rencana Penelitian
a. Identifikasi Tanaman
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran
dari tanaman yang digunakan untuk diuji. Determinasi dilakukan di
laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam UMS.

b. Permohonan Ethical Clearens


Permohonan surat keterangan ethical clearance diajukan pada Komisi
Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UMS.
9

c. Penetapan Dosis Bahan Uji Daun Jeruk Lemon


Dosis jeruk lemon yang digunakan adalah 50mg, 100mg dan
200mg/KgBB.

d. Pembuatan Ekstrak Daun Jeruk Lemon


Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dengan cara dimaserasi
500 mg serbuk kering dan dimasukkan kedalam gelas beker 1000 ml dan
direndam dalam 500 ml etanol 96% selama 24 jam. Sebelumnya dilakaukan
pengadukan dengan magnetics stirrer selama 2 jam. Disaring
maserat dengan corong Buchner sampai terpisah dari
ampasnya. Sari etanol kemudian diuapkan menggunakan
Rotary Evaporator hingga terbentuk ekstrak kental.

e. Uji Kuantitatif
Reaksi identifikasi alkaloid menggunakan metode yang tercantum dalam
Materia Medika Indonesia Edisi V. Identifikasi dengan metode kromatografi
lapis tipis, menggunakan eluen etil asetat : metanol : air (16:1:2), noda
diamati menggunakan sinar UV 254 nm kemudian deteksi bercak dengan
menyemprotkan pereaksi Dragendorff. Bercak yang menandakan adanya
alkaloid adalah bercak dengan warna jingga, kemudian dihitung harga Rf.

e. Hewan Uji
1) Aklimatisasi Dan Adaptasi Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah hewan uji sehat yang tidak mengalami
perubahan dari keadaan normal. Hewan uji terlebih dahulu diaklimatisasi
dalam kondisi laboratorium selama satu minggu dengan diberi makan berupa
pelet dan air minum setiap hari, Aklimatisasi bertujuan agar tikus terbiasa
dengan tempat tinggal yang baru dan tidak mengalami stres. Adaptasi
dilakukan di tempat yang gelap dan tidak bising.
10

2) Kandang
Kandang tikus yang digunakan adalah dari material yang kedap air, kuat
dan mudah dibersihkan, dengan luas alas kandang 148,4 cm2 dan tinggi 17,8
cm . satu kandang di isi 5 ekor tikus.

3) Pemeliharaan
Hewan uji diberi pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pakan
berupa pellet yang diambil sebanyak 1 cup (200g). Pakan diletakan di atas
permukaan kawat strimin penutup kandang box. Pemberian minuman hewan
uji yaitu dengan botol khusus yang diisi dengan air dan ditempatkan dalam
kandang box melalui lubang pada kawat strimin

4) Pembersihan Kandang
Pembersihan kandang dilakukan dengan cara menuangkan sekam
kedalam kandang box baru sampai ketinggian sekam sekitar 1,5 cm.
Dipindahkan satu persatu hewan uji ke dalam kandang box baru, kemudian
tutup rapat kandang dengan penutup kawat. Letakkan hewan uji dalam
kandang box baru pada rak pemeliharaannya. Buang kotoran hewan yang
terdapat pada kandang box lama ke dalam karung plastik sebagai wadah
pembuangan. Cuci kandang box kotor dengan air mengalir menggunakan
sikat dan sabun. Sanitasi dilakukan setiap minggu atau jika kondisi sudah
kotor. Suhu kandang dijaga sekitar 25°C dan ada pertukaran cahaya gelap
dan terang setiap 12 jam. Kandang terdiri dari 8 kelompok setiap kandang
terdiri dari 5 ekor tikus. Setiap kandang dilengkapi botol minum tikus.

5) Pemodelan Tikus Demensia


Tikus diinduksi dengan scopolamine untuk membuat hewan uji demensia.

f. Uji Perlakuan
Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok
perlakuan. Induksi diberikan sebelum perlakuan pada kelompok 4, 5 dan 6
11

dengan dosis 50 mg, 100 mg, 200 mg /KgBB, secara intraperitonial, dan
dilanjut dengan pemberian scopolamine 1 mg/KgBB satu kali sehari secara
per oral, dilanjut sampai perlakuan selesai. Adapun kelompok perlakuan
sebagai berikut :

Hewan Uji 30 Ekor

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6


(Kontrol Sakit) (Kontrol Sehat) (Kontrol Positif) (Dosis 1) (Dosis 2) (Dosis 3)
5 Ekor 5 Ekor 5 Ekor 5 Ekor 5 Ekor 5 Ekor

Tacrine Skopolamin Skopolamine Skopolamine


Skopolamine 10mg/kgBB 1mg/kgBB dan 1mg/kgBB dan 1mg/kgBB dan
1mg/kgBB dan Ekstrak daun Ekstrak daun Ekstrak daun
Tween 80 10%
dan Tween 80 Skopolamin jeruk lemon jeruk lemon jeruk lemon
10% 1mg/kgBB 50mg/kgBB 100mg/kgBB 200mg/kgBB

g. Passive Avoidance Task


Pasiive avoidance dilakukan dengan menggunakan kotak yang diberi
penerangan dan tidak diberi penerangan (Gemini Avoidance System, San
Diego, USA). Kompartemen dengan ukuran (20 x20 x 20 cm) yang diterangi
diberi lampu 100 w dan lantai kompartemen dengan ukuran (20 x 20 x 20 cm)
yang tidak diterangi diletakkan 2mm batang baja stainless berjarak 1 cm.
Kompartemen ini dipisahkan oleh pintu guillotine (5 x 5 cm). untuk
percobaan akuisisi, tikus ditempatkan di kompartemen terang, kemudian
pintu antara 2 kompartemen dibuka selama 10 menit. Saat tikus memasuki
kompartemen gelap, pintu otomatis tertutup dan kaki terkena sengatan listrik
(0,5 mA) berdurasi 3 detik yang berasal dari batang baja stainless.

Sebagai control positif, 1 jam sebelum percobaan akuisisi, tikus diberikan


ekstrak daun jeruk lemon (50 mg, 100 mg dan 200 mg/ kg p.o) atau tacrine
(10 mg/kg i.p), 30 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian
scopolamine (1 mg/kg i.p). Sebagai control hanya diberikan larutan tween 80
12

10 %. 24 jam setelah percobaan akuisisi, tikus kembali diletakkan di


kompartemen yang diterangi untuk retensi uji coba. Waktu yang dibutuhkan
tikus untuk memasuki kompartemen gelap setelah pintu dibuka diukur
sebagai waktu latensi di kedua akuisisi dan uji coba retensi. Jika tikus tidak
masuk ke dalam kompartemen gelap selama 180 detik, diasumsikan bahwa
tikus itu ingat.

h. Uji Aktivitas Asetilkolinesterase


Uji aktivitas asetilkolinesterase dilakukan dengan
menggunakan metode kolorimetri substrat asitiokolin
berbasis iodida (Ellman et al., 1961). Seluruh otak tikus (25-
30g) dihomogenisasi dalam gelas Teflon homogenizer,
kemudian disentrifugasi pada 1000 × g selama 10 menit
pada suhu 4°C. Supernatan yang diperoleh digunakan
sebagai sumber enzim untuk pengujian. Ekstrak daun jeruk
lemon dilarutkan dalam 0,02% dimetil sulfoksida (DMSO) dan
diencerkan hingga berbagai konsentrasi dalam Buffer A (100
mM sodium phosphate buffer, pH 8,0) segera sebelum digunakan.
Aliquot larutan A diencerkan dalam Buffer A (1,5 ml) kemudian
dicampur dengan 2,6 ml Buffer A, 20 μl larutan acetylthiocholine iodide (75
mM) dan 100 μl buffered reagen Ellman dan bereaksi pada suhu kamar
selama 30 menit. Absorbansi diukur pada 410 nm segera setelah
menambahkan sumber enzim (400 μl) ke campuran reaksi.
Pembacaan dilakukan pada interval 30 detik selama 5 menit.
13

i. Terminasi Hewan Uji

Dimasukkan hewan uji ke dalam wadah transparan yang memiliki tutup dengan
satu lubang kecil (seperti toples).

Disemprotkan etil klorida kedalam wadah melalui lubang kecil pada tutup,
kemudian lubang kecil tersebut ditutup.

Tikus dibiarkan beberapa detik hingga terbius.

Kemudian tikus diletakkan diatas kain dan ditutup kain.

Dipegang leher hingga kepala atas tikus dengan menggunakan tangan kiri,
tangan kanan memegang bagian pangkal ekor.

Ditarik bagian kepala dan pangkal ekor hingga terjadi dislokasi tulang hari.

Dipastikan hewan uji telah mati.


14

8. Analisis Data
Nilai dinyatakan sebagai rata-rata ± S.E.M. Dalam semua
tes, data dianalisis dengan analisis varian satu arah (ANOVA).
Dalam kelolosan melarikan diri dalam tes Morris Water Maze
dianalisis menggunakan ANOVA dua arah dengan tindakan
berulang. Signifikansi statistik ditetapkan pada P <0,05.

I. JADWAL PELAKSANAAN
Bulan ke-
Tahap Penelitian Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Persiapan Studi Pustaka √
Persiapan bahan dan √
optimasi alat
Pelaksanaan Pengumpulan Data dan √ √
Hasil
Penyelesaian Analisis Data √
Penyusunan Laporan √

J. DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta: Kanisius
15

Becker R, Giacobini E, Elble R, McIlhany M, Sherman K. Potential


pharmacotherapy Of Alzheimer disease. A comparison of
various forms of
physostigmine administration. Acta Neurol Scand 1988;
116 (Suppl.):19-32

Departemen Kesehatan RI. (1989). Materia Medika Indonesia Edisi V.


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

E. Giacobini, in: E. Giacobini (Ed.), Cholinesterase Inhibitors: From the Calabar


Bean to Alzheimer Therapy, M. Dunitz, Thonex, Geneva, 2000, pp. 181-
226.

Ebert, W. Kirch, Scopolamine model of dementia:


electroencephalogram
findings and cognitive performance, Eur. J. Clin. Invest. 28
(1998) 944-
949.

Ellman, G.L., Courtney, K.D., Andres Jr., V., Feather-Stone, R.M.,


1961. A new
and rapid colormetric determination of acetylcholinesterase
activity.
Biochem. Pharmacol. 7, 88–95.

Fatma. 2016. Uji Efek antidiare dari ekstrak daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia
S) menggunakan hewan uji mencit (Mus Muculus). Program
Studi
Diploma III Farmasi. Nani Hasanuddin. Makassar.
16

Giacobini E. Cholinestrases and cholinesterase


inhibitors.Cholinesterase
inhibitors: from the calabar bean to Alzheimer therapy.
London: Martin
Dunitz, Ltd.; 2000: 181–226

Herlinda Y. Hewan percobaan tikus albino strain wistar di unit penelitian gizi
Diponegoro. Majalah Kedokteran Indonesia. 1986; 36(11):491-495

Hutasoit., 2005, Buah Segar Musim, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

J.E. LeDoux, Emotional memory systems in the brain, Behav. Brain Res. 58
(1993) 69–79.

M.H. Oh, P.J. Houghton, W.K. Whang, J.H. Cho, Screening of Korean herbal
Medicines used to improve cognitive function for anti-cholinesterase
activity, Phytomedicine 11 (2004) 544–548

Marice S, Raflizar. Status gizi dan fungsi hati mencit galur CBSswiss) dan tikus
putih galur wistar di laboratorium hewan percobaan puslitbang biomedis
dan farmasi, 2010. Media Litbang Kesehatan. 2010; 20(1): 33-40

Mayasari U, Teokarsa laoli M. 2018. Karakterisasi Simplisia dan


Skrining
Fitokimia Daun Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Burm.f.).
Universitas
Islam Negeri Sumatra Utara. Sumatra

P.J. Houghton, Y. Ren, M.J. Howes, Acetylcholinesterase inhibitors from plants


And fungi, Nat. Prod. Rep. 23 (2006) 181–199.
17

Patricia W. Slattum, Emily P. Peron, and Angela Massey Hill. 2015.


Pharmacotherapy Handbook 9th edition; chapter 38; Alzheimer’s Disease.
Mc Graw Hill Education. New York.

Price, A. Silvia; Wilson, M. Lorraine. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses


Proses Penyakit. 901-929. 1021-1022. EGC. Jakarta

Rustiawan A, Vanda J. Pengujian mutu pangan secara biologis. Bogor: Pusat


Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor; 1990

Sarter, M., Bodewitz, G., Stephens, D.N., 1988. Attenuation of


scopolamineinduced impairment of spontaneous
alternation behavior by
antagonist but not inverse agonist and beta-carboline.
Psychopharmacology 94, 491–495.

Sarwono, SW. 1994. Psikologi Remaja. Ed 1. Cet 3.Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada

Sediaoetama, A.D. (2004). Ilmu Gizi: Untuk Mahasiswa Dan


Profesi, Jilid I.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Halaman: 131-134.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. Pemeliharaan, pembiakan, dan penggunaan


hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia;
1988.

U. Ebert, W. Kirch, Scopolamine model of dementia: electroencephalogram


findings and cognitive performance, Eur. J. Clin. Invest. 28 (1998) 944-
949.
18

Wilson RS, Segawa E, Boyle PA, Anagnos SE, Hizel LP, Bennett DA The
natural history of cognitive decline in Alzheimer’s disease. Psychol AginG
2012;27:1008–17.

Anda mungkin juga menyukai